Вы находитесь на странице: 1из 10

Paduan AlSi

R. Widodo (1)

(1)
Staf pengajar Program Studi Teknik Pengecoran Logam POLMAN Bandung

Al pada keadaan padat hanya mampu melarutkan sedikit saja Si, dimana kelarutan Si ini didalam kristal
campuran α (alfa) akan menurun drastis bersama dengan penurunan temperatur.

Gambar 1. Diagram Biner AlSi

Sumber: Schumann. Metallographie

Kelarutan Si didalam Al adalah sebagai berikut:

577 oC: 1.65%

500 oC: 0.8%


400 oC: 0.3%

300 oC: 0.1%

250 oC: 0.05%

Secara teknis kandungan Si pada paduan ini adalah sampai dengan 20%. Lebih dari itu Si akan membentuk
partikel inklusi didalam paduan. Diagram biner paduan ini membetuk sebuah eutektik yang sederhana
pada temperatur 577 oC dengan komposisi Si 11.7%.

Paduan ini praktis tidak dapat dikeraskan dengan kekuatan (kekerasan dan mampu tarik) akan naik
bersama dengan kenaikan kandungan Si.

Sifat-sifat umum dari paduan ini antara lain:

 Mampu cor baik.

 Tidak dapat dikeraskan.

 Mampu las otogen baik.

 Terbentuknya lapisan SiO2.xH2O pada permukaan menjadikan paduan ini memiliki ketahanan
korosi yang lebih baik dari pada aluminium murni.

 Tahan gesekan.

 Memiliki koefisien pemuaian yang kecil.

Berikut adalah tabel bahan aluminium paduan silikon AlSi menurut The Aluminum Association, Juni 1985
(a) D, die casting; P, permanent mold; S, sand.

(b) % berat ; maksimum kecuali diberikan harga batas atau diberikan indikatornya. Al balans setelah
semua unsur kandungan.

(c) 0.40-1.0 Ag.

(d) 0.50-1.0 Ag.

(e) 0.50 max Ti + Zr.

(f) 0.20-0.30 Sb, 0.20-0.30 Co, 0.10-0.30 Zr.

(g) 0.05-0.15 V, 0.10-0.25 Zr.

(h) 0.06-0.20 V.

(i) Bila kandungan Fe melampaui 0.45%, kandungan Mn tidak boleh kurang dari 1,5 kandungan Fe.

(j) 0.04-0.07 Be.

(k) 0.10-0.30 Be.

(l) 0.8 max Mn + Cr.

(m) 0.25 max Pb.

(n) 0.02-0.04 Be.

(o) 0.08-0.15 V.

(p) 0.10 max Pb.

(q) 0.003-0.007 Be, 0.005 max B.

Sumber ASM Handbook vol 15

Pada komposisi mendekati eutektik, akibat dari pendinginan lambat, khususnya untuk pengecoran dengan
media cetak pasir, kecenderungan pembentukan kristal β (beta) primer menjadi sangat tinggi sehingga
mengakibatkan paduan menjadi rapuh. Oleh karena itu, untuk menghindarinya, dilakukan proses
modifikasi.

Proses modifikasi bertujuan untuk menggeser kekanan daerah eutektik pada kurva diagram biner AlSi dari
11.7% Si menjadi 14% Si serta menurunkan temperaturnya dari 577 oC menjadi 564 oC. Dengan demikian,
dari proses modifikasi didapatkan benefit sbb:

(a) struktur yang terjadi adalah α (alfa) primer dan eutektik yang kuat dan tidak getas,

(b) butiran struktur yang halus,


(c) cairan yang lebih encer sehingga memiliki castability yang lebih baik.

Modifikasi dilakukan dengan cara membubuhkan unsur Na (natrium) sebanyak 1% baik dalam bentuk
logam Na ataupun garam Na (misalnya garam dapur NaCl) kedalam cairan pada temperatur 720 – 780 oC.
Efek dari modifikasi dengan unsur Na, akibat dari terbakarnya unsur ini, akan berlangsung pendek (20 –
30 menit tergantung dari temperatur cairan). Oleh karena itu, pada temperatur cor umum (700 – 760 oC)
cairan sisa harus selalu dimodifikasi ulang setiap 25 menit.

Modifikasi dengan unsur Na, berkaitan dengan waktu efektifnya, disebut sebagai Modifikasi Jangka
Pendek. Untuk mencapai efek yang lebih panjang (Modifikasi Jangka Panjang), dimana efek modifikasi
dapat bertahan hingga 6 hari pada temperatur 750 oC, digunakan unsur strontium (Sr) atau antimon (Sb)
untuk menggantikan Na.

Strontium (Sr) (selain natrium (Na) merupakan bahan modifikator yang populer pada proses peleburan AlSi
mendekati eutektik (kandungan Si 10-12%). Penggunaan Sr sebagai modifikator adalah antara 0.008 –
0.04%, dengan risiko apabila terlalu banyak akan meningkatkan tendensi porositas akibat dari kecepatan
solidifikasi yang lebih lambat dan menurunkan efisiensi degasing.

Gambar 2. Perbandingan efek modifikasi dengan Na dan Sr

Dalam fungsi waktu.

Sumber ASM Metalhandbook vol 15


Sumber:

ASM Handbook Vol 15: Casting. 9th Edition. ASM International. (1998)

Brunhuber; Giesserei Lexikon. Edisi 14. Fachverlag Schiele & Schoen GmbH. Berlin. (1988)

Schumann; Metallographie. VEB Deutsche Verlag fur Grundstoffindustrie. Leipzig. (1983)

Like Loading...

12 responses
1304 2012
Paduan AlSi « HAPLI (15:40:08) :

[...] terbaru dari R. Widodo dengan topik Paduan AlSi, memberikan pemahaman kepada
kita tentang paduan yang sangat populer ini. Kepada bpk R. Widodo [...]

Reply

905 2012
dwijayantileny (19:38:15) :

mw tanya klw pengaruh temperatur terhadap kekerasan Al-Si12% gmn y??apakah smkn
tinggi temperatur smkn tinggi jg kekerasan’y atw sbaliknya??

Reply

905 2012
R. Widodo (20:59:19) :

Yth mBak Dwijayantileny.

Paduan AlSi tidak dapat dikeraskan. Demikian pula AlSi12. Sebagaimana pada umumnya
logam, apabila temperaturnya dinaikkan, maka karena jarak atom2 pembentuknya
semakin merenggang, akan menjadi semakin lunak dan akhirnya mencair.

Semoga berguna.

Reply

1005 2012
dwijayantileny (20:06:40) :

msh kurang jelas.hehe


maksud dari jarak atom2 pembentukan semakin merenggang tuh gmn y??
Kalau paduan ini digunakan sebagai material pelapis dalam bentuk powder dan dlm
proses’y dilakukan dgn temperatur yg berbeda apakah kekerasannya akan smkn
mnurun jg??mhn penjelasannya
trmksh sblm’y

Reply

1105 2012
R. Widodo (13:54:34) :

Yth mBak Dwijayantileny

Semua materi yang ada terdiri dari kumpulan molekul yang terdiri dari atom2, demikian
juga logam. Saat logam dipanaskan maka ia akan mengembang, ini dikarenakan jarak
antar atom2nya merenggang. Apabila pemanasan dilakukan pada suhu tinggi, maka
saking renggangnya jarak antar atom, masing2 akan kehilangan gaya tarik menariknya
sehingga dimulai menjadi semakin lunak kemudian lama kelamaan menjadi cair dan lalu
menguap pada suhu yang sangat tinggi.

Pada saat logam itu kembali didinginkan, maka jarak antar atom kembali merapat
sehingga yang semula sudah cair kembali menjadi padat. Kekerasan logam setelah
menjadi padat ada yang kembali menjadi seperti semula ada yang menjaadi lebih lunak
ada pula yang bisa menjadi lebih keras sesuai dengan kecepatan pendinginannya.

AlSi adalah logam yang setelah dipanaskan (tidak sampai cair) tidak bisa menjadi lebih
keras dari semula ketika didinginkan kembali.

Semoga dimengerti.

Reply

1105 2012
dwijayantileny (21:43:28) :

Ok.trmksh penjelasannya sangat membantu


Reply

2209 2012
destrio (09:11:28) :

ass. pak saya ingin bertanya,,,kemarin saya melakukan pengecekan kekerasan material
AC2B dengan proses gravity casting tetapi yang membedakan ialah steel core dan sand
core..kenapa kekerasan yang dihasilkan berbeda yah pak?trus kenapa semakin lama dia
mengeras padahal tidak ada treatment yang diberikan setelah pengecoran..terima
kasih…

Reply

2509 2012
R. Widodo (12:51:16) :

Yth mas Destrio

AC2B mengandung Cu sd 3%. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya efek presipitations
strengthening (age hardening) khususnya pada bahan yang Anda cor dengan
menggunakan cetakan logam. Pada cetakan logam, karena konduktifitas termal cetakan
(juga core) tinggi, maka AC2B Anda akan membeku dan mendingin dengan cepat
sehingga Cu larut didalam base material AlSi7 Anda (terjadi “super saturated solid
solution”). Setelah itu efek aging (natural aging) akan terjadi, yaitu terjadinya presipitat
Al2Cu yang akan meningkatkan kekuatan (kekerasan) bahan AC2B sedikit demi sedikit
bersama dengan waktu.

Semoga berguna.

Reply

801 2013
Singgih Giri Basuki (08:23:01) :

Yth. Pak Widodo,

Saya ingin bertanya mengenai material paduan Al-Si-Mg-Cu. Jika material tersebut
dinaikkan kandungan Cu apakah akan semakin halus butirannya atau semakin besar?
Dalam hal ini terbentuknya dendrite arm spacing.
Terima kasih.

Reply

901 2013
R. Widodo (16:44:28) :

Yth mas Singgih.

Young dan Kirkwood dalam penelitiannya tentang “The Dendrite Arm Spacings of
Aluminum-Copper Alloys Solidified Under Steady-State Conditions” menyimpulkan
bahwa “Increasing the solute content results in a larger primary arm spacing for the
same solidification conditions” dimana dalam hal ini penambahan unsur Cu akan
increase the solute content. Berarti denrite arm spacing primer (juga sekunder) akan
membesar, menghasilkan jarak antar lengan dendrit semakin jauh sehingga “potensi
interdendritik shrinkage” meningkat.

Penelitian tersebut tidak menghubungkan antara dendrite arm spacing dengan ukuran
butiran. Sedangkan ukuran butiran tersebut ditentukan oleh nucleation dan jumlah
partikel nucleus yang terbentuk pada awal solidifikasi. Jadi bila Cu yang ditambahkan
tidak membentuk nukleus atau ia larut (Cu5.7%) butiran menjadi lebih halus.

Semoga membantu.

Reply

1803 2013
fajar hardiansyah (09:09:05) :

assalamualaikum wr. wb

saya fajar alumni D3 FE angkatan 2010


mau tanya mengenai problem produk hitam.
saya bekerja d perusahaan yg membuat headcylinder, dengan menggunakan material
AC4B, dengan perlakuan heattreatment T6 proses yaitu sol
ution, quenching dan aging.
akhir-akhir ini sering terjadi problem produk hitam setelah proses T6 tersebut.
kemudian kami coba cek permukaan produk tersebut dgn menggunakan SEM ternyata
kandungan C dan Si tinggi, yang mau saya tanyakan mun
gkin g klo terjadi difusi C dari material hingga ke permukaan?

Terima Kasih

Reply

1803 2013
R. Widodo (12:08:35) :

Yth mas Fajar

C dipermukaan produk datang dari atmosfir heattreatment Anda khususnya saat


solution treatment (kemungkinan api pemanasan Anda reduksi atau menghasilkan sisa
gas CO/CO2). Ketika gas bertemu dengan permukaan Al, akan terjadi reaksi O2 dengan
Al menghasilkan Al2O3, sisanya C (jelaga/hitam bercampur dg Al2O3 dipermukaan).

Terak pada AC4B (Si 7-10%) selain Al2O3 tentu juga SiO2 yang mengakibatkan Si
dipermukaan terbaca lebih tinggi.

Semoga membantu.

Reply

Вам также может понравиться