Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
S (43 tahun) masuk ke RSMM tanggal 24 Mei 2013 dengan diagnosis medik
Appendiksistis kronik. Klien mengeluhkan nyeri pada perut bagian kanan bawah kurang lebih
sudah 3 bulan yang lalu. Sebelum masuk rumah sakit klien mengeluhkan mual, muntah
terjadi namun tidak sering, demam ada namun hilang timbul, dan tidak ada diare. Nyeri yang
ada di perut bagian kanan bawah hilang timbul dan menjalar sampai ke bagian kiri hingga ulu
hati. Jika sudah mengalami nyeri seperti ini, klien lebih sering tiduran sambil sesekali
mengkompres hangat area yang nyeri dengan menggunakan botol kaca yang diisi air hangat.
Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 6 tahun n yang lalu ketika beliau memeriksakan ke
bidan dan berencana untuk melepaskan IUD yang dipasangnya. Pada saat itu diketahui bahwa
klien memiliki darah tinggi. Tekanan darah pada saat itu mencapai hingga 220/130 mmHg.
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan kedua orang tuanya tidak memiliki hipertensi,
namun saat ini kakak perempuan klien ada hipertensi. Klien mengatakan dirinya memang
suka mengkonsumsi makanan asin terutama ikan asin. Dalam memasak makanan klien sering
menambahkan MSG (Monosodium Glutamat) maupun garam dalam jumlah banyak karena
bagi klien jika garamnya sedikit makanan akan terasa hambar dan kurang nikmat. Klien
mengatakan juga sering memakan gorengan, namun klien lebih sering memakan gorengan
yang dimasaknya sendiri daripada membeli di luar. Gorengan selalu disajikan setiap hari di
meja makan. Klien menyukai 18 Universitas Indonesia rumahnya, mereka sering
mengadakan makan bersama dengan ikan asin dan sambal. Riwayat gastritis, diabetes
mellitus, dan penyakit jantung disangkal oleh klien. Klien hanya mengeluhkan saat ini usus
buntu. Klien adalah ibu rumah tangga dengan dikaruniai 4 orang anak laki-laki. Saat ini klien
tinggal bersama dengan ketiga anak laki-laki dan suaminya. Salah satu anaknya tinggal
bersama dengan neneknya. Klien beragama Islam dan taat menjalankan ibadahnya.
Pendidikan klien hanya sampai sekolah dasar saja. Keseharian klien dihabiskan untuk
merawat anak-anak dan suaminya. Berdasarkan hasil wawancara, klien mengatakan
komunikasi dengan suaminya kurang. Suaminya lebih banyak diam dan jarang mengobrol
jika mereka berkumpul di rumah. Suami Ny. S bekerja sebagai karyawan swasta. Ny. S
mengatakan suaminya memang orang yang sedikit bicara, hanya berbicara jika memang ada
perlunya, dan terkesan cuek dengan keadaan Ny. S dan anakanaknya. Karena hal inilah Ny. S
mengeluhkan sering jengkel dan tak tahu harus bagaimana menghadapi suaminya.
Kejengkelan Ny. S ini bertambah ketika Ny. S meminta untuk berobat ke puskesmas, dan
pada akhirnya dokter mendiagnosis Ny. S menderita appendiksitis kronik dan harus segera
dioperasi. Ny. S meminta suaminya untuk mengizinkan operasi dan mengantarkannya ke
rumah sakit. Namun suami Ny. S menolaknya dan menyarankan untuk berobat jalan saja
karena tidak ada biaya operasi. Akhirnya Ny. S menjelaskan kepada suaminya agar tidak
perlu khawatir dalam masalah biaya karena Ny. S sudah memiliki Jamkesda. Suami Ny. S
pun akhirnya menyetujui dan mengizinkan. Ketika berada di rumah sakit, suami Ny. S juga
masih terkesan cuek. Ny. S mengatakan kepada perawat saat ini pikirannya banyak sekali
mulai dari anakanaknya yang ada di rumah yang selalu menelepon Ny. S dan mengatakan
tidak mau makan kalau tidak dimasakin oleh ibunya. Ny. S lalu menjelaskan kepada anaak-
anaknya bahwab saat ini beliau sedang berada di rumah sakit dan hal itu tidak mungkin bisa
beliau lakukan saat ini. Ny. S meminta anak-anaknya untuk lebih mengerti keadaan ibunya.
Hal ini membuat Ny. S sempat marah karena Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK
UI, 2013 19 Universitas Indonesia anak-anaknya susah untuk dinasehati. Akhirnya Ny. S
meminta bantuan suaminya untuk menasehati anak-anaknya yang ada di rumah. Hal ini
membuat Ny. S semakin bertambah beban pikirannya sehingga saat di lakukan pengukuran
tekanan darah, hasilnya mengalami peningkatan yaitu mencapai 140/90 mmHg. Jika ada
masalah, klien mengatakan dirinya lebih banyak untuk memendamnya sendiri daripada
membicarakan dengan keluarga. Klien merasa suaminya cuek jadi buat apa membicarakan
masalah yang ada. Seperti ketika klien memiliki masalah dengan anak-anaknya. Klien
mengatakan anaknya sangat susah untuk dinasehati. Klien sampai jengkel untuk menasehati
anaknya. Klien tahu ini adalah masalah yang terjadi di keluarga namun klien mengurungkan
niat untuk membicarakan hal ini dengan suaminya. Jika memang ada beberapa masalah yang
sangat penting, baru klien memberanikan diri untuk membicarakannya dengan suaminya.
Operasi appendiktomi ini merupakan operasi pertama yang akan beliau jalani. Sebelumnya
klien tidak pernah melakukan operasi. Klien mengatakan tegang dan takut akan operasi yang
akan dijalankannya. Hal ini selalu beliau pikirkan dan sempat mengganggu beliau. Tidur
klien berkurang selama berada di rumah sakit karena klien merasa khawatir dan pikirannya
tercampur aduk memikirkan anakanaknya di rumah dan suaminya yang cuek terhadap
dirinya. Menurut klien, jika memang operasi ini jalan yang terbaik untuk sembuh, klien
sanggup untuk menghadapinya. Ny. S berharap ingin segera pulang dan sembuh dari sakit
usus buntunya ini. Klien sering merasa jantungnya berdebar-debar ketika dokter atau perawat
datang untuk memeriksanya. Klien takut dan didalam pikirannya bertanya-tanya mau
diapakan aku ini. Klien tampak terlihat gemuk, namun klien merasa biasa saja dengan
tubuhnya. Bagi klien bertubuh gemuk itu lumrah bagi ibu-ibu yang sudah memiliki anak.
klien tidak merasa terganggu dengan bentuk tubuhnya sekarang. Sebelum di rawat klien
adalah ibu rumah tangga yang kesehariannya berada di rumah untuk merawat anak-anak dan
suaminya. Klien merasa senang dengan kegiatan Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska,
FIK UI, 2013 20 Universitas Indonesia kesehariannya sebagai ibu rumah tangga. Klien
mengatakan puas dilahirkan sebagai seorang wanita dan bisa menjadi ibu serta seorang istri.
Harapan klien saat ini adalah ingin sembuh dan ingin keluarganya yaitu anak-anak dan
suaminya untuk lebih mengerti akan kondisi dirinya saat ini. Klien ingin segera kembali ke
rumah untuk melaksanakan tugas kesehariannya sebagai seorang ibu dan seorang istri. Hasil
observasi menunjukkan bahwa klien memiliki kontak mata positif, klien mau menatap
perawat ketika mengobrol, dan klien kooperatif ketika berinteraksi dengan perawat.
Penampilan klien tampak rapi, baju yang dipakai sesuai. Klien berbicara secara normal, tidak
tampak klien berbicara melambat atau terlalu keras. Klien terlihat lesu dan tak bergairah.
Klien lebih banyak menghabiskan aktivitasnya di tempat tidur. Sesekali terlihat klien
melamun dan terdiam. Afek klien sesuai dengan stimulus. Pembicaran sesuai antara apa yang
ditanyakan perawat dengan jawaban klien. Klien memiliki kemampuan yang kurang dalam
mengingat nama orang baru disekitarnya. Jika ditanyakan nama perawat, klien masih sering
lupa dan perlu untuk diingatkan kembali. Skor ansietas menurut Hamilton Anxiety Rating
Scale didapatkan hasil skor 26 dimana masuk ke dalam kategori ansietas sedang.
Ibu S (44 tahun) datang ke RSMM dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah yang sudah
terjadi sejak ± 3 bulan yang lalu. Nyeri hilang timbul dan menjalar sampai keseluruh bagian perut
dan ulu hati. Sebelum masuk rumah sakit klien mengalami demam, mual, dan muntah. Klien tidak
mengalami masalah dalam gangguan eliminasi baik BAB maupun BAK. Diagnosis medis klien adalah
appendiksitis dan direncanakan untuk dilakukan operasi. Selain appendiksitis klien juga memiliki
riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Tekanan darah klien ini diketahui tinggi sejak 6 tahun yang
lalu, setelah itu klien tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi. Pola makan klien adalah menyukai
makanan asin, mengkonsumsi ikan asin, dan gorengan. Klien mengatakan banyak sekali hal yang
dicemaskan mulai dari operasi yang akan dilakukan karena ini merupakan operasi pertamanya,
masalah anakanaknya yang saat ini berada di rumah, dan komunikasi yang kurang terjalin dengan
baik antara klien dengan suaminya.