Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
adalah 10%. Trauma ginjal sendiri terjadi 1-5% dari semua kasus trauma. Ginjal
adalah organ genitourinarius yang paling sering cedera, rasio laki-laki banding
perempuan adalah 3:1. Meskipun trauma ginjal secara akut dapat mengancam
Ginjal mendapat proteksi dari otot lumbar, thoraks, badan vertebra dan
viscera, tetapi ginjal mempunyai mobilitas yang besar yang bisa mengakibatkan
jatuh, kecelakaan lalu lintas, luka tusuk, luka tembak dan rupture spontan.
1
BAB 2
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Z
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
No RM : 10.90.95
Keluhan Utama
Keluhan tambahan
Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan buang
air kecil berdarah, sebelumnya pasien mengaku jatuh dari bangunan lantai 2
dengan ketinggian ± 9 meter saat bekerja sebagai buruh bangunan. Pasien juga
mengeluh nyeri dan terdapat lebam dibagian pinggangnya sebelah kanan. Pasien
juga mengeluhkan nyeri dibahu kanannya, dan juga terdapat luka lecet dibagian
2
bahu kanan dan sikunya. Keluhan mual atau muntah disangkal, penurunan
Tidak ada
Tidak ada
C. Vital Sign
Nadi : 87x/menit
Suhu : 36,8°C
STATUS GENERALIS
3
ikterik (-/-), eksoftalmus (-/-)
Thorax
(-/-)
Jantung
dextra
dextra
Abdomen
4
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas superior dan inferior : tampak luka lecet dibagian bahu kanan
5
Pemeriksaan Laboratorium (27-02-2019)
RESUME
Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan buang
air kecil berdarah, sebelumnya pasien jatuh dari ketinggian ± 9 meter. Keluhan
nyeri (+) dan terdapat memar dibagian pinggang sebelah kanan. Nyeri bahu kanan
(+), luka lecet dibagian bahu kanan dan sikunya (+). Dari pemeriksaan tanda vital
napas 21x/manit, suhu 36,8°C. Pemeriksaan fisik didapatkan bentuk dada normal,
fremitus normal, suara napas vesikuler, Dari foto CT-Scan didapatkan subcapsula
Trauma ginjal
Trauma vesika-hematuria
6
2.5. Diagnosis Kerja
2.6. Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa:
IVFD RL 20 gtt/i
Ranitidine 1 amp/12j
2.7. Prognosis
7
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
26/2/2019 - Nyeri KU: Sedang Susp. IVFD RL fls 20
pinggang Kesadaran: Trauma gtt/i
kanan E4M6V5 ginjal
Inj ceftriaxone
kanan
1gr/12j
TD: 110/70
mmHg Inj ranitidine 1
HR: 83x/menit amp/12 jam
RR: 21x/menit
T: 36,5°C Inj kalnex 1
amp/12 jam
Inj novalgin 1
amp/12 j
Rencana CT-Scan
Abdomen
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai
macam ruda paksa baik tumpul maupun tajam. Trauma ginjal merupakan trauma
yang terbanyak pada sistem urogenitalia . kurang lebih 10% dari trauma pada
(retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus
abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjara drenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada
orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-
kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1%
berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.
Ukuran ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki
lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke
bawah dibandingkan ginjal kiri untuk memberi tempat lobus hepar kanan yang
besar. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal.
9
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex.
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis.
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi
dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi
dua atau tiga kaliks renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang
tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau
10
apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta
buah pada tiap ginjal. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler
sehingga terbentuk filtrat yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian
dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan
disebut urin.
vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kava inferior
yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam
hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara
11
interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini
membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler
peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam
interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal
dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-
25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal
berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran
darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen
12
2.1.2. Persarafan Ginjal
(vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk
kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk
ke ginjal.
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut
disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus.
Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal
dan amoniak
merah
13
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat
dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali
carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau
ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion
natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.
ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang
pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa
hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat
mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis
beratnya trauma yang terjadi, derajat trauma yang mengenai organ lainnya dan
rencana pengobatan yang digunakan. Oleh karena itu, pilihan penanganan harus
Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma
abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma
organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa
14
perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat
Sebagian besar trauma (ruptur) ginjal terjadi akibat trauma tumpul. Secara
umum, trauma ginjal dibagi dalam tiga kelas : laserasi ginjal, kostusio ginjal, dan
pengetahuan klinik yang tinggi dan evaluasi serta penanganan yang cepat.
1. Trauma tajam
2. Trauma iatrogenik
3. Trauma tumpul
penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.Baik luka tikam atau tusuk pada
abdomen bagian atas atau pinggang maupun luka tembak pada abdomen yang
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
15
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan
Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja
atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga
mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian
yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima
paling sering ditemukan adalah kontusio ginjal. Trauma tumpul pada region costa
Ginjal juga dapat rusak akibat dari tekanan dari bagian anterior abdomen
sering kali dalam kecederaan dalam kecelakaan lalu lintas. Trauma penetrasi yang
sering kali disebabkan oleh luka tusuk atau luka tembak sering ditemukan juga.
menyebabkan trauma ginjal. Selain itu, jatuh dari ketinggian, luka tembak,
16
merupakan penyebab lainnnya. Pada kasus jarang, trauma ginjal terjadi oleh
trauma minor.
(95%), yang dapat menjadi besar pada beberapa trauma ginjal yang berat. Akan
tampak. Oleh karena, sebagian besar penanganan trauma, termasuk trauma ginjal,
penting. Dengan pemeriksaan yang akurat dari radiologi pasien dapat ditangani
1. Grade 1
Ditandai dengan:
Kontusio
2. Grade 2
Ditandai dengan:
retroperitoneum
17
Laserasi kortikal superficial dengan kedalaman kurang dari 1 cm
3. Grade 3
4. Grade 4
Ditandai dengan:
5. Grade 5
Ditandai dengan:
Devaskularisasi ginjal
Avulse ureteropelvis
18
Gambar 3. Klasifikasi Trauma Ginjal
pada trauma tajam tampak luka. Pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah
atas, dengan intenitas nyeri yang bervariasi. Bila disertai cedera hepar atau limpa
ditemukan adanya tanda perdarahan dalam perut. Bila terjai cedera traktus.
Fraktur costae bagian bawah sering menyertai cedera ginjal. Bila hal ini
atau pneumothoraks
19
diperhatikan bila tidak ada hematutia, kemungkinan cedera berat seperti putusnya
pedikel dari ginjal atau ureter dari pelvis ginjal. Pada pemeriksaan fisik dapat
Tanda kardinal dari trauma ginjal adalah hematuria, yang dapat bersifat
massif atau sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat diukur dengan volume
hematuria atau tanda-tanda luka. Tanda lainnya ialah adanya nyeri pada abdomen
dan lumbal, kadang-kadang dengan rigiditas pada dinding abdomen dan nyeri
lokal. Jika pasien datang dengan kontur pinggang yang kecil dan datar, kita dapat
trauma intraperitoneal.
vertebra yang dapat berkembang menjadi trauma ginjal. Nausea dan vomiting
dapat juga ditemukan. Kehilangan darah dan shock kemungkinan akan ditemukan
5. Pemeriksaan Diagnostik
5.1. Laboratorium
glukosa dan sel-sel. Pemeriksaan ini juga menyediakan secara langsung informasi
mengenai pasien yang mengalami laserasi, meskipun data yang didapatkan harus
dipandang secara rasional. Jika hematuria tidak ada, maka dapat disarankan
pemeriksaan mikroskopik.
20
Meskipun secara umum terdapat derajat hematuria yang dihubungkan
dengan trauma traktus urinarius, tetapi telah dilaporkan juga kalau pada trauma
ginjal dapat juga tidak disertai hematuria. Akan tetapi harus diingat kalau
5.2. Radiologi
Tujuan pemeriksaan IVP adalah untuk melihat fungsi dan anatomi kedua
21
(3) gambar yang dihasilkan tidak begitu memuaskan.
1. non-invasif,
yang dapat digunakan untuk menilai traktus urinarius. Pemeriksaan ini dapat
22
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah
dan
5.2.3. Angiography
trauma ginjal
23
Scan tidak tersedia. Seperti pada pemeriksaan CT, MRI menggunakan kontas
Grade I
Laserasi minor korteks ginjal dapat dikenali sebagai dfek linear pada
Yang lebih penting, pencitraan IVP pada pasien trauma ginjal grade I
tindakan operasi .
Grade II
Pada IVP dapat terlihat extravasasi kontras dari daerah yang mengalami
laserasi
Extravasasi tersebut bisa hanya terbatas pada sinus renalis atau meluas
paranefron.
24
Yang khas adalah, batas ;uar ginjal terlihat kabur atau lebih lebar.
Grade III
Secara klinis pasien dalam kadaan yang tidak stabil. Kdang kadang dapat
terjadi shock dan sering teraba massa pada daerah flank.dapt diertai
dengan hematuria.
Bila pasien sudah cukup stabil, dapat dilakukan pemeriksaan IVP, dimana
Ada 2 tipe lesi pada pelvis renalis yaitu trombosis A.Renalis dan avulsi A.
viabel akan terlihat homogen karena masih mendapat perfusi cukup baik.
lagi.
Grade IV
25
6. Manajemen Trauma ginjal
6.1.1. Emergensi
cedera lainnya. Jika kondisi pasien tidak stabil oleh karena trauma / cedera intra
(2) Eksplorasi organ Visceral dan intra abdomen lainnya harus dikerjakan
dahulu sebelum
(3) Eksplorasi renal, kecuali terjadi perdarahan ginjal yang masif dan
cara insisi peritoneum posterior (white line) di atas aorta, sebelah medial ke arah
interior vena mesenterika. Vena renalis kiri mudah dikenali, terletak anterior
aorta; merupakan landmark untuk identifikasi pembuluh darah renal yang lain.
darah, guna mngurangi blood loss (pada kasus perdarahan). Hal ini menurunkan
angka nefrektomi, dari sekitar 56% menjadi 18%. Kadang oklusi pembuluh darah
ini diperlukan (20%) pada staging bedah cedera ginjal atau pada repair ginjal.
6.1.2. Operatif
26
6.1.2.1.Trauma tumpul
Perdarahan berhenti spontan dengan tirah baring dan hidrasi. Operasi dilakukan
kematian parenkim ginjal dan cedera pedikel ginjal (<5% dari cedera ginjal).
Penilaian staging cedera pra bedah harus dilakukan secara lengkap sebelum
operasi.
6.1.2.2.Luka tusuk/tembus
lengkap hanya didapat cedera parenkim minor tanpa ekstravasasi urin. Delapan
puluh persen luka tembus disertai cedera organ lain yang memerlukan operasi
27
segera.
Perdarahan ginjal yang terus menerus, ditandai dengan hematoma yang meluas di
daerah atas retroperitoneal atau hematoma yang paliatif dan konsisten, serta
berhubungan dengan laserasi parenkim renal mayor atau pembuluh darah ginjal
avibat ekstensi laserasi parenkim hingga sistem pengumpul adalah indikasi relatif.
dan adanya trombosis arteri yang biasanya menyertai perdarahan dan kombinasi
(1) total renal exposure penting untuk mengamati cedera secara penuh,
(2) debridement,
(3) hemostasis,
28
7. Komplikasi
ginjal. Pasien harus diawasi dengan ketat, monitoring tekanan darah dan
hematokrit, ukuran dan ekspansi massa yang dapat dipalpasi. Perdarahan berhenti
pada 80-85% kasus. Perdarahan retroperitoneal yang terus menerus atau gross
peritoneal yang mana rentan untuk terbentuknya abses dan sepsis. Febris ringan
dapat terjadi pada hematom retroperitoneal yang diresorbsi, bila suhu lebih tinggi
29
mengakibatkan nyeri tekan perut dan nyeri flank, merupakan indikasi untuk
operasi segera.
vaskuler lengkap dapat menyebabkan atrofi ginjal. Perdarahan lambat yang hebat
8. Prognosis
30
DAFTAR PUSTAKA
Smith’s, General Urology. 16th ed. Lange. New York. 2004. P 291-311
3. Guyton, Hill. Ginjal dan Cairan tubuh in Buku Ajar. Fisiologi kedokteran.
6. http://www.sciencenews.org/articles/20192702/food.asp
7. http://www.medscape.com/viewarticle/570489?src=mpnews
8. http://humrep.oxfordjournals.org/content/early/2019/27/02/humrep.deq323
.full.pdf+html
31