Вы находитесь на странице: 1из 64

Modul Diklat Fungsional Statistisi

Tingkat Ahli

Metodologi
Penelitian
Metodologi Penelitian | i

DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………... i


Daftar Tabel ……………………………………………………………. iii
Tujuan Pembelajaran ………………………………………………….. v

Bab I Pendahuluan …………………………………………… 1


1.1 Pengertian Penelitian ………………………………… 1
1.2 Deskripsi Singkat …………………………………….. 2
1.3 Manfaat dari Metode Penelitian ……………………... 2
1.4 Ciri Khas Penelitian ………………………………….. 2
1.5 Syarat Utama Berhasilnya Penelitian ………………... 2
1.6 Tahap-Tahap Penelitian ……………………………… 3

Bab II Masalah dan Hipotesis ………………………………… 5


2.1 Tugas Pokok Penelitian Ilmiah ………………………. 5
2.1.1 Tugas Eksplanatif (Explanation) ………………. 6
2.1.2 Tugas Prediktif (Prediction) ……………………. 7
2.1.3 Tugas Kontrol (Control) ……………………….. 8
2.2 Ciri-ciri Masalah yang Baik …………………………. 9
2.3 Kriteria Merumuskan dan Membatasi Masalah ……... 9
2.4 Sumber Untuk Memperoleh Masalah ………………... 13
2.5 Perumusan Hipotesis Penelitian ……………………… 15
2.6 Variabel Penelitian …………………………………... 18
2.6.1 Variabel Bebas (Independence Variable) ……… 18
2.6.2 Variabel Tak Bebas (Dependence variable) …… 19
2.6.3 Variabel Kontrol (Control Variable) …………... 19
2.6.4 Variabel Antara (Intervining Variable) ………... 19
2.6.5 Variabel Ekstrane (Extranious Variable) ……… 19

Bab III Data dalam Penelitian Sosial …………………………… 21


3.1 Sifat dan Jenis Data …………………………………... 21
3.1.1 Data Kualitatif …………………………………. 21
3.1.2 Data Kuantitatif ………………………………... 22

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


ii | Metodologi Penelitian

Bab IV Daftar Pertanyaan ………………………………………. 25


4.1 Pendahuluan …………………………………………. 25
4.2 Beberapa Kesulitan dalam Menyusun Daftar
Pertanyaan ……………………………………………. 25
4.3 Daftar Pertanyaan ……………………………………. 25
4.4 Coaching ……………………………………………... 26
4.5 Pre-test Daftar Pertanyaan …………………………… 26
4.6 Menanyakan Daftar Pertanyaan ……………………... 26
Bab V Teknik Analisis Data ……………………………………. 29
5.1 Statistik Deskriptif dan Inferensia ……………………. 29
5.2 Metode Parametrik dan Non Parametrik ……………... 30
5.3 Judul Penelitian dan Metode yang digunakan untuk
Analisis ………………………………………………. 31

Bab VI Penyusunan Laporan …………………………………... 35


6.1 Pendahuluan …………………………………………. 35
6.2 Golongan Pembaca Hasil Penelitian ………………… 35
6.3 Isi dan Bentuk Laporan ……………………………… 36
6.4 Urutan Penulisan Laporan …………………………… 37
6.5 Pedoman Cara Penulisan Laporan yang Baik ……….. 39

Lampiran Contoh Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ……….. 41


Daftar Pustaka ………………………………………………………….. 53

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | iii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Judul, Tujuan dan Hipotesis Penelitian
di Bidang Ekonomi …………………………………………… 18
Tabel 2. Pedoman Umum Memilih Metode Parametrik dan
Non Parametrik Untuk Pengujian Hipotesis …………………. 30
Tabel 3. Rumusan Masalah, Hipotesis dan Statistik Untuk
Uji Hipotesis pada Contoh Majalah ABC ……………………. 32
Tabel 4. Rumusan Masalah, Hipotesis dan Statistik Untuk
Uji Hipotesis pada Contoh Produktivitas Kerja
Karyawan di PT. Mitra Raja ………………………………….. 33
Tabel 5. Jumlah Sampel Pramuniaga dan Toko di Yogyakarta ……….. 41
Tabel 6. Instrumen Pertanyaan Untuk Kualitas Pelayanan
Pramuniaga di Toko …………………………………………... 42
Tabel 7. Data Rata-Rata Kualitas Pelayanan Pramuniaga,
Jumlah Pengunjung dan Pembeli di 40 Toko
di Yogyakarta …………………………………………………. 45
Tabel 8. Tabel Penolong Untuk Pengujian Normalitas Data
Kualitas Pelayanan Pramuniaga ………………………………. 47
Tabel 9. Tabel Penolong Untuk Pengujian Normalitas Data
Pengunjung Toko ……………………………………………… 48
Tabel 10. Tabel Penolong Untuk Pengujian Normalitas Data Pembeli ….. 48

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


iv | Metodologi Penelitian

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | v

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) dari Mata Ajar ini adalah agar
peserta pelatihan diharapkan mampu memahami maksud dan tujuan
penelitian, melakukan penelitian, serta dapat menyusun laporan hasil
penelitian.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Adapun Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) dari Mata Ajar ini adalah
agar peserta pelatihan mampu :

a. Menyusun perencanaan penelitian


b. Menginventarisir permasalahan dan hipotesis yang digunakan
c. Menyusun daftar pertanyaan (Questioner)
d. Menganalisa dan menyusun laporan

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


vi | Metodologi Penelitian

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 1

Bab I Pendahuluan

1.1 Pengertian Penelitian


Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan
rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang
lengkap dan kokoh. Banyak faktor yang memengaruhi kegiatan
penelitian untuk mewujudkan maksud tersebut, terutama yang
obyeknya manusia atau yang dipengaruhi oleh manusia. Ilmu yang
obyeknya dipengaruhi oleh manusia atau beberapa diantaranya yang
obyeknya manusia itu sendiri disebut Ilmu Sosial. Oleh karena itu,
penelitian yang obyeknya seperti itu, disebut juga penelitian di bidang
sosial atau disingkat penelitian sosial.

Ciri utama dari sesuatu yang dipengaruhi oleh manusia atau manusia
itu sendiri adalah sifat heterogen dan mudah berubah-ubah. Sifat itu
berwujud pada kondisi ilmu sosial, yang hukum-hukum dan kaidah-
kaidah yang dirumuskan di dalamnya cenderung dapat berubah-ubah
atau bersifat tidak pasti. Kondisi itu mengisyaratkan bahwa hukum
atau kaidah di dalam ilmu sosial, termasuk juga yang dihasilkan dari
suatu hasil penelitian, selalu dapat diuji kembali untuk membuktikan
kebenarannya. Dengan kata lain hukum atau kaidah itu pada dasarnya
merupakan hipotesis-hipotesis ilmiah yang selalu dapat diuji kembali
kebenarannya. Untuk itu penelitian di bidang sosial selalu terbuka luas
, karena disamping untuk mengungkapkan sesuatu rahasia ilmu yang
baru, dapat pula guna menelaah hukum atau kaidah yang sudah ada,
apabila ditemukan sesuatu yang baru sehingga hukum atau kaidah itu
disangsikan lagi kebenarannya. Kesangsian itu harus memiliki dasar
yang kuat, agar jika dilakukan penelitian ulang, hasilnya harus mampu
membuktikan ketidakbenaran hukum atau kaidah yang dimaksud, atau
sekurang-kurangnya mampu menunjukkan kelemahan atau
kekurangannya untuk diperbaiki dan disempurnakan. Penelitian
menjadi sia-sia jika hasilnya hanya menyimpulkan bahwa hukum atau
kaidah yang disangsikan itu ternyata benar.

Pengertian lainnya menurut kamus Webster’s New International,


penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari
fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk
menetapkan sesuatu. Menurut ilmuwan Hillway (1956), penelitian
tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
Whitney (1960) menyatakan bahwa disamping untuk memperoleh
kebenaran, kerja menyelidik harus pula dilakukan secara sungguh-
sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian, penelitian
merupakan metode berpikir secara kritis.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


2 | Metodologi Penelitian

1.2 Deskripsi Singkat


Mata ajaran ini membahas tentang Pengertian dan Tujuan Penelitian,
Tahap-tahap Penelitian, Masalah dan Hipotesis, Data dalam Penelitian
Sosial, Daftar Pertanyaan, Teknik Analisis Data serta Contoh Analisa
Data dan Pengujian Hipotesis kemudian Penyusunan Laporan.

1.3 Manfaat dari Metode Penelitian


Manfaat Metode Penelitian bagi fungsional Statistik ataupun Peneliti
dalam proses pembelajaran, adalah :

a. Memudahkan dalam merancang penelitian dibidang sosial


khususnya karena banyak ragam permasalahan.
b. Memudahkan untuk menetapkan sampel yang akan diambil.

1.4 Ciri Khas Penelitian


Penelitian mempunyai beberapa ciri khas. Oleh Crawford (1928)
telah diberikan 9 buah kriteria penting dari penelitian. Sebenarnya
ciri-ciri penelitian dari Crawford ini tidak lain dari suatu kesimpulan
tentang ilmu dan pemikiran reflektif.

Kesembilan kriteria penelitian tersebut adalah sebagai berikut:


 Penelitian harus berkisar di sekeliling masalah yang ingin
dipecahkan
 Penelitian sedikit-sedikitnya harus mengandung unsur-unsur
orisinalitas
 Penelitian harus didasarkan pada pandangan ”ingin tahu”
 Penelitian harus berdasarkan pada asumsi bahwa suatu fenomena
mempunyai hukum dan pengaturan (order)
 Penelitian berkehendak untuk menemukan generalisasi atau dalil
 Penelitian merupakan studi tentang sebab-akibat
 Penelitian harus menggunakan pengukuran yang akurat
 Penelitian harus menggunakan teknik yang secara sadar diketahui

1.5 Syarat Utama Berhasilnya Penelitian


Somers (1959) memberikan beberapa syarat agar pelaksanaan
penelitian dapat berjalan lancar. Syarat tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya penelitian
untuk suatu negara ataupun daerah.
2. Harus ada sarana dan pembiayaan yang cukup.
3. Hasil penelitian harus dengan segera diterapkan.
4. Harus ada kebebasan dalam melakukan penelitian.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 3

5. Peneliti harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan.

1.6 Tahap-Tahap Penelitian


Pada umumnya suatu penelitian dapat diperinci dalam tujuh tahap
yang satu sama lainnya saling bergantungan dan berhubungan.
Dengan kata lain, masing-masing tahap itu memengaruhi dan
dipengaruhi oleh tahap-tahap yang lain. Kesadaran terhadap keadaan
ini membuat seorang peneliti lebih bijaksana dalam mengambil setiap
keputusan pada setiap tahap penelitian. Adapun tujuh tahap itu adalah
:

a. Perencanaan. Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin


dicapai oleh suatu penelitian dan merencanakan strategi umum
untuk memperoleh dan menganalisis data bagi penelitian itu. Hal
ini harus dimulai dengan memberikan perhatian khusus terhadap
konsep dan hipotesis yang akan mengarahkan peneliti yang
bersangkutan, dan penelaahan kembali terhadap literatur,
termasuk penelitian-penelitian yang pernah diadakan sebelumnya,
yang berhubungan dengan judul dan masalah penelitian yang
bersangkutan. Tahap ini merupakan tahap penyusunan “Terms Of
Reference (TOR)”.

b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian. Tahap ini


merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Di sini
disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan
penelitian, hipotesis, serta metode atau prosedur analisis dan
pengumpulan data. Tahap ini meliputi pula penentuan jenis data
yang diperlukan untuk mencapai tujuan pokok penelitian. Tahap
ini merupakan tahap penyusunan usulan proyek penelitian.

c. Pengambilan contoh (sampling). Tahap ini adalah proses


pemilihan sejumlah unsur/bagian tertentu dari suatu populasi
guna mewakili seluruh populasi itu. Dalam tahap ini peneliti
harus secara teliti membuat definisi atau rumusan mengenai
populasi yang akan dikaji. Rencana pengambilan contoh ini
terdiri dari prosedur pemilihan unsur-unsur populasi dan prosedur
menjadikan atau mengubah data dari hasil sampel untuk
memperkirakan sifat-sifat seluruh populasi. Tantangan yang
dihadapi dalam penyusunan rencana pengambilan contoh ini
adalah bagaimana kita dapat menjalin sedemikian rupa prosedur
yang kita punya dengan keadaan setempat dan dengan sumber
daya yang tersedia sementara tetap mempertahankan kebaikan
atau keuntungan dari Sample Survey.

d. Penyusunan daftar pertanyaan. Ini adalah proses penerjemahan


tujuan-tujuan studi ke dalam bentuk pertanyaan untuk
mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


4 | Metodologi Penelitian

Sebenarnya ini merupakan proses coba-coba (trial and error)


yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal yang perlu
diperhatikan adalah jumlah dan macam pertanyaan serta urutan
dari masing-masing pertanyaan. Tidak ketinggalan pula adalah
usaha bagaimana agar orang-orang yang diwawancarai
(responden) dengan senang hati mau menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dan tetap senang dalam memberikan
jawaban-jawaban.

e. Kerja lapang. Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para


pewawancara, bimbingan dalam wawancara serta pelaksanaan
wawancara. Ini dapat meliputi pula berbagai tugas yang
berhubungan dengan pemilihan lokasi sampel dan juga pre-testing
daftar pertanyaan. Kerja lapang ini tidak akan diperlukan bila kita
menggunakan cara wawancara lewat telepon atau surat.

f. Editing dan Coding. Coding adalah proses memindahkan jawaban


yang tertera dalam daftar pertanyaan ke dalam berbagai kelompok
jawaban yang dapat disusun dalam angka dan ditabulasi. Editing
biasanya dikerjakan sebelum coding agar pelaksanaan coding
dapat sesederhana mungkin. Editing adalah meneliti lagi daftar
pertanyaan yang telah diisi apakah apa yang ditulis di situ benar
atau sudah sesuai dengan yang dimaksud.

g. Analisis dan laporan. Ini meliputi berbagai tugas yang saling


berhubungan dan terpenting pula dalam suatu proses penelitian.
Suatu hasil penelitian yang tidak dilaporkan atau dilaporkan tetapi
dengan cara yang kurang baik tidak akan ada gunanya. Tugas
yang dikerjakan pada tahap ini ialah penyajian tabel-tabel dalam
bentuk frekuensi distribusi, tabulasi silang atau dapat pula berupa
daftar yang memerlukan metode statistik yang kompleks, dan
kemudian interpretasi dari penemuan-penemuan itu atas dasar
teori yang kita ketahui.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 5

Latihan Soal
1. Apakah yang dimaksud dengan penelitian ilmiah?
2. Jelaskan pengertian dari metode penelitian dan apa saja manfaat metrode
penelitian bagi fungsional statistik ataupun peneliti?
3. Sebutkan lima kriteria penting dari penelitian yang diungkapkan oleh
Crawford (1928)!
4. Apa sajakah syarat yang diperlukan agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan
lancar?
5. Sebutkan dan jelaskan tahapan-tahapan penelitian!
6. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penelitian menurut dimensi waktu!
7. Sebutkan dan jelaskan jenis penelitian berdasarkan tujuannya!

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


6 | Metodologi Penelitian

Bab II Masalah dan Hipotesis

Setiap penelitian dimulai dari kesadaran peneliti mengenai suatu


masalah, baik yang berasal dari hasil pengamatan atau pengalamannya
di lapangan maupun yang ditemuinya pada waktu membaca literatur,
berdiskusi, menyaksikan seminar, dan lain-lain. Berbagai masalah
mungkin saja timbul, namun tidak semua masalah itu dapat diangkat
untuk diteliti secara ilmiah. Untuk menemukan masalah yang patut
diangkat menjadi masalah penelitian, bagi banyak peneliti yang
berpengalaman tidaklah terlalu sulit. Kesulitan itu sering ditemui oleh
para peneliti muda atau pendatang baru yang belum berpengalaman,
yang memiliki hasrat/minat untuk ikut dalam upaya mengembangkan
dan memajukan ilmu dan teknologi di bidangnya masing-masing.

Perumusan masalah penelitian akan lebih sulit dilakukan jika peneliti


tidak memahami tugas pokok penelitian yang bersifat ilmiah, kriteria
memilih dan merumuskan masalah dan cara menjuruskan pemikiran
tentang masalah yang akan diselidiki di dalam kerangka teori dan
kerangka konsep. Pemahaman itu akan mengantarkan peneliti pada
kemampuan merumuskan masalah yang diorientasikan pada
kemungkinan memperoleh data untuk mengungkapkan masalah
tersebut secara cermat dan obyektif.

Para peneliti mempersoalkan mana yang lebih didahulukan antara


masalah dan judul penelitian. Apakah seorang peneliti harus
merumuskan masalah lebih dahulu dan kemudian
memformulasikannya menjadi judul atau sebaliknya merumuskan
judul lebih dahulu, kemudian menjabarkannya menjadi masalah dan
sub masalah-sub masalah. Sedang dalam penulisan, baik berupa
penyusunan rencana penelitian maupun penulisan laporan, judul harus
ditulis terlebih dahulu. Penulisan itu terdapat pada sampul berkas
rencana penelitian atau buku laporan penelitian, sehingga setiap
pembacanya pasti akan menemukan judul lebih dahulu dari masalah,
meskipin dalam proses berpikir sebenarnya yang terjadi adalah
kebalikannya.

Sehubungan dengan itu, uraian-uraian berikut akan didahului dengan


penjelasan tentang tugas pokok penelitian, penyusunan kerangka teori
dan kerangka konsep, untuk sampai pada uraian tentang kriteria
pemilihan dan perumusan masalah dan judul penelitian.

2.1 Tugas Pokok Penelitian Ilmiah


Suatu penelitian merupakan satu kesatuan proses atau rangkaian
kegiatan berpikir ilmiah yang terarah, untuk mengungkapkan
kebenaran tentang sesuatu, yang dilakukan secara rasional dan
empiris. Kebenaran tentang sesuatu secara umum akan diungkapkan

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 7

berupa usaha untuk membuktikan mengenai “ada”nya sesuatu atau


“kemungkinan ada” nya sesuatu, dengan menunjukkan data yang
membenarkan adanya itu.

Dalam hubungannya dengan data – untuk membuktikan kebenaran –


diantaranya ada yang cukup dengan dideskripsikan saja, di samping
itu ada pula yang harus dihitung lebih dahulu dengan rumus-rumus
statistika agar dapat diinterpretasikan keterkaitan satu dengan yang
lainnya, dalam bentuk hubungan sebab akibat, hubungan paralel
(sejajar), tingkat kontribusi yang satu terhadap yang lain dan
sebagainya. Dengan demikian penelitian akan dapat mengungkapkan
rahasia obyeknya secara meluas dan mendalam. Proses penelitian
sebagai usaha membuktikan adanya sesuatu secara empiris, dengan
mengumpulkan dan mengolah datanya secara ilmiah, akan
membebaskan setiap peneliti dari cara berpikir spekulatif dan cara-
cara lainnya yang tidak obyektif.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, jelas bahwa tugas-tugas penelitian


tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan tugas-tugas esensial
ilmu/pengetahuan di bidangnya masing-masing. Tugas-tugas esensial
ilmu/pengetahuan yang dapat diwujudkan melalui kegiatan penelitian
ilmiah adalah :

2.1.1 Tugas Eksplanatif (Explanation)

Dalam kehidupan ini manusia sering menghadapi berbagai keadaan


atau peristiwa yang tidak mudah dimengerti oleh mereka sendiri.
Peristiwa dan keadaan itu diantaranya berhubungan dengan gejala-
gejala alamiah, sebagai akibat dari perwujudan hubungan manusia
dengan lingkungan alam sekitar yang bersifat fisik/material.
Disamping itu keadaan atau peristiwa itu dapat pula terjadi sebagai
perwujudan hubungan antar manusia yang satu dengan manusia yang
lain sebagai gejala sosial.

Mengenai gejala-gejala sosial dan budaya obyek penelitian telah


banyak dihasilkan teori-teori dan hukum-hukum atau kaidah-kaidah,
yang sifatnya mudah berubah. Oleh karena itu pada masa-masa
mendatang masih sangat banyak masalah-masalah penelitian yang
dapat diungkapkan dalam Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya ini, sebagai
keadaan atau peristiwa yang perlu dijelaskan. Kemungkinan
melakukan penelitian yang sangat luas dalam bidang ilmu sosial dan
budaya tersebut, karena hukum-hulum dan kaidah-kaidahnya tidak
bersifat pasti, disamping masih banyak masalah-masalah baru yang
muncul sebagai wujud dari dinamika kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial dan makhluk budaya.

Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa tugas ilmu/pengetahuan untuk


memberikan penjelasan (explanation) tentang gejala-gejala alam dan
gejala-gejala sosial budaya, dapat dilakukan melalui kegiatan

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


8 | Metodologi Penelitian

penelitian ilmiah. Tugas itu dilaksanakan dengan cara melukiskan atau


menggambarkan data yang terdapat di dalam setiap gejala dari
peristiwa atau keadaan yang belum diketahui oleh manusia.

Tugas eksplanatif ini diwujudkan melalui penelitian ilmiah tidak saja


dengan mengetengahkan penjelasan tentang adanya sesuatu atau
dengan membuktikan tentang adanya sesuatu yang semula
diperkirakan mungkin ada atau sebelumnya tidak diketahui adanya.
Tugas itu bahkan diwujudkan dengan memberikan adanya penjelasan
sedemikian rupa, agar dapat dipahami secara mendalam dan tuntas.

2.1.2 Tugas Prediktif (Prediction)

Perkataan prediksi yang diartikan meramalkan atau memperkirakan,


secara ilmiah bukanlah pekerjaan spekulatif atau untung-untungan
tanpa dukungan data. Dengan kata lain kegiatan penelitian tidak
pernah dapat lepas dari tugas melakukan peramalan atau prediksi
tentang peristiwa atau keadaan yang akan terjadi di masa depan,
dengan mempergunakan data masa sekarang dan masa lalu.

Berdasarkan uraian di atas, kegiatan penelitian harus mampu membuat


data yang dikumpulkan untuk berbicara dalam memperkirakan
keadaan atau peristiwa yang dapat terjadi/timbul di masa datang
berkenaan dengan masalah yang diselidiki. Prediksi harus dilakukan
berdasarkan data atau gejala yang dihimpun dengan mempergunakan
instrumen yang baik dan benar. Data atau gejala dipelajari atau
dianalisa kecenderungan perkembangan atau perubahan-perubahannya
dalam pergeseran waktu secara kronologis, untuk dijadikan dasar
dalam memperkirakan kondisinya yang dapat memunculkan peristiwa
atau keadaan tertentu di masa datang.

Dari sisi lain tugas prediksi dalam penelitian dapat dilakukan juga
melalui analisis kecenderungan perubahan atau perkembangan suatu
atau beberapa data atau gejala, sehingga bukan akan memunculkan
peristiwa atau keadaan tertentu yang sama, namun dapat diperkirakan
peristiwa atau keadaan lain sesuai dengan perubahan atau
perkembangan data atau gejala yang menjadi penyebabnya. Peramalan
atau prediksi itu terutama berlaku berdasarkan perbedaan waktu, yang
secara kronologis dapat merubah sifat data atau gejala di dalam
peristiwa atau keadaan tertentu itu.

Prediksi melalui penelitian tidak luput dari kemungkinan mengalami


kekeliruan atau kesalahan. Peneliti yang berpengalaman harus
berusaha menghindari atau setidaknya memperkecil kekeliruan atau
kesalahan yang dapat terjadi. Sehingga semakin jelas perlunya usaha
menghimpun data secara lengkap, terinci dan relevan dengan masalah
yang sedang diselidiki, yang berarti juga memerlukan instrumen yang
tepat, baik dan benar. Di samping itu harus tetap diusahakan agar
dapat mengendalikan langkah-langkah penelitian yang dapat

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 9

mengakibatkan kekeliruan atau kesalahan seperti telah diuraikan


terdahulu.

2.1.3 Tugas Kontrol (Control)

Hasil penelitian yang menggambarkan kecenderungan perubahan dan


perkembangan sesuatu atau beberapa data atau gejala yang akan
memunculkan suatu peristiwa atau keadaan tertentu, perlu diteliti
lebih lanjut apakah akan menguntungkan atau merugikan. Jika
peristiwa atau keadaan itu merugikan berarti perubahan atau
perkembangan data atau gejala yang memengaruhinya harus
dihentikan atau setidaknya diperlambat. Sebaliknya, jika peristiwa
atau keadaan yang ditimbulkan itu menguntungkan, berarti data atau
gejala yang menyebabkannya perlu dipercepat perkembangan atau
perubahannya. Untuk itu penelitian dapat dikembangkan untuk
mengungkapkan cara memperlambat, menghentikan atau
mempercepat perkembangan atau perubahan data atau gejala yang
berhubungan dengan peristiwa atau keadaan yang diinginkan atau
tidak diinginkan terjadi.

Dari uraian di atas jelas bahwa tugas kontrol dalam melaksanakan


penelitian dapat dilakukan dengan mencari cara mencegah atau
mempercepat terjadinya suatu peristiwa atau keadaan disuatu tempat
atau pada masa yang akan datang. Dengan kata lain tugas kontrol
dalam penelitian harus dilakukan untuk mencari cara yang obyektif
dan bersifat ilmiah dalam mengendalikan peristiwa atau keadaan yang
berpengaruh pada kehidupan masyarakat atau kemanusiaan secara
universal, dengan mencegah terjadinya peristiwa atau keadaan yang
merugikan dan sebaliknya memacu agar peristiwa atau keadaan yang
menguntungkan agar segera terwujud. Untuk dapat mewujudkan tugas
kontrol itu secara baik, sangat diperlukan data yang obyektif, lengkap
dan cermat, yang hanya mungkin diperoleh dengan mempergunakan
instrumen penelitian yang tepat, baik dan benar.

Dari ketiga tugas diatas semakin jelas mengenai peranan dan


pentingnya data dan alat serta cara mengumpulkannya, untuk dapat
sampai pada interpretasi dan kesimpulan sebagai hasil penelitian yang
obyektif. Oleh karena itu dalam perumusan masalah dan sub masalah,
harus diperhitungkan apakah ada sumber datanya, yang dapat
memberikan data secara lengkap dan obyektif. Di samping itu bahkan
perlu diperkirakan dengan instrumen apa data tersebut dapat
diperoleh, dan apakah peneliti mampu membuat dan menggunakan
alat (instrumen) tersebut, bilamana tidak ada instrumen yang siap
dipergunakan. Pada giliran berikutnya perlu diperhitungkan juga cara
mempersiapkan tenaga pelaksana (pencacah), bilamana untuk
mengumpulkan data tidak mungkin dilakukan sendiri oleh si peneliti.
Untuk kelancaran pekerjaan itu si peneliti harus merumuskan masalah
dan sub masalah secara jelas dan tajam, agar mudah
mengembangkannya menjadi hipotesis penelitian jika diperlukan.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


10 | Metodologi Penelitian

2.2 Ciri-ciri Masalah yang Baik


Sebelum seorang dapat merumuskan suatu masalah untuk
penelitiannya, maka ia lebih dahulu harus mengidentifikasikan dan
menyeleksi masalah itu. Walaupun masalah yang ada dan tersedia
cukup banyak, tetapi cukup sulit bagi si peneliti untuk memilih
masalah mana yang akan dipilih untuk penelitiannya. Si peneliti harus
mencari masalah yang mempunyai ciri-ciri yang baik, dan peneliti
harus mengetahui sumber serta tempat mencari masalah tersebut.

Ada beberapa ciri-ciri maslah yang harus diperhatikan, baik dilihat


dari segi isi (content), dari rumusan masalah, ataupun dari segi kondisi
penunjang yang diperlukan dalam pemecahan masalah yang telah
dipilih. Ciri-ciri masalah yang baik adalah sebagai berikut.

1. Masalah harus ada nilai penelitian

Masalah haruslah mempunyai keaslian


Masalah harus mempunyai suatu hubungan
Masalah harus merupakan hal yang penting
Masalah harus dapat diuji
Masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan

2. Masalah harus fisibel (dapat dipecahkan)

Data dan metode harus tersedia


Equipment dan kondisi harus mengizinkan
Biaya untuk memecahkan masalah harus seimbang
Masalah harus didukung oleh sponsor yang kuat
Tidak bertentangan dengan hukum dan adat

3. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti

Menarik bagi si peneliti


Masalah harus sesuai dengan derajat ilmiah yang dipunyai
peneliti

2.3 Kriteria Merumuskan dan Membatasi Masalah


Masalah yang sederhana itu terdapat dalam setiap pertanyaan yang
diajukan sehari-hari, yang pemecahannya tidak memerlukan kegiatan
mengumpulkan dan mengolah data. Di dalam setiap pertanyaan yang
sederhana itu terdapat potensi untuk diangkat menjadi pertanyaan
yang mengandung masalah berbobot untuk diteliti secara ilmiah.
Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain sebagai berikut :

1. Benarkah sesuatu itu ada ?


2. Bagaimana adanya sesuatu itu?

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 11

3. Apa sebabnya atau mengapa adanya sesuatu itu demikian?


4. Apakah terdapat hubungan antara adanya sesuatu dengan sesuatu
yang lain?
5. Seberapa kuat/besar ketergantungan adanya sesuatu dengan
adanya sesuatu yang lain?
6. Apakah adanya sesuatu itu menunjukkan kecenderungan
perubahan atau perkembangan bersamaan dengan berjalannya
waktu secara kronologis?
7. Apakah terdapat kesamaan dan perbedaan antar adanya dua atau
lebih keadaan atau peristiwa yang tampak sama, berdasarkan
perbedaan tempat dan waktu kejadiaanya?

Dalam aplikasi pertanyaan itu untuk suatu penelitian, tidak berarti


harus dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Di antara pertanyaan
yang satu dengan pertanyaan yang lain mungkin saja terdapat
kesinambungan, sehingga suatu penelitian mampu mengungkapkan
masalahnya secara lebih luas dan mendalam. Dari contoh di bawah ini
dapat dilihat kesinambungannya antara pertanyaan yang satu dengan
pertanyaan yang lain.

Sebuah pabrik atau perusahaan X memproduksi barang A dan


dipasarkan di beberapa kota propinsi untuk jangka waktu yang sudah
cukup lama. Pada beberapa bulan terakhir tampak gejala pemasaran
yang naik turun. Untuk itu dilakukan penelitian dengan permasalahan
pertama dengan pertanyaan, “benarkah ada penurunan dalam
memasarkan produk A dari pabrik X?” Berikutnya dipertanyakan juga
“bagaimanakah kondisi penurunan pemasaran itu untuk jangka waktu
tiga bulan terakhir di setiap kota propinsi dan secara keseluruhan ?”
Kemudian akan muncul pula pertanyaan “bagaimana perbandingan
penurunan pemasaran produk A itu selama tiga bulan terakhir dengan
bulan-bulan sebelumnya?” Setelah itu mungkin berlanjut pula pada
pertanyaan “apa sebabnya terjadi penurunan pemasaran produk A itu
pada propinsi tertentu atau secara keseluruhan?” Kemudian harus
dikembangkan pula pada pertanyaan “apakah penurunan pemasaran
produk A itu, ada hubungannya dengan peristiwa atau keadaan lain di
dalam dan di luar perusahaan (pabrik) yang memproduksinya?”
Seterusnya akan muncul pula pertanyaan tentang “seberapa kuat
ketergantungan atau pengaruh peristiwa atau keadaan itu terhadap
penurunan dalam pemasaran produk A tersebut?” Akhirnya akan
sampai pada pertanyaan “bagaimanakah kecenderungan penurunan
pemasaran produk A itu pada bulan-bulan berikutnya dan bagaimana
cara mencegahnya atau bagaimanakah cara-cara yang dapat ditempuh
untuk mengatasi atau menanggulanginya?”

Apabila dirasa masih belum memuaskan, pertanyaan masih dapat


dilanjutkan, antara lain “apakah terdapat kesamaan atau perbedaan
dalam pemasaran barang yang sama atau produk A dari

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


12 | Metodologi Penelitian

pabrik/perusahaan lain pada waktu dan tempat yang sama?”


Kemudian dipertanyakan pula “apakah sebabnya terdapat perbedaan
pemasaran produk A itu dan bagaimana cara mengatasinya?”

Dari contoh-contoh dan uraian di atas, fokus uraian sudah dapat


diarahkan pada persoalan mengenai masalah penelitian. Uraian-uraian
dan contoh-contoh terdahulu telah menjelaskan pula perlunya
merumuskan beberapa unsur yang terdapat di dalam masalah yang
dapat diangkat untuk diteliti secara ilmiah, yang sekaligus akan
memberikan juga tentang pengertian masalah penelitian, unsur-unsur
dimaksud adalah :

1. Masalah penelitian harus tampak dan dirasakan sebagai suatu


tantangan bagi peneliti untuk dipecahkan dengan menggunakan
keahlian atau kemampuan profesionalnya, yang tidak mungkin
diselesaikan oleh semua orang, khususnya orang-orang di luar
disiplin ilmu yang berkenaan dengan masalah tersebut.

2. Masalah penelitian merupakan kondisi yang menunjukkan


kesenjangan (gap) antara peristiwa atau keadaan yang nyata (das
sain) dengan tolok ukur tertentu (das sollen) sebagai kondisi ideal
atau seharusnya bagi peristiwa atau keadaan tertentu itu.

3. Masalah penelitian adalah keraguan yang timbul terhadap suatu


peristiwa atau keadaan tertentu berupa kesangsian tentang tingkat
kebenarannya termasuk juga berupa ketidaktahuan mengenai
peristiwa atau keadaan yang diragukan.

Untuk membantu para peneliti dalam usaha menyeleksi dan


merumuskan masalah dan sub masalah yang patut dibahas secara
ilmiah, akan diutarakan beberapa kriteria yang patut mendapat
perhatian. Kriteria-kriteria dimaksud adalah :

1. Masalah penelitian harus dipilih yang berguna untuk


diungkapkan.

Untuk itu suatu penelitian memerlukan data yang obyektif, lengkap


atau menyeluruh, terinci dan tersusun secara sistematik sebagai
landasan untuk mencapai hasil yang berguna, baik secara teoritis
maupun praktis. Data seperti itu hanya mungkin terkumpul melalui
penggunaan instrumen atau alat pengumpul data yang tepat, baik dan
benar.

2. Masalah yang dipilih harus relevan dengan kemampuan atau


keahlian peneliti.

Disamping keahlian di bidangnya, seorang peneliti harus memiliki


juga kemampuan dibidang penelitian. Kemampuan ini merupakan
jaminan bagi terselenggaranya penelitian dengan prosedur yang

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 13

menggambarkan proses pemecahan masalah secara ilmiah, untuk


sampai pada hasil penelitian yang obyektif dan bermutu. Dengan kata
lain peneliti harus menghindari pemilihan masalah bilamana harus
menggunakan metode, teknik dan alat pengumpul data (instrumen)
yang tidak dikuasainya. Lebih lanjut berdasarkan jenis dan sifat data
yang akan dikumpulkannya, sebaiknya peneliti menghindari
pemilihan masalah yang tidak dikuasainya cara-cara mengolah atau
menganalisanya. Ketidakmampuan itu berakibat dicapainya hasil
penelitian yang keliru atau salah, karena prosedur penelitian dan
pengolahan atau analisis datanya keliru.

3. Masalah penelitian harus menarik perhatian untuk diungkapkan.

Dalam bidang atau disiplin ilmu sosial, banyak sekali masalah yang
dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Suatu masalah meskipun
sudah relevan dengan disiplin ilmu yang menjadi keahlian peneliti,
belum tentu sama menariknya untuk diungkapkan. Setiap peneliti
perlu bekerja dengan motivasi yang kuat, apabila menginginkan
proses penelitiannya berlangsung lancar. Motivasi yang kuat itu hanya
akan dimiliki jika si peneliti merasa tertarik pada masalah yang akan
diselidikinya. Dengan kata lain masalah penelitian yang menarik akan
memberikan gairah atau motor penggerak yang positif dalam
menghadapi kesulitan dan tantangan terutama pada saat-saat
menyusun kerangka teori dan mengumpulkan data.

4. Masalah penelitian sedapat mungkin menghasilkan sesuatu yang


baru

Seorang peneliti harus memiliki pengetahuan yang luas, menyeluruh


dan sesuai dengan perkembangan (up to date) di bidangnya masing-
masing. Dengan memiliki pengetahuan mutakhir di bidangnya itu,
seorang peneliti dapat memastikan bahwa masalah yang akan
diungkapkannya, akan menghasilkan sesuatu yang baru atau tidak,
baik secara teoritis maupun praktis. Untuk menjadi peneliti yang
selalu mampu memilih masalah untuk menghasilkan sesuatu yang
baru dituntut minat dan kegemaran membaca literatur-literatur di
bidang masing-masing, tertama berupa jurnal yang mempublikasikan
hasil-hasil penelitian.

5. Masalah penelitian harus dipilih yang dapat dihimpun datanya


secara lengkap dan obyektif.

Setiap peneliti harus meyakini bahwa masalah yang akan


diungkapkannya, dapat dihimpun datanya karena di samping jelas
populasi dan sampelnya, juga tidak diragukan bahwa datanya akan
dapat dihimpun secara relatif mudah. Data yang dimaksud adalah data
yang relevan dengan masalah, sehingga berarti setiap peneliti harus
mengetahui secara tepat tentang variabel-variabel dan gejala-gejala
yang terdapat di dalam setiap variabel dari masalah yang akan

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


14 | Metodologi Penelitian

diungkapkannya. Data yang relevan, lengkap, terinci dan obyektif


sangat penting artinya dalam usaha mencapai kesimpulan yang baik
dan benar sebagai hasil penelitian.

6. Masalah penelitian tidak boleh terlalu luas, tetapi juga tidak boleh
terlalu sempit.

Masalah yang terlalu luas biasanya mengandung terlalu banyak


variabel dan gejala-gejala di dalam setiap variabel yang hendak
diungkapkan. Masalah itu terlalu banyak aspeknya, sehingga
kemungkinan besar tidak semua aspek dapat diungkapkan secara
tuntas. Kesulitan itu dapat terjadi tidak saja karena keterbatasan
tenaga, biaya dan waktu, tetapi juga karena keterbatasan kemampuan
untuk mengendalikan dan mendalami semua aspek secara serentak.
Masalah yang terlalu luas mengakibatkan terlalu banyak data yang
harus dihimpun, bukan saja memperberat tugas pengumpul data, tetapi
juga membosankan sumber data (responden) karena merasa terganggu
dan dapat berakibat segan memberikan data secara lengkap dan jujur.

Demikian pula sebaliknya masalah yang terlalu sempit yang


mengandung terlalu sedikit variabel dan terlalu sedikit pula gejala di
dalam setiap variabel, akan kehilangan bobotnya untuk diteliti secara
ilmiah. Masalah yang terlalu dangkal itu akan sampai pada
kesimpulan yang dangkal pula. Dengan kata lain masalah seperti itu
akan kehilangan artinya untuk diselidiki dan diungkapkan seperti
ilmiah.

Dengan mempergunakan enam kriteria di atas, setiap peneliti dapat


melatih diri dalam memilih dan merumuskan masalah penelitian yang
berbobot dan patut untuk diungkapkan secara ilmiah. Perumusannya
dapat dirangkai dalam kalimat pertanyaan dan dapat pula berupa
kalimat pernyataan.

2.4 Sumber Untuk Memperoleh Masalah


1. Pengamatan terhadap Kegiatan Manusia
Pengamatan sepintas terhadap kegiatan-kegiatan manusia dapat
merupakan sumber dari masalah yang akan diteliti. Seorang ilmu
jiwa dapat menemukan masalah ketika ia melihat tingkah laku
pekerja pabrik melakukan kegiatan mereka. Seorang ahli ekonomi
pertanian dapat menemukan masalah ketika ia melihat cara petani
bersahaja mengerjakan serta menyimpan hasil usaha
pertaniannya.

2. Pengamatan terhadap Alam Sekeliling


Peneliti-peneliti ilmu natura seringkali memperoleh masalah dari
alam sekelilingnya. Seorang ahli ilmu bintang banyak

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 15

memperoleh masalah ketika ia mengamati cakrawala. Seorang


peneliti ilmu tanah akan menemukan masalah ketika ia secara
sepintas mengamati tanah di sekelilingnya ataupun dalam suatu
perjalanan jauh.

3. Bacaan
Bacaan-bacaan dapat merupakan sumber dari masalah yang
dipilih untuk diteliti. Lebih-lebih jika bacaan tersebut merupakan
karya ilmiah ataupun makalah, maka banyak sekali rekomendasi
di dalamnya yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Bukan saja
dari bacaan tersebut ditemukan masalah yang ingin
mengungkapkan hubungan, tetapi bacaan dapat juga memberikan
teknik dan metode yang ingin dikembangkan lebih lanjut.

4. Ulangan serta Perluasan Penelitian


Masalah juga diperoleh dengan mengulang percobaan-percobaan
yang pernah dilakukan, dimana percobaan yang telah dikerjakan
tersebut belum memuaskan. Perluasan analisis maupun metode
dan teknik dengan equipment yang lebih modern akan membuat
masalah dapat dipecahkan secara lebih memuaskan.

5. Cabang Studi yang Sedang Dikembangkan


Kadangkala masalah ditemukan, bukan dari bidang studi itu
sendiri, tetapi dari cabang yang timbul kemudian, yang mula-
mula dipikirkan tidak seberapa penting sifatnya. Misalnya, ketika
Pasteur meneliti penyakit kolera dengan menyuntik ayam-ayam
percobaannya dengan mikroba kolera. Pada suatu hari ia
kehabisan ayam-ayam sehat, kemudian terpaksa menggunakan
ayam-ayam yang pernah kena kolera. Dilihatnya ayam-ayam
tersebut tidak mati akibat suntikan mikroba kolera. Dari
percobaan ini ia tertarik akan ketahanan ayam-ayam tersebut, dan
ia menemukan masalah yang mendorongnya meneliti tentang
prinsip-prinsip kekebalan atau imunisasi.

6. Catatan dan Pengalaman Pribadi


Dalam penelitian ilmu sosial, pengalaman serta catatan pribadi
tentang sejarah sendiri, baik kegiatan pribadi ataupun kegiatan
profesional dapat merupakan sumber masalah untuk penelitian.

7. Praktik serta Keinginan Manusia


Praktik-praktik yang timbul dan keinginan-keinginan yang
menonjol dalam masyarakat dapat merupakan sumber dari
masalah, seperti tunjuk perasaan, pernyataan-pernyataan
pemimpin, otorita ilmu pengetahuan, baik bersifat lokal, daerah
maupun nasional. Contohnya seperti adanya gejolak rasial dan
adanya ketimpangan antara input dan produktivitas sekolah.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


16 | Metodologi Penelitian

8. Bidang Spesialisasi
Seorang spesialis dalam bidangnya, telah menguasai ilmu yang
dalam sesuai dengan spesifikasinya. Akan banyak sekali masalah
yang memerlukan pemecahan dalam bidang spesialisasi tersebut.

9. Pelajaran yang Sedang Diikuti


Pelajaran yang sedang diikuti dapat menjadi sumber masalah
penelitian. Diskusi kelas, hubungan antara dosen dengan
mahasiswa banyak memengaruhi mahasiswa dalam memilih
masalah untuk penelitian.

10. Diskusi-diskusi Ilmiah


Masalah penelitian dapat juga bersumber dari diskusi-diskusi
ilmiah, seminar, serta pertemuan-pertemuan ilmiah. Dalam
diskusi tersebut, seseorang dapat menangkap banyak analisis-
analisis ilmiah, serta argumentasi-argumentasi profesional yang
dapat menjurus pada suatu permasalahan baru.

11. Perasaan Intuisi


Kadangkala suatu perasaan intuisi dapat timbul tanpa disangka,
dan kesulitan tersebut dapat merupakan masalah penelitian.

2.5 Perumusan Hipotesis Penelitian


Perumusan masalah, sub masalah, judul dan hipotesis yang tepat dan
baik, hanya mungkin dilakukan apabila peneliti memiliki bahan
appersepsi yang cukup dalam bidang yang akan ditelitinya. Untuk itu
tidak cukup sekadar merujuk pada jumlah bahan bacaan, tetapi juga
mengenai mutu bacaan yang dipergunakan. Mutu bahan bacaan pada
tahap pertama dilihat dari tersedia tidaknya bahan bacaan terbitan
mutakhir, kemudian pada tahap berikutnya tampak pada keserasiannya
dengan bidang yang diselidiki.

Bahan appersepsi melalui studi literatur yang cukup mendalam itu,


dapat dipergunakan untuk menyusun Landasan Teori dalam bentuk
Kerangka Teori, Kerangka Konsep dan Hipotesis.

a. Kerangka Teori : berisi pokok-pokok pikiran yang menjadi titik


tolak atau landasan dalam menyoroti masalah, juga berfungsi
sebagai tolok ukur untuk menguji kondisi variabel dan gejala di
dalamnya berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data.

b. Kerangka Konsep : merupakan hipotesis terurai, karena hipotesis


yang sebenarnya adalah rumusan definitif (singkat, padat dan
kompak) tentang dugaan rasional sebagai jawaban sementara dari
masalah yang akan diuji kebenaran atau ketidakbenarannya. Juga
dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau pengembangan
teori-teori lama agar menjadi lebih sempurna, dan bahkan berupa

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 17

kemungkinan-kemungkinan implementasi suatu teori dalam


kehidupan nyata.

c. Hipotesis : merupakan dugaan pemecahan masalah yang bersifat


sementara, yang setelah diuji mungkin benar dan mungkin pula
salah. Hipotesis yang baik harus dapat diuji kebanarannya,
melalui pengumpulan dan pengolahan data yang relevan.
Sebaliknya hipotesis yang tidak baik, adalah yang tidak dapat
diuji karena tidak tersedia atau tidak dapat dikumpulkan datanya
yang relevan.

Hipotesis, yang isi dan rumusannya bermacam-macam, dapat


dibedakan menjadi beberapa jenis, dan tergantung dari pendekatan
kita dalam membaginya. Hipotesis dapat kita bagi sebagai berikut.

1. Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan


2. Hipotesis kerja vs hipotesis nul
3. Hipotesis common sense dan ideal

Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:


a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan
kerja penelitian;
b. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan
antarfakta yang sering hilang begitu saja dari perhatian peneliti;
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang
bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting
dan menyeluruh;
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta
dan antarfakta.

Menemukan suatu hipotesis memerlukan kemampuan si peneliti


dalam mengaitkan masalah-masalah dengan variabel-variabel yang
dapat diukur dengan menggunakan suatu kerangka analisis yang
dibentuknya. Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni
tersendiri. Si peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan
sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam
menggali hipotesis, si peneliti harus:

a. mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin


dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang
ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;
b. mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang
tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu
sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki;
c. mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan
dengan keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu
dan bidang yang bersangkutan.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


18 | Metodologi Penelitian

Merumuskan hipotesis bukanlah hal yang mudah. Seperti yang sudah


disinggung, sekurang-kurangnya ada tiga penyebab kesukaran dalam
memformulasikan hipotesis, seperti:

a. tidak adanya kerangka teori atau pengetahuan tentang kerangka


teori yang terang;
b. kurangnya kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang
sudah ada dan;
c. gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk
dapat merangkaikan kata-kata dalam membuat hipotesis secara
benar.

Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji


validitasnya. Kecocokan hipotesis dengan fakta bukanlah
membuktikan hipotesis, karena bukti tersebut memberikan alasan
kepada kita untuk menerima hipotesis, dan hipotesis adalah
konsekuensi logis dari bukti yang diperoleh.

Berikut merupakan contoh rumusan hipotesis di bidang ekonomi serta


hubungannya dengan judul penelitian dan tujuan penelitian.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 19

Tabel 1. Judul, Tujuan dan Hipotesis Penelitian di Bidang Ekonomi

JUDUL PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN HIPOTESIS


Peningkatan Usaha Kerajinan 1. Memperoleh gambaran sampai 1. Usaha kerajinan genteng dapat
Genteng Dalam Rangka Penyerapan seberapa jauh pengangguran musiman menyerap tenaga kerja dan meningkatkan
Tenaga Kerja dan Penambahan dapat diserap oleh kerajinan genteng. pendapatan total keluarga petani, lebih
Pendapatan Keluarga Tani di Desa besar daripada sifatnya yang sekarang.
Berjo, Kecamatan Bodean,
Kabupaten Sleman, Daerah 2. Mengetahui besarnya sumbangan 2. Alokasi pencurahan jam tenaga kerja di
Istimewa Yogyakarta usaha kerajinan genteng terhadap sektor usaha tani padi tanpa genteng
pendapatan total usaha tani. masih dapat diperkecil untuk dialihkan ke
usaha kerajinan genteng.
3. Mengetahui apakah usaha kerajinan
genteng mempunyai hubungan yang
bersifat komplementer ataukah
substitusi terhadap usaha tani padi
dalam hal alokasi pencurahan jam
tenaga kerja.
Analisis Pengeluaran Pembangunan 1. Mengetahui pengaruh variabel 1. Elastisitas antara pengeluaran
Selama 2010-2015 penjelas yang digunakan penerimaan pembangunan adalah positif dan kecil.
pembangunan, ekspor minyak dan
non-minyak serta jumlah uang beredar
terhadap pengeluaran pembangunan.

2. Menyelidiki pengaruh data semester 2. Elastisitas antara pengeluaran


sebagai variabel boneka dan pembangunan terhadap ekspor minyak
perubahan atau pengukur dari dolar ke dan non-minyak, impor minyak dan non-
rupiah terhadap persamaan regresi. minyak serta jumlah uang beredar adalah
positif dan lebih kecil dari satu.
3. Menyelidiki pengaruh
pembangunan dan variabel penjelas
sebelum suatu periode terhadap
variabel yang dijelaskan periode yang
berlaku.

2.6 Variabel Penelitian


Di dalam penelitian sekurang-kurangnya dapat dibedakan adanya lima
jenis variabel, meskipun di dalam suatu penelitian tidak harus
dinyatakan semua. Kelima variabel itu adalah :

2.6.1 Variabel Bebas (Independence Variable)

Variabel ini adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor
yang menentukan atau memengaruhi adanya variabel yang lain. Tanpa
variabel ini, maka variabel yang lain itu tidak akan ada. Variabel yang
ditentukan atau dipengaruhi oleh variabel bebas disebut variabel tak
bebas (terikat)

Contoh : Pengaruh pemberian Kredit Investasi Kecil (KIK) terhadap


peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan. Disini variabel
bebasnya adalah pemberian KIK, sedangkan variabel tak bebasnya
adalah Jumlah nelayan yang menerima KIK, variasi jumlah KIK yang
diterima, cara pemanfaatan KIK dan lain lain.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


20 | Metodologi Penelitian

2.6.2 Variabel Tak Bebas (Dependence Variable)

Variabel ini adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor
di dalamnya yang ditentukan/dipengaruhi oleh adanya variabel lain.
Tanpa variabel lain, maka variabel ini tidak akan ada. Perubahan
variabel ini hanya terjadi jika variabel bebasnya mengalami perubahan
yang berarti bukan lagi variabel yang semula atau sebenarnya menjadi
variabel yang lain. Variabel ini disebut variabel terikat karena
tergantung/ditentukan/dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan kata
lain variabel ini disebut tidak bebas.

2.6.3 Variabel Kontrol (Control Variable)

Variabel ini adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor
di dalamnya, yang harus dikendalikan agar tidak memengaruhi atau
dapat merubah variabel bebas, yang akan berakibat terjadinya
perubahan pada variabel tak bebas. Pengendalian variabel ini
dimaksudkan untuk menghindari adanya sesuatu yang dapat
memengaruhi atau merubah variabel bebas, yang dapat berakibat
munculnya variabel lain (bukan variabel tak bebas) yang akan
diungkapkan dalam suatu penelitian, karena variabel bebasnya telah
berubah akibat atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dapat
dikendalikan. Dengan kata lain penelitian harus berusaha
mengungkapkan adanya variabel tak bebas murni karena pengaruh
variabel bebas murni, maka peneliti harus berusaha mengendalikan
atau mengontrol adanya variabel lain yang dapat memengaruhinya,
yang akan berakibat kedua variabel tersebut menjadi tidak murni.

2.6.4 Variabel Antara (Intervining Variable)

Variabel ini adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor
di dalamnya yang tidak perlu dikontrol, karena diperhitungkan
pengaruhnya pada variabel bebas. Dengan demikian dalam penelitian
dapat dibedakan antara pengaruh variabel bebas murni terhadap
variabel tak bebas murni, dengan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel tak bebas yang dipengaruhi oleh variabel ketiga yang
dikendalikan. Untuk memungkinkan perhitungan itu dilakukan,
variabel antara dapat berbentuk usaha memisahkan atau blok terhadap
sampel. Misalnya dengan memperhitungkan pengaruh perbedaan jenis
kelamin, pemisahan tingkat penghasilan, pemisahan tingkat
intelegensi dan lain-lain.

2.6.5 Variabel Ekstrane (Extranious Variable)

Variabel ini adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor
di dalamnya yang berpengaruh pada variabel bebas, akan tetapi sulit
atau tidak dapat dikontrol dan tidak dapat pula diperhitungkan
pengaruhnya. Dalam bidang/ilmu social, variabel ini sangat banyak
karena obyeknya yang terdiri dari manusia dan segala sesuatu yang

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 21

dipengaruhi manusia bersifat heterogen, sehingga gejalanya sangat


bervariasi. Dengan kata lain variabel ini dapat bersumber dari kondisi
sampel dan di luar sampel.

Latihan Soal
1. Dalam suatu penelitian ilmiah yang bersifat kuantitatif, teori merupakan
sesuatu yang sangat penting. Apa fungsi teori dalam suatu penelitian tersebut?
2. Jelaskan perlunya teori dalam suatu penelitian ilmiah!
3. Apa yang dimaksud dengan masalah penelitian?
4. Mengapa dalam suatu penelitian perlu dirumuskan masalah penelitian?
5. Mengapa masalah penelitian perlu dibatasi?
6. Bagaimana ciri-ciri/kriteria masalah yang dianggap baik untuk diteliti?
7. Apa saja yang dapat dijadikan sumber untuk memperoleh masalah penelitian?
8. Setelah merumuskan masalah penelitian langkah selanjutnya adalah
merumuskan hipotesis. Jelaskan yang Anda ketahui tentang hipotesis!
9. Apa yang Anda ketahui tentang kerangka berpikir atau kerangka konsep? Apa
kaitannya dengan hipotesis?
10. Berdasarkan permasalahan penelitian dapat diidentifikasi variabel penelitian.
Apa yang dimaksud variabel itu dan apa saja jenis variabel yang Anda
ketahui?

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


22 | Metodologi Penelitian

Bab III Data Dalam Penelitian Sosial

Setiap penelitian ilmiah memerlukan data dalam memecahkan


masalah yang dihadapinya. Data itu harus diperoleh dari sumber data
yang tepat. Sumber data yang tidak tepat mengakibatkan data yang
terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diselidiki, dapat
menimbulkan kekeliruan/bias dalam menyusun interpretasi dan
kesimpulan. Penelitian yang menggunakan data yang keliru, baik
karena kekeliruan sumber datanya maupun kekeliruan sifat dan jenis
datanya, tidak banyak artinya bagi pemecahan masalah penelitian.
Untuk itulah si peneliti harus memahami dengan baik sifat dan jenis
data dalam penelitiannya, sebagaimana diuraikan di bawah ini.

3.1 Sifat dan Jenis Data


Kebenaran ilmu menuntut adanya bukti-bukti ilmiah, baik yang
bersumber dari empiris maupun hasil pemikiran yang rasional dan
obyektif. Tanda-tanda kebenaran sebagai bukti ilmiah itu, mempunyai
dua sifat utama, yang di dalamnya dapat pula dibedakan jenisnya
masing-masing. Sehubungan dengan itu perlu ditekankan lagi bahwa
data bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Data yang akan dikumpulkan
harus relevan dengan hipotesis, masalah dan judul penelitian, yang
untuk menetapkannya harus dijabarkan dari variabel penelitian, yang
terdiri dari satu atau beberapa gejala dengan berbagai unsur atau
faktor di dalamnya.

3.1.1 Data Kualitatif

Data ini menunjukkan kualitas atau mutu dari suatu yang ada, berupa
keadaan, proses, kejadian/peristiwa dan lain-lain yang dinyatakan
dalam bentuk perkataan. Seberapa jauh penyimpangan itu sebagai data
kualitatif dinyatakan dengan kata-kata.

Dilihat dari segi jenisnya, data kualitatif dapat dibedakan sebagai


berikut :

1. Data kategori yang dinyatakan dengan perkataan untuk


menunjukkan bahwa suatu keadaan, proses atau kejadian
termasuk dalam salah satu golongan atau suatu pihak tertentu.
Misalnya dari penelitian mengenai Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) diperoleh data yang termasuk dalam 3 golongan, terdiri
dari : pihak yang menghendaki pesangon diberikan 3 bulan bagi
semua yang terkena PHK, pihak yang menghendaki pesangon
bagi yang sudah bekerja satu tahun atau lebih, dan pihak yang
menghendaki semua tidak diberi pesangon.

2. Data yang menunjukkan porsi dari setiap keadaan yang


dinyatakan dengan perkataan yang merupakan perbandingan

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 23

dengan yang ideal atau keseluruhan. Misalnya penelitian


mengenai tingkat penghasilan masyarakat yang menghasilkan :
sebagian besar berpenghasilan sedang, yang berarti juga sebagian
kecil berpenghasilan rendah dan tinggi.

3. Data berjenjang atau meningkat yang dinyatakan dengan kata-


kata untuk menunjukkan bahwa suatu keadaan atau
kejadian/peristiwa termasuk pada suatu tingkatan mutu/ kualitas
tertentu di atas atau di bawah mutu rata-rata. Data untuk itu
dinyatakan dengan ukuran kualitatif : baik sekali, baik, sedang ,
buruk dan buruk sekali.

4. Data yang bersifat relatif yang dinyatakan dengan kata-kata


menujukkan bahwa suatu keadaan atau kejadian/peristiwa
merupakan sesuatu yang adanya dapat berubah-ubah. Data ini
dinyatakan dalam perkataan : selalu, kadang-kadang, kerap kali,
jarang, sering dan lain-lain.

5. Data yang bertentangan yang menyatakan jika yang satu ada,


maka yang lain tidak ada tentang suatu keadaan, kejadian atau
proses tertentu yang akan diungkapkan dalam suatu penelitian.
Data yang bertentangan itu menggambarkan kondisi ekstrim pada
dua pool yang bertolak belakang, yang dinyatakan dengan
perkataan : positif-negatif, setuju-tidak setuju, cukup-tidak cukup
dan lain-lain.

3.1.2 Data Kuantitatif

Data ini dinyatakan dalam bentuk jumlah atau angka yang dapat
dihitung secara matematik dan didalam penelitian dilakukan dengan
mempergunakan rumus-rumus statistika. Penggunaan data kuantitatif
dalam penelitian dinilai lebih obyektif, karena bersifat nyata/konkrit
untuk dijadikan bukti ilmiah.

Data kuantitatif itu dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Data Nominal adalah data dalam bentuk diskrit.


Menurut Nazir (2005), data nominal adalah ukuran yang paling
sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek
mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan
tingkatan apapun. Misalnya tentang jenis olahraga yakni tenis (1),
basket (2) dan renang (3). Jelas kelihatan bahwa angka yang
diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olahraga basket lebih
tinggi dari tenis ataupun dari renang. Angka yang diberikan hanya
berfungsi sebagai label saja.

2. Data dengan Skala Ordinal adalah angka yang menunjukkan


posisi dalam suatu urutan (order) atau suatu seri/rangkaian
tertentu.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


24 | Metodologi Penelitian

Pengertian lainnya menurut Nazir (2005), skala ordinal adalah


angka yang diberikan dimana angka-angka tersebut mengandung
pengertian tingkatan. Ukuran nominal digunakan untuk
mengurutkan objek dari yang terendah ke tertinggi atau
sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap
objek, tetapi hanya memberikan urutan (ranking) saja. Contohnya
adalah data tentang sikap seseorang terhadap produk tertentu,
ada yang „tidak suka‟, „suka‟ dan „sangat suka‟. Angka yang
diberikan untuk data ordinal menunjukkan nilai ranking dari
objek saja, bukan nilai absolutnya. Misal 1=tidak suka, 2=suka
dan 3=sangat suka. Contoh lain adalah ukuran bentuk seperti
1=kecil, 1=sedang dan 3=besar.

3. Data dengan Skala Interval adalah suatu urutan atau


seri/rangkaian nilai/angka yang masing-masing menepati titik
dengan jarak yang sama antar nilai/angka yang berdekatan.
Menurut Nazir (2005), skala interval adalah suatu pemberian
angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat skala
ordinal dan ditambah satu sifat lain, yaitu jarak yang sama pada
pengukuran interval memperlihatkan jarak yang sama dari ciri
atau sifat objek yang diukur. Ukuran interval tidak memberikan
jumlah absolut dari objek yang diukur.
Dalam penelitian sosial skala prestasi yang sering digunakan
adalah skala interval. Misalnya, jika 6 orang murid, A, B, C, D, E
dan F diukur dengan skala interval pada skala prestasi dengan
ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda
prestasi antara A dan D adalah 4-1=3, beda prestasi antara F dan
B adalah 6-2=4. Akan tetapi, tidak boleh disimpulkan bahwa
prestasi D adalah 4 kali prestasi A ataupun prestasi F adalah 3 kali
prestasi B.

4. Data dengan Skala Rasio adalah dalam bentuk persentase.


Menurut Nazir (2005), skala rasio adalah ukuran yang mencakup
semua skala di atas, ditambah dengan satu sifat lain yaitu skala ini
memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang
diukur. Perbedaan dengan data interval adalah bahwa data rasio
mempunyai titik nol dalam arti sesungguhnya. Oleh karena ada
titik nol, maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian ataupun
pembagian. Angka pada skala rasio dapat menunjukkan nilai
sebenarnya dari objek yang diukur.
Skala rasio banyak sekali digunakan dalam ilmu sosial maupun
natura. Beberapa contoh variabel yang menggunakan skala rasio
adalah jumlah anak hidup, tingkat ketergantungan, tingkat
pengangguran, dan sebagainya.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Latihan Soal
1. Setiap penelitian ilmiah memerlukan data dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Jelaskan data yang bagaimana yang diperlukan untuk menjawab
masalah penelitian tersebut!
2. Sebutkan dan jelaskan jenis data menurut penggolongannya!
3. Sebutkan dan jelaskan jenis data menurut sifatnya!
4. Sebutkan dan jelaskan jenis data menurut sumbernya!
26 | Metodologi Penelitian

Bab IV Daftar Pertanyaan

4.1 Pendahuluan
Daftar pertanyaan harus erat hubungannya dengan masalah-masalah
penelitian, hipotesis, tujuan, teknik analisis dan dana yang tersedia
bagi penelitian yang diusulkan. Seperti halnya dengan usulan atau
rencana penelitian harus mencerminkan masalah yang pokok dan
penting, maka daftar pertanyaan yang dibuat harus pula cocok dengan
masalah penelitiannya. Disamping kecocokan tersebut, daftar
pertanyaan harus meliputi pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu
mendapatkan prioritas demi analisis dan pengujian hipotesis.

4.2 Beberapa Kesulitan dalam Menyusun Daftar


Pertanyaan
Perbedaan interpretasi dapat pula terjadi antara peneliti dan
pewawancara maupun antara pewawancara dan responden. Demikian
pula dapat terjadi perbedaan interpretasi pertanyaan oleh responden
yang berbeda. Semakin heterogen sampel yang diteliti, semakin tinggi
derajat perbedaan interpretasi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

4.3 Daftar Pertanyaan


Daftar pertanyaan harus mengarah pada pengumpulan data yang
berguna dan efisien, demikian pula daftar pertanyaan harus berguna
bagi pengolahan dan analisis data. Alokasi waktu dan tenaga antara
pengumpulan data dan perbaikan daftar pertanyaan memerlukan
pertimbangan yang teliti pada saat penyusunan daftar pertanyaan.

Pertanyaan yang panjang dan terbuka dan kualitatif sifatnya mungkin


lebih banyak memberikan informasi daripada pertanyaan yang
pendek, tertutup, cepat dan kuantitatif sifatnya. Kita harus memilih
teknik yang paling efisien dalam memberikan keterangan dan
meminimkan kesalahan jawaban dan interpretasi.

Mengelompokkan pertanyaan ke dalam kelompok-kelompok masalah


akan dapat mengurangi rasa bosan dan rasa lelah responden. Ia tidak
harus berfikir keras atau mengingat berulang kali. Dengan
mengelompokkan secara teratur dan pertanyaan yang satu tidak jauh
berbeda dari pertanyaan yang sebelumnya, akan lebih mudah bagi
responden dalam memberikan jawaban-jawabannya.

Juga sebaiknya daftar pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga


memudahkan dalam pemindahan informasi/data dari daftar pertanyaan

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 27

yang telah diisi ke daftar kode (code sheets). Code Sheets adalah
daftar informasi atau data yang sudah dinyatakan dalam kode.

4.4 Coaching
Coaching merupakan langkah yang harus ditempuh sebelum para
pewawancara turun ke lapangan untuk mengumpulkan data lewat
wawancara dan pengisian daftar pertanyaan. Pada waktu coaching
pewawancara diberi tahu dimana daerah penelitian akan dilakukan,
berapa dan mana kabupaten, kecamatan, desa atau dukuh yang dipilih
sebagai daerah sampel. Juga para pewawancara diberi tahu berapa
jumlah responden yang harus diwawancarai serta variasi atau jenis
responden misalnya buruh tani, petani pemilik, pegawai negeri dan
sebagainya. Demikian pula pewawancara harus dilatih bagaimana cara
menemukan daerah yang akan diteliti, bagaimana cara menemui
pejabat, dan para responden. Di samping itu para pewawancara juga
dilatih bagaimana cara menanyakan daftar pertanyaan dan memahami
maksud dan tujuan pertanyaan yang bersangkutan, dan akhirnya
bagaimana cara mengisi daftar pertanyaan itu.

Pewawancara harus dilatih untuk menuliskan jawaban-jawaban


responden secara jelas dan jujur. Untuk mendapatkan jawaban yang
benar dan jujur, pewawancara perlu dibekali dengan teori dasar yang
berkaitan dengan tujuan analisis penelitian yang bersangkutan.

4.5 Pre-test Daftar Pertanyaan


Sebelum mulai dengan survei yang sebenarnya, harus dilakukan
testing atau uji terhadap daftar pertanyaan yang telah disusun. Daftar
pertanyaan dibawa ke lapangan dan dicoba dengan menanyakannya
kepada responden. Pimpinan proyek penelitian harus ikut dalam masa
pre-testing atau “pilot testing” ini. Dari sini nantinya diharapkan
untuk diketahui kelemahan atau kekurangan dari daftar pertanyaan
yang telah dibuat.

4.6 Menanyakan Daftar Pertanyaan


Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil
bertatap muka antara si pewawancara dengan responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara). Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan
percakapan sehari-hari, antara lain:
o pewawancara dan responden biasanya belum saling mengenal
sebelumnya;
o responden selalu menjawab pertanyaan;
o pewawancara selalu bertanya;

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


28 | Metodologi Penelitian

o pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban,


tetapi harus selalu bersifat netral;
o pertanyaan yang diajukan mengikuti panduan yang telah dibuat
sebelumnya.

Dalam mengisi pertanyaan sebaiknya dilakukan sendiri-sendiri antara


satu pewawancara dengan satu responden. Dalam hal untuk
mengadakan pencocokan silang (cross check) wawancara dapat
diadakan secara kelompok (group interview).

Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan tertentu memerlukan jawaban


dengan perhitungan-perhitungan yang biasanya sangat memakan
waktu, misalnya pertanyaan mengenai biaya produksi. Untuk
pertanyaan yang demikian jangan dilakukan perhitungannya pada saat
wawancara, sehingga tidak akan melelahkan pewawancara maupun
responden. Perhitungan-perhitungan demikian dilakukan pada waktu
coding. Sebelum pengkodean sebaiknya daftar pertanyaan tersebut
harus diedit terlebih dahulu.

Editing sebaiknya dilakukan pada hari yang sama seketika setelah


wawancara selesai dilakukan. Hal ini untuk menghindari
kemungkinan pewawancara lupa terhadap jawaban-jawaban yang
diberikan oleh responden dan lupa responden mana yang memberikan
jawaban yang masih tertinggal dalam ingatan pewawancara.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Latihan Soal
1. Apakah tujuan dilakukan uji coba terhadap instrumen/daftar pertanyaan yang
telah disusun?
2. Bagaimana kriteria sampel yang akan dipilih untuk uji coba instrumen/daftar
pertanyaan?
3. Sebutkan dan jelaskan tiga metode yang biasa dilakukan dalam pengumpulan
data!
4. Wawancara, digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara
lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.
30 | Metodologi Penelitian

Bab V Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah


terkumpulnya data dari seluruh responden. Kegiatan dalam analisis
data adalah : mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan


statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan yaitu: Statistik
Deskriptif, dan Statistik Inferensial (meliputi metode parametrik dan
non parametrik)

5.1 Statistik Deskriptif dan Inferensia


1. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi
analisanya menggunakan statistik deskriptif, sedangkan jika
menggunakan sampel maka analisanya menggunakan statistik
deskriptif dan inferensial.

Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian


data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram,
perhitungan modus, median, mean, desil, persentil, rata-rata,
standar deviasi dan persentase.

2. Statistik Inferensial (statistik induktif atau statistik


probabilitas) adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil
dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari
populasi itu dilakukan secara random (Baca Modul Teknik
Sampling).

Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk


populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran
(kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila
peluang kesalahan 5 % maka taraf kepercayaan 95 %, bila
peluang kesalahan 1 %, maka taraf kepercayaannya 99 %.
Peluang kesalahan dari kepercayaan ini disebut dengan taraf
signifikansi.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 31

Misalnya dari hasil analisis korelasi ditemukan koefisien korelasi


0.54 dan untuk signifikansi 5%, artinya bahwa hubungan variabel
sebesar 0.54 itu dapat berlaku pada 95 dari 100 sampel.

5.2 Metode Parametrik dan Nonparametrik


1. Metode Parametrik digunakan untuk menguji parameter
populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui
data sampel. Parameter populasi itu meliputi : rata-rata dengan
notasi , simpangan baku , dan varians 2. Sedangkan
statistiknya adalah meliputi : rata-rata x , simpangan baku s, dan
varians s2.

Contoh nilai suatu pelajaran 1.000 mahasiswa rata-ratanya 7,5.


Selanjutnya dari 1.000 mahasiswa diambil 50 orang, dari sampel
50 orang ternyata rata-rata nilainya 7,5. Hal ini berarti bahwa
tidak ada perbedaan antara parameter dan statistik.

2. Metode Nonparametrik digunakan untuk menguji distribusi


untuk menganalisis data nominal dan ordinal, dan tidak menuntut
banyak asumsi yang harus dipenuhi (Baca Modul Metode Non
Parametrik). Tabel berikut ditunjukkan untuk penggunaan
statistik parametrik dan nonparametrik untuk menganalisis data
khususnya untuk pengujian hipotesis.

Tabel 2. Pedoman Umum Memilih Metode Parametrik dan


Non Parametrik Untuk Pengujian Hipotesis

Bentuk Hipotesis
Macam Deskriptif Komparatif Lebih dari Dua
Komparatif Dua Sampel Asosiatif/
Data (satu Sampel
hubungan
sampel) Berpasangan Independen Berpasangan Independen
Fisher Exact
Binomial Kooefisien
Probability Chi Kuadrat
Nominal Mc. Nemar Cochran Kontingensi
Chi Kuadrat Chi Kuadrat 2 k Sampel
(C)
1Sampel Sampel
Median Test Korelasi
Median
Sign Test Mann Whitney U Spearman
Extention
Test Rank
Friedman Two-
Ordinal Run Test Kolmogorov- Way Anova Kruskal
Wilcoxon Smirnov Wallis One Korelasi
Matched Pairs Way Kendal Tau
Waid Wolfowitz ANOVA

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


32 | Metodologi Penelitian

5.3 Judul Penelitian & Metode yang Digunakan Untuk


Analisis
Berikut ini diberikan beberapa contoh judul penelitian, bentuk
paradigma, rumusan masalah, hipotesis dan teknik statistik yang akan
digunakan untuk pengujian hipotesis.

Contoh 1.
1. Judul penelitian: Pengaruh lama penayangan iklan di TV terhadap
nilai
penjualan Majalah ABC

2. Bentuk paradigmanya adalah sebagai berikut :

X Y

X = lama penayangan iklan


Y = nilai penjualan Majalah ABC

Diasumsikan penelitian tersebut akan menggunakan sampel iklan


di TV yang diambil secara random. Selanjutnya akan di bahas
rumusan masalah, hipotesis yang diajukan dan teknik statistik
yang digunakan untuk analisis.

3. Rumusan masalah, hipotesis, dan teknik statistik untuk analisis


data (ketiganya sangat berkaitan).
Berikut ini diberikan contoh, rumusan masalah penelitian,
hipotesis dan teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis, berdasarkan judul penelitian di atas.
Teknik statistik yang digunakan untuk melakukan prediksi
pengaruh lama penayangan iklan Majalah ABC terhadap nilai
penjualannya adalah dengan teknik regresi sederhana dengan satu
variabel bebas. Untuk judul di atas misal rumusan masalahnya
adalah: “kalau lama penayangan iklan Majalah ABC ditingkatkan
sampai optimal, berapakah nilai penjualan barangnya?”

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 33

Tabel 3. Rumusan Masalah, Hipotesis dan Statistik Untuk Uji


Hipotesis pada Contoh Majalah ABC

Rumusan Masalah Hipotesis Statistik untuk uji hipotesis


Berapakah rata-rata waktu Rata-rata penayangan iklan di Data yang terkumpul adalah
penayangan iklan di TV? TV paling tinggi 120 menit ratio. Bentuk Hipotesisnya
adalah deskriptif maka teknik
uji untuk hipotesis no. 1 dan 2
adalah sama yaitu: t-test
(untuk satu sampel)
Berapakah nilai penjualan Nilai penjualan barang setelah t-test satu sampel
barang yang telah diiklan-kan? diiklankan paling rendah Rp.
700 juta per hari
Adakah hubungan yang positif Terdapat hubungan yang positif Data ke dua variabel adalah
dan signifikan antara lamanya dan signifikansi antara lamanya data ratio, oleh karena itu
penayangan iklan di TV penayangan iklan di TV dengan teknik statistik yang digunakan
dengan nilai penjualan barang? nilai penjualan barang untuk menguji hipotesis adalah
: Korelasi Pearson Product
Moment
Bagaimanakah pengaruh lama Lama penayangan iklan Regresi sederhana
penayangan iklan di TV berpengaruh positif ter-hadap
terhadap nilai penjualan nilai penjualan
baran?

Contoh 2.
1. Judul penelitian: Pengaruh kemampuan kerja dan motivasi kerja
karyawan terhadap produktivitas kerja di PT. Mitra Raja.

2. Bentuk paradigmanya adalah sebagai berikut :

X1=kemampuan karyawan
X2= motivasi kerja
Y= produktivitas kerja

Diasumsikan penelitian menggunakan sampel, yang diambil


secara stratified random sampling. Semua instrumen penelitian
menggunakan skala interval, sehingga data yang didapat adalah
data interval.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


34 | Metodologi Penelitian

3. Rumusan masalah, hipotesis dan teknik statistik yang digunakan


untuk menguji hipotesis untuk judul di atas adalah sebagai
berikut:

Tabel 4. Rumusan Masalah, Hipotesis dan Statistik Untuk Uji


Hipotesis pada Contoh Produktivitas Kerja karyawan
di PT. Mitra Raja

Statistik untuk
Rumusan Masalah Hipotesis
Menguji hipotesis

Hipotesis Deskriptif:
Masalah Deskriptif
1. Seberapa tinggi 1. Kemampuan kerja 1 s/d 3 sama yaitu :
kemampuan kerja karyawan PT. Mitra Raja t-test satu sampel
karyawan PT. Mitra masih rendah, paling tinggi
Raja? baru menggapai 60% dari
kriteria yang diharapkan.
2. Seberapa tinggi motivasi 2. Motivasi kerja karyawan t-test satu sampel
kerja karyawan PT. PT. Mitra Raja masih
Mitra Raja? rendah, paling tinggi baru
mencapai 65% dari kriteria
yang diharapkan.
3. Seberapa tinggi 3. Produktifitas kerja t-test satu sampel
produktivitas kerja karyawan PT. Mitra Raja
karyawan PT. Mitra masih rendah, paling tinggi
Raja? baru mencapai 70% dari
kriteria yang diharapkan.

Masalah Asosiatif
4. Terdapat hubungan yang Korelasi Product
4. Adakah hubungan antara positif dan signifikan antara Moment bisa
X1 dan Y? X1 dan Y. dilanjutkan dengan
regresi tunggal
5. Adakah hubungan antara 5. Terdapat hubungan yang s.d.a
X2 dan Y? positif dan signifikan antara
X2 dan Y.
6. Adakah hubungan antara 6. Terdapat hubungan yang s.d.a
X1 dan X2? positif dan signifikan antara
X1 dan X2.
7. Secara bersama-sama 7. Terdapat hubungan yang Korelasi ganda,
adakah hubungan antara positif dan signifikan antara parsial dilanjutkan
X1 dan X2 dengan Y? X1 dan X2 dengan Y. regresi ganda
Hipotesis no 8, 9 dan 10 adalah
hipotesis nol. Lainnya hipotesis
Masalah Komparatif kerja.
Masalah komparatif ini ada
karena sampel dalam
penelitian ini terdiri atas
kelompok wanita dan pria.
Selain itu juga terdiri atas
golongan I, II dan III.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 35

Rumusan masalah adalah:


8. Adakah perbedaan 8. Tidak terdapat perbedaan t-test untuk dua
kemampuan kerja antara kemampuan kerja antara sampel independen
pegawai pria dan wanita karyawan pria dan wanita
di PT. Mitra Raja? di PT. Mitra Raja.
9. Adakah perbedaan 9. Tidak terdapat perbedaan s.d.a
motivasi kerja antara motivasi kerja antara
karyawan pria dan karyawan pria dan wanita
wanita di PT. Mitra di PT. Mitra Raja.
Raja?
10. Adakah perbedaan 10. Tidak terdapat perbedaan s.d.a
produktivitas kerja produktivitas kerja antara
antara karyawan pria dan karyawan pria dan wanita
wanita di PT. Mitra di PT. Mitra Raja.
Raja?
11. Adakah perbedaan 11. Terdapat perbedaan Analisis varians
kemampuan kerja antara kemampuan kerja antara satu jalan. Bila
karyawan golongan I, II karyawan golongan I, II terjadi perbedaan
dan III di PT. Mitra dan III. dilanjutkan dengan
Raja? t-test untuk dua
sampel
12. Adakah perbedaan 12. Terdapat perbedaan s.d.a
motivasi kerja antara motivasi kerja antara
karyawan golongan I, II karyawan golongan I, II
dan III di PT. Mitra dan III di PT. Mitra Raja.
Raja?
13. Adakah perbedaan 13. Terdapat perbedaan s.d.a
produktivitas kerja produktivitas kerja antara
antara karyawan karyawan golongan I, II
golongan I, II dan III di dan III di PT. Mitra Raja.
PT. Mitra Raja?

Dari dua contoh di atas, terlihat bahwa bila variabel ditambah satu saja
(menjadi dua) maka rumusan masalah yang akan dicarikan
jawabannya melalui penelitian menjadi bertambah banyak, demikian
juga teknik analisis datanya.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


36 | Metodologi Penelitian

Latihan Soal
1. Apa saja yang termasuk dalam kegiatan analisis data?
2. Apa yang dimaksud dengan statistik deskriptif?
3. Jelaskan persyaratan judul penelitian yang baik!

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 37

Bab VI Penyusunan Laporan

6.1 Pendahuluan
Langkah terakhir dan yang sangat penting dalam suatu penelitian
adalah menulis laporan. Betapapun pentingnya teori dan hipotesis
suatu penelitian, atau betapapun hati-hati serta telitinya rencana
maupun pelaksanaan penelitian, atau bagaimanapun hebatnya
penemuan, semuanya itu tidak akan ada manfaatnya apabila tidak kita
laporkan secara baik dalam bentuk tulisan.

Bentuk, isi dan cara melaporkan akan menentukan bagaimana proses


penyebaran pengalaman penelitian dan hasil-hasilnya itu dapat
berlangsung dengan semestinya di dalam masyarakat. Untuk
berhasilnya proses penyebaran hasil-hasil penelitian itu perlu adanya
cara-cara khusus yang harus diikuti.

Pertama kali harus dipertimbangkan siapa yang akan menjadi


penerima laporan hasil penelitian itu. Begitu pula bentuk, bahasa dan
cara melaporkan harus diarahkan untuk memudahkan dimengertinya
laporan tersebut. Dalam membuat laporan hasil penelitian, tabel dan
diagram sangat berguna untuk menyajikan data yang dikumpulkan.
Selanjutnya penelitian itu akan dianggap penting tergantung pada cara
interpretasi dari penemuan-penemuannya.

6.2 Golongan Pembaca Hasil Penelitian


Ada tiga golongan pembaca atau penerima laporan penelitian.

a. Kalangan Akademisi

Seorang mahasiswa yang menulis paper/skripsi/disertasi yang


didasarkan pada penelitiannya, sudah tentu yang akan menjadi
pembaca utamanya adalah para dosen pembimbingnya. Oleh karena
itu bentuk dan cara penulisan (skripsi dsb) harus sesuai dengan norma-
norma dan syarat-syarat yang diharuskan oleh lembaga pendidikan
yang bersangkutan.

b. Sponsor dari Penelitian (Klien)

Apabila seseorang bekerja pada suatu lembaga penelitian atau pada


suatu universitas diharapkan untuk membuat laporan bagi pemberi
dana, maka lembaga pemberi dana itulah yang akan bertindak sebagai
konsumen atau pembaca utama dari penelitian yang bersangkutan.
Mereka mungkin pemerintah, lembaga swasta. Yang jelas bahwa
kepentingan mereka berbeda dengan kepentingan kelompok akademis.
Bentuk laporan hasil penelitian itu tentu harus sesuai dengan

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


38 | Metodologi Penelitian

keinginan atau petunjuk-petunjuk dari lembaga atau badan sponsor


tersebut.

c. Umum

Para peneliti ataupun para sponsor penelitian mungkin ingin menulis


ikhtisar atau makalah yang dapat dibaca oleh siapa saja. Dalam hal ini
maka hal-hal yang bersifat teknis harus dihindarkan. Tulisan harus
bersifat populer dan mudah dimengerti oleh siapa saja yang
membacanya.

Pada umumnya penulisan laporan yang berhasil selalu diarahkan pada


pihak tertentu apakah untuk para akademisi, para praktisi atau para
pemberi dana. Laporan yang dimaksudkan untuk memuaskan semua
pihak umumnya tidak dapat berhasil baik.

6.3 Isi dan Bentuk Laporan


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan yaitu :

a. Laporan adalah suatu usaha yang untuk menceritakan proses dan


pengalaman penelitian. Hendaknya data yang dianalisis dipilih
dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga merupakan cerita
yang teratur dan berjalan lancar.

b. Tujuan utama dari suatu laporan adalah komunikasi dengan pihak


pembaca dan bukannya dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu
harus diingat pengetahuan dan kemampuan pembaca. Haruslah
diketahui terlebih dahulu tentang apa yang ingin diketahui oleh
pembaca mengenai penelitian itu. Dengan demikian dapatlah kita
mengorganisasikan bahan-bahan yang ada sehingga cerita yang
kita tulis itu jelas dan berhubungan satu sama lain.

c. Laporan harus menceritakan apa yang diharapkan akan terjadi.


Sedapat mungkin diceritakan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam rencana penelitian demikian pula sebab-sebab adanya
perubahan tersebut.

d. Penemuan dan pengalaman penelitian yang nampak tidak ada


hubungannya dengan tujuan-tujuan penelitian jangan tergesa-gesa
dibuang. Apa yang mula-mula dianggap informasi tambahan,
suatu ketika dapat merupakan kunci pembicaraan dalam
memahami situasi yang sulit.

e. Laporan yang dibuat jangan hanya merupakan cerita hal-hal yang


kita anggap sukses. Hendaknya dilaporkan juga tentang
kegagalan-kegagalan ataupun keterbatasan dari penelitian kita.
Bila mungkin, hendaknya dilaporkan juga pendapat kita mengapa
sampai terjadi kegagalan-kegagalan yang dilaporkan itu mungkin

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 39

akan sangat berguna sebagai peringatan bagi para peneliti lain


untuk penelitian-penelitian yang akan dijalankannya.

f. Adalah sangat mudah untuk mengganti rencana penulisan


daripada mengganti seluruh laporan. Oleh karena itu lebih efisien
untuk pertama-tama membuat garis besar (outline) yang baik,
kemudian mengikutinya dengan membuat konsep tulisan yang
lebih terinci.

g. Akhirnya kita hendaknya jangan mengharap bahwa para pembaca


akan mempunyai waktu dan minat untuk membaca seluruh
laporan. Oleh karena itu suatu laporan harus diorganisir dan
dibagi-bagi menjadi beberapa bab dan sub-bab dengan masing-
masing diberi judul yang tepat. Sehingga dengan demikian para
pembaca akan banyak ditolong dalam mencari bagian-bagian
yang dibutuhkannya.

6.4 Urutan Penulisan Laporan


Berikut ini adalah urutan-urutan isi laporan yang sering dilakukan
dalam suatu laporan hasil penelitian:

a. Halaman Judul

b. Kata Pengantar

Pada umumnya kata pengantar ini meliputi separuh sampai satu


halaman, dan kata pengantar ini merupakan uraian singkat terhadap
permasalahan utama, tujuan, lembaga yang mensponsori dan lain-lain.

c. Daftar Isi

Kegunaan dari daftar isi ini adalah untuk membantu pembaca laporan
mengindentifikasi bagian-bagian laporan dan juga melihat hubungan
antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.

d. Pendahuluan

Dalam pendahuluan ini harus diuraikan secara singkat kepada


pembaca mengenai masalah penelitian, ruang lingkup penelitian,
landasan teoritis dan beberapa implikasi kebijaksanaan yang hendak
dicapai dengan penelitian tersebut.

e. Identifikasi, Seleksi dan Formulasi dari Masalah

Dalam bagian ini kita harus menjelaskan kepada pembaca bagaimana


dan mengapa kita mengidentifikasi bidang penelitian yang kita miliki
dalam studi. Masalah-masalah apa yang menjadi perhatian dalam
penelitian itu? Dalam masalah apa kita lebih menekankan perhatian

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


40 | Metodologi Penelitian

dalam penelitian ini? Dalam penelitian ini apakah kita berusaha untuk
menguji suatu hipotesis tertentu yang pernah dikemukakan oleh pihak
lain? Apakah penelitian ini merupakan pengulangan dari suatu studi
yang pernah diadakan dengan modifikasi tertentu. Pertanyaan-
pertanyaan semacam itulah yang biasanya diinginkan jawabannya
bagi setiap pembaca yang mengamati laporan tersebut. Akhirnya
menyebutkan secara eksplisit masalah utama penelitian. Apa yang
menjadi tujuan penelitian dan bagaimana bentuk hipotesis kita secara
spesifik.

f. Kerangka Penelitian dan pengumpulan Data

Dalam bagian ini harus diuraikan secara jelas semua hal yang ada
kaitannya dengan kerangka penelitian, seperti cara pengambilan
sampel, jumlah responden, prosedur pengumpulan data, alat-alat yang
digunakan untuk pengumpulan data, definisi variabel, pre-testing,
sumber-sumber data tambahan dan lain sebagainya.

g. Pengolahan dan Analisis Data

Dalam bagian ini, peneliti mulai melakukan pengolahan data yang


didapat dan menganalisis hasil olahan tersebut seperti, bagaimana data
yang telah terkumpul diproses, disaring, diuji dan dianalisis? Prosedur
statistik apa yang digunakan? Berapa jumlah responden yang tidak
bersedia menjawab? Bagaimana mengatasi masalah data yang tidak
dapat terkumpul? Bagaimana cara kita menghitung indeks?
Bagaimana cara yang kita lakukan dalam memperkirakan variabel-
variabel yang kita analisis?

h. Beberapa Penemuan

Peneliti menemukan sesuatu penemuan di bidang yang diteliti seperti,


apa yang telah kita pelajari dalam penelitian ini? Bagaimana
penemuan-penemuan yang kita peroleh dihubungkan dengan beberapa
pertanyaan yang diformulasikan pada bagian dimuka?

i. Kesimpulan

Arti pentingnya kesimpulan ditulis adalah untuk membantu para


pembaca yang ingin mendapatkan hasil-hasil penelitian kita secara
cepat. Apabila dari hasil pengamatan yang secara cepat dapat
menimbulkan minat bagi pembaca untuk mengetahui lebih lanjut lagi,
maka ia dapat membacanya sendiri secara lebih lengkap pada bagian-
bagian penelitian yang sebelumnya.

j. Lampiran

Lampiran pada umumnya berisi angka-angka atau teknik perhitungan


statistik/matematis yang terlihat sangat memakan tempat apabila

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 41

diletakkan pada tubuh laporan. Bagian ini dapat diabaikan bagi


pembaca yang memang tidak tertarik untuk melihatnya lebih lanjut
tanpa harus kehilangan arah pada waktu membaca laporannya itu
sendiri.

k. Daftar Kepustakaan

Semua dokumen baik yang dipublikasikan maupun yang tidak, yang


kita gunakan sebagai landasan teoritis penelitian kita harus muat pada
daftar kepustakaan yang pada umumnya diletakkan pada bagian
terakhir dari suatu laporan. Dalam menyusun daftar kepustakaan ini
haruslah diikuti gaya standar (biasanya harus dibuat secara berurutan
alfabet berdasarkan nama pengarangnya).

6.5 Pedoman Cara Penulisan Laporan yang Baik


Ukuran baik buruknya suatu laporan sebenarnya terutama ditentukan
oleh ketepatan dan ketajaman analisis yang ada dalam laporan itu
sendiri. Sedangkan mengenai penampilan laporan itu sendiri (bentuk,
gaya bahasa, cara penyajian tabel dsb) jatuh nomor dua. Penampilan
suatu laporan yang baik dapat diusahakan dengan memperhatikan
pedoman-pedoman sebagai berikut :

a. Buatlah kalimat sejelas mungkin. Setiap kalimat haruslah


diusahakan dalam bentuk kalimat tunggal yang sempurna.
Penggabungan dari dua atau tiga kalimat sekaligus, mungkin akan
mengaburkan ide-ide yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh
penulis. Usahakan pula setiap paragraf jangan terlalu panjang.

b. Berhati-hatilah dalam mengemukakan setiap istilah


(therminology). Terlebih-lebih dalam suatu penelitian ilmu sosial,
sikap berhati-hati dalam setiap mengemukakan istilah-istilah
tersebut harus tinggi. Kalau tidak berhati-hati, mungkin dapat
menimbulkan sebagai macam kesalahpahaman. Setiap istilah
haruslah didefinisikan secara jelas dan konsisten.

c. Gunakan tata bahasa, ejaan, dan tanda-tanda kalimat (koma, seru,


titik dua dsb) yang baku. Dengan demikian, adanya kemungkinan
salah pengertian antara penulis dan pembaca dapat dihindari.

d. Usahakanlah menggunakan kalimat langsung dan positif, serta


hindarkan penggunaan kalimat yang kompleks. Jangan
menggunakan kata-kata yang tidak berguna dan hindarkan
penggunaan istilah yang bersifat lokal.

e. Berilah nomor urut untuk setiap bab, sub-bab, tabel dan diagram
secara konsisten dan memadai.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


42 | Metodologi Penelitian

f. Gunakan catatan kaki (footnotes) secara konsisten, dan beri


nomor secara berurutan dan letakkan setiap catatan kaki pada
bagian bawah di masing-masing halaman yang bersangkutan.
Dapat pula kita mengelompokkan catatan kaki itu dibagian
belakang pada akhir laporan asal saja nomor urutnya tetap
konsisten.

Pedoman tersebut di atas sebenarnya hanyalah merupakan sebagian


saja dari apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya
tidak dilakukan oleh setiap penulis dalam menulis laporannya, tetapi
apabila dapat diikuti secara benar, maka laporan tersebut akan sangat
bermanfaat dan menyenangkan bagi para pembaca.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 43

Latihan Soal
1. Jelaskan pentingnya menyusun laporan dalam suatu penelitian!
2. Sebutkan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan
penelitian!
3. Jelaskan tujuan utama dari penyusunan suatu laporan penelitian!
4. Sebutkan dan jelaskan urutan penulisan laporan yang sering dilakukan dalam
suatu laporan hasil penelitian!
5. Bagaimana cara menyusun daftar pustaka yang baik?

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


44 | Metodologi Penelitian

Lampiran: Contoh Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Judul Penelitian: Pengaruh kualitas pelayanan pramuniaga


dan jumlah pengunjung toko terhadap jumlah pembeli
(Penelitian 40 toko di Yogyakarta).

2. Variabel penelitian:

Pada penelitian ini variabel penelitiannya adalah: pelayanan


pramuniaga (X1), dan jumlah pengunjung toko (X2) sebagai
variabel independen dan jumlah pembeli (Y) sebagai variabel
dependen.

3. Paradigma Penelitian :

4. Populasi dan Sampel

Populasi jumlah toko seluruhnya adalah 45. Berdasarkan


tingkat kesalahan 5 %, maka ukuran sampel 40 toko. Sampel
toko diambil dengan stratified random sampling dengan
proporsi sebagai berikut.

Tabel 5. Jumlah Sampel Pramuniaga dan Toko di


Yogyakarta

Jumlah Pramuniaga Jumlah Sampel


Kelompok
(Orang) (Toko)
> 25 12 A
11 – 24 15 B
< 10 13 C

Dari 40 toko yang digunakan sebagai sampel tersebut, 21 toko


di jalan protokol dan 19 toko di luar jalan protokol.

5. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah Deskriptif :

1) Seberapa baik pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta ?

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 45

2) Berapakah jumlah rata-rata pengunjung toko di


Yogyakarta?
3) Berapakah jumlah rata-rata pembelinya ?

6. Hipotesis

Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah di


atas.

Hipotesis deskriptif (bisa dirumuskan dan bisa tidak)

1) Kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta paling


tinggi 70 % dari kriteria yang diharapkan.
2) Rata-rata tiap hari jumlah pengunjung toko di Yogayakarta
paling rendah 500 orang.
3) Rata-rata tiap hari jumlah pembeli toko di Yogyakarta
adalah 300 orang.

7. Teknik Statistik untuk Pengujian Hipotesis

Hipotesis Deskriptif

Bila hipotesis ini tidak dirumuskan, maka yang dianalisis


adalah rumusan masalahnya. Untuk mendapatkan informasi
tentang tingkat kualitas pelayanan pramuniaga, dapat dihitung
dengan membagi skor hasil penelitian dengan skor ideal (bila
setiap responden pada setiap pertanyaan memberi jawaban
tertinggi). Untuk mengetahui rata-rata jumlah pengunjung dan
pembeli toko, dihitung dengan menjumlahkan seluruh
pengunjung pada 40 toko selama 7 hari, selanjutnya dibagi
dengan 40 x 7. Contoh : Jumlah pengunjung 40 toko selama 7
hari = 40.000. Rata-rata jumlah pengunjung = 40.000 : (40 x 7)
= 105.263 orang.

8. Instrumen Penelitian

a. Instrumen Kualitas Pelayanan Pramuniaga Toko

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas


pelayanan pramuniaga toko berbentuk checklist dengan
skala Likert sebagai berikut : 4 berarti pelayanan sangat
baik ; 3 = baik ; 2 = tidak baik, dan 1 = sangat tidak baik.

Penilai adalah pemilik toko, dan yang dinilai adalah seluruh


karyawan atau sampelnya.

Contoh untuk satu orang pramuniaga dengan jumlah butir


instrumen yang dinilai sebanyak 10 butir.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


46 | Metodologi Penelitian

Mohon diberi nilai kualitas pelayanan pramuniaga di Toko


bapak/ibu dengan cara memberi tanda ( ) pada kolom
skor nilai
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

Tabel 6. Instrumen Pertanyaan Untuk Kualitas


Pelayanan Pramuniaga di Toko

Nama Pramuniaga yang dinilai : A N I


Skor Nilai
No. Aspek pelayanan yang dinilai
4 3 2 1
1. Sambutan kepada pengunjung
yg baru datang
2. Pelayanan terhadap
pengunjung yang menanyakan
barang
3. Bahasa yang digunakan dalam
pelayanan
4. Keramahan kepada calon
pembeli
5. Kemampuan menjelaskan
terhadap barang-barang yg
dijual
6. Sikap terhadap pengunjung
yang tidak membeli barang
7. Kemampuan
mendemonstrasikan barang
yang dijual
8. Kecepatan memberikan
pelayanan
9. Kualitas mengemas barang
yang telah dibeli pengunjung
10. Kepuasan pengunjung yang
dilayani

Jumlah nilai untuk Ani adalah : 3+4+1+3+4+3+1+3+3+2 =


27

Dengan demikian nilai kualitas pelayanan pramuniaga


tersebut =27/40 = 0,675 atau 67,5 % dari kriteria yang
diharapkan . Bila penilaian menggunakan skor 100, maka
nilai pramuniaga tersebut 67,5.

b. Instrumen Penilaian Pengunjung Toko

Instrumen untuk mengetahui jumlah pengunjung toko


menggunakan alat penghitung, yang mampu mencatat
jumlah pengunjung toko setiap hari selama 1 minggu (7

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 47

hari). Bila alat penghitung tidak ada, maka dapat digunakan


lembar isian pengunjung.

c. Instrumen Penilaian Pembeli

Jumlah pembeli di toko selama setiap hari dapat diketahui


di bagian kasir. Berdasarkan bukti-bukti pembayaran akan
dapat dicatat berapa jumlah pembeli setiap hari dalam
seminggu tersebut.

9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam


penelitian ini adalah kuesioner dan pengamatan. Kuesioner
diberikan kepada pemilik toko supaya digunakan untuk
mengukur kualitas pelayanan pramuniaga toko yang
bersangkutan. Bila jumlah pelayan toko lebih dari satu, maka
nilai kualitas pelayanan adalah rata-rata dari seluruh
pramuniaga yang dinilai. Sedangkan untuk mendapatkan data
tentang jumlah pengunjung dan pembeli toko dilakukan dengan
pengamatan.

10. Data Hasil Penelitian

a. Data Kualitas Pelayanan Pramuniaga

Data kualitas pelayanan pramuniaga (X1) 40 toko yang


digunakan sebagai sampel ditunjukkan pada Tabel 7.

b. Data jumlah pengunjung (X1) dan Pembeli (Y)

Data rata-rata jumlah pengunjung toko tiap hari (X1) dan


jumlah pembeli (Y) dari 40 toko yang digunakan sebagai
sampel ditunjukkan pada Tabel 7. Angka dalam tabel
dikalikan 10.

11. Analisis Data dan pengujian Hipotesis

a. Analisis Data :

Analisis data disini merupakan perhitungan untuk menjawab


rumusan masalah penelitian deskriptif. Rumusan masalah
deskriptif ada tiga yaitu :

1) Seberapa baik pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta?


2) Berapakah jumlah rata-rata pengunjung toko di
Yogyakarta?

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


48 | Metodologi Penelitian

3) Berapakah jumlah rata-rata pembelinya?

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut diatas data yang


digunakan adalah data yang ada pada Tabel 7 berikut.

Jawaban :
1) Jumlah skor yang diperoleh = 945. Jumlah skor ideal (bila
semua responden menjawab skor tertinggi pada setiap
butir) = 4 x 10 x 40 = 1.600 (4 = skor tertinggi; 10 = jumlah
butir instrumen; 40 = ukuran sampel). Jadi kualitas
pelayanan pramuniaga toko = 945 : 1600 = 0,59. Atau 59 %
dari kriteria yang diharapkan, atau mendapat nilai 59 (untuk
skor tertinggi 100).
2) Rata-rata pengunjung toko tiap hari = (852 x 10) : 40 = 213
orang.
3) Rata-rata pembeli tiap hari = (690 x 10): 40 = 172,5 orang.

Tabel 7. Data Rata-Rata Kualitas Pelayanan Pramuniaga,


Jumlah Pengunjung dan Pembeli di 40 Toko di
Yogyakarta

Jumlah Jumlah Jumlah


Skor Untuk Butir No:
No. Skor Pengunjung Pembeli

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (X1) (X2) x 10 (Y) x 10


1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 12 15 13
2 1 2 1 2 1 3 1 1 1 3 16 19 18
3 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 34 31 27
4 3 4 3 2 3 2 3 4 2 4 30 26 19
5 2 2 2 2 3 1 2 1 2 3 20 18 17
6 2 3 2 4 3 2 3 4 3 2 28 29 24
7 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 25 23 21
8 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 23 27 21
9 3 4 1 2 2 3 3 3 3 2 26 28 25
10 2 3 4 2 3 2 2 2 3 2 25 20 18
11 2 3 2 2 4 4 2 2 1 2 24 22 17
12 2 2 3 3 3 1 2 3 3 1 23 29 15
13 4 3 2 3 3 3 2 1 2 2 25 18 17
14 3 2 4 3 3 2 3 3 4 2 29 29 28
15 2 2 2 1 3 3 2 1 1 3 20 25 21
16 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 24 22 16
17 3 2 3 2 3 1 3 2 2 2 23 22 13
18 1 2 3 2 1 2 2 2 1 3 19 33 22
19 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 22 24 20
20 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 32 33 29
21 4 2 3 3 2 2 2 2 2 1 23 20 16

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 49

22 2 3 2 3 1 2 2 3 3 3 24 19 17
23 4 2 2 2 3 1 2 1 2 1 20 20 19
24 4 4 3 2 3 1 2 3 3 4 29 22 21
25 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 24 23 17
26 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 25 15 12
27 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 21 24 15
28 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 19 22 18
29 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 24 17 16
30 4 2 3 2 3 2 2 2 3 2 25 16 12
31 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 13 10 8
32 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 23 14 12
33 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 24 17 15
34 2 3 4 2 3 2 3 2 4 2 27 10 7
35 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 22 22 16
36 3 2 2 2 3 4 3 2 2 3 26 12 10
37 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 28 19 16
38 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 25 20 15
39 2 3 1 2 3 3 2 2 2 3 23 19 12
40 2 2 1 2 2 2 3 2 1 3 20 18 15
Jumlah 102 100 98 94 99 89 95 86 93 89 945 852 690
23,42 21,3 17,25
4,43 5,734 4,991

b. Pengujian Normalitas Data

Pengujian normalitas data dapat menggunakan Kertas Peluang


Normal atau dengan Chi Kuadrat. Untuk contoh berikut akan
menggunakan Chi Kuadrat. Langkah-langkah pengujian
normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah kelas interval. Dalam hal ini jumlah


kelas intervalnya = 6, karena luas kurva normal dibagi
menjadi enam, yang masing-masing luasnya adalah : 2,7 %;
13,53 %; 34,13 %; 34,13 %, 13,53% ;2,7 %.

1. Menentukan kelas interval yaitu : (data terbesar – data


terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval (6).

2. Menyusun ke dalam distribusi frekuensi, yang sekaligus


merupakan tabel penolong untuk menghitung nilai Chi
Kuadrat (lihat contoh perhitungan berikut).

3. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara


mengalikan persentase luas tiap bidang kurva normal
dengan jumlah anggota sampel.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


50 | Metodologi Penelitian

4. Memasukkan nilai-nilai fh ke dalam tabel kolom fh


sekaligus menghitung nilai-nilai (fo – fh) dan
mengkuadratkannya. Jumlah dari (fo – fh)2/fh merupakan
nilai Chi Kuadrat ( 2) hitung.

5. Membandingkan nilai Chi Kuadrat hitung dengan Chi


Kuadrat tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung harga Chi
Kuadrat tabel ( 2n 2
1), maka distribusi data dinyatakan
normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal.

1) Pengujian Normalitas Data Kualitas Pelayanan


Pramuniaga Toko (X1)

Tabel 8. Tabel Penolong Untuk Pengujian


Normalitas Data Kualitas Pelayanan
Pramuniaga

Interval fo fh* (fo – fh) (fo – fh)2 (fo – fh)2/fh


12 – 15 2 1 1 1 1
16 – 19 3 5 -2 4 0,8
20 – 23 13 14 -1 1 0,0714
24 – 27 15 14 1 1 0,0714
28 – 31 5 5 0 0 0
32 – 35 2 1 1 1 1
Jumlah 40 40 0 8 2,94285

Nilai fh = 2,7 % x 40; 13,53 %x 40; 34,13 % x 40; 34,13 %


x40; 13,53 %x 40; 2,7 % x 40 * Angka
dibulatkan

Jadi nilai Chi Kuadrat hitung = 2,94285 dan Chi Kuadrat


tabel dengan dk (derajat kebebasan) 6 – 1= 5 dengan taraf
kesalahan 5% maka Chi Kuadrat Tabel = 11.070  2
hitung < 2 tabel (2,94285 < 11,070), maka distribusi data
kualitas pelayanan pramuniaga toko tersebut dinyatakan
normal dengan tingkat kepercayaan 95%.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 51

2) Pengujian Normalitas Data Pengunjung Toko (X2)

Tabel 9. Tabel Penolong Untuk Pengujian


Normalitas Data Pengunjung Toko

Interval fo fh* (fo – fh) (fo – fh)2 (fo – fh)2/fh

10 –13 3 1 2 4 4
14 – 17 6 5 1 1 0,2
18 – 21 11 14 -3 9 0,6428
22 – 25 11 14 -3 9 0,6428
26 – 29 6 5 1 1 0,2
30 – 33 3 1 2 4 4
Jumlah 40 40 0 28 9,6857

Nilai fh = 2,7 % x 40; 13,53 % x 40; 34,13 % x 40; 34,13 %


x 40; 13,53 % x 40; 2,7 % x 40 *Angka
dibulatkan

Jadi nilai Chi Kuadrat hitung = 9,6857 sedangkan Chi


Kuadrat tabel = 11,070, karena Chi Kuadrat hitung kurang
dari Chi Kuadrat tabel ( 9,6857 < 11.070) maka distribusi
data pengunjung toko tersebut dinyatakan normal dengan
tingkat kepercayaan 95%.

3) Pengujian Normalitas Data Pembeli (Y)

Tabel 10. Tabel Penolong Untuk Pengujian


Normalitas Data Pembeli

Interval fo fh* (fo – fh) (fo – fh)2 (fo – fh)2/fh

7 – 10 3 1 2 4 4
11 – 13 6 5 1 1 0,2
14 – 17 15 14 1 1 0,0714
18 – 21 10 14 -4 16 1,1429
22 – 25 3 5 -2 4 0,8
26 – 29 3 1 2 4 4
Jumlah 40 40 0 30 10,2142

Nilai fh = 2,7 % x 40; 13,53 % x 40; 34,13 % x 40; 34,13 %


x 40; 13,53 % x 40; 2,7 % x 40 * Angka
dibulatkan

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


52 | Metodologi Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, nilai Chi


Kuadrat hitung = 10,2142, yang kemudian dibandingkan
dengan Chi Kuadrat tabel = 11,070, karena Chi Kuadrat
hitung lebih kecil dari Chi Kuadrat tabel (10,2141 <
11,070) maka data pembeli tersebut dinyatakan normal
dengan timgkat kepercayaan 95%.

c. Pengujian Hipotesis Deskriptif

Terdapat tiga hipotesis deskriptif yang diuji yaitu :

1) Kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta


paling tinggi 70% dari kriteria yang diharapkan.

2) Rata-rata tiap hari jumlah pengunjung toko di


Yogyakarta paling rendah 500 orang.

3) Rata-rata tiap hari jumlah pengunjung toko di


Yogyakarta = 300 orang.

Untuk menguji ke tiga hipotesis tersebut di gunakan t–test


satu sampel dengan rumus sebagai berikut :

23,62 28 4,38
t 6,527
4,43 0,70
40

X
t 0
 t-test satu sampel
s/ n

Dimana :
t = nilai t yang dihitung
x = rata-rata
o = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel

1) Pengujian Hipotesis Deskriptif Pertama

Rumusan hipotesisnya adalah: Kualitas pelayanan


pramuniaga toko di Yogyakarta paling tinggi 70% dari
yang diharapkan.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas dapat


diketahui bahwa :

x = 23,62 dan s = 4,43 dengan rumus diatas akan


dihitung dengan menggunakan taraf kesalahan ( ) = 5%

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 53

dengan nilai yang dihipotesiskan adalah paling tinggi


70% dari nilai ideal yang berarti : 0,70 x 40 = 28

Ho : 28 Ha : 28  Uji Hipotesis pihak


kanan

t tabel = t dk= 39, =5%= 1,683

Berdasarkan hasil perhitungan bahwa t hitung t tabel


sehingga berada di daerah Ho, dengan demikian Ho
diterima.

2) Pengujian Hipotesis Deskriptif Kedua

Rumusan Hipotesisnya adalah : Jumlah pengunjung


Toko di Yogyakarta rata-rata tiap hari paling rendah
250 orang.

Ho : 250 Ha : 250  Uji hipotesis pihak


kiri

213 250 37
t 4,11
5,73 40 0.90

t hitung t tabel  -4,11 1,683 sehingga jatuh


didaerah penerimaan Ha. Dengan demikian Ho ditolak
dan Ha yang diterima, berarti bahwa hipotesis yang
mengatakan rata-rata pengunjung toko di Yogyakarta
paling rendah 250 orang. Jadi terdapat perbedaan antara
yang diduga (250) dengan data yang terkumpul (213).

3) Pengujian Hipotesis Deskriptip Ketiga

Rumusan Hipotesisnya adalah : rata-rata tiap hari


jumlah pembeli pada toko di Yogyakarta = 200 orang

Ho : = 150 Ha : 150  Pengujian dua


pihak

172 150 22
t 27 ,8798631
4,99 / 40 0,7891

Berdasarkan hasil perhitungan t hitung lebih besar dari t


tabel dengan dua arah yaitu 27,88 2,015 yang berarti

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


54 | Metodologi Penelitian

terdapat perbedaan yang signifikan antara yang diduga


(150) dengan data yang terkumpul (172).

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


Metodologi Penelitian | 55

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik


56 | Metodologi Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Вам также может понравиться