Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
(GLOBAL WARMING)
DISUSUN OLEH:
NAMA : LALE ZERIN SMESTA WATU
KELAS : XI IPA 3
ABSEN : 17
Kata Pengantar………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………..iii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
1.3. Tujuan……………………………………………………………………....1
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………….10
A. KESIMPULAN……………………………………………………………...10
B. SARAN……………………………………………………………………….10
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makalah ini disusun berdasarkan tentang perbincangan yang sedang hangat dibicarakan
oleh dunia. Pemanasan global belum menemukan titik terang dalam penanggulangannya. Disini
penulis berusaha menerangkan materi yang dibutuhkan sebagai referensi agar dapat
menyempurnakan topik yang akan diperbincangkan.
1.3. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Selain itu
penyusunan ini juga untuk membuka jendela pengetahuan tentang permasalahan yang ada saat
ini seperti masalah Pemanasan Global yang sudah hampir kita rasakan. Dalam penulisan
makalah ini penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian, hubungan
pemansan global dengan efek rumah kaca, penyebab, dampak dan mencari solusi bagaimana
mengatasi pemanasan global. Harapan penulis adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat
bagi dirinya sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi meraka yang membutuhkan untuk referensi
ataupun bahan bacaan semata
BAB II
PEMBAHASAN
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang
disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Segala sumber energi yang terdapat di
Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya
menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas
dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi
akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana
yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata
tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15
°C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika
tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer,
akan mengakibatkan pemanasan global.(ERLANGGA;400).
2. INDUSTRI PETERNAKAN
Gas metana setidaknya 23 kali lebih kuat daripada CO2 dalam rentang waktu 100 tahun,
tetapi 72 kali lebih kuat daripada CO2 dalam rentang waktu 20 tahun. Satu-satunya sumber
terbesar
Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata dunia baik di daratan, lautan
maupun di atmosfer bumi. Penelitian para ahli yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam
kurun waktu seratus tahun terakhir ini, Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-
rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
metana saat ini adalah peternakan. Menurut Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang
peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, "industri
peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (51%), jumlah ini lebih banyak
dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia. " Hampir seperlima
(20 persen) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini melampaui jumlah emisi
gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia..
Peternakan menyumbang 65% gas nitro oksida dunia (310 kali lebih kuat dari CO2) dan
37% gas metana dunia (72 kali lebih kuat dari CO2). Selain itu, United Nations Environment
Programme (UNEP), dalam buku panduan “Kick The Habit”, 2008, menyebutkan bahwa pola
makan daging untuk setiap orang per tahunnya menyumbang 6.700 kg CO2, sementara diet
vegan per orangnya hanya menyumbang 190 kg CO2. Tidak mengherankan bila ahli iklim
terkemuka PBB, yang merupakan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
PBB, Dr. Rajendra Pachauri, menganjurkan orang untuk berhenti makan daging untuk mengerem
pemanasan global
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik
yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya
suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan
air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena
udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena
CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga
akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada
beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit
direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan
dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km
untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian,
umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan
dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke Empa. Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan
memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di
dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es
tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan
menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan
lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es
yang meleleh juga akan melepas CH4yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal
ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
4. VARIASI MATAHARI
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Ada
beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan
dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari
mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama
periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi
berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka
juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah
dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan
meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar
pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
5. AKTIVITAS MANUSIA
Dalam poin 1 dan 2 telah di jelaskan beberapa dampak aktivitas manusia yang
menyebabkan pemanasan global. Banyak factor penyebab seperti:
Sektor energi merupakan sumber penting gas rumah kaca, khususnya karena energi dihasilkan
dari bahan bakar fosil, seperti minyak, gas, dan batu bara, di mana batu bara banyak digunakan
untuk menghasilkan listrik. Sumbangan sektor energi terhadap emisi gas rumah kaca mencapai
25,9%.
b). Industri
Sumbangan sektor industri terhadap emisi gas rumah kaca mencapai 19,4%. Sebagian besar
sumbangan sektor industri ini berasal dari penggunaan bahan bakar fosil untuk menghasilkan
listrik atau dari produksi C02 secara langsung sebagai bagian dari pemrosesannya, misalnya saja
dalam produksi semen. Hampir semua emisi gas rumah kaca dari sektor ini berasal dari industri
besi, baja, kimia, pupuk, semen, kaca dan keramik, serta kertas.
c). Pertanian
Sumbangan sektor pertanian terhadap emisi gas rumah kaca sebesar 13,5%. Sumber emisi gas
rumah kaca pertama-tama berasal dari pengerjaan tanah dan pembukaan hutan. Selanjutnya,
berasal dari penggunaan bahan bakar fosil untuk pembuatan pupuk dan zat kimia lain.
Penggunaan mesin dalam pembajakan, penyemaian, penyemprotan, dan pemanenan
menyumbang banyak gas rumah kaca. Yang terakhir, emisi gas rumah kaca berasal dari
pengangkutan hasil panen dari lahan pertanian ke pasar.
Sumber lain C02 berasal dari alih fungsi lahan di mana ia bertanggung jawab sebesar 17.4%.
Pohon dan tanaman menyerap karbon selagi mereka hidup. Ketika pohon atau tanaman
membusuk atau dibakar, sebagian besar karbon yang mereka simpan dilepaskan kembali ke
atmosfer. Pembabatan hutan juga melepaskan karbon yang tersimpan di dalam tanah. Bila hutan
itu tidak segera direboisasi, tanah itu kemudian akan menyerap jauh lebih sedikit CO2.
e). Transportasi
Sumbangan seluruh sektor transportasi terhadap emisi gas rumah kaca mencapai 13,1%. Sektor
transportasi dapat dibagi menjadi transportasi darat, laut, udara, dan kereta api. Sumbangan
terbesar terhadap perubahan iklim berasal dari transportasi darat (79,5%), disusul kemudian oleh
transportasi udara (13%), transportasi laut (7%), dan terakhir kereta api (0,5%).
Sektor hunian dan bangunan bertanggung jawab sebesar 7,9%. Namun, bila dipandang dari
penggunaan energi, maka hunian dan bangunan komersial bisa menjadi sumber emisi gas rumah
kaca yang besar. Misalnya saja dalam penggunaan listrik untuk menghangatkan dan
mendinginkan ruangan, pencahayaan, penggunaan alat-alat rumah tangga, maka sumbangan
sektor hunian dan bangunan bisa mencapai 30%. Konstruksi bangunan juga mempengaruhi
tingkat emisi gas rumah kaca. Sebagai contohnya, semen, menyumbang 5% emisi gas rumah
kaca.
g). Sampah
Limbah sampah menyumbang 3,6% emisi gas r limbah lainnya (1,6%). Gas rumah kaca yang
berperan terutama adalah metana, yang berasal dari proses pembusukan sampah tersebut.
B. SARAN
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu
untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekade kah kita memikirkannya.
Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta
melstarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah
memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop global warming.
Daftar Pustaka
Hestiyanto, Yusman. 2005. Geografi 1 SMA Kelas X. Jakarta: Yushistira.
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/06/pemanasan-global-global-warming.html
elfilah.mutiply.com/journal/item/06
http://www.scribd.com/doc/22182806/Makalah-Global-Warming
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global