Вы находитесь на странице: 1из 24

I.

Konsep Keluarga
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga ,Duvall dan Logan ( 1986 )
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Bailon dan Maglaya
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen
Kesehatan RI ( 1988 )
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
B. Struktur Keluarga
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
C. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing
D. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga
1. Tradisional :
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak,
hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-
end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati
2. Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya
E. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama
(Rodgers cit Friedman, 199:
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30
bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi
keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
F. Pengkajian
1. Data umum
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Ss
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Komposisi keluarga

K
Status Imunisasi
Hub.dengan et
No Nama Jk Umur Pendidikan
KK BC Polio DPT Hepatitis Ca
G 1 2 3 4 1 2 31 2 3
1. Bpk.S Y Suami Tamat SMP  

2. Ibu.Y S Istri Tamat SMP 

3. An.R R Anak SMA 

4. An. A B Anak SD 
b. Genogram

c. Tipe Keluarga
Keluarga Bapak S adalah Tipe keluarga Inti yaitu terdiri dari ayah, ibu dan ke dua
anaknya.
d. Suku Bangsa
Semua anggota keluarga Bapak S berasal dari suku bugis, bahasa sehari-hari
menggunakan bahasa Indonesia.
e. Agama
Keluarga Bapak S menganut agama islam dan selalu menjalankan sholat 5 waktu, tetapi
jarang mengikuti acara kegamaan di sekitar rumahnya.

f. Status Sosial Ekonomi


Menurut Bapak S penghasilannya tidak menetap, penghasilan keluarga ± Rp. 500.000/
bulan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak S bergantung pada
penghasilan sawah yang di percaya untuk Bapak S kelola dengan sistim setiap kali panen
di bagi dua dengan pemilik sawah, namun Ibu Y mengatakan belum mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan setiap harinya di tambah dengan kebutuhan anak sekolah.
g. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Bapak S mengatakan bahwa mereka tidak pernah rekreasi, namun berkumpul bersama
keluarga, bapak S dan ibu Y sering ngobrol tetapi tidak pernah setiap hari karena Bapak
S bekerja dari pagi sampai sore hari.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Bapak S saat ini adalah Anak pertama berumur 7 tahun
yang sudah duduk di bangku sekolah dasar dan anak ke dua berumur 4 tahun dan
belum sekolah. Jadi tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga
dengan anak usia sekolah.
b. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga saat ini belum terpenuhi adalah anak pertama
berumur 7 tahun duduk di bangku sekolah Dasar dan anak ke dua berumur 4 tahun
yang sebentar lagi akan sekolah. Sementara Ibu Y dalam keadaan kurang sehat.
c. Riwayat Keluarga Inti
Bapak S mengatakan bahwa tidak mempunyai penyakit menurun seperti DM, Asma.
Dalam satu keluarga hanya Ibu Y yang terkena penyakit yaitu Kusta. Hampir tidak
pernah pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seperti saat
kedua anaknya berusia 0-9 bulan tidak mendapatkan imunisasi wajib lengkap. Ketika
bapak S dan keluarganya menderita sakit seperti batuk, flu, demam, mereka hanya
minum obat yang dibeli di pasaran. Begitupun saat istri bapak S menderita penyakit
kusta hanya dua kali ke puskesmas setelah terdiagnosa penyakit kusta.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Bapak S mengatakan tidak pernah sakit ataupun menderita penyakit yang menular.
Namun sebelumnya keluarga Bapak S dan Ibu Y mengatakan awalnya hanya gatal-
gatal biasa diduga di sebabkan karna alergi makanan. Ibu Y juga mengatakan sebelum
mereka pindah rumah pernah bertetangga dengan penderita penyakit kusta.
Riwayat Kesehatan Masing-Masing Anggota Keluarganya Adalah Sebagai Berikut.
1) Ayah
Bapak S saat ini dalam keadaan sehat dan tidak pernah menderita penyakit yang serius
atau menular.
2) Anak pertama dan kedua Ibu S dalam keadaan sehat.
3) Ibu Y saat ini dalam keadaan kurang sehat sejak 1 tahun yang lalu. Ibu Y mengeluh
penyakitnya menimbulkan bintik-bintik kemerahan dan berwarna putih abu-abu,
bengkak disertai gatal-gatal dibagian wajah, lengan, paha dan punggung. Keluhan ini
sudah lama dirasakan namun Ibu Y membiarkan saja tanpa diobati karna keluarga
menganggap itu hanya alergi. Hal ini semakin bertambah parah atas anjuran keluarga
maka Ibu Y memutuskan untuk berobat Kepuskesmas dan Diagnose Dokter bahwa
Ibu Y menderita kusta Basah dan diberikan obat sesuai dengan program.
Riwayat Pengobatan
Saat pengkajian di lakukan Ibu Y mengatakan minum obat selama 9 bulan namun saat
ini Ibu Y sudah tidak lagi dan berhenti minum obat tanpa sepengatahuan petugas
kesehatan yang memberikan pengobatan.

3. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1. Rumah Bapak S adalah rumah kayu dan milik sendiri. Luas rumah yang di tempati
kurang lebih 6 x 5 m2 terdiri dari 2 kamar tidur yang tidak memiliki sekat, 1 ruang
tamu, 1 dapur dan WC yang menyatu dengan rumah dan memiliki WC tipe leher
angsa dan pijakan WC leher angsa terbuat semen yang licin sudah berlumut,
bangunan rumah segi empat lantai rumah terbuat dari tanah, serta keadaan
lingkungan yang agak kotor dan penataan perabot rumah tangga tidak tertata dengan
rapi, penerangan dan ventilasi <10% luas rumah, khususnya penerangan ventilasi
dalam kamar tidak ada yang masuk, tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
Pembuangan sampah di belakang rumah dan di biarkan berserakan. Disamping
rumahnya ada Sumur yang digunakan sebagai air minum bapak S atau kebutuhan
sehari-hari yang berada jarak 2m dan septic tank berada jarak 5m.

Gambar Denah Rumah Bapak S

Tempat
5m sampah 6 m2

Kamar mandi + wc
Septic
tank 5 Dapur
m2 Ruang Kamar
tamu tidur
Kamar
tidur
sumur

Keterangan :

1. Pintu depan :1
2. Jendela depan :1
3. Kamar tidur :2
4. Ruang tamu :1
5. Kamar mandi+WC :1
6. Dapur :1
7. Pintu belakang :1
8. Tempat sampah :1
9. Sumur :1
10. Septictank :1
b. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Tempat Tinggal
Keluarga Bapak S hidup di lingkungan tempat tinggal tidak begitu ramai tinggal
di perkampungan tersebut. Tetangga Bapak S selalu memperhatikan kesehatan ibu Y,
keluarga Bapak S adalah bukan penduduk asli akan tetapi sudah lama tinggal di
kampung tersebut. Ibu Y sering berinteraksi dengan tetangga yang dekat maupun
jauh. Hal ini di lakukan pagi dan sore hari bila tidak ada pekerjaan.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Sejak menikah ibu Y dan Bapak S sering berpindah
rumah namun Bapak S tinggal berdampingan dengan tetangga yang cukup baik
yang sudah di anggap sebagai saudara di karenakan selalu membantu keluarga Bapak
S Sewaktu dalam masalah.
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Masyarakat
Hubungan interaksi keluarga ibu Y dengan masyarakat cukup baik, namun
sebelum sakit keluarga ibu Y selalu aktif mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan
seperti pengajian yang ada di laksanakan di sekitar tempat tinggalnya, setelah ibu Y
sakit, ibu Y sudah tidak pernah mengikuti kegiatan- kegiatan keagamaan yang
dilakukan di kampungnya.
e. System Pendukung Keluarga
Keluarga Bapak S semuanya sehat kecuali Ibu Y yang terkena penyakit Kusta. Yang
merawat ibu Y adalah suami dan tetangga yang di anggap sebagai keluarga. Bapak S
tidak tahu bagaimana cara merawat ibu Y dan hanya di rawat apa adanya saja. ibu Y
tidak menpunyai tabungan yang dapat di gunakan pada sewaktu-waktu dan biasanya
keluarga menggunakan kartu SKTM pada saat berobat ke puskesmas.

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Bapak S menggunakan komunikasi terbuka dan bahasa yang di gunakan
adalah kadang-kadang bahasa bugis serta bahasa Indonesia dan komunikasi juga di
lakukan dengan cara musyawarah untuk menyelesaikan masalah. Bapak S sering
memarahi atau menegur bila anaknya melakukan kesalahan.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam pengambilan keputusan keluarga yang paling dominan adalah
Bapak S dan pengaturan keuangan di atur oleh ibu Y.
c. Struktur Peran
Peran Bapak S adalah mencari nafkah dan tugas dari ibu Y adalah merawat dan
menjaga ke dua anaknya, model peran lebih dominan oleh bapak S dan tidak pernah
terjadi konflik peran dalam keluarga.
d. Nilai atau Norma Keluarga
Nilai dan norma keluarga yang berlaku pada keluarga Bapak S di sesuaikan dengan
nilai agama yang di anut dan norma yang berlaku di lingkungannya, melihat keadaan
penyakit ibu Y, keluarga tetap percaya bahwa penyakit yang di derita ibu Y akan
sembuh.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Ibu Y mengatakan dirinya mulai sakit-sakitan, sehingga tidak mampu mengerjakan
pekerjaan yang berat dan merawat suami serta anak- anaknya. Bapak S dapat
menghargai ketidakmampuan pekerjaan yang dilakukan oleh Ibu Y sehingga Bapak
S selalu memberikan dukungan yang positif kepada Ibu Y bahwa penyakitnya tidak
akan membatasi apa yang Ibu Y lakukan. Ibu Y selalu mengajarkan kepada anak-
anaknya untuk saling berbuat baik kepada sesama.
b. Fungsi Sosialisasi
Kehidupan keluarga Bapak S tetap berinteraksi dengan baik dari sebelum Ibu Y
terkena penyakit maupun sudah terkena penyakit tersebut. Bapak S selalu
mengajarkan kapada anggota keluarga tentang ajaran agama islam dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Mengenal masalah
Kemampuan keluarga Bapak S dalam mengenal masalah kesehatan masih
kurang tentang penyakit Kusta hal ini di sebabkan karena tingkat pendidikan
yang rendah hanya sebatas SMP dan pemahaman keluarga terhadap masalah
yang di derita oleh ibu Y tidak begitu banyak.
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
 Keluarga Bapak S tidak mengerti tentang penyakit kusta, mereka mengira
bahwa penyakit kusta itu tidak berbahaya dan tidak menular, padahal sesuai
dengan keterangan medis bahwa kusta dapat menular dengan cara kontak
langsung.
 Bapak S menganggap bahwa penyakit yang di derita ibu Y hanya penyakit
biasa.
 Ibu Y selalu berfikir positif bahwa penyakitnya dapat sembuh walaupun
dalam hatinya sedih tetapi dengan adanya suami dan anak-anaknya ia selalu
tersenyum dan bersabar.
 Keluarga bapak S tidak merasa takut dengan penyakit kusta, anggapannya
penyakit tersebut bukanlah suatu penyakit yang membahayakan.
 Saat ini Ibu Y sudah berhenti minum ia hanya minum obat selama 9 bulan
karena puskesmas yang jauh dari rumahnya.
 Keluarga Bapak S percaya terhadap apa yang dianjurkan pengobatan oleh
tenaga medis namun dikarenakan jangkauan puskesmas dan perekonomian
keluarga membuat keluarga Bapak S kurang memperhatikan kesehatan Ibu
Y
 Tenaga medis sudah menjelaskan kepada keluarga Bapak S, dari pihak
puskesmas juga sudah meringakan biaya pengobatan tetap saja keluarga
Bapak S tidak menjalankan anjuran tenaga medis
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
 Tenaga kesehatan sudah menjelaskan kepada keluarga bapak S tentang
penyakit yang diderita oleh ibu Y yaitu sesuai dengan pemeriksaan dokter
telah mendiagnosa penyakit Kusta Basah, penyebaran lewat kontak
langsung dengan cara bersentuhan , bila tidak segera ditangani maka terjadi
komplikasi yaitu kehilangan sensori, kesrusakan saraf permanen,
kelemahan otot, cacat progresif, prognosa penyakit kusta dapat
disembuhkan namun kelianan dan kerusakan saraf sering irrefersibel,
pronosis tergantung pada akses klien terhadap terapi, kepatuhan klien dan
inisiasi pengobatan. Keluarga Bapak S tidak tahu cara merawat anggota
keluarganya yang sakit. Yang membantu merawat ibu Y adalah tetangga di
samping rumah dan Ibu Y hanya di rawat apa adanya.
 Keluarga bapak S sudah mengetahui tentang sifat dari penyakit ibu Y tetapi
keluarga bapak S tidak mengetahui cara perawatan penyakitnya
 Keluarga Bapak S hanya dapat mengandalkan perawatan yang diberikan
oleh tetangganya yang hanya dirawat sedaanya
 Bapak S merupakan anggota keluarga yang bertanggungjawab,
perekonomian hasil kerja dari bapak S,
 Keluarga Bapak S menerima keadaan dari Ibu Y. Keluarga bapak S selalu
memberikan pengertian yang positif terhadap ibu Y
4) Memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
 Keluarga Bapak S belum memahami kebersihan lingkungan dibuktikan saat
kunjungan rumah lingkungan rumah dalam keadaan agak kotor serta lantai
WC yang licin.
 Keluarga dapat mengetahui tentang manfaat pemeliharaan lingkungan tetapi
tidak diterapkan dalam rumahnya
 Keluarga tidak mengetahui bahwa keadaan tersebut dapat mengancam
kesehatan keluarga.
 Keluarga mengetahui tentang pencegahan penyekit ibu Y namun dengan
keterbatasan perekonomian dan jangkauan puskesmas yang jauh dari
rumahnya
 Keluarga tidak menjaga lingkungan rumahnya dengan baik
 Keluarga bapak S saling berinteraksi satu sama lain
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat
 Keluarga mengetahui ada tempat pelayanan kesehatan namun jauh dari
rumahnya. Sehingga Bila ada anggota keluarga yang sakit akan membeli obat
di warung terdekat
 Keluarga dapat merasakan keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan
 Keluarga Bapak S percaya terhadap apa yang dianjurkan pengobatan oleh
tenaga medis dan fasilitas kesehatan
 Keluarga bapak S tidak mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap
petugas kesehatan
 Rumah bapak S jauh dari fasilitas kesehatan
II. Konsep Teori
A. Defenisi
Alkohol terdiri dari beberapa senyawa kimia akan tetapi yang paling
sering digunakan adalah ethyl alcohol atau ethanol. Pada awalnya alkohol
(dalam bahasa arab al-kuhul) menunjukkan pada kosmetik yang digunakan
untuk menghitamkan lingkaran alis, merupakan bedak murni yang sering
digunakan dalam make up, selanjutnya ahli kimia Eropa membuatnya melalui
destilasi untuk beberapa kegunaan. Nama kimia dari alkohol adalah ethyl
alcohol atau ethanol (CH3CH2OH ). Bahan ini dihasilkan dari proses
fermentasi gula yang dikandung dari malt dan beberapa buah-buahan seperti
hop, anggur dan sebagainya.

B. Epidemiologi
Sekitar 20% pasien rawat jalan ketergantungan terhadap alkohol.
Penyalahgunaan alkohol dan substansi lain sekitar 10% dari semua masalah
emosional pada lansia, ketergantungan substansi-substansi lain seperti
ansiolitik dan narkotik lebih sering pada usia tua.

C. Etiologi
Hal-hal yang dapat menyebabkan lansia untuk menggunakan alkohol :
1. Perubahan fisik yang menyebabkan imobilitas, isolasi, hilangnya
kesehatan, dan kadang kala nyeri kronis.
2. Kehilangan emosional, seperti kehilangan pasangan hidup, teman,
keluarga, dan teman kerja.
3. Kehilangan tujuan, identitas, cita-cita, dan harga diri yang terkait dengan
kehilangan pekerjaan.
4. Perasaan ketidakberdayaan
5. Kehilangan rutinitas
6. Kebosanan
7. Masalah keuangan Riwayat pasien meliputi kehilangan pasangan, lilitan
keuangan, isolasi akibat imobilisasi, baru pesiun, dan tidak punya kerabat
dekat.
D. Klasifikasi
Beberapa jenis minuman dan kandungan alkoholnya :
1. Beers : 2–5%
2. Anggur ( wine ) : 8 – 14 %
3. Arak : 16 – 30 %
4. Coktail : 20 – 21 %
5. Cordial : 25 – 40 %
6. Spirits (alkohol bening) : 40 – 50 %

E. Gejala klinis
Adapun gejala-gejala yang sering di temukan pada penyalahgunaan alcohol
adalah :
1. Mengalami gangguan tidur, insomnia
2. Mudah tersinggung
3. Keringat dingin, Mual, muntah dan sakit perut sehingga kehilangan nafsu
makan sampai penurunan berat badan
4. Kecemasan (Keluhan ansietas)
5. Masalah perawatan diri
6. Tanda-tanda cedera, seperti sering jatuh, kecelakaan, memar, atau fraktur
7. Infeksi seperti gastritis, ulkus septum, perdarahan
8. Perburukan fungsi kognitif yang mudah diketahui, mencakup konfusi dan
kehilangan ingatan jangka pendek , Perubahan sensori Inkontinensia
urin serta Gangguan cara berjalan.

F. Pemeriksaan diagnostic
1. Gamma glutamyltranferase (GGT)
Biasanya sensitif dengan efek-efek alkohol. Nilai diatas 24 U/L pada
perempuan dan diatas 37 U/L pada laki-laki dapat mengindikasikan
penyalahgunaan alkohol.
2. Mean cospular volume (MCV)
Rasio hitung sel darah merah (SDM) hematokrit, mengindikasikan ukuran
SDM dan membantu mendiagnosa anemia, akibat dari alkoholisme. Nilai
MCV yang normal adalah 80 sampai 96 µm³.
3. Pemeriksaan darah
Dapat mengindikasikan malabsorbsi folat,vitamin B, dan lemak (pada
sekitar satu setengah dari penyalahgunaan alkohol).

G. Patofisiologi
Alkohol yang masuk kedalam tubuh diserap oleh lambung, masuk ke aliran
darah dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh, yang mengakibatkan
terganggunya semua sistem yang ada di dalam tubuh. Dan Penyalahgunaan
alkohol selama jangka waktu yang panjang memiliki efek buruk pada hampir
setiap organ dan sistem tubuh, yaitu :
1. Mulut dan tenggorokan : 50% kanker di daerah ini berhubungan
dengan alkohol.
2. Paru-paru : mengganggu protein yang mengakibatkan keluarnya cairan
tubuh pada rongga paru-paru.
3. Jantung : meningkatkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
4. Hati : organ utama yang terlibat dalam menetralisir alkohol, konsumsi
berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak hati.
5. Lambung : menyebabkan ekskresi asam lambung berlebihan.
6. Ginjal : mengganggu kemampuan ginjal untuk mengatur cairan tubuh,
keseimbangan asam - basa, hormon tertentu, dan mineral.
7. Pankreas : mengurangi jumlah enzim pencernaan.
8. Usus halus dan usus besar : kerusakan sel-sel lapisan usus, mem-blok
penyerapan, dan merusak nutrisi.

Pada penyalahgunaan alkohol lambung tidak mampu menyerap


kalsium secara optimal. Alkohol mengganggu kerja pankreas dalam
penyerapan kalsium serta vitamin D. Alkohol juga berpengaruh pada liver
yang sangat penting untuk mengaktivasi vitamin D. Selain itu, alkohol juga
mengganggu kerja hormon-hormon yang penting untuk kesehatan tulang.
Berbagai penelitian menunjukkan alkohol mengurangi estrogen yang memicu
gangguan haid. Bila jumlah estrogen berkurang, proses pembentukan tulang
menjadi lambat sehingga tulang menjadi rapuh. Jika hal ini terjadi di usia
menopause, proses pengeroposan tulang menjadi lebih cepat. Alkohol bisa
mematikan osteoblas, sel-sel pembentuk tulang.
H. Pengaruh perilaku yang diakibatkan alkohol
1. Kehilangan kontrol dan kesadaran dalam situasi tertentu, pengguna
alkohol kerap mengambil keputusan keliru dan tidak perlu, itulah sebabnya
di beberapa negara pengguna alkohol akan dihukum berat .
2. Turunnya kinerja. Contohnya membolos, sulit berkonsentrasi, dan
kehilangan gairah dalam bekerja
3. Kehilangan kesadaran dan pemikiran positif, biasanya orang dibawah
pengaruh alkohol akan berperilaku agresif dan bertingkah regresi.
Misalnya melakukan keributan dalam acara.
4. Pengguna alkohol kehilangan kesadaran dan perilakunya,
berkecendrungan melakukan tindakan kriminal. Contoh : Membunuh
karena tersinggung, memperkosa.
5. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua dengan
penyalahgunaan alkohol dapat berpengaruh buruk terhadap anak-anaknya.
Anak juga kemungkinan akan mengikuti kebiasaan tersebut.
6. Memenpengaruhi keuangan.

I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penggunaan alkohol
1. Kanker dan berbagai problem yang menyangkut kerusakan hati, gangguan
pencernaan, kulit, paru-paru, dan sistem urine secara permanen.
2. Kerusakan pada otak
3. Kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan rentan terhadap berbagai
serangan penyakit.
4. Polyneuritis (radang saraf tepi)
5. Kehilangan memori / pelupa
6. Gangguan psikologis dan kekacauan mental yang dapat berupa
meningkatnya kecemasan tanpa alasan yang jelas, halusinasi, kecurigaan
berlebihan, pikun dan sebagainya.
7. Penyalahgunaan alkohol pada wanita hamil dapat mengakibatkan bayi
lahir dengan cacat bawaan, cacat mental, pertumbuhan bayi terganggu
(tinggi dan berat badan dibawah normal), adanya kemungkinan bayi itu
kelak mengalami kesulitan dan permasalahan belajar.
a. Gangguan fisik motorik seperti gangguan bicara, pandangan kabur,
sempoyongan, inkoordinasi motorik berupa tidak sadar lagi.
b. Kematian yang disebabkan overdosis

J. Pencegahan dan pengobatan

Pastikan anggota keluarga menyadari kecanduan pasien

1. Berikan pengetahuan pada pasien dan anggota keluarga mengenai


penyakit dan tekankan bahwa pasien harus berhenti mengkonsumsi
alkohol
2. Buat anggota keluarga dan pasien sadar bahwa efek alkohol
mempengaruhi setiap panca indera .
3. Ajarkan keluarga dan pasien kebutuhan untuk memperbaiki kebiasaan
diet yang berhubungan dengan defisit akibat konsumsi alkohol.
4. Anjurkan anggota keluarga untuk memantau penyalahgunaan alkohol
pasien dan waspadai fungsi motorik yang tidak stabil.
III. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis,
psikologis, social, dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah
sebagai berikut :
a. Kaji situasi kondisi penggunaan alkohol
- Kapan alkohol digunakan
- Kapan alcohol menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi
masalah
- Kapana alcohol dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
b. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan alcohol
- Perilaku seks yang tidak nyaman
- Menyetir sambil mabuk
- Riwayat over dosis
- Riwayat serangan (kejang) selama putus alkohol
c. Kaji pola penggunaan
- Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan
malam)
- Penggunaan selama seminggu
- Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
- Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan ALKOHOL setelah
berjalan melalui rumah Bandar)
- Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan pacar, teman
pakai)
- Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal ngerusak”
atau “Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus make”)
- Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
- Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat
tidur atau stress yang berkepanjangan)
d. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan alkohol maupun tentang
kondisi bila tidak menggunakan
G. Diagnosa yang mungkin timbul :
1. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan konsumsi alkohol dan
kebiasaan diet yang buruk.
Kriteria hasil: pasien akan meningkatkan status nutrisi dan mengurangi
konsumsi alkohol.
2. Ansietas berhubungan dengan kehilangan kendali dan krisis personal.
Kriteria hasil: pasien akan melaporkan perasaan sembuh dan
pengendalian atas tindakan.
3. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kecanduan alkohol
Kriteria hasil: pasien akan mengatakan pengendalian atas
kecanduannya.
4. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan persepsi
Kriteria hasil: pasien akan terhindar dari cedera dan tidak mencederai
orang lain
H. Intervensi
Strategi Pertemuan 1- klien :
1. Mendiskusikan dampak penggunaan alkohol bagi kesehatan, cara
meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
2. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan
3. .membuat jadwal latihan

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klien
mengatasi craving / nagih (keinginan untuk menggunakan kembali alkohol)
adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi rasa nagih muncul
b. Ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti
c. Ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar, semakin
diberi makan semakin sering muncul
d. Cari seseorang yang dapat mengalihkan dari rasa nagih
e. Coba menyibukkan diri saat rasa nagih dating
f. Tundalah penggunaan sampai beberapa saat
g. Bicaralah pada seseorang yang dapat mendukung
h. Lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman,
i. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan alcohol
j. Tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat membuat
rileks
k. Dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering berakhir
dengan menggunakan lagi
l. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti
m. Bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana mereka menikmati
hidup atau rilekslah untuk dapat banyak ide

Menurut Keliat dkk. (2006). Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga


adalah sebagai berikut:

a. Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya


berhenti menggunakan alkohol
b. Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti.
c. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien ALKOHOL.
d. Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga antara lain
e. Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien.
f. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan / ketergantungan
alkohol (tanda, gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien
(pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi).
g. Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk seperti:
intoksikasi berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan,
gangguan penglihatan (persepsi), kehilangan pengendalian diri, curiga
yang berlebihan, melakukan kekerasan sampai menyerang orang lain.
Kondisi lain dari klien yang perlu mendapat perhatian keluarga adalah
gejala putus alkohol seperti nyeri (Sakau), mual sampai muntah, diare,
tidak dapat tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas yang berlebihan, depresi
(murung yang berkepanjangan).
h. Diskusikan dan latih keluarga merawat klien ALKOHOL dengan cara:
menganjurkan keluarga meningkatkan motivasi klien untuk berhenti atau
menghindari sikap-sikap yang dapat mendorong klien untuk memakai
ALKOHOL lagi (misalnya menuduh klien sembarangan atau terus
menerus mencurigai klien memakai lagi); mengajarkan keluarga mengenal
ciri-ciri klien memakai ALKOHOL lagi (misalnya memaksa minta uang,
ketahuan berbohong, ada tanda dan gejala intoksikasi); ajarkan keluarga
untuk membantu klien menghindar atau mengannkan perhatian dari
keinginan untuk memakai ALKOHOL lagi, anjurkan keluarga
memberikan pujian bila klien dapat berhenti walaupun 1 hari, 1 minggu
atau 1 bulan; dan anjurkan keluarga mengawasi klien minum obat.

Strategi Pertemuan dengan Pasien dan Keluarga Penyalahgunaan dan

Ketergantungan ALKOHOL.

a. Pasien
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mendiskusikan dampak ALKOHOL
3) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
4) Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
5) Latihan cara meningkatkan motivasi
6) Latihan cara mengontrol keingan
7) Membuat jadwal aktivitas
8) Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
9) Mendiskusikan cara hidup sehat
10) Latihan cara menyelesaikan masalah
11) Latihan cara hidup sehat
12) Mendiskusikan tentang obat

b. Keluarga

1) Mendiskusikan masalah yang dialami


2) Mendiskusikan tentang ALKOHOL
3) Mendiskusikan tahapan penyembuhan
4) Mendiskusikan cara merawat
5) Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk
6) latihan cara merawat
7) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
8) Mendiskusikian pengawasan dalam minum obat

D. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari klien adalah sebagai berikut :
a. Klien mengetahui dampak ALKOHOL
b. Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
menggunakan ALKOHOL
c. Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan ALKOHOL
kembali
d. Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif
e. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
f. Klien mematuhi program pengobatan

Evaluasi yang diharapkan dari keluarga adalah sebagai berikut :

a. Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien


b. Keluarga mengetahui tentang ALKOHOL
c. Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien
d. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
e. Keluarga memberikan motivasi pada kilien untuk sembuh
f. Keluarga mengawasi klien dalam minum obat

Вам также может понравиться