Вы находитесь на странице: 1из 15

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang populer

dikalangan masyarakat. Oleh karena kepopulerannya itu membuat ikan nila

memiliki prospek usaha yang cukup menjanjikan. Apabila ditinjau dari segi

pertumbuhan, ikan nila merupakan jenis ikan yang memiliki laju pertumbuhan

yang cepat dan dapat mencapai bobot tubuh yang jauh lebih besar dengan tingkat

produktivitas yang cukup tinggi.

Pertumbuhan ikan nila pada tambak juga sangat bergantung pada kualitas

air yang ada pada tambak, diantaranya nitrat dan salinitas atau kadar garam,

karena tambak memerlukan kondisi air yang subur untuk mendukung

pertumbuhan pakan alaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pandjara, dkk

(2007) menjelaskan bahwa nitrat dalam air merupakan indikator tingkat

kesuburan didalam tambak. Selanjutnya Utojo (2010) menambahkan bahwa untuk

tambak tradisional konsentrasi nitrat diperlukan untuk menstimulir pertumbuhan

klekap, plankton, dan lumut sebagai pakan alami ikan. Pencemaran oleh pupuk

nitrogen, seperti juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat

meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat di

dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah.

Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi

proses biologi ikan dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan

organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan

1
yang dikomsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup

(Andrianto, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya pengetahuan yang mendalam

mengenai kandungan kadar nitrat serta salinitas yang optimal di perairan

khususnya perairan air tawar.

1.2. Tujuan dan kegunaan

1.2.1. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk mengetahui fluktuasi kadar nitrat

(NO3-N) pada ikan nila yang di pelihara dengan salinitas yang berbeda di bak

terkontrol.

1.2.2. Kegunaan

Kegunaan pratikum adalah untuk mengetahui kadar nitrat (NO3-N) yang

optimal pada ikan nila yang dipelihara dengan salinitas berbeda di bak terkontrol

dan menambah wawasan tentang analisis kualitas air terutama pada parameter

nitrat (NO3-N) di Balai Penelitian Pengembangan Budidaya Air Payau Maros,

Sulawesi Selatan.

2
II. KEADAAN UMUM BPPBAP MAROS

2.1. Sejarah Berdirinya BPPBAP

Gambar 1. Kantor Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP)

didirikan dengan maksud mendapatkan teknologi yang diperlukan dalam

meningkatkan produktivitas pesisir terutama komoditas yang memiliki nilai

ekologis dan ekonomis yang tinggi, mengingat Indonesia merupakan negara

kepulauan di wilayah tropis yang memiliki daerah pesisir yang luas dan

berpotensi dalam pengembangan usaha perikanan.

BPPBAP yang berlokasi di Kabupaten Maros (±30 km dari arah utara

Kota Makassar, Sulawesi Selatan) yang telah beberapa kali berganti nama, yaitu:

3
1. Pada tahun 1696, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/um/12/1696 diberi

nama cabang Lembaga Penelitian Perikanan Darat (Cabang LPPD) berlokasi di

Makassar.

2. Pada tahun 1980, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/12/1980 diubah

menjadi Sub Balai Penelitian Perikanan Darat (Sub PPD) Maros dibawah

BALITKANDAT Bogor.

3. Pada tahun 1984, Dari Sub BPPD diganti menjadi BALITDITA (Balai

Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) Maros yang dikepalai oleh ALIE

POERNOMO, M. Sc (1984-1986).

4. Pada tahun 1990, Nama BALITDITA diganti menjadi BALITKANDITA

(Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) Dr. FUAD CHOLIK (1986-

1991) yang dikepalai oleh Dr. ACHMAD SUDRAJAD (1991-1995).

5. Pada tahun 1995, Berdasarkan SK Menteri No.796/kpts/07/210/12/1994

nama Sub BALITKANDITA diganti menjadi Balai Penelitian Perikanan

Pantai (BALITKANTA) yang dikepalai oleh Prof. Dr.Ir. Taufik Ahmad, M.Sc

(1995-2001).

6. Pada tahun 2002, Berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan

No.KEP 51/MEN/2002, nama BALITKANTA diganti menjadi Balai Riset

Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP). Ir. Muharijadi Atmomarsono,

M.Sc (2001-2005) yang dikepalai oleh Dr. Ir. RachmanSyah, MS (2005-2012).

7. Pada tahun 2011, Berdasarkan SK Kementerian Kelautan dan Perikanan

No.32/men/2011 tanggal 12 Oktober 2011 Balai Penelitian dan

Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) berubah

menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

(BPPBAP) yang dikepalai oleh Dr. Ir. Andi Parenrengi, M.Sc (2012-Sekarang).

4
2.2. Tujuan

Tujuan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) merupakan

penjabaran atau implementasi dan pernyataan mini yang dicapai atau dihasilkan

dalam jangka waktu satu sampai lima tahun, dengan diformulasikannya tujuan ini

maka (BPPBAP) dapat mengetahui apa yang mempertimbangkan sumber daya

dan kemampuan yang dimiliki. Tujuan dirumuskannya fungsi tersebut untuk

mengukur sejauh mana visi dan misi (BPPBAP) telah dicapai mengingat tujuan

dirumuskan berdasarkan visi dan misi organisasi.

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) telah

menetapkan tujuan sebagai berikut :

1. Mendapatkan data dan informasi tentang kelayakan lahan dan komoditas

perikanan budidaya air payau.

2. Mendapatkan teknologi budidaya air payau yang bertanggung jawab dan

beriorientasi pada masyarakat dan industri perikanan.

3. Meningkatkan sumberdaya riset kerjasama.

2.3. Visi dan Misi

2.3.1. Visi

Profesional dalam penyediaan data, informasi dan teknologi perikanan

budidaya air payau.

2.3.2. Misi

Misi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP)

adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan teknologi perikanan budidaya air payau unggulan yang

diakui dan bermanfaat bagi pengguna.

5
2. Meningkatkan sumberdaya penelitian pengembangan, pelayanan jasa

penelitian pengembangan dan mengembangkan kerjasama penelitian

pengembangan perikanan budidaya air payau.

2.4. Letak Geografis

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau bertempat di

Jalan Makmur Daeng Sitakka, Kelurahan Raya, Kecamatan Turikale Kabupaten

Maros dan terletak pada 199° 35ʼ 21ˮ BT dan 05° 06ʼ 15ˮ LS.

2.5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana utama Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya

Air Payau terdiri dari beberapa laboratorium antara lain yaitu:

1. Laboratorium Tanah

Laboratorium ini merupakan laboraturium yang dapat menganalisis

peubah-peubah kualitas tanah dan sedimen, dimana contoh atau sampel yang

diambil di lapangan dapat dianalisis untuk mendapat data-data yang diperlukan

untuk mengetahui peubah-peubah kualitas tanah dan sedimen untuk budidaya dan

sumberdaya perikanan pesisir.

2. Laboratorium Biologi

Laboratorium ini digunakan untuk menganalisa yang berhubungan dengan

biologi seperti plakton dan makro atau mikro bentos.

3. Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan

Laboratorium ini berfungsi sebagai tempat menganalisa protein, lemak,

kadar air, kadar abu, dan serat kasar (proksimat) dari suatu bahan yang akan

digunakan seperti dalam pembuatan pakan dan menentukan formulasi pakan.

4. Laboratorium Bioteknologi

Laboratorium ini merupakan laboratorium yang menganalisis hal-hal

berhubungan dengan bioteknologi.

6
5. Laboratorium Patologi

Laboratorium ini berfungsi untuk menganalisis atau mengidentifikasi hal-

hal yang berhubungan dengan dengan penyakit ikan yang dibudidayakan.

6. Laboratorium Air

Laboratorium ini berfungsi untuk menganalisis kualitas air seperti

kandungan amoniak, nitrat, nitrit, posfat, pH, salinitas, suhu dan lain-lain yang

berhubungan dengan kualitas air.

7. Laboratorium Pemetaan

Laboratorium ini berfungsi untuk menentukan potensi lahan, menentukan

luas tambak yang disesuaikan dengan lahan serta daya dukung lahan yang akan

digunakan untuk budidaya.

2.6. Sarana dan Prasarana Penunjang

Adapun sarana dan prasarana penunjang yang ada di Balai Penelitian dan

Pengembangan Budidaya Air Payau ini antara lain:

a. Perpustakaan

b. Aula atau Ruang Rapat

c. Bengkel

d. Garasi

e. Musholah Rumah Dinas

f. Mess dan Kantin

7
2.7. Struktur Organisasi

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP)

Maros, Sulawesi Selatan mempuyai struktur organisasi sebagai berikut :

KEPALA BALAI

Dr.Ir. Andi parenrengi


M.Sc

K.A. SUB BAGIAN TATA


USAHA

Drs. Zaenal Abidin.M.Si

KAUR KA KEUANGAN DAN


KEPEGAWAIAN UMUM

Hawasiah, S.AP Dra. Hj. St. Maemunah

KA SEKSI PELAYANAN KA SEKSI TATA


TEKNIS DAN SARANA OPERASIONAL

A.Indra Jaya Assad Dr. Rosmiati S.Pi.M.Sc


S.Pi.M.Sc

KA SUBSEKSI
KA SUB SEKSI KA SUBSI
KASUBSEKSI MONITORING DAN
PELAYANAN PRASARANA DAN
PROGRAM EVALUASI
TEKNIS SARANA
Tenri Santy, S. Kel Herlinah Jompa S.Pi. MP
Rosmiati, A.Md Andi Sabir Page

KELOMPOK PENELITI DAN


JABATAN FUNGSIONAL
LAINNYA

Gambar 2. Struktur Organisasi BPPBAP Maros

8
III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan magang ini berlangsung selama dua bulan, dimulai pada

tanggal 15 Juni 2015 sampai dengan 15 Agustus 2015 yang dilaksanakan di Balai

Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros.

3.2. Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam analisis Nitrat (NO 3)

NO ALAT KEGUNAAN
Erlenmeyer Untuk menampung sampel air yang telah
1
disaring
Corong Untuk menopang atau menahan kertas saring.
2
Kertas saring Whatman No.42 Digunakan untuk menyaring sampel
3
Tabung reaksi Sebagai tempat dalam mereaksikan bahan-
4
bahan kimia
Rak tabung Sebagai tempat untuk menaruh tabung reaksi
5
yang sedang dalam penggunaan
Pipet gondok 50 ml Untuk untuk mengambil larutan dengan
6
volume
Filler Untuk mengambil air sampel atau larutan
7
pereaksi kedalam pipet
Kolom reduksi Alat untuk menyaring air sampel (NO3)
8
sebelum dianalisis
Batang pengaduk Untuk mengaduk atau menghomogenkan
9
Labu ukur Untuk menampung dan mencampur larutan
10
kimia
Spektrofotometer Untuk mengukur absorbsi dan konsentrasi
11

9
sampel yang dianaslisis

Adapun bahan yang digunakan sebagai bahan pengawet sampel air agar

sampel air tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dapat digunakan

dengan 2 cara, yaitu:

1. Secara kimia : Asam Nitrat (HNO3) dan Asam Sulfat (H2SO4)

2. Secara fisika : Es Batu

3.3. Bahan Pereaksi

a. Larutan induk ammonium chloride-EDTA:


Larutan 13 g NH4Cl dan 1,7 gram EDTA-NA dalam 900 ml aquades bebas

nitrit, setelah larutan ditambahkan NH4OH pekat tetes demi tetes hingga pH

8,5 kemudian impitkan menjadi 1 liter dengan aquades bebas nitrit.

b. Larutan siap pakai:

Encerkan 300 mL larutan induk ammonium chloride-EDTA dengan aquades

bebas nitrit dalam 500 ml.

c. Larutan Asam Sulfanilamide, NH2SO2C6H4NH2:


Larutankan 5 gram sulfanilamide dalam campuran 50 ml HCl pekat dan 300

mL aquades bebas nitrit, impitkan dalam labu ukur sampai 500 ml.

d. Larutan n-(natfil)-etilendimin dihidroklorida (NED dihidroklorida):

Larutan 0,5 g NED dihidroklorida dalam 500 ml aquades bebas nitrit,

homogenkan.

e. Larutan asam chloride 2 N:

Larutkan 86,2 ml HCl pekat dalam aquades 500 ml.

f. Larutan standar stok nitrat 100 mg/L:

10
Keringkan garam potassium nitrat (KNO3) dalam oven pada 105ºC selama 24

jam. Dinginkan dalam desikator, timbang sebanyak 0,7218 g larutan dengan

aquades nitrit dalam labu ukur 1 liter.

g. Larutan standar kerja nitrat 10 mg/L:

Encerkan 5 ml larutan standar stok nitrat 100 mg/L dengan aquades dalam labu

ukur 50 mL.

h. Larutan deret standar nitrat (0-2 mg/L):

Pipet 0; 0.1; 0.5; 1.0; 5.0 dan 10 mL larutan standar kerja nitrat 10 mL lautan

standar kerja nitrat 10 mg/L dalam labu ukur 50 mL. Konsentrasi masing-

masing adalah 0; 0.02; 0.1; 0.2; 1.0 dan 2.0 mg/L impitkan lalu lewatkan

masing-masing standar pada kolom reduksi, buang 35 mL larutan pertama lalu

tampung 15 mL yang terakhir. Tambahkan 0,3 ml larutan sulfanilamide dan 0,3

NED dihidroklorida, homogenkan lalu biarkan selama 10 menit-2 jam. Baca

absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 543 nm.

3.4. Prinsip metode

Senyawa nitrat dikolom reduksi menjadi nitrit oleh butiran cadmium yang

dilapisi tembaga dalam suatu kolom. Senyawa nitrit yang terbentuk kemudian

direaksikan dengan amin aromatic membentuk senyawa diazo yang berwarna

merah muda. Senyawa kompleks tersebut kemudian ditentukkan kadarnya seperti

pada anlisis nitrit dengan spektrofotometer UV-Vis.

3.5. Prosedur Analisis sampel air

a. Sebelum dianalisis air sampel terlebih dahulu disaring dengan kertas saring

Whatman No.42, dengan menggunakan corong sebagai penahan kedalam

Erlenmeyer 250 mL.

b. Tuang sampel yang telah disaring sebanyak 50 mL kedalam tabung reaksi.

11
c. Tambahkan 1 mL ammonium chloride pekat pada air sampel tersebut, lalu

homogenkan.

d. Lewatkan air sampel kedalam kolom reduksi 15 mL lalu buang sebagai

pembilas awal.

e. Lewatkan lagi air sampel sebanyak 20 mL pada kolom reduksi lalu buang lagi

sebagai pembilas awal.

f. Lewatkan air sampel yang tersisa yaitu sebanyak 15 mL kedalam kolom

reduksi lalu tampung ketabung reaksi untuk analisa.

g. Air sampel yang telah disaring melalui kolom reduksi, sebanyak 15

mL,kemudian ditambahkan 0,3 mL larutan sulfanilamide dan 0,3 mL larutan

NED-dihidrokloride, lalu homogenkan.

h. Simpan sampel yang telah ditambahkan pereaksi selama 10 menit-2 jam

i. Ukur konsentrasi Nitrat (NO3) sampel tersebut dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 543 nm.

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan Nitrat (NO3-N)

Berdasarkan hasil analisis terhadap kadar nitrat (NO3-N) dari bak

pemeliharaan ikan nila pada tingkat salinitas yang berbeda di peroleh data seperti

pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Hasil pengamatan Nitrat (NO3)

Kode Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Rata-rata

sampel

A 4,6907 mg/L 5,9195 mg/L 4,3680 mg/L 4,9927 mg/L

B 6,3620 mg/L 5,9897 mg/L 3,9474 mg/L 5,4330 mg/L

C 4,8905 mg/L 5,4844 mg/L 5,6168 mg/L 5,3305 mg/L

D 5,0794 mg/L 6,6468 mg/L 5,8436 mg/L 5,8566 mg/L

E 5,1240 mg/L 5,3407 mg/L 2,6331 mg/L 4,3659 mg/L

Keterangan :
A = Salinitas 0 B = Salinitas 5 C= Salinitas 10
D = Salinitas 15 E = Salinitas 20

4.2. Pembahasan
Dari hasil pengamatan tentang fluktuasi nitrat pada ikan nila

(Oreochromis niloticus) yang di pelihara pada salinitas yang berbeda seperti pada

Table 1 terlihat bahwa konsentrasi nitrat pada pengamatan pertama yang tertinggi

pada nilai salinitas 5 ppt yaitu 6,3620 mg/L terendah pada salinitas 10 ppt yaitu

4,8905 mg/L. Pada pengamatan kedua konsentrasi nitrat yang tertinggi pada

salinitas 15 ppt yaitu 6,6468 mg/L dan konsentrasi nitrat yang terendah pada

13
pengamatan kedua yaitu pada salinitas 20 ppt yaitu berkisar 5,3407 mg/L. Pada

pengamatan ketiga konsentrasi nitrat yang tertinggi pada salinitas 15 ppt yaitu

berkisar 5,8436 mg/L dan konsentrasi yang terendah pada salinitas 20 ppt yaitu

berkisar 2,6331 mg/L. Tingginya kandungan nitrat yang diperoleh pada

pengamatan pertama diduga karena ikan nila belum dapat beradaptasi dengan

lingkungannya sehingga aktivitas dalam upaya mengekskresikan kelebihan garam

dalam tubuhnya meningkat. Kelebihan garam dalam tubuh dapat mempengaruhi

kerja osmotik dimana merupakan energi untuk menggerakkan tubuh, jika energi

didalam tubuh berkurang dapat menyebabkan ikan malas makan sehingga sisa-

sisa pakan yang tidak termakan menjadi toksit dalam perairan sedangkan pada

nitrat, jika melebihi ambang batas dapat menyebabkan racun pada perairan dan

sebaliknya akan memberikan sumber nutrient jika nitrat sesuai dengan baku mutu

yang ditentukan.

Nitrat adalah salah satu bentuk nitrogen yang penting dalam perairan untuk

budidaya, karena merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh plankton

(Boyd, 2001) dan menurut Effendi (2003) nitrat adalah nutrien utama bagi

pertumbuhan tanaman algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat

stabil. Kadar nitrat-nitrogen melebihi 0,2 mg/L dapat mengakibatkan terjadinya

eutrofikasi (pengayaan) perairan yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae

dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Kadar nitrat yang baik untuk

menunjang kegiatan budidaya ikan air tawar yaitu ≤ 5 mg/L sedangkan Kadar

nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah terjadi pencemaran.

14
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa, ikan nila dapat tumbuh dan berkembangbiak di perairan dengan baik pada

kisaran salinitas atau kadar garam yaitu antara 0 - 28 ppt. Ikan ini masih bisa

tumbuh, tetapi tidak dapat berkembangbiak di perairan dengan salinitas 29 - 35

ppt, hal ini mengakibatkan sulit untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh atau

osmoregulasi sedangkan untuk kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/L dapat

menyebabkan terjadinya eutrofikasi perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan

blooming sekaligus merupakan faktor pemicu bagi pesatnya pertumbuhan

tumbuhan air seperti eceng gondok. Nitrat (NO3 ) adalah bentuk utama nitrogen

diperairan alami dan merupakan sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan

fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kadar nitrat yang baik untuk menunjang

kegiatan budidaya ikan air tawar yaitu ≤ 5 mg/L sedangkan Kadar nitrat yang

lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah terjadi pencemaran.

5.2. Saran

Perlunya pengamatan kualitas air dalam budidaya untuk memperbaiki

lingkungan perairan apalagi dalam bentuk tertutup seperti pada bak-bak

pemeliharaan ikan.

15

Вам также может понравиться

  • Refer at
    Refer at
    Документ6 страниц
    Refer at
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Mkista
    Mkista
    Документ16 страниц
    Mkista
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • KELAYAKAN PARAMETER KIMIA
    KELAYAKAN PARAMETER KIMIA
    Документ27 страниц
    KELAYAKAN PARAMETER KIMIA
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Dokumen Potensi Kalbar
    Dokumen Potensi Kalbar
    Документ12 страниц
    Dokumen Potensi Kalbar
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Kelayakan Parameter Kimia Kualitas Air Untuk Usaha
    Kelayakan Parameter Kimia Kualitas Air Untuk Usaha
    Документ4 страницы
    Kelayakan Parameter Kimia Kualitas Air Untuk Usaha
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ23 страницы
    Bab I
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    Документ17 страниц
    I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • NAOH
    NAOH
    Документ2 страницы
    NAOH
    Aditya Angga Wiratma
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Anc-1
    Laporan Pendahuluan Anc-1
    Документ15 страниц
    Laporan Pendahuluan Anc-1
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Cista Ovarium
    Laporan Pendahuluan Cista Ovarium
    Документ18 страниц
    Laporan Pendahuluan Cista Ovarium
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Dokumen Hayati
    Dokumen Hayati
    Документ3 страницы
    Dokumen Hayati
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Skizoo
    Skizoo
    Документ17 страниц
    Skizoo
    citra aminah
    Оценок пока нет
  • Hasil Dan Pembahasan
    Hasil Dan Pembahasan
    Документ5 страниц
    Hasil Dan Pembahasan
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Hasil Dan Pembahasan
    Hasil Dan Pembahasan
    Документ5 страниц
    Hasil Dan Pembahasan
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • KELAYAKAN PARAMETER KIMIA
    KELAYAKAN PARAMETER KIMIA
    Документ27 страниц
    KELAYAKAN PARAMETER KIMIA
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Cista Ovarium
    Laporan Pendahuluan Cista Ovarium
    Документ18 страниц
    Laporan Pendahuluan Cista Ovarium
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Uteq Sekeripsi
    Uteq Sekeripsi
    Документ53 страницы
    Uteq Sekeripsi
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Skizoo
    Skizoo
    Документ17 страниц
    Skizoo
    citra aminah
    Оценок пока нет
  • TB Paru Dan TB Kutis
    TB Paru Dan TB Kutis
    Документ13 страниц
    TB Paru Dan TB Kutis
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • IMPLAN
    IMPLAN
    Документ13 страниц
    IMPLAN
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • KELAYAKAN PARAMETER KIMIA
    KELAYAKAN PARAMETER KIMIA
    Документ27 страниц
    KELAYAKAN PARAMETER KIMIA
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • IMPLAN
    IMPLAN
    Документ12 страниц
    IMPLAN
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Gambar 2
    Gambar 2
    Документ52 страницы
    Gambar 2
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Gea Batua
    Gea Batua
    Документ24 страницы
    Gea Batua
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Skizoo
    Skizoo
    Документ17 страниц
    Skizoo
    citra aminah
    Оценок пока нет
  • Terapi Oksigen (SG)
    Terapi Oksigen (SG)
    Документ54 страницы
    Terapi Oksigen (SG)
    Riski Wahyudi Lasarika
    Оценок пока нет
  • Gea Batua
    Gea Batua
    Документ38 страниц
    Gea Batua
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • Gambar 2
    Gambar 2
    Документ10 страниц
    Gambar 2
    sugra_abidin
    Оценок пока нет
  • 2015 AHA Guidelines Highlights Indonesian PDF
    2015 AHA Guidelines Highlights Indonesian PDF
    Документ36 страниц
    2015 AHA Guidelines Highlights Indonesian PDF
    Rafles Simbolon
    Оценок пока нет