Вы находитесь на странице: 1из 8

MAKALAH

IBADAH MAHDAH DAN GHAIRUH MAHDAH


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS AQIDAH & UBUDIAH
DOSEN PENGAMPU : SITI HALUMMNI RIFNA, S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh :

Davis Nanda Gilang Pratama (18130210117)


Danang Octafiyan (18130210099)
Joko Dwi Tanto (18130210026)
Yayang Ade Budinata (18130210472)

FAKULTAS EKONOMI
S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
Tahun 2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Semua kehidupan hamba Allah yang dilaksanakan dengan niat mengharap keridhaan
Allah SWT itu bernilai ibadah. Beribadah itu hanya diri sendiri dan Allah yang tahu
apakah ikhlas atau karena riya? Ibadah sendiri secara umum dapat dipahami sebagai
wujud penghambaan diri seorang makhluk kepada Sang Khaliq. Penghambaan itu
lebih didasari pada perasaan syukur atas semua nikmat yang telah dikaruniakan oleh
Allah kepada-Nya dengan menjalankan titah-Nya sebagai Rabbul ‘Alamin.
Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk
menggugurkan kewajiban, dan tidak lebih dari itu. Misalnya, saat ini banyak umat
islam yang tidak berjamaah ke masjid kecuali shalat jum’at. Bahkan ada pula yang
tidak shalat kecuali pada hari raya. Islamnya hanya ada di kartu identitas. Dan ada
pula yang beribadah, mendekatkan diri kepada Allah hanya pada saat ibadah ritual
saja, setelah itu dia jauh dari ridlo Allah.
Sepintas yang ada di benak kita tentang ibadah adalah hanya suatu bentuk hubungan
manusia dengan sang khalik. Padahal tidak demikian, bentuk dari ibadah itu ada 2
ada yang hubungannya langsung berhubungan dengan Allahtanpa ada perantara
yang merupakan bagian dari ritual formal atau hablum minallah dan ada yang
ibadah secara tidak langsung, yakni semua yang berkaitan dengan masalah
muamalah, yang disebut dengan hablum minannas, hubungan antar manusia. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai pembagian ibadah itu, yang mencakup
ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa yang dimaksud ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah?


B. Apa prinsip-prinsip ibadah?
C. Apa hakikat dan syarat-syarat diterimanya ibadah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bidang Ibadah
Kata “ibadah” ( (‫ عبد‬- ‫ يعبد‬- ‫عبادة‬berasal dari bahasa Arab yang diartikan dengan taat,
menurut, mengikut, berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan
diri. Sedangkan secara istilah ibadah adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan
ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah swt, penuh rasa cinta dan sesuai dengan
aturan Allah dan Rasul-Nya. Seperti firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 162:

ِ َ ‫صأل‬
‫تى إِن قُل‬ َ ‫كى َو‬
ِ ‫س‬ُ ُ‫اي ن‬
َ َ‫اتى َو َمحي‬
ِ ‫لِل َو َم َم‬ ِ ‫العَلَ ِمينَ َر‬
ِ ِ ‫ب‬
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta Alam.”

Selain itu, ibadah juga diartikan sebagai suatu sikap pasrah dan tunduk total kepada
semua aturan Allah dan Rasul-Nya. Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan Islam
merupakan refleksi syukur pada Allah swt atas segala nikmatnya yang timbul dari dalam
lubuk hati yang dalam dan didasari kepahaman yang benar. Pada gilirannya, ibadah
tidak lagi dipandang semata-mata sebagai kewajiban yang memberatkan, melainkan
suatu kebutuhan yang sangat diperlukan.
Allah swt berfirman dalam surat Ad Dzariyat ayat 56.
‫س ال ِجن َخاَقتُ َو َما‬
َ ‫اإلن‬
ِ ‫ِليَعبُد ُو ِن إِل َو‬
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-
Ku” (QS. 51: 56)
Manusia dalam hidupnya mengemban amanat ibadah baik dalam hubungan kepada
Allah, maupun hubungan sesama manusia dalam hubungan dengan lingkungan, dan
hubungan dengan alam.
Secara umum, bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Ibadah Mahdhah atau Ibadah Khusus


Yang dimaksud dengan ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya,
yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT yang
bersifat ritual (peribadatan), Ibadah mahdhah merupakan manifestasi dari rukun islam
yang lima. Atau juga sering disebut ibadah yang langsung. Selain itu juga ibadah
mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak
memerlukan penambahan atau pengurangan.
Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah, adalah :
a. Shalat
Secara lughawi atau arti kata shalat mengandung beberapa arti yang beragam salah
satunya do’a, itu dapat ditemukan contohnya dalam Al-Qur’an surat al-Taubah ayat 103:
‫لهم سكن صلوتك إن عليهم وصل‬
Berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka.
Secara terminologis ditemukan beberapa istilah diantarnya: “Serangkaian perkataan dan
perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi salam”.
b. Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam, yang berarti
membersihkan, bertumbuh dan berkah. Zakat itu ada dua macam: yaitu zakat harta atau
disebut juga zakat mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan yang
disebut juga zakat fitrah.
c. Puasa
Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun Islam. Puasa secara
bahasa bermakna , menahan dan diam dalam segala bentuknya. Secara terminologis
puasa diartikan dengan “menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual
mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang ditentukan”.
d. Ibadah Haji
Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti “bersengaja”. Dalam
artian terminologis adalah Menziarahi ka’bah dengan melakukan serangkaian ibadah di
Masjidil Haram dan sekitarnya, baik dalam bentuk haji ataupun umroh.
e. Umroh
Umroh adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian khusus disekitarnya.
Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di
Muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia merupakan haji
dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umroh itu disebut dengan haji
kecil.
Rumusan Ibadah Mahdhah adalah
“KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari’at)

2. Ibadah Ghairu Mahdhah


Yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku manusia
yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan yang
sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat ridho
Allah swt. Atau sering disebut sebagai ibadah umum atau muamalah, yaitu segala
sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan, lahir
maupun batin yang mencakup seluruh aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial,
politik, budaya, seni dan pendidikan. Seperti qurban, pernikahan, jual beli, aqiqah,
sadaqah, wakaf, warisan dan lain sebagainya. Selain itu ibadah ghairu mahdhah adalah
ibadah yang cara pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya
dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap
terjaga. Seperti perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih.
Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:
a. I’tikaf
Berdiam di masjid untuk berdzikir kepada Allah.
b. Wakaf
Wakaf menurut bahasa berarti menahan sedang menurut istilah wakaf ialah memberikan
suatu benda atau harta yang kekal zatnya kepada suatu badan yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan masyarakat.
c. Qurban
Qurban secara bahasa berarti dekat, sedang secara istilah adalah menyembelih hewan
yang telah memenuhi syarat tertentu di dalam waktu tertentu yaitu bulan Dzulhijjah
dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah.
d. Shadaqah
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan
pahala di akhirat.
e. Aqiqah
Aqiqah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak/bayi. Istilah
aqiqah kemudian dipergunakan untuk pengertian penyembelihan hewan sehubungan
kelahiran bayi.

Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah


“BB + KA”
(Berbuat Baik + Karena Allah)

B. Prinsip-prinsip ibadah

1. Niat, merupakan prinsip utama dalam beribadah karena semua perbuatan orang
yang beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW yang diniatkan di jalan Allah bernilai
ibadah, baik dalam ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.
2. Semua jenis perbuatan ibadah harus mengacu kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Melakukan ibadah dengan jalan ittiba’ (mengikuti tata cara yang dilakukan oleh
Rasulullah saw), mengetahui hujjah atau dalil-dalilnya.
4. Tidak berpatokan pada pendekatan rasional, kecuali dalam urusan muamalah.
5. Bertanya kepada ulama (ahli zikir) jika tidak mengetahui dalil-dalilnya.
C. Hakikat Ibadah dan Syarat-syarat Diterimanya Ibadah

1. Hakikat Ibadah

Hakikat ibadah adalah tunduknya jiwa yang muncul dari keyakinan hati, menikmati
kehadiran Allah yang memberikan semua kekuatan, kenikmatan, rasa, dan segalanya.
Menyadari kekekalan Allah dan kenisbian manusia.

Hakikat ibadah itu sendiri sebenarnya adalah perenungan jiwa, penampakan jasmani yang
bergerak mengikuti arah-arah illahi sebagaimana dijelaskan oleh syariat dan merupakan
perwujudan keyakinan terhadap kegaiban Allah.

2. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah

Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyariatkan kecuali
berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah.

Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang menjadi
syarat bagi diterimanya suatu ibadah. Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua
macam yaitu:

a. Ikhlas, yakni dilaksanakan dengan mengharapkan keridhaan Allah, hanya pamrih atas
nama Allah dan karena perintah-Nya.

b. Ibadah dilaksanakan sesuai syariat Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahf ayat 110 sebagai berikut:

“Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya aku ini hanyaseorang manusia seperti kamu, yang
telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnyaTuhan kamu adalah Tuhan yang Esa’. Barang
siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan
dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada
Tuhannya’.”
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Ibadah adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan ikhlas hanya untuk mengharap
ridha Allah swt, penuh rasa cinta dan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Bentuk
ibadah ada 2, yaitu ibadah mahdhah (ibadah yang hubungannya langsung kepada Allah) dan
ibadah ghairu mahdhah (ibadah yang hubungannya dengan sesama manusia)

2. Ibadah mahdhah diantaranya adalah shalat, zakat, puasa, haji, umroh, dan besuci dari
hadas kecil dan besar. Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah i’tikaf, wakaf, aqiqah, sadaqah,
qurban, dzikir dan do’a.

3. Prinsip-prinsip ibadah adalah diantara salah satunya Niat, merupakan prinsip utama
dalam beribadah karena semua perbuatan orang yang beriman kepada Allah dan Rasulullah
SAW yang diniatkan di jalan Allah bernilai ibadah, baik dalam ibadah mahdhah maupun
ghairu mahdhah.

4. Hakikat ibadah adalah tunduknya jiwa yang muncul dari keyakinan hati, menikmati
kehadiran Allah yang memberikan semua kekuatan, kenikmatan, rasa, dan segalanya.
Menyadari kekekalan Allah dan kenisbian manusia. Syarat-syarat diterimanya suatu ibadah
adalah ikhlas dan sesuai syariat Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
DAFTAR RUJUKAN

https://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhah-
ghairu-mhadhah/

https://rumaysho.com/3119-hukum-asal-ibadah-haram-sampai-ada-dalil.html

Вам также может понравиться