Вы находитесь на странице: 1из 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini transisi epidemiologi dan demografi menyebabkan terjadinya

perubahan gaya hidup. Transisi demografi merupakan akibat adanya

urbanisasi,industrialisasi,meningkatnya pendapatan, tingkat pendidikan,

teknologi kesehatan dan kedokteran di masyarakat. Hal ini akan berdampak pada

terjadinya transisi epidemiologi yaitu perubahan pola kematian yaitu akibat

infeksi, angka fertilitas total, umur harapan hidup penduduk dan meningkatnya

penyakit tidak menular atau penyakit kronik. Perubahan gaya hidup yang tidak

sehat seperti merokok, aktivitas fisik rendah, tingginya konsumsi makanan tinggi

energi dan lemak serta konsumsi alkohol diduga menjadi faktor resiko Penyakit

Tidak Menular (PTM). Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan serius

adalah Hipertensi (Kusumastuty, 2016 : 20).

Prevalensi menurut catatan WHO, terhitung 9,4 juta orang di dunia setiap

tahunnya meninggal akibat komplikasi dari penyakit Hipertensi. Prevalensi

tertinggi di kawasan Afrika yaitu sekitar 46 %, sedangkan prevalensi lebih

rendah ditemukan di Amerika yaitu sebesar 35 %. WHO memperkirakan 1

milyar penduduk di dunia menderita penyakit Hipertensi dan dua per-tiga

diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang,

juga memperkirakan prevalensinya akan terus meningkat pada tahun 2025

sebanyak 29 % orang dewasa di seluruh dunia menderita Hipertensi (WHO,

2013: 9-10).

1
2

Prevalensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia yang didapat melalui

jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, sedangkan yang

pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat Hipertensi sendiri

sebesar 9,5 %. Jadi, terdapat 0,1 % penduduk yang minum obat sendiri

meskipun tidak pernah didiagnosis oleh nakes. Prevalensi di Indonesia

berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 %. Jadi

cakupan nakes hanya 36,8%, sebagian besar (63,2 %) kasus di masyarakat tidak

terdiagnosis (Riskesdas, 2013: ix).

Dari hasil pengukuran tekanan darah, sebanyak 344.033 orang atau 17,74

% dinyatakan mengalami tekanan darah tinggi. Berdasarkan jenis kelamin

persentase pada kelompok laki-laki sebesar 20,88 %, lebih tinggi dibanding pada

kelompok perempuan yaitu 16,28 %. Dari hasil pengukuran Hipertensi,

kabupaten/kota dengan persentase Hipertensi tertinggi adalah Wonosobo yaitu

42,82 %, dan persentase terrendah adalah Pati yaitu 4,50 % (Profil Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah, 2015: 48).

Angka kejadian Hipertensi di Kabupaten Magelang pada tahun 2018

sebesar 17.566 kasus baru (64%) dari total 27.274 kasus baru beberapa penyakit

yang tersebar di 21 kecamatan (Profil Kesehatan Kabupaten Magelang, 2017:

28). Sedangkan berdasarkan hasil rekapitulasi data yang diperoleh dari Sistem

Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) tahun 2018 penyakit Hipertensi di

Puskesmas Kota Mungkid Kabupaten Magelang terdapat 91 kunjungan selama

periode tersebut (Puskesmas Kota Mungkid, 2018).


3

Seperti yang sudah diuraikan pada beberapa sumber di atas tekanan

darah tinggi masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang mengancam jiwa,

yang sebagian besar penyebabnya kurang memperhatikan gaya hidup dan

pengetahuan yang kurang tentang penyakit tersebut. Sehingga dapat disimpulkan

penderita Hipertensi akan mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi apabila

penderita dan keluarga mampu memodifikasi gaya hidup seperti menjalankan

diit dengan benar, melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin,

mendapatkan terapi yang tepat baik farmakologis maupun non farmakologis,

serta memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit yang ia derita,

sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi.

Oleh karena itu penting halnya bagi penderita dan juga keluarga untuk

mengenal penyakit Hipertensi supaya dapat mencapai derajat kesehatan yang

maksimal mulai dari pencegahan, pengobatan, serta perawatan keluarga yang

mengalami tekanan darah tinggi.

Berdasarkan pada pernyataan dan data-data yang di dapatkan, penulis

tertarik untuk mengambil kasus Hipertensi.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu mengelola dan menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga

dengan kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kota Mungkid.

2. Tujuan Khusus
4

a. Mampu menggambarkan hasil asuhan keperawatan keluarga dengan

Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kota Mungkid Kabupaten

Magelang, meliputi :

1) Melakukan pengkajian keluarga secara menyeluruh, mencakup

identitas pasien serta keluarga, melakukan review sistem terkait,

riwayat kesehatan, data umum dan pemeriksaan fisik serta data

penunjang.

2) Melakukan analisa data dan merumuskan masalah keperawatan yang

ditemukan pada keluarga.

3) Menentukan perencanaan, masalah yang ditemukan atau intervensi

yang tepat pada keluarga dengan penyakit dari sudut pandang ilmu

keperawatan.

4) Melakukan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan

untuk memecahkan masalah yang ditemukan.

5) Melakukan evaluasi keperawatan dari implementasi yang telah

dilakukan untuk mencapai tujuan pengelolaan kasus.

b. Membahas kesenjangan yang ditemukan pada teori dan kasus pada

pelayanan kesehatan terkait dengan penyakit Hipertensi.

C. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat : membudayakan pengelolaan hipertensi secara mandiri melalui

pengelolaan atau managemen stres dengan cara tindakan relaksasi secara

mandiri.
5

2. Bagi keilmuan dan teknologi keperawatan:

a. Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih lanjut

tentang asuhan keperawatan hipertensi.

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksana penelitian bidang

keperawatan tentang asuhan keperawatan pada klien hipertensi pada

masa yang akan datang dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan

dan teknologi keperawatan.

3. Peneliti : memperoleh pengalaman dalam aplikasi riset keperawatan di

tatanan pelayanan keperawatan , khususnya penelitian tentang pelaksanaan

tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Hipertensi

1. Pengertian

Menurut WHO, penyakit Hipertensi merupakan peningkatan tekanan

sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 95 mmHg (Kodim Nasrin

2003, dalam Padila, 2013: 356)

Sukarmin menjelaskan dalam jurnalnya yang diunggah pada tahun

2016, tekanan darah tinggi merupakan keadaan tekanan sistolik lebih dari

120 mmHg dan diastolik lebih dari 80 mmHg, hal ini sering menyebabkan

perubahan pada pembuluh darah dapat mengakibatkan semakin tingginya

tekanan darah (Sukarmin, 2016: 24). Klasifikasi pada pasien berusia ≥18

tahun oleh The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure (1998) :

Kategori Diastolic Sistolik

Normal < 85 <130

Normal tinggi 85 – 89 130 – 139

Hipertensi

Tinggi 1 ( ringan ) 90 – 99 140 – 159

Tinggi 2 ( sedang ) 100 – 109 160 – 179

Tinggi 3 ( berat ) 110 – 119 180 – 210

Tinggi 4 ( sangat berat) ≥ 120 ≥ 210

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi ( dalam Padila , 2013 : 63 )

6
7

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu:

a. Primer

Adalah Hipertensi esensial atau tekanan darah tinggi yang 90% tidak

diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab,

diantaranya:

1) Genetik; individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

Hipertensi, berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

2) Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita

pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami tekanan darah

tinggi.

3) Diet; konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara

langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit ini.

4) Berat badan/obesitas (25% lebih berat di atas berat badan ideal) juga

sering dikaitkan dengan berkembangnya penyakit.

5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap

diterapkan ).

b. Sekunder

Merupakan jenis yang penyebabnya diketahui. Beberapa gejala atau

penyakit yang menyebabkan Hipertensi jenis ini antara lain:

1) Coarctation aorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang

(mungkin) terjadi pada beberapa tingkat aorta torasik atau aorta


8

abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui

lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas

area kontriksi.

2) Penyakit parenkim dan vascular ginjal, ini merupakan penyebab

utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan

dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara

langsung membawa darah ke ginjal.

Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan tekanan darah tinggi

disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan

abnormal jaringan fibrous).Penyakit parenkim ginjal terkait dengan

infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur serta fungsi ginjal.

3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen), dapat menyebabkan

hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume

expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah

kembali normal setelah beberapa bulan.

4) Gangguan endokrin. Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal

dapat menjadi penyebabnya. Adrenal-mediate hypertension

disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.

Pada aldosteron primer, kelebihan aldosteron menyebabkan

Hipertensi dan hypokalemia. Aldosteronisme primer biasanya timbul

dari adenoma korteks adrenal yang benign (jinak).

Pheochromocytomas pada medula adrenal secara umum dan

meningkatkan sekresi katekolamin secara berlebihan. Pada sindrom


9

cushing, korteks adrenal mengekskresi glukokortikoid secara

kelebihan. Sindrom chusing mungkin disebabkan oleh hiperplasi

adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.

5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup tidak aktif (malas berolahraga)

6) Stress, cenderung menyebabklan kenaikan tekanan darah untuk

sementara waktu.

7) Kehamilan

8) Luka bakar

9) Peningkatan volume intravascular

10) Merokok. Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan

katekolamin, dan jika meningkat mengakibatkan iritabilitas

miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan

vasokontriksi sehingga meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah,

2012: 59-62)

3. Tanda Gejala

Hipertensi menjadi silent killer karena pada sebagian besar kasus tidak

menunjukkan gejala apapun sehingga pada suatu hari menjadi stroke dan

serangan jantung kemudian bisa mengakibatkan penderitanya meninggal.

Bahkan sakit kepala sering menjadi indikator tekanan darah tinggi tidak

terjadi pada beberapa orang atau dianggap keluhan ringan akan sembuh

dengan sendirinya (Kurniadi & Nurrahmani, 2014:364)

Menurut Ardiansyah (2012) sebagian manifestasi klinis akan timbul

setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun. Gejalanya

berupa:
10

a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan darah interkranium;

b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina;

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan

saraf pusat;

d. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan

aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus;

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di pusat vasomotor, pada medula diotak. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion

ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin

mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan

dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsang vasokontriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.Medula adrenal

mensekresi epinefrin dan menyebabkan vasokontriksi.Korteks adrenal


11

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon

vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.

Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Pada usia lanjut, perubahan

struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab

pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan

daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasikan volume darah yang

dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah

jantung dan peningkatantahanan perifer (Brunner & Suddarth 2002, dalam

Padila 2013: 357-358)

5. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah

saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi, agar penderita

dapat mempertahankan kondisinya.

Pengobatannya meliputi:
12

1) Step 1: Obat pilihan pertama: deuretika, beta blocker, Ca antagonis,

ACE inhibitor

2) Step 2: Alternatif yang bisa diberikan

a) Dosis obat pertama dinaikkan

b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

c) Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta

blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,

vasodilator

3) Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh

a) Obat ke-2 diganti

b) Ditambah obat ke-3 jenis lain

4) Step 4: Alternatif pemberian obatnya

a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

b) Re-evaluasi dan konsultasi

(Padila, 2013: 363)

b. Non farmakologi

Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita,

yakni dengan cara:

1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, dan

kadar kolesterol darah tinggi, seperti:

a) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas

b) Tinggi serat

c) Diet rendah energi (bagi yang kegemukan)


13

3) Mengurangi pemakaian garam (disertai dengan asupan kalsium,

magnesium, dan kalium yang cukup)

Diet rendah garam,yang terdiri atas:

a) Diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari)

b) Menengah (1,25-3,75 gram per hari)

c) Berat (kurang dari 1,25 gram per hari).

4) Mengurangi konsumsi alcohol.

5) Berhenti merokok.

6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat

Untuk penderita Hipertensi esensial tidak perlu membatasi

aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.

7) Melakukan yoga

Yoga secara teratur dapat mengurangi ‘aldosteron’ hormon stres yang

merupakan vasokontriktor kuat yang dapat meningkatkan tekanan

darah.

8) Mengurangi stress

9) Edukasi Psikologis

Menurut Padila (2013: 362) pemberian edukasi psikologis, meliputi:

a) Teknik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan

pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara

sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

b) Teknik relaksasi
14

Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih

penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh

menjadi rileks.

10) Menurunkan tekanan darah dengan cara tradisional

Dengan pemakaian yang tepat dan benar, kandungan obat herbal

dalam tanaman bisa membantu proses pengendalian tekanan darah.

Beberapa tanaman herbal yang bermanfaat untuk hipertensi

a) Bawang putih/garlic(Allium sativum)

Gambar 2. 1 Bawang Putih

Yang paling terkenal dari bawang putih adalah aktivitasnya

sebagai antikolesterol dan antitrombolitik.Umbi bawang putih

berkhasiat menurunkan tekanan darah tinggi, nyeri kepala, dan

maag.

b) Seledri/celery(Apium graveolens)

Gambar 2. 2 Seledri
15

Seledri terbukti berhasil menurunkan tekanan darah tinggi

karena aktivitasnya sebagai calcium antagonis yang berpengaruh

pada tekanan darah.Ini artinya senyawa aktif dalam seledri

bekerja pada reseptor pembuluh darah yang akhirnya memberi

efek relaksasi. Pada pasien hipertensi saat tekanan darah naik

maka pembuluh darah akan mengencang/menegang. Pada

normalnya hanya berdenyut saja.Karena memberi efek relaksasi,

konsumsi seledri bisa mengurangi ketegangan pembuluh darah.

c) Bawang merah/onion(Allium cepa)

Gambar 2. 3 Bawang Merah

Minyak esensial pada bawang merah dianggap paling efektif

untuk menurunkan tekanan darah.

d) Mengkudu (Morindo citrifolia)

Gambar 2. 4 Mengkudu
16

Kandungan scopoletin dalam buah ini mampu menurunkan

tekanan darah.

e) Tomat (Lycopersicon lycopersicum)

Gambar 2. 5 Tomat

Kandungan asam amino Gamma-amino butyric (GABA) pada

tomat bermanfaat menurunkan tekanan darah.

f) Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)

Gambar 2. 6 Belimbing Wuluh

Beberapa studi penelitian menunjukkan pengaruh buah

belimbing wuluh sebagai obat hipertensi. Tanaman obat yang

dipakai untuk mengendalikan hipertensi paling tidak memiliki

beberapa sifat berikut: deuretik, antiadrenergik, dan vasodilator.

Buah belimbing wuluh memenuhi syarat sebagai deuretik,

menghilangkan rasa sakit (analgetik), memperbanyak

pengeluaran empedu, antiradang, dan astringent.Kandungan

kalium sitrat di dalam buahnya merangsang pengeluaran cairan


17

dalam tubuh yang tadinya diikat oleh garam. Jika proses

pengeluaran kemih lancar

otomatis tekanan darah turun.

g) Mentimun (Cucumis sativuus Linn)

Gambar 2. 7 Mentimun

Universitas Airlangga melakukan penelitian terhadap mentimun,

terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Kandungan air yang

mencapai 90% dalam mentimun, serta kalium yang tinggi akan

mengeluarkan garam dari tubuh.

h) Kucai (Allium schoenoprasum)

Gambar 2. 8 Kucai

Manfaat kucai terhadap penurunan tekanan darah masih perlu

diuji lebih lanjut, namun uji terhadap binatang, kucai memiliki

khasiat dan efektifitas untuk menurunkan tekanan darah.


18

i) Anggur (Vitus vinifera)

Gambar 2. 9 Anggur

Anggur yang dimakan dengan bijinya dapat melebarkan

pembuluh darah sehingga tekanan darah membaik hal ini

dikarenakan dalam biji anggur mengandung senyawa polifenol.

j) Daun avokad (Avocado)

Gambar 2. 10 Daun Avokad

Ekstrak daun alpukat berpotensi menormalkan kadar kolesterol

dalam plasma darah (Ardiansyah, 2012; Kurniadi &

Nurrahmani, 2014)

6. Komplikasi

Menurut Ardiansyah (2012: 69), komplikasi Hipertensi meliputi:

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di

otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke

dapat terjadi pada Hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang


19

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya menjadi berkurang. Arteri-

arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah, sehingga

meningkat kemungkinan terbentuknya aneurisma.

b. Infark Miokardium

Dapat juga terjadi infark miokardium apabila arteri yang

mengalami aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran

darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi Hipertensi kronik dan

hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-

perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel, sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan

darah.

c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler glomerulus. Dengan rusaknya

glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, neuron

akan terganggu, dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui

urine, sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang. Hal ini

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada Hipertensi kronik.


20

d. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada

Hipertensi maligna (Hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang

sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intersisium di seluruh

susunan saraf pusat. Akibatnya, neuron-neuron di sekitarnya menjadi

kolaps dan terjadi koma serta kematian.

B. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian

Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan

aturan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang

merupakan bagian dari keluarga (Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2014:

1).

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui

pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO 1969, dalam Dion & Betan,

2013 : 2).

Unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 1988, dalam Padila, 2012 : 19).

2. Tujuan Dasar

Karena keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Unit dasar ini

memiliki pengaruh begitu kuat terhadap perkembangan individu-individu

yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan individu tersebut, serta


21

berfungsi sebagai buffer atau sebagai perantara antara masyarakat dan

individu, yakni mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat

dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota serta menyiapkan peran

anggotanya menerima peran di masyarakat. (Padila, 2012 : 22-23)

3. Tipe-tipe Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang

yang mengelompokkan. Secara tradisional dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

a. Inti (nuclear family)adalah yang hanya terdiri dari ayah,ibu,dan anak

yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek˗nenek,paman-bibi).

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua di atas

berkembang menjadi:

a. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang

terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.

Keadaan ini di Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya

hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga

seorang yang telah cerai atau ditinggal pasangannya cenderung hidup

sendiri untuk membesarkan anak-anaknya.


22

b. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari

salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal

pasangannya.

c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (unmarried teenage mother).

d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa

pernah menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di

Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh

pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah.

e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital

heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah

kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh

pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan

tersebut telah tua demi status anak-anaknya.

f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yag berjenis kelamin sama (gay

and lesbian family).

(Suprajitno, 2014: 2-3)

4. Struktur Keluarga

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal
23

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi,dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

Adalah sepasang saumi istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga kawin

Adalah perkawinan sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,dan beberapa

sanak saudara yang menjadi bagian karena adanya hubungan dengan

suami atau istri.

Ciri-ciri struktur keluarga:

a. Terorganisir : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing (Padila, 2012: 24-25).

Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman (dalam

Suprajitno, 2014: 7) mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:

a. Struktur peran

Menggambarkan peran masing-masing anggota dalam keluarga dan

perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.

b. Nilai atau norma


24

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh

keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

c. Pola komunikasi

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orang

tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak,

dan anggota lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.

d. Struktur kekuatan

Menggambarkan kemampuan untuk mempengaruhi dan mengendalikan

orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung

kesehatan.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Berhubungan dengan fungsi internal yang merupakan dasar

kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial.Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang

positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh rasa kasih sayang.

b. Fungsi sosialisasi

Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan

perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu

melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin,

norma budaya, dan perilaku melalui interaksi bersama anggota di

dalamnya, sehingga individu mampu berperan di dalam masyarakat.


25

c. Fungsi reproduksi

Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan,

pakaian, perumahan, dan lain-lain.

e. Fungsi perawatan keluarga

Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan

asuhan/keperawatan

(Friedman, dalam Ali, 2010: 11).

6. Tahapan dan Tugas Perkembangan

Tahap perkembangan menurut Duvall & Miller (1985); Carter & Mc

Goldrick (1988) (dalam Achjar, 2010: 6-7), mempunyai tugas perkembangan

yang berbeda seperti:

a. Tahap I, pemula atau pasangan baru

Membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama

dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina

hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan

mempersiapkan diri menjadi orang tua.

b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua sampai umur 30

bulan)
26

Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan

hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan

dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan

nenek danmensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-

masing pasangan.

c. Tahap III, dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,

mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan

anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam dan

luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai

mengenalkan kultur, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi

kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13

tahun)

Mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah

dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan

hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan fisik

anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat

menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan

perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-


27

anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan

tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup

anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan

untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut

lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri, membantu anak

mandiri mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga

antara orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi

keluarga setelah ditinggalkan anak.

g. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)

Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,

mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para orang

tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman,

merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan

masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.

h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia.

Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan

hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan,

mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk

memahami eksistensi mereka, saling member perhatian yang


28

menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi

waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

7. Tugas Keluarga

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga

habis.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan, dengan pertimbangan

siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk

menentukan tindakan.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh

keluarga sendiri.Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan harus memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan

agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.Perawatan dapat dilakukan di

rumah jika keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk

pertolongan pertama.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga


29

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya (Suprajitno,

2014: 17-18)

8. Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap

anggota keluarga mempunyai peran masing-masing :

a. Ayah : Sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik,

pelindung/pengayom, dan pemberi rasa aman kepada anggota keluarga.

Selain itu, sebagai anggota masyarakat/kelompok sosial tertentu.

b. Ibu : Sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak,

pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.

Selain itu, sebagai anggota masyarakat.

c. Anak : berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan

fisik, mental, sosial, dan spiritual (Ali, 2010: 10-11)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian

Merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan

yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu-individu

sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga

meliputi pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, penyusunan

perencanaan, perencanaan asuhan dan penilaian (Padila, 2012: 91).

Yuradan Walsh 1978 (dalam Ali, 2010: 37) bahwa proses keperawatan

merupakan intisari dari keperawatan yang menjadi pusat semua tindakan


30

keperawatan yang dapat diaplikasikan dalam bentuk konsep, teori, dan

falsafah. Pada dasarnya proses keperawatan merupakan suatu proses

pemecahan masalah yang sistematis yang digunakan ketika bekerja pada

individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.

2. Proses Keperawatan

S. G. Bailon 1978 (dalam Ali, 2010: 37) proses keperawatan adalah

sekumpulan tindakan yang dipilih secara matang dalam usaha memperbaiki

status kesehatan keluarga/pasien serta menambah kemampuan mereka dalam

mengatasi masalah kesehatannya. Dasar proses ini adalah penggunaan cara

ilmiah dalam menyelidiki dan menganalisis data sehingga mencapai

kesimpulan yang logis dalam menyelesaikan masalah secara rasional.

3. Tahapan Proses Asuhan Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian

Menurut Ali (2010: 43-44) data pengkajian didapat dengan

menggunakan beberapa cara. Berikut ini adalah metode pengumpulan

data yang digunakan:

1) Wawancara: dilakukan untuk mengetahui data subjektif dalam aspek

fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, agama,

lingkungan, dan sebagainya.

2) Pengamat/Observasi: dilakukan untuk untuk mengetahui hal yang

secara langsung bersifat fisik (ventilasi, kebersihan, penerangan, dll.)

atau benda lain (data objektif).

3) Pemeriksaan fisik: dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan keperawatan yang berkaitan dengan keadaan


31

fisik, misalnya kehamilan, mata, telinga, tenggorokan, dll. (data

objektif).

4) Studi dokumentasi: studi ini dilakukan dengan jalan menelusuri

dokumen yang ada, misalnya catatan kesehatan, kartu keluarga, kartu

menuju sehat, literatur, catatan pasien (data subjektif).

Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian

keluarga adalah:

1) Data umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:

a) Nama kepala keluarga (KK)

b) Alamat dan telepon

c) Pekerjaan kepala keluarga

d) Pendidikan kepala keluarga

e) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga menjelaskan anggota keluarga yang

diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Komposisi

tidak hanya mencantumkan penghuni rumah tangga, tetapi juga

anggota lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut. Bentuk

komposisi keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota

keluarga yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota

yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih

tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap


32

anggota keluarga tersebut, tempat tinggal lahir/umur, pekerjaan

dan pendidikan.

Genogram merupakan sebuah diagram yang

menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga).

Genogram merupakan alat pengkajian formatif yang digunakan

untuk mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-sumber

keluarga. Diagram ini menggambarkan hubungan vertikal (lintas

generasi) dan horizontal (dalam generasi yang sama) untuk

memahami kehidupan keluarga dihubungkan dengan pola

penyakit. Untuk hal tersebut, maka genogram harus memuat

informasi tiga generasi (keluarga inti dan keluarga masing-

masing orangtua) (Padila, 2012: 92-93).

Gambar 2. 11 Contoh Genogram

Laki-laki Perempuan
Klien yang
diidentifikasi
33

Meninggal Menikah Pisah

Cerai Tidak menikah

Anak
angkat/adopsi

Dengan Aborsi Tinggal dalam


satu rumah
Kembar
Gambar 2.12 Keterangan Genogram (Padila, 2012: 94)
f) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala

atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe tersebut.

g) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan.

h) Agama

Mengkaji agama yang dianut serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

i) Status sosial ekonomi keluarga

Ditentukan oleh pendapatan baik kepala keluarga maupun

anggota lainnya.Selain itu status sosial ekonomi ditentukan pula


34

oleh kebutuhan yang dikeluarkan serta barang-barang yang

dimiliki oleh keluarga.

j) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja

pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi

tertentu, namun dengan menonton televisi dan mendengarkan

radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga pada saat ini: ditentukan oleh anak

tertua dari keluarga inti.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan

tersebut belum terpenuhi.

c) Riwayat keluarga inti: mengenai riwayat kesehatan, riwayat

penyakit turunan, kesehatan masing-masing anggota, perhatian

terhadap pencegahan sakit termasuk status imunisasi, sumber

pelayanan kesehatan yang bisa digunakan dan pengalaman

terhadap pelayanan kesehatan.

d) Riwayat keluarga sebelumnya: mengenai riwayat kesehatan pada

keluarga dari pihak suami dan istri.

3) Pengkajian lingkungan

a) Karakteristik rumah
35

Diidentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah,

jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak saptic tank dengan sumber

air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan

denah rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan

atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya yang

mempengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga

Ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah

tempat.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

interaksi dengan masyarakat.

4) Struktur keluarga

a) Sistem pendukung keluarga

Termasuk dalam sistem pendukung adalah jumlah

anggota yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga

untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas

psikologis atau dukungan dari anggota dan fasilitas sosial atau

dukungan dari masyarakat setempat.


36

b) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota.

(1) Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-

kebutuhan dan perasaan mereka dengan jelas

(2) Apakah anggota memperoleh dan memberikan respon dengan

baik terhadap pesan

(3) Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti pesan

(4) Bahasa apa yang digunakan

(5) Pola yang digunakan dalam komunikasi untuk menyampaikan

pesan (langsung atau tidak langsung)

(6) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang terlihat dalam

pola komunikasi keluarga.

c) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk merubah perilaku.

d) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga

baik secara formal maupun informal.

e) Nilai atau norma

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh

keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif
37

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisasi

Kaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya serta

perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan

Kesanggupan di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat

dilihat dari kemampuan dalam melaksanakan lima tugas keluarga,

yaitu mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap

anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

d) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji:

(1) Berapa jumlah anak

(2) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan anggota keluarga?

(3) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga?

e) Fungsi ekonomi

Kaji tentang:
38

(1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,

papan?

(2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan?

6) Stress dan koping keluarga

a) Stressor jangka pendek dan panjang

Jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam bulan.

Jangka panjang yaitu stressor yang dialami memerlukan

penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Sejauh mana kemampuan keluarga berespon terhadap hal

pembuat stress

c) Strategi koping yang digunakan dalam menghadapi permasalahan

d) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan

7) Pemeriksaan fisik

Dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan klinik.

8) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap kesehatan yang ada (Padila, 2012: 92-105).

b. Analisa data

1) Analisa data
39

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis

untuk dapat dilakukan perumusan diagnosis keperawatan (Achjar,

2010: 19).

2) Diagnosis keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan

masalah keperawatan yang didapat dari data-data pengkajian yang

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian

fungsi perawatan keluarga.

Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (

problem, etiologi, dan symptom ) dimana untuk problem

menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk

etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau

dengan menggambarkan pohon masalah (Padila, 2012: 105)

Diagnosis keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis

diagnosis seperti:

a) Diagnosis sehat/wellness

Digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk

ditingkatkan, belum ada data maladaptif.Perumusan hanya terdiri

dari komponen problem (P) saja atau problem dan S

(symptom/sign), tanpa komponen etiologi (E).

Contoh perumusan diagnosis sehat/wellness:

Potensial peningkatan kemampuan keluarga Bapak A

dalam meningkatkan kesehatan reproduksi pada ibu N.


40

b) Diagnosis ancaman (risiko)

Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan

masalah kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data

maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan.Perumusan

diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P),

etiologi (E), dan symptom/sign (S).

Contoh diagnosis risiko:

Resiko cedera pada keluarga Bapak A khususnya ibu N

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan hipertensi.

c) Diagnosis nyata/gangguan

Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul

gangguan/masalah kesehatan di keluarga, didukung dengan

adanya beberapa data maladaptif.

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga

nyata/gangguan, terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan

symptom/sign (S).

Contoh diagnosis nyata/aktual:

Gangguan cerebral pada keluarga Bapak A khususnya ibu N

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan hipertensi.

Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap

gangguan pemenuhan kebutuhan dasar.


41

Sedangkan etiologi (E) mengacu pada 5 tugas keluarga

yaitu:

(1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi:

(a) Persepsi terhadap keparahan penyakit

(b) Pengertian

(c) Tanda dan gejala

(d) Faktor penyebab

(e) Persepsi keluarga terhadap masalah

(2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:

(a) Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah.

(b) Masalah dirasakan keluarga

(c) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami

(d) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan

(e) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

(f) Informasi yang salah

(3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit, meliputi:

(a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit

(b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

(c) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga

(d) Sikap keluarga terhadap yang sakit

(4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:

(a) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan


42

(b) Pentingnya hygene sanitasi

(c) Upaya pencegahan penyakit

(5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan,

meliputi:

(a) Keberadaan fasilitas kesehatan

(b) Keuntungan yang didapat

(c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

(d) Pengalaman keluarga yang kurang baik

(e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

3) Prioritas masalah

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan

keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu

diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber

daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga (Achjar, 2010: 21).

KRITERIA SKOR BOBOT


1 Sifat masalah
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3
b. Ancaman kesehatan 2 1
c. Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Mudah 2 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
43

a. Segera diatasi 2
b. Tidak segera diatasi 1 1
c. Tidak dirasakan adanya 0
masalah
Tabel 2. 2 Skala prioritas masalah keluarga (Baylon & Maglaya,
dalam Padila, 2012: 109) (Achjar, 2010:21)

Cara melakukan skoringnya adalah:

a) Tentukan skor untuk setiap kriteria

b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

Skor
× bobot
Angka tertinggi

c) Jumlah skor untuk semua kriteria

d) Tentukan skor, nilai tertiggi menentukan urutan nomor diagnose

keperawatan keluarga.

Dalam menentukan prioritas, banyak faktor yang mempengaruhi :

a) Kriteria I

Skor yang lebih besar (3) diberikan pada tidak/kurang sehat

karena kondisi ini biasanya disadari dan dirasakan oleh

keluarga, ancaman kesehatan skor dua dan keadaan sejahtera

skor satu.

b) Kriteria II

Untuk kriteria kedua, perawat perlu memperhatikan faktor-

faktor berikut:
44

(1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan

untuk menangani masalah.

(2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan

maupun tenaga.

(3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,

ketrampilan dan waktu

(4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi

masyarakat dan dukungan masyarakat.

c) Kriteria III

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:

(1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah

(2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu

masalah itu ada

(3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan-tindakan

yang tepat dalam memperbaiki masalah.

(4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka

menambah masalah.

d) Kriteria IV

Perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga

melihat masalah kesehatan tersebut (Padila, 2012: 109-110)

c. Perencanaan

Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan

keluarga adalah melakukan perencanan. Perencanaan diawali dengan


45

merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk

mengatasi masalah yang ada (Anderson & Mc Farlane 2000, dalam

Achjar, 2010: 22)

Tujuan terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek.Penetapan

tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana

mengatasi problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penerapan tujuan

jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi

etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S= spesifik, M=

measurable/dapat diukur, A= achievable/dapat dicapai, R= reality, Time=

time limited/punya limit waktu)(Achjar, 2010: 22).

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan

perawat pada keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan

perawatan terhadap keluarga dapat berupa:

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah

dan kebutuhan kesehatan, dengan cara:

a) Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling

b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

c) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara:

a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga


46

c) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit:

a) Mendemostrasikan cara perawatan

b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

c) Mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan

4) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi:

a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan

b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada, dengan cara:

a) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan

keluarga

b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi

dapat bervariasi seperti melalui pertisipasi aktif keluarga, pendidikan

kesehatan, kontrak, manajemen kasus, kolaborasi dan konsultasi.

e. Penilaian

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi


47

diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi meriupakan bagian

integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Adapun proses keperawatan yang dilakukan seperti :

1) Mengukur pencapaian tujuan klien

a) Kognitif ( pengetahuan )

Untuk mengukur kemampuan klien , setelah klien diajarkan

perawatan tertentu

b) Afektiif ( status emosional )

Cenderung ke penilaian subyektif yang sangat sulit diukur.

c) Psikomotor

d) Perubahan fungsi tubuh dan gejala

2) Penentuan keputusan pada tahap evaluasi.

a) Klien telah mencapai hasil; yang ditentukan dalam tujuan

b) Klien masih dalam proses mencapai tujuan yang ditentukan

c) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan

(Padila, 2012: 113-115)


48

D. Pathway Keluarga dengan Hipertensi

Usia, merokok, stress, kurang olahraga, genetic, alcohol, konsentrasi garam, obesitas

Perubahan situasi HIPERTENSI Kerusakan vaskuler


Pembuluh darah

Perubahan struktur

Kurang informasi Krisis situasional

Penyumbatan pembuluh
Defisiensi
darah
pengetahuan
hipertensi Metode koping
berhubungan dengan tidak efektif
ketidakmampuan Vasokontriksi
keluarga mengenal
masalah kesehatan. Ketidakefektifan koping berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan Gangguan sirkulasi

Risiko komplikasi (otak,


Otak jantung, ginjal, mata)
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas
Ketidakpatuhan Resistensi pembuluh
kesehatan.
penatalaksanaan diet hipertensi Darah otak
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga
memelihara/memodifikasi
lingkungan Nyeri akut (nyeri kepala)
berhubungan dengan
Pemberian diet hipertensi ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga
yang sakit

Gambar 2.13
Pathway keluarga dengan hipertensi dikembangkan dari NANDA (2015),
Brunner & Suddarth (2014), Agoez, dkk (2011), Achjar (2010), Mubarak (2012).
49

BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan Penulisan

Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif,

metode deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan

saat ini.Dalam metode semacam itu, penulis mencoba menentukan sifat situasi

sebagaimana adanya pada waktu penelitian dilakukan (Hasdianah, dkk, 2015:

51). Berdasarkan metode tersebut, data yang di dapat oleh penulis akan disusun

dalam bentuk pemaparan kasus serta menggunakan pendekatan proses

keperawatan dengan memfokuskan tindakan pada salah satu masalah penting di

lingkup keluarga yang sudah dipilih yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga

dengan masalah Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Mungkid

Kabupaten Magelang.

B. Subyek Penulisan

Subyek penulisan adalah subyek yang dituju untuk dikaji oleh penulis.Jadi

subyek tersebut merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkapkan

fakta-fakta di lapangan (Arikunto 2006: 145, dalam Dantes, 2012).

Subyek penulisan adalah subyek yang memenuhi kriteria pemilihan, yakni

inklusi dan eksklusi (Sastroasmoro & Ismael, 2011: 90). Kriteria inklusi menurut

Nursalam, dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Praktis Metodologi Riset\

Keperawatan (dalam Donsu, 2016: 154), merupakan kriteria yang menentukan

subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi kriteria.

49
50

Studi kasus yang dilakukan melibatkan satu keluarga dengan seluruh

anggota ikut diberikan asuhan keperawatan. Ada beberapa kriteria yang harus

dipenuhi :

1. Kriteria Inklusi

a. Klien telah terdiagnosa hipertensi

b. Klien masih dalam fase pengobatan

c. Klien yang ketika dikelola memiliki tekanan darah sistolik dengan

rentang 140 – 180 mmHg, tekanan darah diastolik dengan rentang 90 –

110 mmHg.

d. Klien dan keluarga mampu berkomunikasi dengan baik.

e. Klien bersedia menjadi responden.

2. Kriteria Eksklusi

a. Klien yang menderita Hipertensi dengan komplikasi

b. Klien dan keluarga yang tidak bersedia dijadikan responden

C. Tempat dan Waktu

1. Tempat :

Studi kasus Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensidilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Kota Mungkid Kabupaten Magelang.

2. Waktu :

Pelaksanaan studi kasus dilakukan pada tanggal 11-16 Februari 2019.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis yaitu dengan cara:(Ali, 2010:

43-44)
51

1. Wawancara

Dilakukan untuk mengetahui data subjektif dalam aspek fisik, mental, sosial

budaya, ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, agama, lingkungan, dan

sebagainya.

Penulis melakukan wawancara secara langsung kepada klien mengenai

keluhan yang dirasakan saat dilakukan pengkajian, riwayat kesehatan

sekarang meliputi sejak kapan keluhan dirasakan, tindakan apa yang sudah

dilakukan, bagaimana respon dari tindakan yang telah dilakukan dan sejak

kapan klien melakukan pengobatan di Puskesmas. Kemudian penulis juga

menanyakan riwayat kesehatan dahulu seperti apakah klien pernah memiliki

penyakit yang sama ataupun masalah yang lain. Riwayat kesehatan keluarga

ditanyakan untuk mengetahui apakah keluarga memiliki riwayat penyakit

herediter dan infeksius.

2. Observasi

Dilakukan untuk untuk mengetahui hal yang secara langsung bersifat fisik

(ventilasi, kebersihan, penerangan, dll.) atau benda lain (data objektif).

Pengamatan/observasi dilakukan untuk dapat menggali data seperti

kebiasaan atau pola hidup klien (diit, aktivitas, kegiatan) yang menjadi faktor

pencetus terjadinya Hipertensi maupun kekambuhan pada penyakit tersebut.

3. Pemeriksaan fisik

Merupakan tindakan berkelanjutan dalam mengidentifikasi klien untuk

mendapat data yang dibutuhkan perawat, yang digunakan sebagai data dasar

klien (Setiawati & Dermawan, 2008: 9)


52

Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensipemeriksaan fisik

tidak hanya dilakukan pada anggota keluarga yang sakit tapi juga seluruh

anggota. Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik,

berkaitan dengan keadaan fisik, misalnya kehamilan, mata, telinga,

tenggorokan, dll. (data objektif).

4. Studi dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan melihat dan mengkaji dokumen yang ada, seperti

catatan kesehatan, kartu keluarga, kartu menuju sehat, literatur maupun

catatan pasien di Puskesmas (data subjektif).

E. Instrumen Pengumpulan Data

Merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Hasdianah, dkk,

2015: 78)

1. Lembar/format asuhan keperawatan

2. Alat tulis

3. Alat kesehatan (tensimeter, stetoskop)

F. Analisa Data dan Penyajian Data

Metode analisa data menjelaskan bagaimana seorang peneliti mengubah

data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil

kesimpulan penelitian (Hasdianah, dkk, 2015: 63).Analisa data yang dilakukan

adalah menilai kesenjangan antara teori yang telah dijelaskan dalam tinjauan

pustaka dengan respon klien yang telah dipilih menjadi responden. Analisa data

dimulai dari pengumpulan data melalui wawancara/anamnesa, observasi dan

pemeriksaan fisik. Selanjutnya data dianalisa untuk bisa menyusun rencana


53

keperawatan. Kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai waktu dalam

rencana yang telah dibuat dan mengevaluasi keadaan klien setelah dilakukan

tindakan keperawatan sesuai tujuan yang telah direncanakan.

Data disajikan dalam bentuk narasi/tekstular sesuai dengan desain

penelitian studi kasus dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari

subjek penelitian yang merupakan data pendukungnya.

G. Etika Penulisan

Salah satu aspek penting dalam penelitian adalah keharusan adanya

persetujuan dari manusia yang akan digunakan dalam percobaan, dan para

peneliti dihimbau untuk memperhatikan dan mematuhi peraturan-peraturan

(Sastroasmoro & Ismael, 2011: 384-385).

Etika penulisan bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden

yang kemungkinan akan terjadinya ancaman. Kerahasiaan mengenai klien

dijamin oleh penulis dan hanya data-data tertentu yang akan dilaporkan sebagai

hasil karya tulis ilmiah.


54

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan


Keluarga. Jakarta: EGC.
Ali, H. Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva
Pres
Aspiani, Reny Yuli. (2010). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC&NOC. Jakarta: EGC
Bulechek, G. M., Howard, K. B., Joanne, M. D., Cheryl, M. W. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Yogayakarta : Mocomedia
Dantes, Nyoman. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. (2018). Profil Kesehatan Kota Magelang


Tahun 2018.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2015.
(online),
(http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/profil_2015.
pdf, diakses pada 12 Desember 2018)

Dion, Yohanes., Yasinta Betan. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan


Konsep dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika
Donsu, Jenita Doli Tine. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS
Hasdianah., Sandu Siyoto., Indasah., Ratna Wardani. (2015). Buku Ajar Dasar-dasar
Riset Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Herdman, T. H. & Shigemi, K. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Terjemahan oleh B. A. Keliat, H. D.
Windarwati, A. Pawirowiyono, M. A. Subu. Jakarta : EGC
http://1001budidaya.com/budidaya-tomat/, diakses pada 11 Desember 2018
http://bibitbunga.com/tanaman-anggur-merah-lokal/, diakses pada 11 Desember 2018
http://direktoriherbal.com/blog/manfaat-daun-alpukat-untuk-pengobatan-kesehatan-
dan-kecantikan/, diakses pada 11 Desember 2018
55

http://www.bawangputih.org/, diakses pada 11 Desember 2018

http://www.khasiat.co.id/biji/biji-mengkudu.html, diakses pada 11 Desember 2018


http://www.khasiat.co.id/getah/mentimun-2.html, diakses pada 11 Desember 2018
http://www.solopos.com/2017/10/12/belimbing-wuluh-ampuh-hilangkan-noda-
kamar-mandi-859142, diakses pada 11 Desember 2018
https://gaya.tempo.co/read/889028/seledri-bentuknya-sederhana-khasiatnya-
multiguna, diakses pada 11 Desember 2018
https://kurniakitriayufarm.com/product/kucai/, diakses pada 11 Desember 2018
https://m.musely.com/tips/A-Natural-Fever-Reducer/10045228, diakses pada 11
Desember 2018
https://www.kompasiana.com/dwiyan/transisi-epidemiologi-dan-
kesehatan_5512c8e1813311d122bc5fb9 , diakses pada 1 Januari 2019
Kurniadi, Helmanu., Ulfa Nurahmani. (2014). Stop Diabetes Hipertensi Kolesterol
Tinggi Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media
Kusumastuty, Inggita., Desty Widyani., Endang Sri Wahyuni. (2016). Asupan
Protein dan Kalium Berhubungan dengan Penurunan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi Rawat Jalan. Indonesian Jurnal of Human Nutrition. 3(1) : 20
Maulana. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L. M., Elizabeth, S. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi 5. Yogyakarta : Mocomedia
Nainggolan, Delima Fitri Partilia., Yunie Armiyati., Mamat Supriyono. (2012).
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Rendah Garam dan
Keteraturan Kontrol Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Poliklinik
RSUD Tugurejo Semarang.

Notoadmodjo. Prof. Dr.soekidjo. (2010). Promosi kesehatan teori dan aplikasi.


Jakarta: Rineka Cipta.
Nurrahmani, Ulfa. (2012). Stop! Hipertensi. Yogyakarta: Familia.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Puskemas Jurang Ombo. (2017). Kunjungan Penyakit Tidak Menular. Magelang:
Puskesmas Jurang Ombo.
Rahmawati, Martia. (2014). Grade II Hypertension in Elderly. Medula. 2(4) : 2
56

Riskesdas. (2013). Buletin Balai Penelitian dan Pengembangan Riset Kesehatan


Dasar,(http://www.depkes.go.id/resources/download/riskesdas2013/Hasil%2
0Riskesdas% 202013.pdf, diakses 4 November 2018).
Sastroasmoro, Sudigdo., Sofyan Ismael. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta: Sagung Seto
Setiawati, Santun., Agus Citra Dermawan. (2008). Panduan Praktis Pengkajian Fisik
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:
EGC
Udjianti, Wajan Juni. (2013). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika
World Health Organization (WHO). 2013. A Global Brief On Hypertension. (on
line) diakses pada 4 November 2018.

Вам также может понравиться

  • Warsinah NIM p1337420516099
    Warsinah NIM p1337420516099
    Документ12 страниц
    Warsinah NIM p1337420516099
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • 5107 12728 2 PB PDF
    5107 12728 2 PB PDF
    Документ9 страниц
    5107 12728 2 PB PDF
    Ardi Crisna
    Оценок пока нет
  • LEMBAR BIMBINGAN Editan Pramono
    LEMBAR BIMBINGAN Editan Pramono
    Документ2 страницы
    LEMBAR BIMBINGAN Editan Pramono
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Denah Editanku
    Denah Editanku
    Документ1 страница
    Denah Editanku
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Full Text 1
    Full Text 1
    Документ67 страниц
    Full Text 1
    Nurusshiami Khairati
    Оценок пока нет
  • Askep Keluarga DM
    Askep Keluarga DM
    Документ55 страниц
    Askep Keluarga DM
    DELLA
    Оценок пока нет
  • Indri Minipro
    Indri Minipro
    Документ33 страницы
    Indri Minipro
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Bab Viii
    Bab Viii
    Документ1 страница
    Bab Viii
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Tujuan Manfaat Strata
    Tujuan Manfaat Strata
    Документ1 страница
    Tujuan Manfaat Strata
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Fish Bone Hal 19 Tidak Punya SK
    Fish Bone Hal 19 Tidak Punya SK
    Документ1 страница
    Fish Bone Hal 19 Tidak Punya SK
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Denah
    Denah
    Документ3 страницы
    Denah
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Kejang - Portofolio 3 Ardi
    Kejang - Portofolio 3 Ardi
    Документ4 страницы
    Kejang - Portofolio 3 Ardi
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi Minipro
    Daftar Isi Minipro
    Документ1 страница
    Daftar Isi Minipro
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ4 страницы
    Bab Iii
    Nurrahma Putrie Hapsari
    Оценок пока нет
  • Fish Bone Jadwal Kegiatan Indri
    Fish Bone Jadwal Kegiatan Indri
    Документ1 страница
    Fish Bone Jadwal Kegiatan Indri
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • PendaHulu An
    PendaHulu An
    Документ20 страниц
    PendaHulu An
    dessriya
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi Minipro
    Daftar Isi Minipro
    Документ1 страница
    Daftar Isi Minipro
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Presentasi Portofolio Dokter RSI Hasanah
    Presentasi Portofolio Dokter RSI Hasanah
    Документ4 страницы
    Presentasi Portofolio Dokter RSI Hasanah
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Fraktur Femur
    Fraktur Femur
    Документ20 страниц
    Fraktur Femur
    Irfan Adi Saputra
    100% (5)
  • Referat Enmet 2011 - Revisi
    Referat Enmet 2011 - Revisi
    Документ2 страницы
    Referat Enmet 2011 - Revisi
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka MH
    Daftar Pustaka MH
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka MH
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Racun Anak
    Racun Anak
    Документ2 страницы
    Racun Anak
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Hal Depan
    Hal Depan
    Документ7 страниц
    Hal Depan
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • PENYAKIT KULIT PARASIT
    PENYAKIT KULIT PARASIT
    Документ20 страниц
    PENYAKIT KULIT PARASIT
    Herlinda Yudi Saputri
    Оценок пока нет
  • DEPRESI DAN KESEHATAN JIWA
    DEPRESI DAN KESEHATAN JIWA
    Документ12 страниц
    DEPRESI DAN KESEHATAN JIWA
    cacingpandora
    Оценок пока нет
  • Hal Depan
    Hal Depan
    Документ7 страниц
    Hal Depan
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Presus CHF Dr. Arinton (Widhy)
    Presus CHF Dr. Arinton (Widhy)
    Документ10 страниц
    Presus CHF Dr. Arinton (Widhy)
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • Racun Anak
    Racun Anak
    Документ2 страницы
    Racun Anak
    lilis_061291
    Оценок пока нет
  • PPOK Gejala dan Diagnosis
    PPOK Gejala dan Diagnosis
    Документ25 страниц
    PPOK Gejala dan Diagnosis
    lilis_061291
    Оценок пока нет