Вы находитесь на странице: 1из 16

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

OLEH
KELOMPOK II

1. RAHMAWATI A221 18 010


2. NOVIANTI A221 16 027
3. KRISNA ARYA FAHREZI A221 16 046
4. MUHAMMAD ALIF IDRUS A221 18 050
5. NUENGTHAI SEEMA A221 16 094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunianya maka
dapat menyelesaikan makala ini yang berjudul “ Belajar dan Pembelajaran” dengan
baik dan tepat. Penulis menyadari bahwa sesungguhnya, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis dengan terbuka menerima segala kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Penulis sadar bahwa
tulisan ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, terutama teman – teman
yang telah meluangkan waktu untuk membantu menyelesaikan karya tulis ini.
Di akhir kata, semoga melalui makalah ini, penulis berharap agar dapat
mengingatkan diri pribadi dan mengajak pembaca untuk tetap memiliki sifat kritis,
idealis, inovatif, progratif, dinamis dan tanpa meninggalkan akar budaya bangsa
Indonesia yang tercermin dalam “ Bhineka Tunggal Ika”. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Palu, 17 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulis

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Behavioristik


B. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
C. Implikasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pendidikan, pada kegiatan belajar mengajar di sekolah, penyampaian
materi pelajaran kepada siswa tidak terlepas dari teori belajar. Hal ini penting untuk
memberikan pondasi pemahaman siswa dalam mempelajari materi selanjutnya yang
lebih mendalam. Belajar adalah suatu perubahan dalam diri siswa yang disebabkan
oleh pengalaman. Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah
mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh.
Belajar terjadi dengan banyak cara. Masalah yang terjadi sekarang ini adalah
kesulitan mengatasi siswa yang tidak mau belajar. Padahal tanggung jawab guru adalah
membantu siswa belajar. Tujuan pendidikan yang dipilih guru, prosedur pelajaran,
pengorganisasian kelas, merupakan proses belajar-mengajar. Pandangan guru tentang
peranan pengajaran mereka dapat berdampak positif terhadap pengajaran. Melalui
sejarah pendidikan, pengajaran telah berubah. Banyak teori belajar yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Teori tersebut mempunyai pengaruh dan
implikasi yang berbeda-beda dalam penerapannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada belajar dan pembelajran sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari behavioristik?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori behavioristik?
3. Bagaimana implikasi dari teori behavioristik dalam pembelajaran?

C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui pengertian teori behavioristik
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori behavioristik
3. Mengetahui implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Behavioristik
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.
Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur
subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan
berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir
sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang
alam bawah sadar yang tidak tampak).
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Ada tiga konsep penting dalam psikologi behaviorisme ini, antara lain
1. Stimulus/ rangsangan;
2. Respon;
3. Penguatan (reinforcement)

Dalam mekanisme belajar berdasarkan behaviorisme, input yang diberikan berupa


stimulus/rangsang yang diberikan oleh pendidik/guru, akan menghasilkan output
berupa respon hasil dari tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan.
Proses yang terjadi selama pembelajaran tidak terlalu penting karena tidak bisa diamati
dan diukur.
Perspektif Behaviorisme Menurut Beberapa Tokoh Psikologi diantaranya :

a. Thorndike (1874-1949)
Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon (Teori
Konektivisme). Teori ini sering pula disebut “trial and error learning”. Stimulusnya
adalah semua yang merangsang terjadinya kegiatan belajar yang dapat ditangkap oleh
indera, dan responnya adalah reaksi yang muncul saat belajar berlangsung.Beliau
melahirkan hukum-hukum belajar, yaitu :
1. Law of Effect (hukum akibat) Jika respon yang dihasilkan menghasilkan efek
memuaskan, maka hasil interaksi stimulus-respon makin kuat, berlaku juga untuk
sebaliknya.
2. Law of Readiness (hukum kesiapan) Asumsi kesiapan menurut hukum ini yaitu
kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan satuan pengantar. Unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan bahwa organisme akan terdorong untuk “do or don’t
do it”.
3. Law of Exercise (hukum latihan) Hubungan stimulus-respon akan makin kuat jika
sering berlatih; begitu pula sebaliknya.

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan
respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan dan tindakan.

b. Ivan Pavlov
Menurut eksperimen Pavlov, jika stimulus netral (bel) dipasangkan dengan daging
(unconditioning stimulus) dan dilakukan secara berulang, maka stimulus netral akan
berubah menjadi stimulus yang dikondisikan ( conditioning stimulus) dan memiliki
kekuatan yang sama untuk mengarahkan respon anjing seperti ketika ia melihat daging.
Oleh karena itu, bunyi bel sendiri akan dapat menyebabkan anjing akan mengeluarkan
saliva. Prose sini dinamakan classical conditioning.
Dari percobaan yang dilakukan oleh Pavlov, dapat disimpulkan bahwa:
1. Anjing belajar dari kebiasaan.
2. Dengan pengulangan bunyi bel sehingga mengeluarkan air liur.
3. Bunyi bel merupakan stimulus yang akhirnya akan menghasilkan respon
bersyarat.
4. Bunyi bel yang pada mulanya netral tetapi setelah disertai mediasi berupa
bubuk daging, lama-kelamaan berubah menjadi daya yang mampu
membangkitkan respon.

Berdasarkan hasil eksperimen itu, Pavlov menyimpulkan bahwa hasil


eksperimennya juga dapat diterapkan pada manusia untuk belajar. Implikasi hasil
eksperimen tersebut pada belajar manusia adalah:

1. Belajar adalah membentuk asosiasi antara stimulus respon secara selektif.


2. Proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
3. Prinsip belajar pada dasarnya merupakan untaian stimulus-respon.
4. Menyangkal adanya kemampuan bawaan.
5. Adanya clasical conditioning
c. B.F. Skinner
Beliau berpendapat bahwa konsep tentang belajar adalah hubungan stimulus-
respon (S-R) lewat interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan
tingkah laku, tidak sesederhana pendapat tokoh-tokoh di atas.
Pertama, respon yang diterima tidak sesederhana itu; stimulus-stimulus saling
berinteraksi , selanjutnya akan timbul pengaruh terhadap respon yang diberikan,
Akhirnya, muncullah konsekuensi. Kedua, individu adalah organisme yang
memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Ia bukan agen penyebab
tingkah laku, melainkan tempat kedudukan/suatu poin yang factor-faktor lingkungan
dan hereditas yang khassecara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang
khas pula pada individu tersebut.
Beliau menguraikan pula mengenai sejumlah teknik yang digunakan untuk
mengontrol perilaku, antara lain sebagai berikut :
1. Pengekangan fisik (physical restrain)
Menurut Skinner, kita dapat mengontrol perilaku melalui pengekangan fisik.
Contohnya, beberapa orang menutup mulut untuk menghindari diri dari
menertawakan kesalahan orang lain.
2. Bantuan fisik (physical aids)
Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang
tidak diinginkan. Contohnya, seorang supir truk mengonsumsi obat perangsang
agar tidak mengantuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik juga
digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu,yang bisa dilihat pada orang yang
memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.

3. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)


Suatu teknik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggung jawab. Misalnya,
orang yang menderita obesitas menyingkirkan sekotak coklat di hadapannya
sehingga dapat mengekang diri.
4. Memanipulasi kondisi emosional
Skinner menyatakan bahwa kita terkadang mengadakan perubahan emosional
dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, melakukan meditasi untuk
mengatasi stress.
5. Melakukan respon-respon lain
Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri untuk melakukan perilaku yang
membawa hukuman bagi orang lain.
6. Menguatkan diri secara positif
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengontrol perilaku menurut Skinner
adalah menghadiahi diri sendiriatas perilaku yang patut dihargai.
7. Menghukum diri sendiri
Artinya, seseorang mungkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai
tujuan diri.

Menurut Skinner, berdasarkan percobaannya terhadap tikus dan burung merpati,


unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan
(penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan positif berupa hadiah,
perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah menunda atau
tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku
tidak senang.

d. Guthrie

Teori Guthrie ini mengatakan, hubungan stimulus dan respon bersifat sementara,
oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi
stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie
juga percaya, hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku
seseorang.

Salah satu eksperimen Guthrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah


percobaannya terhadap kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzle. Kemudian
kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan alat yang bila disentuh dapat
membuka kotak puzle tersebut. Selain itu, kotak tersebut juga dilengkapi dengan alat
yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing di dalam kotak. Alat tersebut
menunjukkan bahwa kucing telah belajar mengulang gerakan-gerakan sama yang
diasosiasikan dengan gerakangerakan sebelumnya ketika dia dapat keluar dari kotak
tersebut. Dari hasil eksperimen tersebut, muncul beberapa prinsip dalam teori
kontiguitas, yaitu:

1. Agar terjadi pembiasaan, maka organisme selalu merespon atau melakukan


sesuatu.
2. Pada saat belajar melibatkan pembiasaan terhadap gerakan-gerakan tertentu, oleh
karena itu instruksi yang diberikan harus spesifik.
3. Keterbukaan terhadap berbagai stimulus yang ada merupakan keinginan untuk
menghasilkan respon secara umum.
4. Respon terakhir dalam belajar harus benar karena hal itu menjadi sesuatu yang
akan diasosiasikan.
5. Asosiasi akan menjadi lebih kuat karena ada pengulangan.
B. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
a. Kelebihan Teori Behavioristik

Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviouristik terdapat


beberapa kelebihan di antaranya :

1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
b. Kekurangan Teori Behavioristik
selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan
teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:

1) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap.
2) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
3) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung
satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
4) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
5) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
6) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
C. Implikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
a. Prosedur-prosedur pengembangan tingkah laku

Di dalam penggunaan reinforcement untuk memperkuat tingkah laku, ada pula 2


metode lain untuk mengembangkan pola tingkah laku baru.

1. Shapping

Kebanayakan yang diajarkan di sekolah-sekolah adalah tingkah laku kompleks,


bukan hanya simple response. Tingkah laku kompleks ini dapat diajarkan melalui
proses shapping atau seccesiue apprximations, beberapa tingkah laku yang mendekati
respons terminal. Proses ini dimulai dengan penetapan tujuan, kemudian dijakan
analisis tugas, langkah-langkah kegiatan murid, dan reinforcement terhadap respon
yang di inginkan.
2. Modeling

Modeling adalah suatu bentuk belajar yang tak dapat disamakan dengan Classical
Condittioning. Dalam modelling, seseorang yang belajar mengikuti kelakuan orang
lain sebagai model. Tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui modeling
atau imitasi dari pada melalui pengajaran langsung. Modeling dapat terjadi baik dengan
direct reinforcement maupun dengan Vicarious Reinforcement. Bandura (1962) dalam
penelitian terhadap tingkah laku kelompok-kelompok anak dengan sebuah boneka
plastik. Mengamati bahwa dalam situasi permainan, model rewarded group beraksi
lebih agresif daripada model punished group

Ekstingsi berlangsung terutama jika reinforcement adalah perhatian. Apabila


murid-murid memperhatikan kesana kemari, maka perubahan interaksi guru murid
akan menghentikan tingkah laku murid tersebut.

3. Satiasi

Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh seseorang untuk melakukan perbuatan


berulang-ulang sehingga ia menjadi lelah atau jera. Contohnya: Seorang ayah yang
memergoki anak kecilnya merokok menyuruh anak merokok sampai habis satu
sehingga anak itu bosan.

4. Perumahan Lingkungan Stimulus

Beberapa tingkah laku dapat dikendalikan oleh perubahan kondisi stimulus yang
mempengaruhi tingkah laku. Jika murid terganggu suara gaduh di luar kelas, ketukan
jendela dapat menghentikan gangguan itu. Jika suatu tugas sulit mengecewakan murid,
maka guru bisa mengganti dengan tugas yang kurang begitu sulit. Jika dikelas ada dua
orang murid yang termenung saja, guru dapat menghampiri atau duduk di dekat
mereka.
5. Hukuman

Langkah untuk memperbaiki tingkah laku, hukuman hendaknya diterapkan dikelas


dengan bijaksana. Hukuman dapat mengtasi tingkah laku yang tak di inginkan dalam
eaktu singkat, waktu itu perlu disertai dengan reinforcement. Hukuman menunjukkan
apa yang tak boleh dilakukan murid, sedangkan reward menunjukkan apa yang pesti
dilakukan oleh murid.

b. Langkah-langkah Dasar Memodifikasi Tingkah Laku

Berikut ini langkah-langkah bagi guru dalam mengadakan analisis dan modifikasi
tingkah laku:

1) Rumuskan tingkah laku yang di ubah secara operasional


2) Amatilah frekuensi perilaku yang perlu di ubah
3) Cipatakan situasi belajar atau treatment sehingga terjadi tingkah laku yang di
inginkan
4) Identifikasai reinforces yang potensial
5) Perkuatlah tingkah laku yang di inginkan, jika perlu gunakan prosedur-prosedur
untuk memperbaiki itngkah laku yang tidak pantas
6) Rekam atau catatlah tingkah laku yang diperbuat untuk menentukan kekuatan-
kekuatan atau frekuensi respons yang telah ditingkatkan.
c. Pengajaran Terprogram

pengajaran terprogram menerapkan prinsip-prinsip operant conditioning bagi


belajar manusia disekolah pengajaran ini berlangsung seperti halnya paket pengjaran
diri sendiri yang menyajikan suatu topic yang disusun secara cermat untuk dipelajari
dan dikerjakan oleh murid. Ada macam-macam pengajaran terprogram antara lain
berikut ini:
1) Program linier, program ini dikembangkan oleh Skinner. Penyusun program
menentukan urutan-urutan kegiatan murid untuk menyelesaiakan program. Tiap
bagian program berisi perincian kecil pengetahuan.
2) program Intrinsik atau branching program. Program ini dikembangkan oleh
Croder. Dalam program ini respons-respons murid menentukan rute atau arah
kegiatan murid itu. Rute-rute alternatif disebut branches yang merupakan
prediktor-prediktor permasalahan yang akan memperbaiki respon murid. Crowed
menggunakan pertanyaan pilihan ganda.

Ada tiga kelakuan pokok murid dalam belajar, yaitu review, Underlining, dan note
talking. Beberapa kriteria terhadap metode pengajaran terprogram, antara lain kurang
mengembangkan kreatifitas, kurang memberikan pengalaman humanisasi, kurang
memberikan kesempatan untuk merespon dengan berbagai aktifitas.

a. Pemikiran tentang Model Belajar Mengajar

Model belajar mengajarkan menunjukkan bahwa perbedaan individual akan


mempengaruhi keputusan-keputusan metodologi guru. Prinsip-prinsip operant
conditioning dan analisis tugas terlaksana dengan berhasil pada berbagai macam di
berbagai macam murid di berbagi situasi belajar.

Analisis tugas berguna untuk perencanaan program pendidikan individual sesuai


dengan kebutuhan-kebutuhan khusus murid. Belajar tuntas menggunakan analisis
tugas untuk mengembangkan kurikulum yang menjamin tingkat keberhasilan yang
tinggi. Modifikasi tingkah laku digunakan oleh guru untuk pengelolaan kelas, karena
memberikan prinsip-prinsip keakuan guru yang efektif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari materi ini dia antaranya :

1. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.

2. Kelebihan, kekurangan dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran


Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan
secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi
singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks.
3. Implikasi teori Behavioristik berpaku pada prilaku yang dapat diamati. Guru-guru
yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid
merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa
sekarang dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar.
B. Saran
Hendaknya dalam penerapan teori belajar terhadap peserta didik harus disesuaikan
dengan kondisi siswanya. Sudah seharusnya guru atau pendidik yang dijadikan contoh
haruslah berbuat penuh pertimbangan karena sebagai figur anak-anaknya dan peserta
didiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Indana Zulfa, (2017). Implikasi Teori Behavioristik DalamPembelajaran. STAIN-JM


:Sumatera Utara
Irwan, (2015). Teori Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya Dalam
Pembelajaran Improvisasi Jazz. Jurnal : Vol. 10 No. 2 hal 98-103.
https://Psikolog_Pendidikan(Teori_Belajar_Behaviorisme).html

http://Psikologi_Behavioristik_Kepribadianika.html

Вам также может понравиться