Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NPM :1703101010069
PENDAHULUAN
Fenomena Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah fenomena universal yang dapat terjadi
tanpa memandang usia, profesi, tingkat ekonomi maupun pendidikan dari individu yang
mengalaminya.
Kekerasan fisik pada perempuan tampaknya perlu mendapat perhatian, karena kondisi fisik dan psikis
perempuan pada umumnya lebih rentan dibandingkan pria (ditinjau dari segi anatomis dan fisiologis
tubuh). Perbedaan kondisi anatomis dan fisiologis antara pria dan perempuan memang bersifat
alamiah. Hal ini dimaksudkan agar pasangan pria dan perempuan saling melengkapi sesuai dengan
kodrat manusia khususnya dalam hal reproduksi (mneruskan keturunan).[1]
Pada kenyataannya, kasus KDRT bagai gunung es, data kekerasan yang tercatat itu jauh lebih sedikit
dari yang seharusnya dilaporkan karena tidak semua perempuan yang mengalami kekerasan bersedia
melaporkan kasusnya. Di samping itu kasus kekerasan dalam rumah tangga dianggap persoalan
privat. Karena merupakan persoalan pribadi maka masalah-masalah KDRT dianggap sebagai rahasia
keluarga. Padahal, justru anggapan ini membuat masalah ini sulit dicarikan jalan pemecahannya.
Kasus KDRT pada khususnya terjadi pada Desi Lasar Diyanti (18) yang mengalami kasus kekerasan
berupa penususkan jari tangan dan jari kaki yang dialkukan oleh suaminya Rendi (18). Makalah ini
akan membahas lebih lanjut mengenai kasus ini, mengenai kronologi kejadian, analisa kasus berdasar
Kriminologi hingga Faktor Penyebab dan Solusi Penyelesaian dari kasus KDRT ini.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana kronologi dari kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga berjudul “Berantem, suami tusuk
jari tangan dan kaki istri” ?
Bagaimana Analisa dari kasus berjudul “Berantem, suami tusuk jari tangan dan kaki istri” dengan
pemahaman kriminologi?
Bagaimana Faktor Penyebab dan Solusi Penyelesaian dari kasus berjudul “Berantem, suami tusuk jari
tangan dan kaki istri” ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kronologi dari kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga berjudul “Berantem, suami
tusuk jari tangan dan kaki istri”
Untuk mengetahui Analisa dari kasus berjudul “Berantem, suami tusuk jari tangan dan kaki istri”
dengan pemahaman kriminologi
Untuk mengetahui Faktor Penyebab dan Solusi Penyelesaian dari kasus berjudul “Berantem, suami
tusuk jari tangan dan kaki istri”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kronologi dari kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga berjudul “Berantem, suami tusuk jari
tangan dan kaki istri”
Rendi (18) dan Desi Lasar Diyanti (18) yang merupakan suami istri bertengkar untuk
memperebutkan hak asuh anak mereka. Korban tidak mau menyerahkan anaknya dengan alasan
suaminya tidak bekerja dan anaknya masih kecil
Karena merasa kesal tidak bisa mendapatkan anaknya, pelaku langsung mengambil pisau di
dapur dan menikam jari dan kaki korban hingga terluka
Karena tidak terima dengan tindakan suaminya tersebut, akhirnya korban melaporkan
kejadian itu ke Polres Pangkalpinang.
Laporan mengenai tindak kekerasan tersebut sudah diterima Polres Pangkalpinang dan saat
ini pelaku masih dalam pengejaran pihak kepolisian
2.2 Analisa dari kasus berjudul “Berantem, suami tusuk jari tangan dan kaki istri” dengan pemahaman
kriminologi
Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Nama kriminologi
ditemukan oleh P. Topinard tahun 1830-1911, seorang ahli antropologi Perancis, secara harfiah
berasal dari kata “Crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “Logos” yang berarti ilmu
pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat. Bonger
memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala
kejahatan seluas-luasnya.[2]
Dalam mengkaji KDRT perlu pendekatan dari aspek kriminologi, diantaranya melalui sebab
atau kausa kejahatan[3], antara lain:
a. Kriminologi klasik
Aliran pemikiran ini mendasarkan pada pandangan bahwa intelegensi dan rasionalitas
merupakan ciri fundamental manusia dan menjadi dasar bagi penjelasan prilaku manusia, baik yang
bersifat perorangan maupun masyarakat.
Dengan kriminologi airan klasik ini KDRT dapat dikaji melalui intelegensi manusia, apakah
perbuatan KDRT tersebut menyimpang atau merupakan suatu kejahatan, dan apakah merupakan suatu
perbuatan yang dilarang oleh UU Pidana.
Dalam hubungan dengan ini tugas Kriminologi adalah untuk membuat pola dan menguji
sistem hukuman yang dapat meminimalkan terjadinya kejahatan
b.Kriminologi positivis
Aliran pemikiran ini bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh
faktor-faktor di luar kontrolnya, baik yang berupa faktor biologik maupun kultural. Ini berarti bahwa
manusia bukan makhluk yang bebas untuk menuruti dorongan keinginan dan intelegensinya, akan
tetapi makhluk yang dibatasi atau ditentukan perangkat biologiknya dan situasi kulturnya.
Dengan kriminologi aliran positivis ini, KDRT dapat dikaji melalui analisa pada pelaku baik
pada faktor biologicnya, yaitu perkembangan individu dan perilaku didasari oleh warisan biologis.
Maupun dari faktor kulturalnya, yaitu perkembangan individu dan perilaku berasal dari lingkungan
sekitarnya.
Tugas kriminologi adalah menganalisis sebab-sebab perilaku kejahatan melalui studi ilmiah
terhadap ciri pelaku KDRT dari aspek sosial, dan kultural
c.Kriminologi kritis
Aliran pemikiran kritis tidak berusaha menjawab pertanyaan apakah perilaku manusia itu
bebas atau ditentukan, akan tetapi lebih mengarahkan pada mempelajari proses-proses manusia dalam
membangun dunianya di mana dia hidup.
Dengan menggunakan aliran kritis ini dapat mengkaji lebih mendalam mengenai KDRT,
karena telah melibatkan aspek politik, ekoomi dan social, aliran ini dapat mempelaari perilaku dari
pelaku dan juga perilaku dari aparat penegak hukum pada kasus KDRT ini.
Tugas kriminologi kritis adalah menganalisis proses-proses bagaimana cap jahat tersebut
diterapkan terhadap tindakan dari pelaku KDRT.
Keterkaitan kasus KDRT dengan kriminologi dapat dikaji melalui tipe-tipe kejahatan
(Criminal Typology)[4], yaitu:
The episodic criminal ialah pelaku kejahatan yang melakukan kejahatan karena dorongan emosi yang
sangat hebat.
Pada kasus KDRT tersebut, pelaku menusuk jari tangan dan jari kaki isterinya dikarenakan
oleh emosi yang timbul setelah pertengkaran hebat yang terjadi pada keduanya.
b)Penjahat Individual.
Penjahat individu ialah penjahat yang di dalam melakukan kejahatannya bertindak sendiri tanpa di
bantu oleh orang lain atau tanpa bekerja sama dengan orang lain.
Pada kasus KDRT tersebut, pelaku melakukan perbuatannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
c)Penjahat Biasa
Penjahat Biasa adalah orang melakukan kejahatan dengan cara yang sederhana, tidak terorganisir,
serta dalam melakukan kejahatannya juga tidak mengunakan cara – cara yang prefesional.
Pada kasus KDRT tersebut pelaku melakukan kejahatan yaitu menusuk dengan cara yang sederhana
dan tidak menggunakan cara professional.
d) Penjahat Accidental
Dalam konteks penjahat Accidental sebenarnya pelaku kejahatan itu bukanlah orang yang jahat,
namun ia terpaksa melakukan kejahatan tersebut karena keadaan tertentu
Pada kasus KDRT tersebut, pelaku bukanlah seorang penjahat, ditandai ia bukan seorang narapidana
atau residivis, pelaku melakukan kejahatan karena tingkat emosi yang tidak bisa ia kendalikan.
2.3 Faktor Penyebab dan Solusi Penyelesaian dari kasus berjudul “Berantem, suami tusuk jari
tangan dan kaki istri”
1. Faktor Penyebab
Kekerasa Dalam Rumah Tangga dalam kasus ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
a. Ekonomi
Dalam kasus di atas diketahui bahwa pelaku Rendi tidak bekerja, hal ini tentu menyebabkan
perekonomian keluarganya tergolong rendah dan menimbulkan ketidakpercayaan isteri kepada suami
untuk memberikan anak mereka yang masih berumur 1 Tahun.
b. Usia perkawinan
Pada kasus ini diketahui bahwa Rendi (suami) dan Desi Lasar Diyanti (isteri) diketahui
sama-sama masih berumur 18 Tahun, hal ini dapat menjadi faktor dari ketidakharmonisan hubungan
suami isteri tersebut, akibat belum matangnya usia mereka dalam berfikir dan bertindak. Sehingga
menyebabkan usia perkawinan tidak dapat berlangsung panjang dan kini mereka telah pisah ranjang.
Dikarenakan usia mereka masih dini yakni 18 Tahun, seharusnya ditengah permasalahan
meraka ada pihak ke-3 yang menengahi dan membantu menyelesaikan, sehingga tidak akan
menimbulkan pertengkaran yang berlangsung berkali-kali diantara keduanya tanpa ada penyelesaian
yang baik.
Menurut Lenore Walker, faktor yang paling berpengaruh terhadap KDRT adalah[5]:
Munculnya anggapan bahwa posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki atau berada di
bawah otoritas dan kendali laki-laki. Hubungan perempuan dan laki-laki seperti ini telah
dilembagakan di dalam struktur keluarga patriarkhal dan didukung oleh lembaga-lembaga ekonomi
dan politik dan oleh sistem keyakinan, termasuk sistem religius, yang membuat hubungan semacam
itu tampak alamiah, adil secara moral, dan suci (Emerson Dobash, 1979: 33-34). Lemahnya posisi
perempuan merupakan konsekuensi dari adanya nilai-nilai patriarki yang dilestarikan melalui proses
sosialisasi dan reproduksi dalam berbagai bentuk oleh masyarakat maupun negara.
Aspek-aspek hukum, berupa substansi hukum (content of law), aparat penegak hukum
(structure of law), maupun budaya hukum dalam masyarakat (culture of law) ternyata tidak memihak
terhadap kepentingan perempuan, terutama dalam masalah kekerasan. KUHP yang menjadi acuan
pengambilan keputusan hukum dirasakan sudah tidak memadai lagi untuk mencover berbagai realitas
kekerasan yang terjadi di masyarakat.
2. Solusi Penyelesaian
Pola penyelesaian menurut negara terhadap KDRT berbasiskan pada Undang-undang Nomor
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
1. Kekerasan fisik
2. Kekerasan psikologi
4. Kekerasan seksual.
Jika terjadi KDRT, maka korban dapat melaporkan kepada kepolisian untuk diproses hukum. Hanya
perlu dijelaskan bahwa dalam konteks KDRT, pelapor tidak saja korban (kategori delik aduan), tetapi
keluarga ataupun siapa saja yang melihat dan atau mengetahui adanya KDRT dalam suatu keluarga.
Di dalam UU KDRT secara tegas diuraikan mengenai pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku
jika terbukti melakukan KDRT.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kronologi kasus adalah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga terjadi di Kepulauan Bangka
Belitung, pelaku adalah Rendi (18) warga Kelurahan Lontong Pancur, terhadap istrinya, Desi Lasar
Diyanti (18), pelaku menusuk jari tangan kiri dan kaki kiri korban denga pisau dapur akibat
pertengkaran rumah tangga memperebutkan hak asuh anak.
Dalam mengkaji KDRT perlu pendekatan dari aspek kriminologi, diantaranya melalui sebab atau
kausa kejahatan, yaitu: Kriminologi klasik, kriminologi positivis dan kriminologi klasik. Selain itu
dapat pula ditinjau dari tipe kejahatan, KDRT termasuk dalam tipe kejahatan The Episodic Criminal,
Penjahat Accidental, Penjahat Individual dan Penjahat Biasa.
Faktor penyebab dari kasus tersebut adalah: Faktor ekonomi, Usia perkawinan dini, dan Tidak ada
pihak ke-3 yang menengahi, selain itu terdapat pula faktor
Solusi penyelesaian dari kasus ini dapat diselesaika melalui penyelesaian oleh Negara yang telah
diatur dalam UU KDRT.
DAFTAR PUSTAKA
Lamber Missa, SH, 2010, Tesis: Studi kriminologi penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga di
wilayah kota kupang propinsi nusa tenggara timur, Universitas Diponegoro, Semarang
Materi Perkuliahan Mata Kuliah Kriminologi Dr. Ismail Novianto, SH., MH.
Tapi Omas Ihromi dkk, 2000, Penghapusan Diskrimiasi Terhadap Wanita, Penerbit Alumni, Bandung
Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, 2001, Kriminologi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta