Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
ABSTRAK
53
Bioma, Vol. 3, No. 1, April 2014
PENDAHULUAN
Penggunaan probiotik dalam sistem aquakultur telah dikenal masyarakat secara
luas sebagai salah satu alternatif dalam menanggulangi penyakit yang disebabkan
oleh virus maupun bakteri yang bersifat pathogen bagi ikan dan udang budidaya.
Cowan (1974) dalam Mayanti, dkk (2010) menyatakan bahwa Bacillus sp.
merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif pada kultur
muda dan akan menjadi bakteri gram negatif ketika memasuki fase stasioner
dalam pertumbuhannya, bersifat motil, memproduksi spora (endospora) yang
biasanya resisten pada panas, aerob (beberapa spesies anaerob fakultatif), katalase
positif, dan oksidasi bervariasi, serta termasuk bakteri heterotrof saprofit yang
memerlukan bahan organik untuk memenuhi sumber energinya. Sebagian besar
Bacillus termasuk dalam kelompok bakteri mesofil yang tumbuh dengan
temperatur optimal antara 25 -45°C.
Dalam sistem akuakultur, Bacillus sp. dimanfaatkan sebagai agen bio-
kontrol (probiotik) karena memiliki kemampuan dalam mendegradasi senyawa
organik dan menggunakannya untuk menunjang pertumbuhan. Hal ini disebabkan
karena, Bacillus sp. memiliki enzim proteolitik yang dihasilkan secara
ekstraseluler yang berperan dalam menguraikan protein dan juga memiliki enzim
lipolitik yang berperan dalam menguraikan lemak sehingga mampu mendegradasi
54
Dewi, E.R.S., PERTUMBUHAN KULTUR PROBIOTIK
1. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian yaitu bakteri probitik jenis Bacillus sp.
55
Bioma, Vol. 3, No. 1, April 2014
4. DESAIN EKSPERIMEN
Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan
suatu faktor yaitu penambahan ekstrak kedelai, kecambah kacang hijau, dan
kentang, dengan 4 taraf perlakuan yang masing-masing dilakukan
pengulangan 4 kali.
Perlakuan pada penelitian ini:
Perlakuan A : ekstrak kedelai + tepung ikan + yeast + molase.
Perlakuan B : ekstrak kecambah kacang hijau + tepung ikan
+ yeast + molase.
Perlakuan C : ekstrak kentang + tepung ikan + yeast + molase.
Perlakuan D (kontrol) : tepung ikan + yeast + molase.
56
Dewi, E.R.S., PERTUMBUHAN KULTUR PROBIOTIK
c. Perlakuan
Tabel 1. Perlakuan Perbanyakan Probiotik dengan Penambahan Ekstrak
Kedelai, Kecambah Kacang Hijau, dan Kentang
Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D
(Kontrol)
Kedelai: 0,5 kg Kecambah kh: Kentang : 0,5 kg Tepung ikan :
0,5 kg 0,2 kg
Tepung ikan: Tepung ikan: 0,2 kg Tepung ikan : Molase :
0,2 kg 0,2 kg 0,25 L
Molase: 0,25 L Molase : 0,25 L Molase : 0,25 L Bacillus sp :
0,2 L
Bacillus sp: 0,2 L Bacillus sp : 0,2 L Bacillus sp : 0,2 L Bacillus sp :
0,2 L
Yeast: 5 gram Yeast : 5 gram Yeast : 5 gram Yeast :
5 gram
57
Bioma, Vol. 3, No. 1, April 2014
58
Dewi, E.R.S., PERTUMBUHAN KULTUR PROBIOTIK
Sebelum dilanjutkan dengan uji wilayah ganda dari Duncan, data yang
diperoleh diuji terlebih dahulu menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas,
masing - masing uji menunjukkan distribusi data normal dan ragam yang
homogeny, yang berarti dapat dilanjutkan dengan uji wilayah ganda dari Duncan.
Uji wilayah ganda dari Duncan digunakan untuk melihat seberapa jauh tingkat
perbedaan tiap perlakuan dan perlakuan mana yang berbeda itu (Srigandono,
1981).
59
Bioma, Vol. 3, No. 1, April 2014
Tabel 3. Uji Wilayah Ganda Duncan Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp. pada
Media Kultur dengan Berbagai Sumber Karbohidrat
Strain Nilai Tengah Selisih
C 0,48 C
B 0,44 0,04 B
A 0,37 0,11** 0,07 A
D 0,30 0,18** 0,14** 0,07
** = Berbeda sangat nyata pada taraf 5% dan 1%
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan
bakteri Bacillus sp pada media kultur dengan penambahan ekstrak kedelai,
kecambah kacang hijau, dan kentang menunjukkan perbedaan pada masing-
masing perlakuan dan setelah dilakukan dilakukan analisis ragam (ANAVA)
menunjukkan hasil signifikan pada perlakuan yang diberikan terhadap kerapatan
optic atau optical density (OD) media kultur bakteri.
Media kultur bakteri adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
atau zat - zat hara yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri sehingga faktor -
faktor yang ada antara lain yaitu ketersediaan nutrisi yang meliputi air, sumber
karbon, sumber energi, sumber akseptor elektron, sumber mineral, faktor
pertumbuhan, dan sumber nitrogen akan sangat mempengaruhi pertumbuhan
bakteri, selain itu dipengaruhi juga oleh temperatur (suhu), pH, dan kadar oksigen
(Suriawiria, 2003).
Penambahan ekstrak kedelai, kecambah kacang hijau, dan kentang dapat
mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Hal ini terjadi karena, masing - masing
ekstrak yang diberikan pada masing - masing perlakuan memiliki kandungan
nutrisi yang berbeda dan dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Kedelai dipergunakan dalam kultur bakteri karena di dalam biji kedelai
mengandung kadar asam amino paling lengkap yaitu leucine, lycine, isoleucine,
sedang methionine memberi kandungan yang lebih kecil. Bila dilihat dari
komposisi kacang - kacangan secara umum, maka sekitar 25% dari kalori (energi)
yang terdapat pada kacang - kacangan adalah protein.
60
Dewi, E.R.S., PERTUMBUHAN KULTUR PROBIOTIK
61
Bioma, Vol. 3, No. 1, April 2014
pada media kultur menyebabkan penyerapan nutrisi yang dilakukan oleh bakteri
menjadi kurang maksimal.
Nilai OD yang paling rendah ditunjukkan oleh perlakuan D yaitu tanpa
penambahan ekstrak. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan D bakteri tidak
memperoleh tambahan sumber karbon sehingga kebutuhan sebagai sumber energi
menjadi kurang terpenuhi.
Pertumbuhan bakteri dapat digambarkan dalam kurva pertumbuhan yang
meliputi empat fase pertumbuhan yaitu fase lag atau fase permulaan, fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian (Pelczar dan Chan, 2008). Fase lag
pada penelitian ini tidak terlihat pada 8 jam pertama. Hal ini berarti bakteri
mampu beradaptasi dengan cepat. Fase lag yaitu fase dimana tidak ada
penambahan populasi, sel mengalami penambahan dalam jumlah komposisi
kimiawi dan bertambahnya ukuran.
Fase eksponensial pada perlakuan dengan penambahan ekstrak kentang
dan kecambah mampu bertahan hingga berumur 32 jam, sedangkan pada
perlakuan dengan penambahan ekstrak kedelai mampu bertahan hingga berumur
24 jam. Perlakuan kontrol yaitu tanpa penambahan ekstrak, fase eksponensial
bakteri mampu bertahan hingga 16 jam. Perbedaan waktu yang ditunjukkan pada
masing - masing perlakuan berkaitan erat dengan kemampuan bakteri dalam
menyerap nutrisinya.
Laju peningkatan biomass dan jumlah individu dalam populasi dipercepat
dengan bertambahnya waktu dan laju percepatan tergantung pada komposisi dan
kondisi fisik lingkungan pertumbuhan yang mampu mendukung mikroorganisme
untuk mensintesis biomass baru pada laju yang diberikan. Pada lingkungan ini
kandungan precursor protein, asam nukleat dan makromolekul lainnya cukup
banyak sehingga pertumbuhan populasi lebih cepat (Nduka Okafor.2007)
Selanjutnya ciri yang ditunjukkan pada fase eksponensial yaitu sel bakteri
masih membelah dengan laju yang konstan, aktivitas metabolik yang konstan,
massa menjadi dua kali lipat dengan laju yang sama, dan keadaan pertumbuhan
yang seimbang (Pelczar dan Chan, 2008). Pada fase inilah, kultur bakteri dapat
diaplikasikan pada tambak udang maupun ikan sebagai probiotik, karena pada
62
Dewi, E.R.S., PERTUMBUHAN KULTUR PROBIOTIK
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
63
Bioma, Vol. 3, No. 1, April 2014
Hatmanti, Ariani. 2000. Pengenalan Bacillus spp. Oseana (2000), Vol.25 (1).
http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxv%281%29
31-41.pdf. diakses pada tanggal 20 Juli 2013.
Pelczar, Michael J., dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Suliasih dan Rahmat. 2007. Aktivitas Fosfatase dan Pelarutan Kalsium Fosfat
oleh beberapa Bakteri Pelarut Fosfat. Biodiversitas (2007),Vol.8 (1).
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0604/D060405.pdf. diakses pada
tanggal 20 Juli 2013
64
Dewi, E.R.S., PERTUMBUHAN KULTUR PROBIOTIK
65