Вы находитесь на странице: 1из 6

Nama : Aditya Dwi Purnama

Nim : 1184030003
Jurusan : Manajemen Dakwah
Mapel : PPKN
Agama Dan Negara
A. Pengertian Agama dan Negara
Pengertian Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Adapun
definisi Agama menurut Roland Cavanagh bahwa Agama adalah berbagai macam ekspresi simbolik
tentang dan respon yang cepat terhadap segala sesuatu, dimana masyarakat dengan sengaja
menegaskannya sebagai nilai yang tidak terbatas bagi mereka. Peter Connolly, Aproaches to The Study of
Religion, terj. Imam Khoiri (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta,2002), hal. 10.
Pengertian Negara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah elompok sosial yang
menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah
yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan
nasionalnya. Adapun menurut Prof. Miriam Budihardjo Negara adalah organisasi yang dalam
sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan
lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan itu.
Agama dan Negara merupakan dua aspek yang tidak bisa dipisahkan karena pada dasarnya
Agama berkaitan dengan berbagai hal dalam kehidupan sosial diantaranya dalam wilayah ekonomi,
politik, dan struktur sosial dalam suatu negara. Menurut Robert N Bellah dalam karya tulisnya
Beyong Belife : Essays on Religion in a Post-Tradisionalist World ia mengatakan para ahli
sosiologi melakukan study agama yang meliputi
a. Mengkaji agama sebagai sebuah persoalan teoritis yang utama dalam memahami tindakan sosial.
b. Mereka menelaah keterkaitan anatar agama dan berbagai wilayah kehidupan sosial lainnya, seperti
ekonomi, politik, dan kelas sosial.
c. Mereka yang mempelajari peran organisasi dan gerakan-gerakan keagamaan.

Wahyuni, S.Sos. , M.Si. , Agama dan Pembentukan Struktur Sosial, (Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP,2018), hal. 6.

Oleh karena itu dalam pembahasan mengenai Agama dan Negara ada beberapa poin yang akan
disampaikan diantaranya, Sebagai berikut :

1. Agama Dalam Kajian Ilmu Sosial


Seperti yang telah dikatakan oleh Wahyuni, S.Sos. , M.Si. dalam bukunya Agama dan
Pembentukan Struktur Sosial kajian dan study Agama yang dilakukan oleh para ahli sosiologi pada
prinsipnya relevan dengan orientasi pembentukan struktur dan strata social dalam masyrakat. Oleh
karena agama dipandang sebagai pandangan dunia (Weltanschauung) umat beragama tidak dapat
direduksikan serta harus dipahami secara mendalam.
Agama dan kehidupan bermasyarakat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan keduanya
beriringan atau bahkan melekat dan sulit dipisahkan, seperti yang dikatakan oleh Ibn Khaldun bahwa
agama dan kehidupan social kemasyarakatan sulit dipisahkan ibarat dua sisi mata uang. Hal ini
diperkuat dengan argument Ibn Khaldun yang menjelaskan keterkaitan anatara social dan solideritas
yang akan sangat ditentukan oleh nilai-nilai dasar kehidupan masyarakat yaitu agama, dengan kata
lain bahwa solideritas ditentukan oleh dua hal utama yakni factor kekerabatan atau keturunan dan
juga factor agama, bahkan dalam pandangan Ibn Khaldun factor agama memiliki posisi tersendiri,
dan juga menurut Ibn Khaldun solideritas akan sirna jika dibangun diatas kepentingan matrealistis
dan politik.
Banyak study social yang meneliti tentang agama bahkan sosiolog Indonesia Abdul Munir
Mulkhan telah meneliti Islam Murni dalam Masyarkat Petani Wuluhan Jember yang menemukan
pola saling penetrative antara agama dan budaya, agama diterima dengan segala doktrinnya tanpa
harus meninggalkan tradisi social yang terlah tertanam dengan baik didalam masyarakat. Wahyuni,
S.Sos. , M.Si. , Agama dan Pembentukan Struktur Sosial, (Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP,2018), hal. 7-8.

2. Fungsionalisasi Agama
Pada dasarnya agama berfungsi sebagai pengontrol masyarakat dalam suatu lingkungan kecil
bahkan juga dalam lingkungan yang luas yaitu dalam Negara, sebagai mana kita ketahui bahwa
Negara kita Indonesia memiliki ragam budaya juga agama sehingga dalam diri setiap masyarakatnya
telah tertanam sikap tolreransi yang tinggi hal ini dipengaruhi oleh keyakinan terhadap agamanya
dan juga sikap menghargai yang ditanamkan oleh ajaran agama, hal ini menunjukan bahwa fungsi
dari agama adalah untuk mengontrol suatu masyarakat agar tidak terjadi perpecahan. Adapun
fungsionalisasi Agama menurut Ramli didalam jurnalnya adalah
a. Transendensi, yaitu memberikan arah dan tujuan akhir yang luhur bagi manusia untuk keselamatan
abadi di akhirat
b. Edukasi, yaitu mendidik manusia untuk berwawasan dan berperilaku religious
c. Agama sebagai sebuah sublimasi yang berfungsi untuk mengendalikan potensi laten dan sifat buruk
manusia agar tidak manifest menjadi perilaku buruk
d. Agama sebagai sebuah identifikasi yang memberikan ciri tertentu bagi para pemeluk suatu agama
sebagai identitas kelompok dalam kehidupan.
e. Agama adalah sebuah integrasi untuk mempersatukan individu-individu atas dasar persamaan agama
dan tujuan hidup.
f. Agama juga punya fungsi konflik, yaitu mengandung potensi pertentangan antara umat yang berbeda
agama; antara umat yang beragama dan tidak beragama (atheis dan agnotik).
g. Agama merupakan kontrol sosial bagi masyarakat yaitu menjaga harmoni sosial agar tidak runtuh
oleh perilaku-perilaku menyimpang masyarakat dengan cara panduan moral, hukum dan sanksi.
h. Agama memberikan manusia tuntunan dan ajaran hidup, karena, manusia tanpa agama merupakan
manusia yang tidak memiliki tujuan.
i. Agama itu memberi jawaban tentang hal yang tidak dapat dijawab oleh manusia.
j. Agama mengenalkan pada hal yang buruk dan baik.
k. Agama menjadi penyeimbang antara fisik dan jiwa manusia.
Ramli, " Agama dan Kehidupan Manusia "Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, Volume 7 (Februari, 2015), hal 138-144

3. Konflik dan Integrasi Dalam Kaitan Dengan Agama


Agama merupakan pemersatu juga bisa menjadi pemecah, tergantung bagaimana individu
ataupun kelompok memandang dan memahami agama. Dalam kehidupan beragama sering terjadi
friksi, konflik, pertikaian antar umat beragama yang disebabkan oleh berbagai-bagai alasan yang
bukan saja berkaitan dengan persoalan doktrin agama, namun juga berkaitan dengan masalah di luar
agama seperti persoalan ekonomi, sosial, budaya dan politik.

Belajar dari pengalaman Jawa Timur, khususnya Situbondo hubungan antar agama yang pernah
mengalami berbagai persoalan dan konflik yang menyebabkan rusaknya hubungan kedua agama,
dalam hal ini islam dan kristen tidak berakhir dengan kehancuran, namun justru memberi ruang dan
waktu kedua umat beragama untuk melakukan instropeksi dan saling mengenal kepelbedaan masing-
masing agama. Konflik antar umat beragama di Situbondo ternyata dapat dikelola dan diselesaikan,
dan bukan hanya itu kedua umat beragama yang saling bertikai telah berhasil membangun kehidupan
bersama sebagai komunitas beragama di tengah masyarakat. Berbagai kerjasama sosial dan kegiatan
dilakukan untuk meningkatkan persaudaraan. Tentu upaya pemulihan dan rekonsiliasi ini bukan
perkara yang mudah, tetapi membutuhkan perjuangan, komitmen dan kesadaran bersama sehingga
konflik benar-benar dapat diakhiri.
Hal ini seperti yang dikatan Usman bahwa, integrasi bisa saja hidup bersebelahan dengan
konflik, bahkan melalui konflik keseimbangan hubungan dapat ditata dan diciptakan kembali.
Konsep yang ditawarkan tersebut mengisyaratkan bahwa integrasi tercipta melalui proses yang
panjang pasca konflik yaitu melalui, interaksi dan komunikasi yang intensif. pdt. Dr. Retnowati,
“Agama Konflik dan Integrasi Sosial”, dikutip dari ris.uksw.edu/download/jurnal/kode/J00723 pada tanggal
19/03/2019 jam 02:18

4. Posisi dan Peran Agama Dalam Berbagai Bentuk Negara

Persoalan Antitolernsi dan antipluralisme bukan hanya permasalahan teologis. Kehidupan


beragama tidakhanya dipengaruhi oleh iman terhadap kitab suci, tetapi banyak dipengaruhi oleh
factor riil, seperti ekonomi, politik, social dan budaya.
Akar dari antitoleransi harus dicari untuk segera diselesaikan. Penuntasan antitoleransi menjadi
penting ditengah kehidupan rakyat yang semakin tersudut akibat terampasnya hak-hak public
mereka oleh kaum elite. Semua sikap hidup dalam beragama dapat dicarikan dalam pembenarannya
dalam kitab suci umat beragama, salah satunya Al Qur’an, Zuhari Munawi (2008) memberi
penjelasan bahwasanya islam dibangun diatas fundamen toleransi. Itu dibuktikan dengan adanya
lebih dari 300 ayat Al Qur’an yang secara eksplisit mendorong lahirnya toeransi dan pluralism,
sebaliknya hanya ditemukan 175 ayat yang bisa diartikan anti toleransi. Muhammad Julijanto, S.Ag.,
M.Ag. , Aga,a Agenda Demokrasi dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta : deepublish, 2015), hal. 10

Dalam hal ini sudahlah jelas bahwa peran Agama dalam suatu Negara adalah untuk
menciptakannya perdamaian dengan adanya toleransi yang menjadi doktrin agama kepada
masyarakat luas, sehingga masyarakat dalam bernegara merasakan kenyamanan dan ketentraman
tanpa ada rasa kekhawatiran akan konflik yang akan terjadi, yang diakibatkan oleh ketidak
selarasannya tatanan masyarakat karna tidak adanya toleransi.
Dari keterangan diatas juga menunjukan betapa pentingnya agama sehingga posisi agama
menjadi hal utama yang harus berlaku disebuah Negara karna dengan adanya ajaran agama dengan
doktrin toleransi dan pluralisme kehidupan masyarakan moderen akan lebih nyaman dan tentram.
5. Agama di Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila
Adanya sila pertama dalam pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa adalah perwujudan dan
kepercayaan yang religious disertai konsekuensi asas kepercayaan itu, yakni perwujudan peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Asas kepercayaan itu melahirkan pemahaman religius tentang
sesuatu yang bersangkutan dengan Causa Prima dan bagaimana cara menyalurkan
pengekspresiannya maka lahirlah yang disebut agama, Adapun agama yang berlaku dinegara kita
berdasarkan Pancasila adalah : Islam (87%), Kristen Protestan (7%), Kristen Katolik (3%), Hindu
(1,7%), Budha (0,7%), Konghucu (0,05%), Agama lainnya/Tidak terjawab (0,45%) "Data Agama di
Indonesia", dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia pada tanggal 19/03/2019 jam 03:17
6. Peran Tokoh Agama
Peran dari para tokoh agama adalah sebagai teladan bagi pengikutnya juga sebagai tempat
memecahkan masalah dalam kontek agama, selain dari itu tugas dari para tokoh agama adalah untuk
pemurnian aqidah, penolakan taqlid, penolakan bid’ah dalam praktek ibadah, dorongan ijtihad, dan
berbagai kegiatan keagamaan lainya seperti halnya menyiarkan atau yang kita kenal dakwah bil-
lisan dan dakwah bil-hal.
Menurut Fauzie Nurdin tentang pemimpin yang dapat membangkitkan semangat intizhar
(mengkaji, dan meneliti secara ilmiah) untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan, atas
kejujuran dimana dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali perilaku yang sangat tercela, maka
itulah tugas para tokoh Agama untuk memperjuangkan kebenaran Pratama Deri S." Peran Tokoh Agama
Terhadap Perilaku Keagamaan Masyarakat Desa Waypatai ", Skripsi Sarjana, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Lampung, 2018

7. Ormas dan Lembaga Keagamaan


Karena beragam corak kepercayaan di Negara Indonesia sehingga melahirkan Ormas dan
Lembaga Keagamaan yang beragam pula, ada kurang lebih 33 Ormas Islam yang lahir ditengah
masyarakat Indonesi dan beberapa Ormas yang eksistensinya sudah dikenal masyarakat banyak
diantaranya Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, adapun Fungsi dari ormas menurut Pasal 6
Undang-Undang No. 17 tahun 2013 tentang organisasi kemsyarakatan, adalaha sebagai berikut
Ormas berfungsi sebagai sarana:

1. penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/atau tujuan organisasi;


2. pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi;
3. penyalur aspirasi masyarakat;
4. pemberdayaan masyarakat;
5. pemenuhan pelayanan sosial;
6. partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa;
dan/atau
7. pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Adapun Lembaga keagamaan adanya Majlis Ulama Indonesia (MUI), Majlis Tafsir Al Qur’an
(MTA), Dewan Masjid Indonesia (DMI), namun Lembaga Keagamaan ini memiliki fungsi yang
berbeda dengan Ormas, fungsi dari Lembaga Keagamaan terutama MUI adalah:

1. penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/atau tujuan organisasi;


2. pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi;
3. penyalur aspirasi masyarakat;
4. pemberdayaan masyarakat;
5. pemenuhan pelayanan sosial;
6. partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa;
dan/atau
7. pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Hafidhudin, Didin (6 September 2015). "Tujuh Tugas MUI untuk Mengawal Umat dan Bangsa". Republika Online.
Diakses tanggal 5 Desember 2016.
8. Terorisme dan Radikalisme Keagamaan
Radikalisme merupakan paham atau aliran yang mengingikan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa
dalam mengusung perubahan. Sementara itu Radikalisme Menurut Wikipedia adalah suatu paham
yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial
dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.
Apabila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan
yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat
tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham/aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada
orang yang berbeda paham/aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan
dipercayainya untuk diterima secara paksa.
Secara etimologi terorisme berasal dari kata “to Terror” dalam bahasa inggris. Semntara
dalam bahasa latin disebut Terrere yang berarti “gemetar” atau menggetarkan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia terror merupakan suatu usaha untuk menciptakan ketakutan, kengerian, dan
kekejaman oleh seseorang atau golongan tertentu (Depdikbud, 2013).
Teorisme dalam pengertian perang memiliki definisi sebagai serangan-serangan terkoordinasi
yang bertujuan membangkitkan perasaan terror (takut), sekaligus menimbulkan korban massif bagi
warga sipil dengan melakukan pengeboman atau bom bunuh diri. Undang-Undang Nomor 15 tahun
2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1,
menyebutkan bahwa Tindak Pidana Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. A Faiz Yunus, " Radikalisme,
Liberalisme, dan Terorisme : Pengaruhnya Terhadap Agama Islam", Jurnal Studi Al-Qur'an, Vol. 13, No. 1 (2017), hal.
80-82

9. Visi Agama Dalam Pembangunan


Pembangunan bidang agama merupakan pemenuhan salah satu hak dasar rakyat yang
dijamin konstitusi, sebagaimana dinyatakan pada pasal 29 Undang Undang Dasar 1945.
Pembangunan bidang agama merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pembangunan Nasional
yang bertujuan untuk mewujudkan Indonesia damai, adil, demokratis dan sejahtera Hariyah, " Tren
Penelitian Studi Islam dalam Jurnal Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI: Penggunaan Co-Words", Record and
Library, Vol. 2, No. 2 (Juli-Desember 2016), hal. 163
Didasari bahwa kejayaan bangsa kita tergantung pada pembangunan, baik dalam bidang
lahiriah maupun dalam bidang rohaniah. Tidaklah mengherankan apabila pada saat-saat genting
yang menentukan, setelah sehari proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, para pemuka bangsa
kita, akhirnya bersepakat menetapkan pancasila sebagai idiologi nasional bangsa kita. Di dalamnya
tersirat pandangan bangsa kita yang religius, yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Sebagai dasar pembangunan nasional kita yaitu, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Berdasarkan hal-hal diatas itulah, bahwa tujuan kita adalah
membangun masyarakat pancasila yang beragama atau membangun masyarakat beragama yang
pancasila. Drs. H. Muhlisin, " Peran Agama Dalam Pembangunan Negara Indonesia ", dikutip dari
https://lampung.kemenag.go.id/berita/451005/peran-agama-dalam-pembangunan-negara-indonesia-oleh-drs-h-
muhlisin-mhi, pada tanggal 19/03/2019 jam 05:42
Daftar Pustaka

1. Peter Connolly, Aproaches to The Study of Religion, terj. Imam Khoiri (Yogyakarta :
LKiS Yogyakarta,2002), hal. 10.

2. Wahyuni, S.Sos. , M.S.i. , Agama dan Pembentukan Struktur Sosial, (Jakarta :


PRENADAMEDIA GROUP,2018), hal. 6.

3. Ramli, " Agama dan Kehidupan Manusia "Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, Volume 7
(Februari, 2015), hal 138-144

4. pdt. Dr. Retnowati, "Agama Konflik dan Integrasi Sosial", dikutip dari
ris.uksw.edu/download/jurnal/kode/J00723 pada tanggal 19/03/2019 jam 02:18

5. Muhammad Julijanto, S.Ag., M.Ag. , Aga,a Agenda Demokrasi dan Perubahan Sosial,
(YOgyakarta : deepublish, 2015), hal. 10

6. "Data Agama di Indonesia", dikutip dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia pada tanggal 19/03/2019 jam 03:17

7. Pratama Deri S." Peran Tokoh Agama Terhadap Perilaku Keagamaan Masyarakat Desa
Waypatai ", Skripsi Sarjana, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, Lampung, 2018

8. Hafidhudin, Didin (6 September 2015). "Tujuh Tugas MUI untuk Mengawal Umat dan
Bangsa". Republika Online. Diakses tanggal 5 Desember 2016.

9. A Faiz Yunus, " Radikalisme, Liberalisme, dan Terorisme : Pengaruhnya Terhadap Agama
Islam", Jurnal Studi Al-Qur'an, Vol. 13, No. 1 (2017), hal. 80-82

10. Hariyah, " Tren Penelitian Studi Islam dalam Jurnal Badan Litbang dan Diklat Kemenag
RI: Penggunaan Co-Words", Record and Library, Vol. 2, No. 2 (Juli-Desember 2016), hal. 163

11. Drs. H. Muhlisin, " Peran Agama Dalam Pembangunan Negara Indonesia ", dikutip dari
https://lampung.kemenag.go.id/berita/451005/peran-agama-dalam-pembangunan-negara-indonesia-
oleh-drs-h-muhlisin-mhi, pada tanggal 19/03/2019 jam 05:42

Вам также может понравиться