Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Harga pokok produksi adalah semua biaya produksi yang digunakan untuk
memproses suatu bahan baku hingga menjadi barang dalam suatu periode waktu
tertentu. Penentuan harga pokok produksi digunakan untuk perhitungan laba atau rugi
perusahaan. Selain itu, harga pokok produksi memiliki peranan dalam pengambilan
keputusan perusahaan untuk beberapa hal seperti menerima atau menolak pesanan
dan membuat atau membeli bahan baku. Informasi mengenai harga pokok produksi
menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan harga jual produk yang
bersangkutan. (Ratna Wijayanti,2011).
7
Costing System (ABC) menggunakan berbagai tingkatan aktivitas dalam pembebanan
biaya produksi tidak langsung. (Agnes Fransica, 2011).
Biaya disebut sebagai sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu
dan diukur dalam jumlah uang dalam rangka mendapatkan barang dan atau jasa.
(Horngren dkk,2008).
Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan. Penggunaan bahan plastik semakin
lama semakin meluas dan meningkat. Perkembangan produk plastik di Indonesia
sangat pesat pada dua dekade terakhir dengan merambah hampir di semua jenis
kebutuhan manusia. Jumlah produk plastik yang dihasilkan terdiri dari bermacam-
macam jenis. (Firman L Sahwan dkk, 2005).
Aspal didefinisikan sebagai suatu cairan yang lekat atau berbentuk padat yang terdiri
dari hidrokarbon atau turunannya, yang terlarut dalam trichloro-ethylene, bersifat
tidak mudah menguap serta lunak secara bertahap jika dipanaskan. Aspal berwarna
hitam atau kecoklatan, anti terhadap air dan bersifat adhesive. (British Standard 3690,
1982).
8
output per satuan input yang lebih tinggi ketimbang pabrik kecil. (Jackson, 1982;
diadaptasikan oleh Pratten 1971).
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam mekalukan penelitian
sehingga dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang
akan dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian
dengan judul yang sama dengan judul penelitian penulis. Tabel 2.1 berikut memuat
beberapa penelitian terdahulu berupa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan
oleh penulis.
9
(2018) menggunakan Limbah
Plastik Polypropylene
(PP) sebagai Pengganti
Agregat
Aziz Nurrahmat Analisis Estimasi Harga
Ramadhan (2018) Pokok Produksi Asphalt
Concrete menggunakan
Limbah Plastik sebagai
Pengganti Agregat
Sistem Acitivty Based Costing (ABC) merupakan metode menghitung aktivitas serta
membebankan biaya ke objek biaya seperti produk dan jasas berdasarkan aktivitas
yang dibutuhkan untuk menghasilkan tiap produk dan jasa. Sistem Activity Based
Costing dapat memperbaiki sistem kalkulasi biaya dengan mengidentifikasikan
aktivitas individual sebagai biaya pokok. Aktivitas ini dapat berupa kejadian, tugas,
atau unit kerja dengan tujuan khusus seperti perancangan produk, penyetelan mesin,
pengoperasian mesin dan pendistribusian produk. (Horngren dkk, 2008)
Konsep sistem Activity Based Costing berfokus pada pembebanan biaya berdasarkan
aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa. (Cooper dan Kaplan, 1988).
Menurut Garrison, Noreen, dan Brewer, model sistem Activity Based Costing
digambarkan pada gambar di bawah ini.
Aktivitas
10
Konsumsi Sumber Daya
Biaya
Gambar 2.1 Konsep Activity Based Costing oleh Garrison dkk (2013)
Dalam konsep yang digambarkan dalam bagan diatas. Terlihat bahwa objek biaya
menghasilkan aktivitas dalam proses produksinya. Aktivitas ini kemudian dilakukan
dengan mengkonsumsi sumber daya perusahaan sehingga selanjutnya konsumsi
sumber daya itu akan menghasilkan biaya. Berdasarkan bagan tersebut dapat dilihat
pula bahwa sumber daya perusahaan dikonsumsi oleh aktivitas. Konsumsi sumber
daya terjadi karena aktivitas menghasilkan barang dan jasa. Sehingga dapat dikatakan
bahwa aktivitas merupakan komponen utama dalam sistem Activity Based Costing.
Menurut Hansen dan Mowen, Sistem Activity Based Costing sendiri digambarkan
dalam gambar di bawah ini.
Penelusuran Penggerak
Pembebanan Biaya Penelusuran Langsung
Biaya
Aktivitas
Penelusuran Penggerak
Pembebanan Biaya
Biaya
Produk
Gambar 2.2 Model Activity Based Costing Hansen dan Mowen (2013)
Berdasarkan gambar diatas sistem Activity Based Costing merupakan sistem yang
menggunakan pembebanan dua tahap. Pertama melakukan pembebanan sumber daya
terhadap aktivitas. Yaitu sumber daya dikonsumsi oleh aktivitas. Pembebanan yang
11
kedua yaitu melakukan pembebanan aktivitas pada produk. Sistem Activity Based
Costing juga merupakan sistem pembebanan biaya untuk mencari unit cost atau biaya
produksi yang didasarkan pada aktivitas menghasilkan produk. Penerapan sistem
Activity Based Costing kemudian juga diterapkan guna menghitung harga pokok jasa.
A) Memberi informasi mengenai biaya yang lebih akurat, yaitu hubungan sebab
akibat dengan sumber daya. (Chea, 2012)
B) Memprediksi aliran biaya (Krishnan, 2006)
C) Mampu memberikan informasi guna melakukan evaluasi manajemen seperti
mereduksi biaya yang kurang memberikan manfaat ekonomis.
Dalam sistem Activity Based Costing terdapat beberapa komponen yang sangat
berperan dalam perhitungan harga pokok produk. Perhitungan dengan sistem Activity
Based Costing akan melibatkan pemicu biaya, hierarki dan penelusuran.
B) Hierarki Biaya
Hierarki biaya yaitu kegiatan mengelompokkan biaya tidak langsung menjadi
kelompok biaya yang berbeda. Sistem Activity Based Costing biasanya
menggunakan hierarki biaya dalam empat tingkatan biaya tingkat unit output,
12
biaya tingkat batch, biaya pendukung produk, dan biaya pendukung fasilitas
untuk mengidentifikasi dasar alokasi yang merupakan pemicu biaya dari biaya
pada cost pool aktivitas.
Pengelompokan biaya kedalam cost pool atau pusat-pusat biaya ini bertujuan
untuk memudahkan melakukan pembebanan konsumsi sumber daya ke
aktivitas. Pusat biaya ini dipakai untuk mengelompokkan aktivitas sesuai
levelnya. Aktivitas yang sudah teridentifikasi kemudian dilihat adanya
keterkaitan dengan sumber daya.
C) Penelurusan
Penelusuran atau tracing merupakan pembebanan aktual biaya pada objek
biaya dengan menggunakan ukuran yang dapat diamati atau sumberdaya yang
13
dikonsumsi oleh objek biaya. Penelusuran pada obyek biaya dapat dilakukan
dengan menggunakan dua cara berikut:
14
daya yang sama akan dijadikan menjadi satu kelompok aktivitas yang disebut
sebagai pool. Pengelompokan aktivitas kedalam pool ini dilakukan dalam dua
langkah. Yaitu menggabungkan aktivitas yang meimiliki level aktivitas yang
sama menjadi satu. Lalu, membagi aktivitas-aktivitas tersebut kedalam pool-
pool aktivitas berdasarkan kesamaan rasio konsumsi aktivitas oleh setiap
produk yang sama.
15
diproduksi. Jenis aktivitas ini meliputi biaya tenaga kerja langsung,
aktivitas pemakaian energi, dan aktivitas penyusutan alat.
Data cost driver pada perhitungan harga pokok produksi Asphalt Concrete
(AC) dengan limbah plastik sebagai pengganti agregat dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2.3 Daftar cost driver pada proses Asphalt Concrete (AC) dengan
limbah plastik sebagai pengganti agregat
16
No Cost Driver
1 Jumlah Unit
2 Jumlah Energi (LPG)
3 Jumlah Energi (Listrik)
4 Jam Inspeksi
Sumber : Data Primer
17
Sumber : Data Primer yang telah diolah
Activity Based Costing menggunakan dasar pemicu biaya sumber daya dalam
mengalokasikan biaya sumber daya kedalam produk. Biaya sumber daya yang
dapat dialokasikan ke dalam aktivitas berdasarkan estimasi atau penelusuran
langsung. Penelusuran langsung membutuhkan pengukuran penggunaan
sumber daya yang sesungguhnya.
Pool Rate aktivitas level unit pada produksi Asphalt Concrete (AC)
dengan limbah plastik sebagai pengganti agregat dapat dilihat pada Tabel
2.5 berikut.
Tabel 2.5 Pool rate aktivitas level unit produksi Asphalt Concrete (AC)
dengan limbah plastik sebagai pengganti agregat
Cast Pool Elemen BOP
Cast Pool 1 Biaya Energi
Biaya Penyusutan Alat
Jumlah Biaya
Jumlah Unit Produksi
Pool Rate 1
Sumber : Data Primer yang telah diolah
18
Cast Pool Elemen BOP
Cast Pool 2 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jumlah Biaya
Jumlah Jam Inspeksi
Pool Rate 2
Sumber : Data Primer yang telah diolah
19
diperoleh harga pokok produksi Asphalt Concrete (AC). Biaya overhead
pabrik ditentukan dari setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan rumus
sebagai berikut:
Tabel 2.6 Pembebanan BOP dengan Activity Based Costing System pada
proses produksi Asphalt Concrete (AC) dengan limbah plastik sebagai
pengganti agregat
Level Cost Driver Proses Pembebanan Jumlah (Rp)
Aktivitas
Unit Unit Produk - -
Jam Inspeksi - -
Total Aktivitas Level Unit -
Batch Jam Inspeksi - -
Total Aktivitas Level Batch -
Produk Unit Produk - -
Total Aktivitas Level Produk -
Total BOP -
Total BOP ( Pembulatan )
Sumber : Data Primer yang telah diolah
Harga pokok produuk atau jasa merupakan akumulasi biaya-biaya yang dibebankan
pada produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan (Mardiasmo, 1994). Harga
pokok produksi (cost of goods manufactured) adalah biaya barang yang dibeli untuk
diproses sampai selesai, baik itu sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan
(Foster dkk, 2006). Harga pokok produksi juga dapat didefinisikan berupa biaya
20
produksi yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam satu periode
(Garriston dkk, 2006).
Penentuan harga pokok produksi digunakan untuk perhitungan laba atau rugi
produsen yang akan dilaporkan kepada pihak eksternal produsen yang dapat
digunakan sebagai pertimbangan oleh konsumen. Informasi harga pokok produksi
menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan untuk menentukan
kelebihan atau kekurangan suatu produk.
Harga pokok produksi dibagi dalam tiga elemen utama, yaitu biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga pokok produksi
diperhitungkan dari biaya produksi dari proses awal hingga akhir. Untuk memperoleh
harga pokok produksi caranya adalah memperhatikan barang dalam proses awal yang
ditambahkan dalam biaya produksi periode tersebut dan barang dalam persediaan
akhir barang dalam proses harus dikurangkan (Garrison dkk, 2006).
Biaya bahan baku adalah biaya yang digunakan untuk memperoleh semua
bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi dan dapat
dikalkulasikan secara langsung ke dalam biaya produksi. Bahan baku adalah
bahan yang menjadi bagian dari produk jadi dan dapat ditelusuri secara fisik
dan mudah ke produk tersebut. Besarnya biaya bahan baku ditentukan oleh
biaya perolehannya yaitu dari pembelian sampai dengan biaya dapat
digunakan dalam proses produksi. Dalam proses perhitungan harga pokok
limbah plastik sebagai pengganti agregat campuran Asphalt Concrete (AC)
ditampilkan dalam tabel berikut ini.
21
Tabel 2.7 Harga bahan baku pada proses produksi Asphalt Concrete (AC)
dengan limbah plastik sebagai pengganti agregat
No Bahan Baku Harga Satuan
1. Jenis Plastik:
Polyethelene Terypthalate (PET) Rp. 7.000,- Kg
Polypropylene (PP) Rp. 12.500,- Kg
Low Density Polyethylene (LDPE) Rp. 5.000,- Kg
2. Aspal Penetrasi 60/70 Rp. 7.000,- Kg
3. Agregat:
Batu Pecah 20-30 mm Rp. 250.000,- M3
Batu Pecah 10-20 mm Rp. 250.000,- M3
Batu Pecah 5-10 mm Rp. 255.000,- M3
Batu Pecah <5 mm Rp. 255.000,- M3
Abu Batu Rp. 245.000,- M3
Filler (Semen Portland) Rp. 53.350,- Sak
Sumber: Data observasi primer
22
Tabel 2.8 Komponen tenaga kerja langsung pada produksi Asphalt Concrete
(AC) dengan limbah plastik sebagai pengganti agregat
No Biaya Tenaga Kerja Langsung
1 Gaji Pokok
2 Pengobatan dan Perawatan
3 Alat Pelindung Diri
Sumber: Data observasi primer
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja lansgung merupakan biaya utama
dari suatu produk, namun biaya overhead pabrik juga harus terjadi untuk
membuat suatu produk. Biaya overhead pabrik mencakup semua biaya
produksi yang tidak termasuk dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Contoh biaya overhead pabrik adalah biaya bahan pembantu, biaya
tenaga kerja tidak langsung, biaya pemeliharaan dan biaya perawatan, biaya
sewa pabrik, biaya penyusutan pabrik dan sebagainya.
23
2) Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi
dari suatu produk, biaya-biaya ini tidak mungkin dibebankan secara
langsung ke dalam objek biaya tertentu. Biaya ini tidak praktis untuk
dibebankan secara langsung kepada jumlah unit produksi tertentu.
24
Contoh biaya yang timbil akibat penilaian terhadap aktiva tetap adalah
biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan
peralatan dan aktiva tetap lain
Dalam perhitungan harga pokok produksi Asphalt Concrete (AC) dengan limbah
plastik sebagai pengganti agregat, komponen biaya overhead pabrik ditampilkan
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.9 Komponen biaya overhead pabrik dalam produksi Asphalt Concrete (AC)
dengan limbah plastik sebagai pengganti agregat
No Biaya Overhead Pabrik/Asphalt Mixing Plant
1 Biaya Energi (Listrik)
2 Biaya Energi (Solar)
3 Biaya Energi (Air)
4 Biaya Pemeliharaan Alat
5 Biaya Penyusutan Alat
6 Biaya Pemasaran
Sumber: Data observasi primer.
25
Contoh perhitungan komponen produksi gaji pokok per produksi Asphalt Concrete
(AC) dengan limbah plastik sebagai pengganti agregat 750 Kg(per batch produksi):
Gaji pokok per produksi per batch (750 Kg) = RP. x.xxx,-
Biaya gaji pokok = Rp.x.xxx,-
Penentuan harga pokok produksi digunakan untuk penghitungan laba rugi perusahaan
dan menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan harga jual produk
yang bersangkutan. Metode pengumpulan harga pokok menggunakan Metode Harga
Pokok Proses. Menurut Supriyono (1987) metode harga pokok proses adalah metode
pengumpulan harga pokok produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap satuan
waktu tertentu. Pada metode ini perusahaan menghasilkan produk yang homogen dan
jenis produk bersifat standar. Anggaran produksi satuan waktu tertentu merupakan
dasar produksi perusahaan.
26
Dalam menghitung harga pokok produksi suatu produk, menggunakan Activity Based
Costing System. Menurut Supriyono (1994) Sistem Activity Based Costing merupakan
sistem biaya berdasar aktivitas yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama
melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian melacak biaya ke berbagai
produk. Selain itu, menurut William dkk (2006) sistem Activity Based Costing
merupakan suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya
overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang
memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume. Sistem
Activity Based Costing dapat disebut juga sebagai sistem perhitungan yang
menekankan pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis pemicu biaya lebih
banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk atau jasa
secara lebih akurat dan dapat membantu manajemen perusahaan dalam meningkatkan
mutu pengambilan keputusan perusahaan. Sistem Activity Based Costing tidak hanya
difokuskan dalam perhitungan cost produk secara akurat, namun dimanfaatkan untuk
mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi
penyebab timbulnya biaya.
27
pemanfaatan input akan menjadi lebih efisien. Pabrik besar akan menghasilkan output
per satuan yang lebih tinggi ketimbang pabrik kecil. (Jackson, 1982; diadaptasikan
dari Pratten, 1971). Penurunan biaya dikarenakan peningkatan kapasitas atau skala
pabrik yang memerlukan lebih sedikit tenaga kerja (pekerja yang sama bisa
melakukan lebih banyak hal).
Produksi skala industri dilakukan dalam jumlah sangat besar dengan menggunakan
metode produksi padat modal secara berkesinambungan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Produk yang dihasilkan dalam produksi dengan
skala industri distandarisasi secara teliti sehingga memungkinkan mesin-mesin dan
proses proses yang otomatis menggantikan peran tenaga kerja. Produksi dengan skala
industri menggunakan skala ekonomi dengan unit biaya produksi yang rendah. Biaya
produksi pada produksi dengan skala industri mencakup biaya bahan bkau, biaya
produksi, biaya direktorat dan biaya pengemasan.
Pada produksi Asphalt Concrete (AC) dengan limbah plastik sebagai pengganti
agregat dengan skala industri fabrikasi, alat yang digunakan sudah terstandarisasi
yaitu menggunakan Asphalt Mixing Plant karena memiliki prinsip kerja yang sama,
yaitu menggiling dan memanaskan serta memiliki kapasitas produksi yang besar yaitu
18 Ton/Jam.
2.2.4 Aspal
Aspal merupakan material yang berasal dari dalam bumi yang jumlahnya terbatas dan
tidak dapat diperbarui. Aspal dibuat dari minyak mentah (crude oil) dan secara umum
berasal dari sisa organisme laut dan dari sisa tumbuhan laut masa lampau yang
tertimbun oleh pecahan batu batuan. Material tersebut kemudian tertimbun dan
terakumulasi selama berjuta-juta tahun menjadi batuan sedimen. Sedimen tersebut
seiring berjalannya waktu berubah menjadi minyak mentah dengan senyawa
hidrokarbon. Minyak mentah lah sebagai bahan pembuat aspal. Yaitu dengan
melakukan destilasi pada minyak mentah tersebut. (Stephen Brown dkk, 2012)
28
Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan
dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan
bersama-sama material lain. Aspal bisa pula diartikan sebagai bahan pengikat pada
campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-senyawa komplek seperti
Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan tergantung
dari waktu pembebanan. Pada proses pencampuran dan proses pemadatan sifat aspal
dapat ditunjukkan dari nilai viscositasnya, sedangkan pada sebagian besar kondisi
saat masa pelayanan, aspal mempunyai sifat viskositas yang diwujudkan dalam suatu
nilai modulus kekakuan (Shell Bitumen, 1990).
Penggunaan aspal standar sebagai bahan pengikat dalam campuran perkerasan jalan
raya umum digunakan karena proses pelaksanaannya yang relatif mudah dan lebih
mudah didapatkan di pasaran dibandingkan dengan bioaspal. Namun, aspal standar
yang berasal dari minyak bumi mempunyai kekurangan yaitu bahan bakunya yang
terbatas dan tidak dapat diperbarui, serta nilai ekonominya sangat bergantung pada
harga minyak bumi yang tersedia.
Minyak Mentah
Distilasi Atmosfer
Distilasi Vakum
Deasphalting
2.2.5 Agregat
Menurut ASTM (1974), Agregat/ batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral
padat, berupa masa berukuran besar atauoun berupa fragmen – fragmen.
29
Agregat merupakan komponen utama dari perkerasan jalan yang mengandung 90 –
95% agregat berdasarkan presentase berat atau 75 – 85% agregat berdasarkan
presentase volume. Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan
jalan ditemukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material
lain.
1. Agregat Kasar, yaitu agregat yang ukurannya lebih dari 4,75 mm menurut
ASTM dan berukuran lebih dari 2 mm menurut AASHTO
2. Agregat Halus, yaitu agregat yang ukurannya kurang dari 4,75 mm menurut
ASTM atau ukurannya kurang dari 2 mm dan lebih dari 0,075 mm menurut
AASHTO
3. Abu batu/ mineral filler, yaitu agregat halus yang umumnya lolos saringan
No.200
Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu
lintas. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan konstruksi
perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:
30
Gradasi atau distribusi partikel partikel berdasar ukuran agregat merupakan hal
penting dalam menentukan stabilitas perkerasan. Gradasi agregat memperngaruhi
besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan kemudahan dalam
proses pelaksanaan. Gradasi dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Gradasi Seragam, agregat dengan ukuran yang hampir sama atau sama
mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat
mengisi rongga antar agregat. Agregat dengan gradasi ini akan menghasilkan
lapisan yang memiliki permeabilitas tinggi, stabilitas kurang dan berat volume
kecil
2. Gradasi Rapat, campuran agregat kasar dan agregat halus dalam porsi yang
berimbang sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well graded).
Agregat yang bergradasi rapat akan menghasilkan lapisan perkerasan
stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase jelek dan berat volume besar.
3. Gradasi buruk, campuran agregat yang tidak memenuhi kategori seragam dan
rapat. Agregat bergradasi buruk yang umum digunakan untuk lapisan
perkerasan lentur yaitu gradasi celah atau gradasi senjang, yang merupakan
campuran agregat dengan satu fraksi hilang.
31
cukup rendah
Tidak dipengaruhi kadar Pengaruh variasi kadar Kurang dipengaruhi oleh
air air cukup bervariasinya kadar air
2.2.6 Plastik
Plastik adalah polimer, rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini
membentuk banyak unit molekul berulang, atau monomer plastic umum yang terdiri
dari polimer karbon saja atau dengan oksigen,nitrogen, chlorine atau belerang di
tulang belakang. Tulang belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang
menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan.
Plastik dibagi menjadi 2 menurut sifat fisikanya yaitu termoplastik dan thermoset.
Termoplastik merupakan jenis plastik yang dapat didaur ulang/dicetak lagi dengan
proses pemanasan ulang dan pada daur ulang ini plastik dapat berubah bentuk.
Termoset merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur ulang/dicetak lagi.
Pemanasan ulang pada thermoset akan menyebabkan kerusakan pada molekul
32
molekul pembentuknya. Plastik plastik yang sering digunakan dalam kegiatan sehari
hari ialah plastic termoplastik, karena plastik ini dapat didaur ulang. Jenis plastik
yang dapat didaur ulang diberi kode berupa nomor untuk memudahkan dalam
mengidentifikasi penggunaannya.
Tabel 2.11 Jenis, Simbol, dan Kegunaan Plastik
Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/0/09/Simboldaurulang.jpg,
diakses pada Tanggal 4 September 2018 pukul 20.03 WIB
33
Ditampung oleh Pengepul
34