Вы находитесь на странице: 1из 8

(Drama Satu Babak)

Memilih Salib

[MC naik ke panggung dan memperkenalkan acara drama remaja]

NARATOR/ MC :
“Selamat siang bapak dan ibu jemaat, kami dari Pelka Remaja GPID Koinonia Palu akan
mempersembahkan sebuah drama yang bercerita tentang ....”

[belum sempat MC menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba dari arah luar muncul seorang bapak
tua yang sedang membawa banyak barang. Agaknya bapak tersebut seorang pedagang]

PENJUAL SALIB :
[Berteriak lantang] Salib….salib…. siapa yang berminat? Gratis kok…!!
[Mendekati jemaat yang duduk] “Salibnya pak, bu, ayo…te usah di bayar…. Gratis kok…!”

[Naik ke panggung sambil mengipas-ngipas tubuhnya yang keringatan] "Aaaah ... capek sekali
le... sepertinya ini tempat yang enak untuk istirahat.....

MC :
[Terkejut dan kebingungan]
“Eh, pak tua, sedang apa bapak di sini? Ini gereja pak, bukan tempat jualan.... Kami mau main
drama pak, bukan mau belanja.... Tolong bapak keluar saja....

PENJUAL SALIB :
[berkata kepada MC acara] “Beh, sebentar saja anak, saya numpang jualan di sini, sapa tau
banyak yang mau ambil salib-salib jualanku ini. Sepanjang jalan saya sudad tawarkan banyak
salib, tapi dorang Cuma mau ambil yang kecil-kecil saja. Salib yang besar ini sampe sekarang
belum ada yang mau le... “ [sambil menunjuk ke arah salib besar yang tadi dipanggulnya]

MC :
“Oke baiklah pak, silahkan... Tapi jangan bikin kotor ya pak, soalnya ini gereja, rumah ibadah...”
[MC pun kembali ke belakang panggung] - MC berganti menjadi narator

PENJUAL SALIB :
[sambil mengangguk] “Baiklah nona...”
[berteriak menawarkan dagangannya] “salib, salib, mari di pilih, di pilih..... [banyak orang Cuma
lalu lalang saja dan meilaht dagangan bapa tua tesebut tanpa mengambilnya]
NARATOR :
Sementara bapak tua sedang duduk mengatur barang dagangannya, tibda-tiba lewatlah seorang
pendeta muda

[pendeta lewat seperti terburu-buru]

1
PENJUAL SALIB :
[mendekati pendeta dan menwarkan salib] “pak, salib pak, gratis loh.... silahkan di pilih-pilih
dulu...”

PENDETA:
[agak kesal] “Aduh maaf, saya te ada waktu le, sy harus ke geraja mau pimpin ibadah. Lagipula
saya sudah punya banyak sekali salib di rumah. Ini pun saya ada pake kalung salib” [sambil
menunjukkan kalung yang sedang dipakainya kepada penjual tersebut] - pendeta pun keluar

PENJUAL SALIB :
[Geleng-geleng kepala] "Sungguh kasihan.Mentang-mentang seorang pendeta"

[sementara penjual sedang memandang ke arah pendeta yang berjalan, tiba-tiba terdengar suara
seseorang]

KETUA PEMUDA :
[mendekat dan melihat-lihat salib yang di pajang] "Permisi! Bolehkah saya meminta sebuah salib,
Pak?"

PENJUAL SALIB :
"Oh, tentu saja, tentu saja boleh!" [Kepada Penonton] "Ini baru kejutan! Belum ditawari, sudah
meminta! Ayo, silakan Dik, pilih mana yang kau suka! Gratis, lho"

KETUA PEMUDA :
"Gratis? Wow keren!! Saya suka, saya suka...!!!" [Penjual Salib menganggukkan kepalanya,
Pemuda memilih-milih salib, lalu mengambil salib terbesar kedua] “saya pilih yang besar ini jo”

PENJUAL SALIB :
[Heran] “Kenapa pilih yang itu, kakak?”
KETUA PEMUDA :
[nada bangga] “saya ‘kan ketua pemuda di gereja, bangga dong kesana-kemari membawa salib.
Lagipula saya masih kuat untuk memikul salib sebesar ini. Terima kasih banyak pak”

PENJUAL SALIB :
“silahkan, silahkan, ambil saja....”

[Pemuda pun keluar]

PENJUAL SALIB :
[Sambil mengipas-ngipas diri] "Haaaahh ..." [Menarik napas panjang.] "Di mana-mana anak
muda selalu sama, semangat tinggi, ingin selalu menonjol, tapi ... takut, kalau diberi tanggung
jawab yang lebih besar. Haaaaahhh ..."

2
NARATOR :
Sementara ini lewatlah seorang musisi muda yang sedang membawa tas gitar di punggungnya

MUSISI :
[lewat sambil membawa gitar dan memakai headphone yang digantung di leher]

PENJUAL SALIB :
[Sambil sedikit berteriak menawarkan salib] “ salib, salib, salib mas... ayo di pilih, gratis kok”
MUSISI :
[Mendekati penjual salib] “ Ada salib yang bisa bikin saya terkenal? Apa saya mau ba konser di
Biromaru, kasikan dulu saya salib yang bisa bikin saya ganteng dan terkenal”

PENJUAL SALIB :
[Heran] “wah, salib tidak bisa dipakai sebagai jimat pak, ini sebagai tanda kita orang kristen,
pengikut Kristus, bukan jimat-jimat untuk terkenal. Kalau kamu mau pake supaya terkenal, lebih
baik saya te usah kasi”

MUSISI:
“Okelah pak, saya tidak akan jadikan sebagai jimat. Boleh saya minta satu salibnya, supaya kalau
orang lihat, mereka langsung tahu kalau saya kristen”

PENJUAL SALIB :
“Nah, begitu dong, ini sepertinya cocok buatmu. Anak muda yang energik” [penjual salib
menyerahkan salib yang kecil dan indah]

MUSISI :
“Terima kasih pak tua, saya pamit dulu”

PENJUAL SALIB :
“sama-sama anak muda, jangan lupa ciptakan lagu rohani untuk memuji Tuhan ya...”

MUSISI :
[mengangguk dan melambaikan tangan tanda setuju]

NARATOR :
Setelah musisi pergi, lewatlah seorang manajer muda bersama asistennya...

[Masuk seorang manajer, berdasi, membawa tas kantor, seorang eksekutif muda bersama dengan
asistennya]

ASISTEN :
[Menyerakan telepon genggam yang berbunyi] “Maaf pak ini ada telepon dari Komisaris Pabrik
Putu di Jerman”

3
MANAJER :
[Mengambil HP dari tangan asisten] “Halo, eh, nakuya komiu?? Oh, iya, iya rebes sudah itu, nanti
saya jemput barangnya, Putu 3 kontainer kan?”

[Belum lagi selesai pembicaraan manajer, tiba-tiba HP yang satu berbunyi lagi]

ASISTEN :
[menyerahkan Hp] “Pak, ini dari Direktur Pabrik Panada di Afrika”

MANAJER :
[Mengambil HP dari tangan asisten] “Halo, Halo, siap pak, saya besok saya cek kiriman bapak..
Panada 5 Kontainer to?? Oke, oke....”

NARATOR:
Bapak tua penjual salib terlihat heran melihat betapa sibuknya seorang muda. Tiba-tiba timbul
keinginanya untuk mengerjai anak muda tersebut.

PENJUAL SALIB :
[Maju mendekati anak muda yang sedang membelakanginya] “nak, salib nak, anad mau salib?”

MANAJER:
[tidak mengetahui kalau yang diberikan padanya itu adalah salib, dia pun mengangkatnya dan
meletakkan di dekat telinga, seolah-olah itu adalah HP] “halo...halo... eh, apa ini?? [memarahi
asistennya] “apa yang kau kasi sama saya ini? HP model baru? Kenapa tidak ba bunyi?”

ASISTEN:
[takut-takut] “bukan pak, ini salib, bapak penjual salib mau menawarkan salib kepada bapak”

MANAJER:
[melihat ke arah bapak penjual salib] “oh, salib, brapa harganya? “

PENJUAL SALIB:
[tersenyum] “tidak usah di bayar pak, ini saya kasi gratis buat bapak”

MANAJER :
[tampak senang] “oh, baguslah, saya pilih ini saja”

PENJUAL SALIB :
“Kenapa bapak pilih salib ini?”

MANAJER :
Saya menginginkan sebuah salib yang fleksibel. Mudah terlihat pada saat diperlukan, sesuai
dengan jabatan dan kedudukan saya, mudah pula disembunyikan bilamana membahayakan karir
saya. [Mengambil salib dan memasukkannya ke dalam tas] “Terima kasih banyak pak tua”
[Mengajak asistennya pergi] “Ayo kita pulang, skejul saya sekarang apa ya?”

4
ASISTEN :
[membuka buku agenda] “jam 12 siang ini bapak ada meeting di warung mas joko dengan
pengusaha dari Malaysia”

MANEJER :
‘Oke baik, ayo kita cap cuss....”

NARATOR :
Manajer dan asisten pun pergi.... beberapa saat setelah manajer pergi, lewatlah dua orang siswa
sekolah SMA dna SMP menghampiri bapak penjual salib tersebut

SISWA SMP :
[berkata kepada temannya yang siswa SMA] “Hei, ada penjual salib, ayo kita ke situ”

SISWA SMA :
“ayo, sapa tau ada salib yang bagus dan cocok untuk kita berdua”

SISWA SMP :
[menunjuk ke arah salib-salib yang di jual] “eh, opa, salibnya di jual? Brapa satu?”

PENJUAL SALIB :
“Oh, salibnya tidak di jual, saya kasi gratis nona, silahkan pilih sesuai dengan keinginan nona, ada
yang besar, ada yang kecil”

SISWA SMA :
“Saya mau salib yang bisa bikin saya lulus masuk Universitas, opa”

SISWA SMP :
“Kalau saya supaya lulus SMA, opa. Apa saya mau masuk SMA paling top di Palu ini”

PENJUAL SALIB :
[geleng-geleng kepala] “ckckckc.... dasar anak muda jaman sekarang. Tadi baru saja saya nasihati
musisi muda yang pake salib sebagai jimat, ini sekarang datang lagi anak remaja yang juga mau
pake salib sebagai jimat. Hei, nak, sekali lagi saya katakan ya, salib bukian jimat. Ingat itu! Salib
adalah tanda iman kita kepada Yesus Kristus, akrena dengan karya KasihNya diKayu Salib, kita
bisa diselamtkan. Kalau Cuma mau pake supaya lulus, lebih baik saya tidak kasi ke kalian”

SISWA SMA :
“Oke baiklah opa, saya mau pakai salib supaya orang tahu kalau saya kristen dan bisa jkadi saksi
bagi orang lain”

PENJUAL SALIB :
“Kalau begitu tujuanmu, saya mau kasi salib-salib ini sama kamu. Silahkan pilih yang kamu suka. Ini
ada juga yang besar yang lebih bagus”

5
SIWSA SMP :
“Saya pilih ini opa” [sambil mengambil salib yang kecil]

SISWA SMA :
“Kalau saya yang ini”
“Terima kasih banyak opa, kami pergi dulu”

NARATOR :
Kedua siswa pun pergi meninggalkan penjual tua itu sendirian. Hari sudah menjelang sore, sang
penjual tua masih tetap setia menunggui salib-salibnya. Sepertinya salib yang paling besar belum
juga ada yang berminat. Selagi penjual tua duduk melamun, tiba-tiba ada seorang kaya bersama
asistennya lewat di depan penjual tersebut

ORANG KAYA :
[berteriak] “Asisten... oh, asisten...!!!”

ASISTEN :
[lari tergopoh-gopoh] “iya pak, ada perlu apa pak?”

ORANG KAYA :
“Kamu parkir dimana mobil Lamborgini saya?”

ASISTEN :
“saya parkir di halaman depan pak”

ORANG KAYA :
“Kalau helikopter dan pesawat saya, kamu parkir dimana?”

ASISTEN :
“saya parkir di halaman tetangga pak, soalnya halaman rumah bapak sudah penuh dengan dokar
yang di parkir”

ORANG KAYA :
“Oh, iya, saya lupa kalau saya juga punya dokar banyak,,, maklum, orang kaya... sering lupa
hartanya berapa dan dimana semua disimpan”

[Penjual salib mendekati orang kaya dan menawarkan salib]

PENJUAL SALIB :
“Salib pak, bapak mau salib? Ini kelihatan cocok di rumah bapak yang pasti sangat besar [[sambil
mengangkat salib yang sangat besar]

ORANG KAYA :
[terkejut] “Oh, NO...!!! Plis deh pak, saya ini memang orang kaya, tapi tidak juga pasang salib pe
besar begini, nanti apa orang bilang? Saya pilih salib yang elegan dan kelihatan mewah, tapi

6
yang kecil saja pak. Kalau bapak punya salib yang berlapis emas dan berlian, saya mau.
Berapapun harganya, pasti saya bayar”

PENJUAL SALIB :
‘Saya janya menjual salib-salib kayu pak. Silahkan bapak pilih sendiri mana yang bapak suka”

ORANG KAYA :
[menoleh ke arah asistennya] “kamu jo piliohkan buat saya”

ASISTEN :
[mengambil salah satub salib] “yang ini jo pak, cocok buat bapak, nanti taro di mobil atau
pesawat bapak”

ORANG KAYA ;
“terserah kau saja. Tolong ambil duitku yang di peti itu, kasikan bapak ini”

ASISTEN :
“Ini pak uangnya” [sambil menyerahkan sejumlah uang kepada penjual”

PENJUAL SALIB:
“Oh, tidak perlu nak, salib itu gratis. Kalian ambil saja”

ORANG KAYA :
“Tidak apa-apa pak, ambil saja. Uang saya masih banyak di peti ini. Bapak ambil saja untuk modal
beli salib lagi dan dibagi-bagikan ke orang lain”

PENJUAL SALIB :
“terima kasih anak muda, sungguh mulai hatimu”

NARATOR :
Orang kaya pun pergi bersama dengan asistennya. Tinggallah sang penjual salib tua yang masih
tetap menjaga barang dagangannya

PENJUAL SALIB :
“wah, semua salib telah habis, tapi semuanya salib kecil, yang tinggal Cuma salib besar ini. Kalau
saya bawa, terlalu berat. Atau, saya tinggalkan saja di sini ya... sapa tau ada yang lewat dan
mengambilnya”

[Penjual salib berjalan ke arah NARATOR]

PENJUAL SALIB :
“eh, nona, salib besar ini saya titip di sini jo eee, sapa tau ada yang mau, ambe jo silahkan. Saya so
mau pulang. Terima kasih sudah mau kasi saya istirahat dan jualan di sini”

NARATOR :
‘Iya sama-sama pak. Hadija pak...”

7
Salib yang diberikan Tuhan bagi kita untuk dipikul pasti sesuai dengan kemampuan kita. Tetapi kita
sering memilih salib yang ringan dan kecil, atau bahkan terlalu kecil, supaya tidak ketahuan kalau
kita ini adalah orang kristen, pengikut Kristus. Padahal salib adalah merupakan kesaksian bahwa
kita sudah di tebus oleh Yesus melalui karya kasihNya di kayu salib. Karena salib Kristus kita
menjadi layak dihadapan Tuhan.
Demikianlah drama singkat dari kami. Semoga bapak ibu jemaat bisa terhibur. Terima kasih banyak

[semua anggota remaja menyanyikan lagu KARENA SALIBMU]

*THE END*

Para Pemain : Properti :


1. Destin : Narator/ MC 1. Kapas untuk kumis
2. Dwi : Penjual Salib 2. Pemutih rambut
3. Ardi : Pendeta 3. Topi Petani
4. Rey Caroline : Ketua Pemuda 4. Sarung kotak-kotak
5. Junior : Musisi 5. Headphone
6. Irgi & Tessa : Siswa 6. Gitar dan tasnya
7. Bayu : Manajer 7. HP 2 buah
8. Inggrid : Asisten Manajer 8. Baju SMP
9. Mario : Orang Kaya 9. Baju SMA
10. Anugrah : Asisten orang kaya 10. Tas Leptop
11.

Вам также может понравиться