Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ASPEK KHUSUS
A. Landasan Teori
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam
pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan,
menyiapkan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun
2017 Tentang Apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Sedangkan yang dimaksud dengan Pelayanan
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (PERMENKES No. 35 Tahun 2016).
Menurut peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009,
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyalurannya obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan Farmasi yang dimaksud
adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Dalam pengelolaannya apotek
harus dikelola oleh apoteker, yang telah mengucapkan sumpah jabatan yang telah
memperoleh Surat Izin Apotek (SIA) dari Dinas Kesehatan setempat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980
Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1969
Tentang Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah :
C. Pelayanan Resep
Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis
yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan
penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep yang dilakukan Apotek Bulung
meliputi:
1. Resep BPJS
Alur pelayanan resep BPJS di Apotek Bulung adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Bagan Alur Pelayanan Resep BPJS Apotek Bulung
H. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal atau nonverbal. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal di Apotek Bulung
yaitu:
a. Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota pekerja apotek
Bulung.
b. Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana.
Tipe komunikasi tatap muka penting untuk pelayanan farmasi agar lebih berfariatif
dan tidak membosankan.
c. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam
kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain. Guna
mendapatkan infirmasi yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
d. Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang
terlibat dalam percakapan yang berupa tanyajawab. Penting dalam pelayanan
farmasi dalam mendapatkan informasi keluhan, keingina, harapan dan pendapat
pasien.
I. Pengelolaan Sediaan Kadaluarsa
Pengelolaan obat kadaluwarsa atau rusak di Apotek Bulung dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Untuk obat-obat sediaan padat, obat dilepas dari
kemasannya dan digerus hingga halus lalu dilarutkan dengan air dalam ember dan
dibuang ke dalam lubang dalam tanah. Kemasannya tidak lupa digunting sekecil
mungkin. Sedangkan untuk obat-obat sediaan cairan, buka kemasan obat, lalu buang
cairan ke dalam lubang tanah. Metode ini dapat kita lakukan jika jumlah obat yang
dimusnahkan tidak banyak, dan tidak ada kekhawatiran akan mencemari lingkungan.
Jika obat yang akan dimusnahkan itu tidak mengandung psikotropika, narkotika, dan
atau prekursor, apoteker memusnahkan obat tersebut di apotek secara mandiri dengan
saksi minimal satu orang asisten apoteker yang sudah memiliki STTK, lalu membuat
berita acara pemusnahan obat yang ditanda tangani apoteker penanggung jawab dan
asisten apoteker.
Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara.