Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Download juga
makalahnya dalam format doc disini: Dropbox. Semoga bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ekonomi Islam
2.1.1 Dasar-Dasar Perekonomian Dalam Islam
2.1.2 Dasar-dasar Etika Ekonomi Islam
2.1.3 Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat
2.2 Praktik Ekonomi dalam Islam
2.2.1 Jual Beli
2.2.2 Larangan Riba
2.2.3 Lembaga Keuangan Bank (Syariah)
2.2.4 Lembaga Keuangan Nonbank
2.2.5 Menunjukkan Perilaku yang Mencerminkan Kepatuhan Terhadap Hukum Islam
tentang Kerja Sama Ekonomi
BAB III
KESIMPULAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memebrikan sumbangan baik
materi maupun pemikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya kami akan memperbaiki bentuk maupun
menambah isi maklaah agar lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai muslim kita yakin bahwa melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah, telah diatur
garis besar aturan untuk menjalankan kehidupan ekonomi dan untuk mewujudkan kehidupan
ekonomi, sesungguhnya Allah telah menyediakan sumber daya-Nya dan mempersilahkan
manusai untuk memanfaatkannya.
Kita dituntut untuk menerapkan keislaman dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk
dari aspek ekonomi. Maka mempelajari sistem ekonomi Islam secara mendalam adalah suatu
keharusan, dan untuk selanjutnya disosialisasikan dan diterapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 EKONOMI ISLAM
Ekonomi islam adalah ekonomi yang menjalankan perannya dengan berpendoman pada
ajaran islam. Adapun tujuannya adalah memberikan keseimbangan bagi kehidupan
masyarakat. Nilai ekonomi islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan muslim saja,
tetapi untuk seluruh makhluk hidup di muka bumi. Esensi proses ekonomi islam adalah
pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai islam guna mencapai tujuan
agama.
Berikut inilah beberapa dalil naqli yang menjadi dasar perekonomian islam. Agar
pengelolaan alam ini sesuai dengan syariat islam, kita perlu memerhatikan rambu-rambu
dalam pengelolaan alam semesta.
c. Pemanfaatan harta
Banyak pilihan hidup yang bisa didapat melalui harta dan kekayaan, antara lain dapat
membeli sejumlah barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bukan hanya
kebutuhan saat ini, tetapi juga kebutuhan yang akan datang serta dapat memberikan rasa
aman.
Kebutuhan pokok manusia adalah makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Disamping itu,
masih banyak kebutuhan lain, misalnya kesehatan, pendidikan, transportasi, dan rekreasi.
Keputusan harta itu akan dibelanjakan atau tidak merupakan hak pribadi masing-masing
orang, sebagaimana Allah swt telah menetapkan hak guna atas harta yang diperolehnya.
Alam semesta diciptakan sebagai rezeki. Akan tetapi, rezeki tersebut berupa sesuatu
yang masih perlu diolah. Manusia dengan segala potensinya harus berusaha mengubahnya
menjadi barang jadi sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan yang paling pokok adalah
makan dan minum, meski untuk saak ini masih banyak kebutuhan yang di perlukan oleh
manusia.
َ ٌ سبَ ٍافِ ْي َم ْس َك ِن ِه ْم ٰايَ ٌۚةٌ َج َّن ٰتنِ َع ْني َِّم ْين ٍَّو ِش َما ُۗ ٍل ُکلُ ْو ِام ْن ِر ْزقِ َربِ ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوالَ ُۗهبَ ْل َدة
َطيِبَةٌ ََّو َر ٌّبغَفُ ْو ٌر َ لَقَ ْدكَانََِل
Artinya : “Sungguh bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat
kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan disebelah kiri, (kepada mereka
dikatakan) makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan
Yang Maha Pengampun.” (Q.S Saba’/34:15)
Masyarakat makmur, damai, dan adil baru akan terwujud jika masyarakat itu
menjalankan prinsip-peinsip yang digariskan oleh agama. Banyak ayat Al-Qur’an yang
menyerukan penggunaan kerangka kerja perkenomian Islam, diantaranya Firman Allah swt
dalam QS. Al-Baqarah/2:168
ٌَ شي ْٰط ُۗنِ ِانَّهلَـ ُك ْم َعد ٌُّو ُّم ِبَْي
ن َّ ط ٰوتِال َ ض َح ٰل ًَل
ُ ط ِيب ًۖا َّو َْلتَتَّ ِبعُ ْوا ُخ ُ ٰ ٰٓياَيُّ َهاالنَّا
ْ ِس ُكلُ ْو ِام َّماف
ِ ىاْلَ ْر
Artinya : “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baiuk yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu
masih yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah/2:168)
3) Khiyar
Khiyar adalah masa memilih untuk melanjutkan transaksi atau membatalkannya.
Tujuan Khiyar adalah agar tidak terjadi penyesalan dalam transaksi, karena belum dipikirkan
secara matang transaksi yang akan dilakukan.
Praktik jual beli baik hendaknya menimbulkan sikap dan perilaku sebagai berikut :
1) Menumbuhkan dan membina ketentraman jiwa dan kebahagiaan.
2) Keuntungan yang diperoleh dipergunakan untuk memenuhi nafkah keluarga.
3) Sebagai sarana ibadah.
4) Menolak kemungkaran.
c. Macam-macam riba
1) Riba Fadli yaitu tukar menukar barang sejenis tetapi tidak sama timbangan, ukuran dan
kualitasnya.
2) Riba Qordi yaitu riba yang disebabkan utang piutang yang dikenakan bunga tinggi.
3) Riba Nasi’ah yaitu tambahan bunga atau rente berganda.
4) Riba Yad yaitu riba yang disebabkan terpisahnya tempat akad atau tempat transaksi sebelum
serah terima barang.
d. Bahaya Riba
1. Adanya pihak yang dirugikan, yaitu mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan kepada
pihak yang berhutang.
2. Dapat memupuk sifat rakus, tamak, dan bahil serta tidak peduli terhadap sesama.
3. Dibenci oleh Allah SWT (QS Al- Baqarah/2: 279)
4. Mendapat hukuman di dunia dan di akhirat dari Allah SWT, seperti hartanya tidak berkah
dan tidak bertambah (QS Ar-Rum/30: 39) serta jiwanya tidak tenang (QS AL Baqarah/2:
275)
5. Terjadi kesenjangan dalam masyarakat karena uang hanya beredar pada orang-orang
tertentu.
a) Syirkah (Perseroan), yaitu persetujuan dua orang atau lebih untuk membuka perusahaan
dengan tujuan berbagi keuntungan. Kerja sama ini biasanya meliputi modal dan jasa,
persentase kepemilikan saham, pemilik dan pengelola, dan bidang apasaja yang akan digarap
bersama. Syirkah terbagi dua, yaitu sebagai berikut :
1) Syirkah inan (serikat harta), yaitu akad yang terjadi antara dua orang atau lebih dalam
permodalan untuk melakukan suatu bisnis atas dasar membagi untung dan rugi sesuai dengan
jumlah modalnya masing-masing.
2) Syirkah ‘abdan (serikat kerja), yaitu perserikatan antara dua orang atau lebih untuk
melakukan usaha/perkerjaan yang hasilnya dibagi di antara mereka menurut perjanjian.
Misalnya, perserikatan dalam usaha konveksi, bangunan, dan lain sebagainya.
a) Manfaat serikat kerja antara lain sebagai berikut.
1) Menjalin hubungan persaudaraan, khususnya sesame anggota serikat.
2) Memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota serikat.
3) Menyelesaikan dengan baik pekerjaan-pekerjaan besar yang tidak dapat dikerjakan sendiri
dan hasilnya untuk kepentingan umat manusia. Misalnya, membuat alat-alat transportasi,
seperti kapal laut, pesawat udara, kereta api, dan berbagai jenis barang tambang, seperti
minyak, batu bara, dan lain-lain.
4) Menciptakan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, dan
kebudayaan serta dalam bidang pertahanan dan keamanan (HANKAM).
b) Macam-macam serikat kerja antara lain sebagai berikut.
1) Qirad, yaitu pemberian modal dari seseorang kepada orang lain untuk usaha atau dagang.
Sedangkan keuntungan dibagi antara keduanya sesuai dengan perjanjian. Modal dalam qirad
dapat berupa uang atau berupa benda yang dapat diperhitungkan harganya.
2) Musaqah, yaitu kerja sama antara pemilik kebun dengan pemelihara kebun disertai perjanjian
bagi hasil yang jumlahnya ditentukan menurut kesepakatan bersama.
3) Muzara’ah, yaitu kerja sama antara pemilik tanah (sawah/ladang) dan penggarap dengan
perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, sementara bibit atau
benih dari penggarap dan penggarap yang wajib mengeluarkan zakatnya.
4) Mukhabarah, yaitu kerja sama antara pemilik tanah (sawah/ladang) dan penggarap dengan
perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, sementara bibit atau
benih dari pemilik tanah dan pemilik tanah yang wajib mengeluarkan zakatnya.
b) Asuransi Syariah
1) Pengertian
Asuransi syariah adalah asuransi yang memiliki landasan saling menggung atau saling
menjamin. Pengertian ini mengandung pemahaman saling memikul risiko diantara sesame
sehingga antara yang satu dengan yang lain saling menanggung atas risiko yang terjadi.
Saling pikul ini dilakukan atas dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan cara
masing-masing mengeluarkan dana tabaruk atau dana ibadah. Dengan demikian, asuransi
syariah mengandung prinsip-prinsip tauhid, saling menyayangi, saling membantu, serta saling
melindungi dan bertanggung jawab kepada sesame muslim dan manusia pada umumnya.
2) Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Biasa
a) Pada asuransi syariah ada Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi produk yang
dipasarkan dan pengelolaan investasi dana. Adapun pada asuransi konvensional tidak dikenal
adanya Dewan Pengawas Syariah.
b) Akad yang akan dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan tolong-menolong dan
bukan akad jual beli.
c) Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (mudarabah) dan tidak ada
unsure riba, maisir, dan garar sebagai landasan investasi sebab mereka yang meninggal,
mengundurkan diri, atau membatalkan kontrak dapat mengambil dananya kembali dengan
dipotong sedikit dana tabaruk walaupun baru membayar premi beberapa kali ansuran.
d) Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta.
e) Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelola, sedangkan pada asuransi
biasa (konvensional), dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik perusahaan sehingga
perusahaan bebas menentukan alokasi investasi.
f) Masalah klaim pada asuransi syariah diambil dari rekening tabaruk seluruh nasabah. Oleh
karena itu, sejak awal nasabah sudah ikhlas ada sebagian dana yang dipakai untuk tolong-
menolong bila di antara nasabah terkena musibah. Adapun pada asuransi biasa
(konvensional) pembayaran klaim diambil dari rekening perusahaan.
g) Pada asuransi syariah, keuntungan yang diperoleh dibagi antara perusahaan dan peserta
sesuai dengan prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan, sedangkan pada
asuransi biasa (konvensional) seluruh keuntungan menjadi milik perusahaan.
a) Harta yang dimiliki seorang muslim merupakan anugerah sekaligus amanah yang diberikan
Allah swt. Sehingga cara mencarinya, mengelolanya, atau memanfaatkannya harus sesuai
dengan aturan-aturan yang disampaikan Allah swt.
b) Salah satunya konsep ajaran Islam adalah tidak boleh merugikan pihak lain. Oleh Karena
itu, kerja sama bidang ekonomi dalam konsep Islam harus berdasarkan prinsip keadilan dan
sederajat serta akhlak mulia sebagai sikap dasar dalam bermuamalah.
c) Melaksanakan syariat Islam secara keseluruhan (kafah) dalam segala sendi kehidupan,
termasuk dalam transaksi ekonomi dan fikih muamalah.
BAB III
KESIMPULAN
Ekonomi islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun Islam dan rukun Iman. Adapun prinsinp dasar dari ekonomi Islam
yaitu, tauhid, ahlak, dan keseimbangan. Karakteristik dari ekonomi Islam antara lain:
- Harta yang ada di dunia ini milik Allah
- Ekonomi terikat dengan akidah, syariah, dan mal
Komentar