Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH
KELOMPOK II
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunianya maka
dapat menyelesaikan makala ini yang berjudul “ Belajar dan Pembelajaran” dengan
baik dan tepat. Penulis menyadari bahwa sesungguhnya, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis dengan terbuka menerima segala kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Penulis sadar bahwa
tulisan ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, terutama teman – teman
yang telah meluangkan waktu untuk membantu menyelesaikan karya tulis ini.
Di akhir kata, semoga melalui makalah ini, penulis berharap agar dapat
mengingatkan diri pribadi dan mengajak pembaca untuk tetap memiliki sifat kritis,
idealis, inovatif, progratif, dinamis dan tanpa meninggalkan akar budaya bangsa
Indonesia yang tercermin dalam “ Bhineka Tunggal Ika”. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulis
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan, pada kegiatan belajar mengajar di sekolah, penyampaian
materi pelajaran kepada siswa tidak terlepas dari teori belajar. Hal ini penting untuk
memberikan pondasi pemahaman siswa dalam mempelajari materi selanjutnya yang
lebih mendalam. Belajar adalah suatu perubahan dalam diri siswa yang disebabkan
oleh pengalaman. Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah
mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh.
Belajar terjadi dengan banyak cara. Masalah yang terjadi sekarang ini adalah
kesulitan mengatasi siswa yang tidak mau belajar. Padahal tanggung jawab guru adalah
membantu siswa belajar. Tujuan pendidikan yang dipilih guru, prosedur pelajaran,
pengorganisasian kelas, merupakan proses belajar-mengajar. Pandangan guru tentang
peranan pengajaran mereka dapat berdampak positif terhadap pengajaran. Melalui
sejarah pendidikan, pengajaran telah berubah. Banyak teori belajar yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Teori tersebut mempunyai pengaruh dan
implikasi yang berbeda-beda dalam penerapannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada belajar dan pembelajran sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari behavioristik?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori behavioristik?
3. Bagaimana implikasi dari teori behavioristik dalam pembelajaran?
C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui pengertian teori behavioristik
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori behavioristik
3. Mengetahui implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Behavioristik
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.
Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur
subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan
berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir
sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang
alam bawah sadar yang tidak tampak).
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Ada tiga konsep penting dalam psikologi behaviorisme ini, antara lain
1. Stimulus/ rangsangan;
2. Respon;
3. Penguatan (reinforcement)
a. Thorndike (1874-1949)
Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon (Teori
Konektivisme). Teori ini sering pula disebut “trial and error learning”. Stimulusnya
adalah semua yang merangsang terjadinya kegiatan belajar yang dapat ditangkap oleh
indera, dan responnya adalah reaksi yang muncul saat belajar berlangsung.Beliau
melahirkan hukum-hukum belajar, yaitu :
1. Law of Effect (hukum akibat) Jika respon yang dihasilkan menghasilkan efek
memuaskan, maka hasil interaksi stimulus-respon makin kuat, berlaku juga untuk
sebaliknya.
2. Law of Readiness (hukum kesiapan) Asumsi kesiapan menurut hukum ini yaitu
kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan satuan pengantar. Unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan bahwa organisme akan terdorong untuk “do or don’t
do it”.
3. Law of Exercise (hukum latihan) Hubungan stimulus-respon akan makin kuat jika
sering berlatih; begitu pula sebaliknya.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan
respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan dan tindakan.
b. Ivan Pavlov
Menurut eksperimen Pavlov, jika stimulus netral (bel) dipasangkan dengan daging
(unconditioning stimulus) dan dilakukan secara berulang, maka stimulus netral akan
berubah menjadi stimulus yang dikondisikan ( conditioning stimulus) dan memiliki
kekuatan yang sama untuk mengarahkan respon anjing seperti ketika ia melihat daging.
Oleh karena itu, bunyi bel sendiri akan dapat menyebabkan anjing akan mengeluarkan
saliva. Prose sini dinamakan classical conditioning.
Dari percobaan yang dilakukan oleh Pavlov, dapat disimpulkan bahwa:
1. Anjing belajar dari kebiasaan.
2. Dengan pengulangan bunyi bel sehingga mengeluarkan air liur.
3. Bunyi bel merupakan stimulus yang akhirnya akan menghasilkan respon
bersyarat.
4. Bunyi bel yang pada mulanya netral tetapi setelah disertai mediasi berupa
bubuk daging, lama-kelamaan berubah menjadi daya yang mampu
membangkitkan respon.
d. Guthrie
Teori Guthrie ini mengatakan, hubungan stimulus dan respon bersifat sementara,
oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi
stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie
juga percaya, hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku
seseorang.
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
b. Kekurangan Teori Behavioristik
selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan
teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
1) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap.
2) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
3) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung
satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
4) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
5) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
6) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
C. Implikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
a. Prosedur-prosedur pengembangan tingkah laku
1. Shapping
Modeling adalah suatu bentuk belajar yang tak dapat disamakan dengan Classical
Condittioning. Dalam modelling, seseorang yang belajar mengikuti kelakuan orang
lain sebagai model. Tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui modeling
atau imitasi dari pada melalui pengajaran langsung. Modeling dapat terjadi baik dengan
direct reinforcement maupun dengan Vicarious Reinforcement. Bandura (1962) dalam
penelitian terhadap tingkah laku kelompok-kelompok anak dengan sebuah boneka
plastik. Mengamati bahwa dalam situasi permainan, model rewarded group beraksi
lebih agresif daripada model punished group
3. Satiasi
Beberapa tingkah laku dapat dikendalikan oleh perubahan kondisi stimulus yang
mempengaruhi tingkah laku. Jika murid terganggu suara gaduh di luar kelas, ketukan
jendela dapat menghentikan gangguan itu. Jika suatu tugas sulit mengecewakan murid,
maka guru bisa mengganti dengan tugas yang kurang begitu sulit. Jika dikelas ada dua
orang murid yang termenung saja, guru dapat menghampiri atau duduk di dekat
mereka.
5. Hukuman
Berikut ini langkah-langkah bagi guru dalam mengadakan analisis dan modifikasi
tingkah laku:
Ada tiga kelakuan pokok murid dalam belajar, yaitu review, Underlining, dan note
talking. Beberapa kriteria terhadap metode pengajaran terprogram, antara lain kurang
mengembangkan kreatifitas, kurang memberikan pengalaman humanisasi, kurang
memberikan kesempatan untuk merespon dengan berbagai aktifitas.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.
http://Psikologi_Behavioristik_Kepribadianika.html