Вы находитесь на странице: 1из 26

KOLONIALISME DI INDONESIA

A. PORTUGIS

Bangsa Portugis berhasil mencapai India (Kalikut) 1498. Bangsa Portugis berhasil mendirikan kantor
dagangnya di Gowa pada tahun1519.
Pada tahun 1511 di bawah pimpinan d’Albuquerque Portugis berhasil menguasai Malaka. Dari Malaka
di bawah pimpinan d’Abreu tahun 1512 Portugis telah sampai di Maluku dan diterima baik oleh Sultan
Ternate yang pada waktu itu sedang bermusuhan dengan Tidore. Portugis berhasil mendirikan
benteng dan mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah.

Selain mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis juga aktif


menyebarkan agama Kristen (Katolik) dengan tokohnya yang terkenal ialah Franciscus Xaverius.
Portugis tidak hanya memusatkan kegiatan di Indonesia bagian timur (Maluku), tetapi juga ke
Indonesia bagian barat (Pajajaran). Pada tahun 1522 Portugis datang ke Pajajaran di bawah pimpinan
Henry Leme dan disambut baik oleh Pajajaran dengan maksud agar Portugis mau membantu dalam
menghadapi ekspansi Demak. Terjadilah Perjanjian Sunda Kelapa (1522) antara Portugis dan
Pajajaran, yang isinya sebagai berikut :
a. Portugis diijinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
b. Pajajaran akan menerima barang-barang yang dibutuhkan dari Portugis termasuk senjata.
c. Portugis akan memperoleh lada dari Pajajaran menurut kebutuhannya.
Tahun 1527 Portugis datang lagi ke Pajajaran untuk merealisasi Perjanjian Sunda Kelapa, namun
disambut dengan pertempuran oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahilah. Pertempuran
berakhir dan namanya diganti menjadi Jayakarta “pekerjaan yang jaya (menang)” (Kemendikbud.
2016: 32)

B. SPANYOL

Kedatangan bangsa Portugis sampai di Indonesia (Maluku) segera diikuti oleh bangsa Spanyol.
Ekspedisi bangsa Spanyol di bawah pimpinan Magelhaen, pada tanggal 7 April 1521 telah sampai di
Pulau Cebu. Rombongan Magelhaen diterima baik oleh Raja Cebu sebab pada waktu itu Cebu sedang
bermusuhan dengan Mactan. Persekutuan dengan Cebu ini dibayar mahal Spanyol sebab dalam
peperangan ini Magelhaen terbunuh.
Dengan meninggalnya Magelhaen, ekspedisi bangsa Spanyol di bawah pimpinan Sebastian
del Cano melanjutkan usahanya untuk menemukan daerah asal rempah-rempah. Dengan melewati
Kepulauan Cagayan dan Mindanao akhirnya sampai di Maluku (1521). Kedatangan bangsa Spanyol ini
diterima baik oleh Sultan Tidore yang saat itu sedang bermusuhan dengan Portugis. Sebaliknya,
kedatangan Spanyol di Maluku bagi Portugis merupakan pelanggaran atas “hak monopoli”. Oleh
karena itu, timbullah persaingan antara Portugis dan Spanyol.
Sebelum terjadi perang besar, diadakan Perjanjian Saragosa (22 April 1529) yang isinya sebagai
berikut :
a. Spanyol harus meninggalkan Maluku, dan memusatkan kegiatannya di Filipina.
b. Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku (Kemendikbud. 2016: 33)

C. BELANDA

ROMBONGAN 1

Sebelum datang ke Indonesia, pedagang rempah-rempah membeli dari Lisabon (Ibu Kota Portugis)
dan pada saat itu Belanda di bawah jajahan Spanyol. Tahun 1585 Belanda tidak mengambil rempah-
rempah di Portugis karena dikuasai Spanyol. Untuk itu pada April 1595 Belanda melakukan pelayaran
ke Nusantara dengan empat kapal yang dipimpin Cornelis de Houtman. Belanda menempuh rute
Pantai Barat Afrika – Tanjung Harapan – Samudra Hindia – Selat Sunda – Banten pada 22 Juni 1596.
Kedatangan Cornelis de Houtman disambut pemerintahan Maulana Muhammad dan masyarakat.
Namun, karena sikap yang kurang baik, Belanda diusir dari Banten. Dan Belanda sampai di Bali.

ROMBONGAN 2
Di pimpin Jacob van Neck dan Van Waerwyck, dengan delapan buah kapalnya tiba di Banten
pada bulan November 1598. Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk
sehingga kedatangan bangsa Belanda diterima dengan baik. Sikap Belanda sendiri juga sangat hati-
hati dan pandai mengambil hati para penguasa Banten sehingga tiga buah kapal mereka penuh dengan
muatan rempah-rempah (lada) dan dikirim ke Negeri Belanda, sedangkan lima buah kapalnya yang
lain menuju ke Maluku.

Keberhasilan rombongan Van Neck dalam perdagangan rempah-rempah, mendorong orang-


orang Belanda yang lain untuk datang ke Indonesia. Akibatnya terjadi persaingan di antara pedagang-
pedagang Belanda sendiri. Setiap kongsi bersaing secara ketat. Di samping itu, mereka juga harus
menghadapi persaingan dengan Portugis, Spanyol, dan Inggris. Melihat gelagat yang demikian, Olden
Barneveld menyarankan untuk membentuk perserikatan dagang yang mengurusi perdagangan di
Hindia Timur. Pada tahun 1602 secara resmi terbentuklah Vereenigde Oost Indiesche Compagnie
(VOC) atau Perserikatan Dagang Hindia Timur. VOC membuka kantor dagangnya yang pertama di
Ambon (1602) di kepalai oleh Francois Wittert. Kemudian, diangkatlah Gubernur jenderal pertama
adalah Pieter Both (Kemendikbud. 2016: 35) .

Tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut :


a. Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama pedagang Belanda.
b. Untuk memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan, baik dengan sesama
bangsa Eropa, maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
c. Untuk mendapatkan monopoli perdagangan, baik impor maupun ekspor.
Hak istimewa atau hak octrooi yang diberikan Pemerintah Belanda kepada VOC, antara lain:
1. Hak monopoli perdagangan;
2. Hak memiliki tentara sendiri;
3. Hak menguasai dan mengikat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di daerah yang dikuasai;
4. Hak untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri;
5. Hak mengumumkan perang dengan negara lain
6. Hak memungut pajak;
7. Hak mengadakan pemerintahan sendiri.
Setelah berkuasa selama kurang dari dua abad 1602-1799), 31 Desember 1799 VOC dibubarkan.
Hal tersebut disebabkan :
1. Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi.
2. Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin dari Gowa.
3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang
banyak.
4. Pembayaran devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah VOC
mengalami kekurangan pemasukan.
5. Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis.
6. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan
liberal menganjurkan perdagangan bebas.

Belanda tahun 1795 terjadi revolusi yang dikendalikan Perancis yang menyebabkan terjadinya
perubahan pemerintahan. Dalam revolusi tersebut, raja Belanda berhasil digulingkan. Belanda
berubah menjadi republik dengan nama Republik Bataaf yang berada di bawah kekuasaan Perancis.
Pemerintah Republik Bataaf membubarkan VOC pada 31 Desember 1799. Semua tanah jajahan
dan utang-utang VOC diambil alih pemerintah Belanda. Pemerintah Republik Bataaf belum sempat
menata keadaan Indonesia karena pada tahun 1806 terjadi perubahan pemerintahan di Belanda, yaitu
dibubarkannya Republik Bataaf. Belanda kembali menjadi kerajaan tetapi tetap di bawah kekuasaan
Perancis. Kaisar Napoleon yang menjadi Raja Perancis menunjuk adiknya, Louis Napoleon, menjadi
Raja Belanda. Secara tidak langsung, Indonesia sebagai daerah jajahan Belanda beralih ke tangan
Perancis.
D. PERANCIS

Louis Napoleon, adik Kaisar Napoleon dari Perancis yang telah diangkat sebagai Raja Belanda,
pada tahun 1808 mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia.
Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Indonesia, khususnya pulau Jawa agar tidak jatuh ke
tangan Inggris. Untuk keperluan tersebut, Daendels membangun jalan raya dari Anyar sampai
Panarukan yang panjangnya lebih-kurang 1.100 km, dan membangun pangkalan armada di
Ujungkulon. Agar pembangunan berjalan cepat dan murah, Daendels menerapkan rodi atau sistem
kerja paksa. Rakyat dipaksa bekerja keras tanpa istirahat dan makanan yang cukup, serta tanpa upah.
Untuk membiayai pertahanan menghadapi Inggris, Daendels kembali memaksa rakyat Priangan
menanam kopi yang hasilnya diserahkan kepada pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, Belanda
menjual tanah rakyat yang oleh mereka dianggap milik negara kepada perusahaan swasta asing.
Pada tahun 1811, Daendels dipanggil pulang dan kedudukannya digantikan oleh Gubernur
Jenderal Janssens. Namun tidak bertahan lama, Janssens menandatangani perjanjian yang
menyatakan penyerahan kekuasaan Belanda atas Indonesia kepada Inggris. Perjanjian itu dilakukan
di Tuntang dekat Salatiga sehingga dikenal dengan nama “Perjanjian Tuntang”.

E. INGGRIS

Dalam pelayarannya ke dunia Timur untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah, Inggris
sampai ke India. Para pelaut dan pedagang Inggris ini masuk ke India pada tahun 1600. Inggris justru
memperkuat kedudukannya di India. Inggris membentuk kongsi dagang yang diberi nama East India
Company (EIC). Dari India inilah para pelaut dan pedagang Inggris berlayar ke Kepulauan Nusantara
untuk meramaikan perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu, pada abad ke 18, sudah banyak
para pedagang-pedagang Inggris yang berdagang sampai ke Indonesia, bahkan sejak Belanda masih
berkuasa di Indonesia dengan sekutunya Perancis. Inggris bahkan sempat mengancam monopoli
perdagangan yang dilakukan Belanda dengan perusahaan dagangnya, yaitu VOC.

Pada tahun 1602, pemerintah Inggris mengirim utusannya ke Banten guna mengadakan
hubungan bilateral antara pedagang Inggris dengan Banten. Hasil dari pertemuan ini adalah
diberikannya izin oleh Sultan Banten untuk Inggris mendirikan kantor dagang di Banten. Inggris juga
membangun kantor dagang di Jayakarta. Hingga abad ke 16, Inggris mendirikan kantor di Gowa,
Makassar, dan Aceh. Tetapi dengan sikapnya yang sombong dan otoriter, masyarakat Indonesia tidak
menyukai pedagang-pedagang

Dalam usaha perdagangan, Inggris mendapat perlawanan dari Belanda. Setelah terjadi
peristiwa Ambon Massacre, EIC mengundurkan diri dari Indonesia. Namun setelah diadakan
Persetujuan Tuntang pada tahun 1811, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris. Ia memegang
pemerintahan selama lima tahun (1811-1816).

Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles dengan pangkat Letnan Gubernur Jenderal.
Sebagai kepala pemerintahan di Indonesia. Raffles menjalankan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :
a. Jenis penyerahan wajib pajak dan rodi harus dihapuskan kecuali di Priangan (Prianger Stelsel)
dan Jawa Tengah
b. Rakyat diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman tanpa unsur paksaan.
c. Bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan, dan penggantinya diangkat menjadi pegawai
pemerintah.
d. Pemerintah kolonial adalah pemilik tanah dan petani sebagai penggarap (penyewa) milik
pemerintah.

Pemerintahan Raffles beranggapan bahwa semua tanah adalah milik negara sehingga petani
dianggap sebagai penyewa tanah negara. Mereka harus membayar pajak kepada Pemerintah Inggris
sebagai ganti uang sewa. Sistem yang diterapkan Raffles ini dikenal dengan sistem Landrente atau
pajak bumi.
Pada tahun 1813 terjadi perang Leipzig. Inggris dan sekutunya melawan Perancis, dan
dimenangkan oleh Inggris. Kekuasaasn Kaisar Napoleon di Perancis jatuh pada tahun 1814. Dengan
demikian, berakhir pemerintahan Louis Napoleon di Negeri Belanda. Karena Belanda telah bebas dari
kekuasaan Perancis, Inggris mengadakan perdamaian dengan Belanda di Kota London. Perundingan
damai itu menghasilkan persetujuan yang disebut Konvensi London atau perjanjian London (1814).
Isi perjanjian itu antara lain menyebutkan bahwa “Semua daerah di Indonesia yang pernah dikuasai
oleh Belanda harus dikembalikan lagi oleh Inggris kepada Belanda, kecuali daerah Bangka, Belitung,
dan Bengkulu”. Penyerahan daerah kekuasaan di antara kedua negeri itu dilaksanakan pada tahun
1816. Akhirnya mulai tahun 1816, Pemerintah Hindia Belanda kembali berkuasa di Indonesia.

F. PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA ABAD 19-20


Abad ke-19, setelah Belanda kembali menduduki Indonesia sesuai dengan Perjanjian London (1814),
Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan dua kebijakan yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat Indonesia. Kedua kebijakan itu adalah Sistem Tanam Paksa dan UU Agraria 1870
Sistem Tanam Paksa
1816-1830 Pemerintah Hindia Belanda mengalami kesulitan keuangan. Di bawah Gubernur
Jenderal Van de Bosch, Pemerintah Hindia Belanda berusaha menutupi kesulitan keuangan dengan
memberlakukan Cultur Stelsel (Tanam Paksa). Adapun peraturan Tanam Paksa tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Setiap desa diharuskan menanam 1/5 dari tanahnya dengan tanaman seperti kopi, gula,
tembakau, dan nila.
b. Hasil tanaman itu harus dijual pada pemerintah kolonial dengan harga yang telah ditentukan.
c. Tanah garapan untuk tanaman ekspor dibebaskan dari pajak bumi. kegagalan panen akan
menjadi tanggung jawab pemerintah.
d. Mereka yang tidak memiliki tanah, wajib bekerja selama 66 hari/tahun di perkebunan milik
pemerintah.
Akibat tanam paksa, rakyat Indonesia menentang pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Tahun
1833, terjadi huru-hara di perkebunan tebu di daerah Pasuruan. Tahun 1848 terjadi pembakaran
kebun tembakau seluas tujuh hektar di Jawa Tengah. Reaksi itu datang dari golongan humanis, yaitu
orang-orang yang menjunjung tinggi asas-asas etika dan perikemanusiaan, seperti Douwes Dekker
(Multatuli) dalam bukunya Max Havelaar, secara terang-terangan mengecam penyimpangan tanam
paksa dan penindasan terhadap rakyat yang dilakukan oleh pegawai Belanda dan penguasa setempat.
Baron van Houvel sebagai pendeta melaporkan penderitaan rakyat Indonesia dalam sidang
perkebunan di Negeri Belanda. Sejak saat itu banyak orang Belanda yang menentang tanam paksa,
terutama anggota parlemen dari golongan liberal. Atas desakan parlemen, pemerintah Belanda
menghapuskan sistem tanam paksa, dan sebagai gantinya dikeluarkanlah Undang-Undang Agraria dan
Undang-Undang Gula pada tahun 1870.

Undang-Undang Agraria Tahun 1870


Tahun 1870 Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan politik liberal yang dikenal dengan sebutan
politik pintu terbuka. Dengan politik pintu terbuka ini pihak swasta asing terutama pengusaha Eropa,
mendapat kesempatan membuka usaha di Indonesia. Bidang usaha yang dikelola oleh pihak swasta
antara lain; perkebunan kopi, tembakau, teh, kina, dan gula.
Untuk membuka perkebunan-perkebunan itu diperlukan lahan yang luas maka perlulah
disusun UU yang mengatur sewa-menyewa tanah, Kemudian Pemerintah Belanda mengeluaran
Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870. Ketentuan UU Agraria 1870, antara lain
menyebutkan :
a. Pengusaha dapat menyewa tanah dari pemerintah untuk masa 75 tahun;
b. Penduduk pribumi dijamin hak-hak miliknya atas tanah menurut hukum adat;
c. Gubernur jenderal tidak diperbolehkan menjual sawah.
Pada pelaksanaannya, UU tersebut tidak mengubah taraf hidup rakyat Indonesia tetapi
menimbulkan berbagai akibat seperti industri kerajinan rakyat kalah bersaing dengan hasil produksi
swasta. Tenaga rakyat (buruh) diperas secara paksa oleh para pengusaha swasta, mereka diikat
dengan kontrak sehingga tidak dapat melepaskan pekerjaanya. Jika mereka melarikan diri akan
mendapat hukuman. Selain membawa dampak negatif, UU Agraria ini membawa dampak positif,
terutama masyarakat Indonesia mulai mengenal arti uang. Ada di antara buruh perkebunan yang
mendapatkan upah (uang) sebagai bayarannya.
Melihat realisasi UU Agraria 1870 yang tidak mampu memperbaiki nasib rakyat dari keadaan
sebelumnya, beberapa tokoh Belanda seperti Baron van Hoevel, Eduard Douwes Dekker, dan Van
Deventer. mengusulkan kepada pemerintah Kerajaan Belanda agar memperhatikan nasib rakyat
Indonesia. Dalam pandangan mereka, bangsa Belanda tidak ada keinginan untuk memperbaiki rakyat
Indonesia, padahal bangsa ini banyak jasanya bagi pembangunan negeri Belanda. Oleh karena itu,
sudah sepantasnya Pemerintah Hindia Belanda untuk memperhatikan nasib dan kesejahteran bangsa
Indonesia. Akhirnya, melalui usulan dan kritikan tersebut muncullah Etische Politik atau Politik Etis
yaitu sebagai tanda balas budi atau berhutang budi terhadap bangsa Indonesia yang dikemukakan
oleh orang Belanda yang bernama Mr. C. Th Van Deventer sekitar tahun 1899, pada tahun 1900
pemerintah Belanda menjalankan politik etis tersebut.
Politik etis yang diusulkan van Deventer ada tiga hal, sehingga sering disebut Trilogi van Deventer
yang berisi:
1. Irigasi (pengairan), yaitu pembangunan irigasi untuk mengairi sawah-sawah milik penduduk
untuk membantu peningkatan kesejahteraan penduduk.
2. Edukasi (pendidikan), yaitu penyelenggaraan pendidikan bagi rakyat pribumi agar mampu
menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik.
3. Migrasi (perpindahan penduduk), yaitu perpindahan penduduk dari daerah yang padat
penduduknya ( Pulau Jawa) ke daerah lain yang jarang penduduknya.
Pengaruh pendidikan Barat memunculkan kesadaran, rakyat bumiputera harus bersaing
dengan bangsa lain. Golongan intelektual bumiputera “priyayi baru” yang sebagian besar adalah guru
dan jurnalis di kota-kota. Para kaum muda terpelajar inilah yang membentuk kesadaran “nasional”
sebagai bumiputera di Hindia, dan bergerak bersama dalam garis waktu yang tidak terhingga menuju
modernitas, suatu dunia yang memberi makna baru bagi kaum pelajar terdidik saat itu
PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME
Lokasi Perang Tahun Pemimpin Peristiwa Ket. tambahan
Saparua, - 15 Mei Thomas  Pemuda Saparua yang Perlawanan terhadap
Maluku 1817 Matulessy dipimpin Pattimura melawan Belanda juga terjadi di
(Pattimura) Belanda dengan membakar daerah Maluku lainnya,
perahu-perahu pos di seperti di Haruku, Pulau
pelabuhan. Seram, Larike, Asilulu,
 Mereka bergerak ke Benteng dan Wakashilu.
Duurstede dan mengepung Sehingga perlawanan-
benteng perlawanan tersebut
sempat mengacaukan
pertahanan Belanda.
16 Mei Benteng tersebut berhasil
1817 diduduki oleh barisan Pattimura.
Juli 1817 Belanda mendatangkan bantuan
dengan kekuatan besar dari
Batavia sehingga berhasil
mendesak pasukan Pattimura
Agustus Pattimura dibantu Christina
1817 Martha Tiahahu yang berusia 17
tahun terpaksa harus
menyingkir ke hutan dan
melakukan perang gerilya
18 Belanda berhasil menangkap
Novembe Kapitan Paulus Tiahahu (ayah
r 1817 Christina Martha Tiahahu) yang
kemudian dihukum mati
Novembe Pattimura makin terdesak dan
r 1817 akhirnya dapat ditangkap oleh
Belanda
16 Pattimura dihukum gantung di
Desember alun-alun Kota Ambon.
1817
Belanda kembali berkuasa di Indonesia menggantikan Inggris. Belanda menerapkan kebijakan yang sangat
menyengsarakan rakyat, hal tersebut yang menyulut terjadinya perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang
dipimpin oleh Thomas Matulessy atau Pattimura.

Sumatera Perang Tahap I Tuanku Nan Dalam Perang Padri


Barat Padri 1821- Renceh  Kaum adat dibantu Belanda Belanda membangun
1825 memimpin dengan “perjanjian benteng di Batusangkar
 18 perang persahabatan”, sehingga yang dinamakan Fort
Februa gerilya di Belanda berhasil menduduki Van der Capellen
ri 1821 sekitar Simawang
daerah Baso
 Belanda menandatangani
 15 Perjanjian Padang “Belanda
Novem mengakui beberapa wilayah
ber di Sumatera Barat sebagai
1825 wilayah kaum Padri”
tahap II 1830 (setelah  Belanda mengkhianati
(1825- perang Perjanjian Padang
1830) diponegoro)  Kaum Adat mulai banyak
18 yang bergabung dengan
Februari kaum Padri untuk melawan
1821 Belanda karena kaum Adat
banyak yang ditindas dan
harus melakukan kerja rodi.
 Pos-pos pertahanan Belanda
di sekitar Padang berhasil
diserang oleh kaum Adat dan
kaum Padri yang dipimpin
Tuanku Imam Bonjol
 Belanda mendatangkan
bantuan dari Jawa
Tahap III  1833  Terjadilah pertempuran Tuanku Imam Bonjol
1830- besar-besaran ditangkap dan
1838 diasingkan ke Cianjur.
 1835  Daerah Bonjol sudah Dari Cianjur Imam
terkepung Bonjol dipindahkan ke
 Oktober Minahasa hingga wafat
1837  Belanda berhasil menembus pada tanggal 6
Benteng Bonjol dan Tuanku November 1864, dan
Imam Bonjol ditangkap dimakamkan di
Peneleng dekat
Manado.
Pertentangan antara kaum Padri (golongan yang ingin menerapkan syariat Islam) dengan kaum Adat
(golongan yang masih mempertahankan adat istiadat seperti berjudi, sabung ayam, dan minum-minuman
keras), yang didukung beberapa pejabat penting kerajaan

Mataram Pangeran 1825- Panglima Pasukan Diponegoro


Diponego 1826 pasukan memperoleh banyak
ro Sentot kemenangan.
Alibasha
Prawirodirjo
1827 Jenderal De Dengan siasat Benteng stelsel
Kock Belanda banyak mendapat
kemenangan
1827- Kedudukan Pangeran
1829 Diponegoro sudah cukup sulit
dikarenakan para pembantunya
dibujuk Belanda untuk berdamai
dan menghentikan perlawanan
Magelang 28 Maret Perundingan Belanda dengan
1830 Pangeran Diponegoro. Namun,
Pangeran Diponegoro ditangkap
dan diasingkan ke Manado
kemudian dipindah ke Makassar
8 Januari Beliau wafat dan dimakamkan di
1855 Kampung Melayu, Makassar.
Pemerintah kolonial Belanda akan membuat jalan raya yang menerobos makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Hal itulah yang membuat Pangeran Diponegoro marah dan menganggapnya sebagai suatu penghinaan.
Untuk memperkuat kekuasaannya beliau membangun pusat pertahanan di Selarong. Namun untuk mengecoh
pihak Belanda,
Perlawanan Pangeran Diponegoro mendapat sambutan dan bantuan dari berbagai pihak. Kiai Mojo beserta murid-
muridnya dengan niat berjihad telah menggabungkan diri dengan barisan Pangeran Diponegoro.Pangeran
Diponegoro juga membuat markas berpindah-pindah, ke Pleret, Dekso, dan Pengasih.

Bali Perang 1844 - Kapal Belanda terdampar di


Jagaraga Pantai Buleleng. Sesuai dengan
hukum tawan karang, kapal itu
menjadi milik Kerajaan Buleleng,
namun Belanda menuntut untuk
dikembalikan dan
mengultimatum agar kerajaan di
Bali tunduk pada Belanda
1846 Patih Mendaratkan 1.700 pasukan ke
kerajaan Buleleng
Buleleng, I
Gusti Ketut
Jelantik
1848 Dikirimlah pasukan sejumlah Tidak dihiraukan raja-
2.300 orang. Belanda raja Bali
mengancam dan menuntut raja-
raja Bali agar membebaskan
para tawanan, benteng-benteng
yang ada di Bali harus dibongkar.
Raja-raja Bali juga harus
menanggung kerugian perang
serta menyerahkan Ketut
Jelantik kepada pihak Belanda
1849 Belanda mengirim pasukan
dengan jumlah yang lebih besar.
Pasukan Belanda langsung
menuju Jagaraga dan
mengepung benteng Jagaraga
serta menguasai benteng
tersebut
Dengan kekalahan dalam Perang
Jagaraga tersebut maka tahun
1849 semua kerajaan di Bali
sudah berada di bawah
kekuasaan Belanda
Kapal Belanda terdampar di Pantai Buleleng. Sesuai dengan hukum tawan karang, kapal tersebut menjadi
milik Kerajaan Buleleng, namun Belanda menuntut untuk dikembalikan dan mengultimatum agar kerajaan di
Bali tunduk pada Belanda

Kalimant Perang 1859 Pangeran Belanda menangkap Pangeran


an Banjar Antasari dan Prabu Anom dan mengambil alih
Pangeran Kerajaan Banjar
Hidayat
April 1859 Pasukan Banjar menyerang pos- Pertempuran juga
pos Belanda terjadi di sekitar Sungai
Barito.
Pasukan Berhasil membakar dan
Pangeran menenggelamkan kapal Onrust
Hidayat yang milik Belanda.
berada di
bawah
pimpinan
Tumenggung
Surapati
1860 Belanda menuntut agar namun tuntutan itu
Pangeran Hidayat menyerah, ditolak
11 Juni Belanda secara resmi Banjar langsung
1860 menghapus Kesultanan Banjar diperintah oleh seorang
penguasa Belanda.
Belanda menangkap Pangeran Prabu Anom dan pengambilalihan Kerajaan Banjar. Akibat tindakan Belanda
tersebut, kaum bangsawan dan rakyat merasa kecewa sehingga mereka mengadakan perlawanan yang
dipimpin oleh Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat.

Aceh - 1873 Belanda mengirim utusan ke Sultan Mahmud Syah


Kutaraja untuk menyampaikan menolak sehingga
tuntutan agar Aceh tunduk Belanda melancarkan
kepada Belanda serangan di bawah
pimpinan Mayor
Jenderal Kohler.
Pasukan Kohler (Belanda) Dalam pertempuran itu
berhasil menembus pertahanan Kohler tewas tetembak
pasukan Aceh dan masuk kota. di halaman Masjid Raya
Sementara pasukan Aceh sehingga serangan
bertahan di Masjid Raya Belanda tersebut gagal
Desember Mayor Belanda melancarkan serangan Serangan Belanda ini
1873 Jenderal Van berhasil mengalahkan
Swieten para pejuang Aceh
bahkan dapat merebut
Masjid Raya dan
menduduki istana
Dipimpin Rakyat terus melakukan
oleh para serangan
teuku
(panglima
atau
bangsawan)
dan para
teungku
(ulama).
Termasuk
Teungku Cik
Di Tiro
Teuku Umar Berhasil menguasai daerah
dan istrinya Meulaboh
(Cut Nyak
Dhien)
Belanda merasa kesulitan
menaklukan rakyat Aceh
sehingga mengirim Snouck
Hurgronye yang memakai nama
samaran Abdulgafar yang
bertugas mempelajari cara yang
paling tepat dalam menghadapi
perlawanan orang-orang Aceh
Perang Aceh berlangsung lebih
dari sepuluh tahun, Belanda
sudah mengeluarkan biaya yang
sangat besar, tetapi baru bisa
menguasai daerah Kutaraja
1893 Secara tidak diduga-duga Teuku
Umar dan pasukannya
menyerah kepada Belanda.
Bahkan Teuku Umar diangkat
sebagai panglima yang
dipersenjatai lengkap.
1896 Setelah mendapatkan senjata Belanda membentuk
dan perbekalan lengkap, ia dan pasukan khusus
pasukannya memihak kembali antigerilya yang
kepada perjuangan rakyat Aceh dinamakan Marsose
1899, Belanda menyerbu pos-pos Pada tahun itu juga
pertahanan dan perlawanan ketika terjadi
rakyat Aceh. pertempuran di
Meulaboh, Teuku Umar
gugur sebagai kusuma
bangsa.
Perlawanan dilanjutkan oleh Cut
Nyak Dhien yang terus
bergerilya bersama pasukannya.
1905 Cut Nyak Dhien dapat ditangkap
Belanda dan dibuang ke
Sumedang hingga wafat pada
tanggal 6 November 1908.
Sultan Melakukan perlawanan dengan
Muhammad berpindah-pindah
Daud Syah
dan Panglima
Polim
20 Januari Sultan Muhammad Daud Syah
1903 dan Panglima Polim menyerah
1904 Belanda menguasai Aceh.
Rakyat Aceh sangat anti terhadap Belanda. Mereka memandang Belanda sebagai orang-orang kafir. Sebelum
Perang Aceh meletus, pada tahun 1873 Belanda mengirim utusan ke Kutaraja untuk menyampaikan tuntutan
agar Aceh tunduk kepada Belanda. Akan tetapi, Sultan Mahmud Syah menolak sehingga Belanda melancarkan
serangan di bawah pimpinan Mayor Jenderal Kohler

LAHIRNYA KEBANGKITAN NASIONAL DAN PERTUMBUHAN ORGANISASI PERGERAKAN


Munculnya kesadaran sebagai bangsa yang senasib sepenanggungan dan bangsa yang
berdaulat disebabkan oleh beberapa faktor berikut.
1. Faktor dari luar negeri
Asia menghadapi imperialisme. Inilah yang mendorong bangkitnya nasionalisme Asia. Selain
itu, kemenangan Jepang terhadap Rusia juga merupakan bukti bahwa bangsa timur dapat
mengalahkan bangsa barat.
2. Faktor Dalam Negeri
Rasa tidak puas bangsa Indonesia terhadap penjajahan dan penindasan kolonial.
Ketidakpuasan itu sudah lama mereka ungkapkan melalui perlawanan bersenjata melawan
Belanda yang antara lain dipimpin oleh Pattimura, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, dll.
Namun perlawanan-perlawanan tersebut menemui kegagalan. Kegagalan inilah yang
menyadarkan para pemimpin bangsa untuk mengubah taktik dalam mewujudkan cita-cita mereka,
yaitu dengan mendirikan organisasi-organisasi modern.
Berikut adalah beberapa organisasi yang muncul sebagai wujud kebangkitan nasional
Indonesia
a. Budi Utomo
Tokoh Perintis Dr. Wahidin Sudirohusodo
Tujuan untuk mencapai kemajuan dan meningkatkan derajat serta martabat
bangsa Indonesia dibidang pendidikan dan budaya
Ketua Sutomo
Berdiri 20 Mei 1908 (Hari Kebangkitan Nasional)
Dibantu Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan Tirtokusumo dan pelajar STOVIA
Pengurus Pusat Yogyakarta
Pengurus Cabang Bogor, Bandung, Magelang, Surakarta, dan Surabaya
5 Oktober 1908 Budi Utomo mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta. Kongres
tersebut memutuskan antara lain:
 Budi Utomo tidak melakukan kegiatan politik.
 Program kegiatan diarahkan pada bidang pendidikan dan kebudayaan.
sejak tahun 1915 ternyata Budi Utomo juga melakukan kegiatan politik Pada waktu dibentuk
volksraad, Budi Utomo masuk didalamnya kemudian Budi utomo juga ikut di dalam
Konsentrasi Radikal, yaitu sebuah kelompok yang cukup tegas menuntut perbaikan dan
kebebasan bangsanya.
b. Sarekat Islam (SI)
Sarekat Islam (SI) merupakan perkembangan dari organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI).
SDI berdiri 1909
Pendiri Tirtoadisuryo
Lokasi Jakarta
Namun, perkumpulan dagang itu tidak dapat berkembang untuk itu SDI diambil alih oleh :
Pendiri Haji Samanhudi
Berdiri 1911
Lokasi Surakarta
Tujuan memajukan perdagangan bagi para pedagang bumiputera agar
mampu bersaing dengan pedagang-pedagang Cina.
Pada tahun 1912, dalam kongresnya di Surabaya, nama Sarekat Dagang Islam (SDI) diubah
menjadi Sarekat Islam (SI) (organisasi massa pertama di Indonesia)
Pemimpin H.O.S. Cokroaminoto
Tujuan memperluas anggotanya sehingga tidak terbatas untuk kaum
pergantian nama pedagang saja, tetapi untuk rakyat secara keseluruhan
Program dan tujuan Sarekat Islam adalah sebagai berikut :
a) Memajukan kehidupan rakyat melalui perekonomian.
b) Membina persatuan dan memajukan umat Islam.
c) Mengangkat dan memajukan derajat serta kecerdasan rakyat untuk menentang
setiap bentuk penindasan.
SI berkembang dengan pesat, di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Tahun 1921 SI pecah menjadi
dua karena paham sosialis-komunis menyusup. Kedua pecahan SI tersebut adalah:
 SI Putih, berhaluan Islam berpusat di Yogyakarta. Pemimpin-pemimpinnya adalah
Abdul Muis, Haji Agus Salim, dan Suryopranoto.
 SI Merah, berhaluan komunis berpusat di Semarang. Pemimpin-pemimpinnya adalah
Semaun, Alimin, dan Darsono.
c. Indische Partij (IP) (org/parpol pertama di Indonesia)
Berdiri 25 Desember 1912
Lokasi Bandung
Perintis E.F.E Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat
(Ki Hajar Dewantara) (3 Serangkai)
Indische Partij merupakan organisasi pergerakan revolusioner dan bersifat politik dengan
tujuan berikut :
a) Mengembangkan rasa nasionalisme dan menciptakan kebersamaan atau persatuan
antara orang-orang Indo dan bumiputera.
b) Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Ki Hajar Dewantara mengkritik melalui tulisannya yang berjudul Als ik een Nederlander was
(Seandainya Aku Seorang Belanda). Dalam tulisan itu, telah diuraikan secara pedas perilaku
orang-orang Belanda yang hidup bermewah-mewahan dan mengisap kekayaan orang-orang
bumiputera. Tulisan itu menimbulkan kemarahan orang-orang Belanda. Pada 4 Mei 1913,
Belanda mengambil tindakan dengan menyatakan bahwa Indische Partij merupakan partai
terlarang. Para pemimpinnya ditangkap dan ketiga tokoh pendirinya dibuang ke Belanda
d. Muhammadiyah
Berdiri 18 November 1912
Lokasi Yogyakarta
Perintis K.H. Ahmad Dahlan
Tujuan untuk memurnikan pelaksanaan agama Islam
Program dan usaha nyata dari Muhammadiyah antara lain membangun tempat ibadah, rumah
sakit, panti asuhan, dan sekolah. Berbagai usaha itu terus berkembang sampai sekarang

PERKEMBANGAN ORGANISASI PERGERAKAN


Lahirnya beberapa organisasi pergerakan di masa kebangkitan nasional telah merintis dan mendorong
perkembangan organisasi-organisasi lain. Berikut beberapa organisasi yang muncul.
Organisasi Pergerakan Kepemudaan
a. Organisasi : Tri Koro Dharmo (tiga tujuan mulia, yaitu sakti, budi, dan bakti)
Berdiri 17 Maret 1915
Lokasi Jakarta
Ketua Satiman Wiryosanjoyo
Tujuan mencapai Jawa Raya dengan mempererat tali persaudaraan
antarpemuda, membangkitkan rasa cinta tanah air, bahasa, dan
kebudayaan sendiri.
Tahun 1918 nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java, artinya Jawa Muda. Berdirinya
Jong Java telah mendorong lahirnya organisasi-organisasi pemuda lainnya di berbagai daerah.
b. Jong Sumateranen Bond (Persatuan Pemuda Sumatera)
Berdiri 9 Desember 1917
Dibentuk pemuda Sumatera (yang ada di Jakarta)
Tokoh Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin.
Tujuan tali persatuan antarpelajar asal Sumatera
Selain itu terbentuk pula Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes (Sulawesi),
dan Jong Borneo. Organisasi-organisasi pemuda itu masih kental sifat kedaerahannya. Tujuan
organisasi-organisasi itu pada dasarnya adalah mempersatukan para pemuda dan pelajar dari
daerah asalnya yang hidup di daerah atau kota lain.
Organisasi Pergerakan yang Bersifat Keagamaan
Seiring dengan perkembangan pergerakan nasional, para tokoh agama tidak tinggal diam. Mereka
justru mendirikan berbagai organisasi pergerakan.
a. Al-Irsyad
Berdiri 1914
Tokoh keturunan Arab di Indonesia (Ahmad Sukarti)
Tujuan menekankan gerakan pendidikan dan menciptakan persamaan
antarumat manusia

b. Pakempalan Politik Katolik Jawa


Berdiri 22 Februari 1922
Pemimpin I.J. Kasimo
Tokoh Umat Katolik
Tujuan organisasi ini berusaha ikut memajukan rakyat Indonesia

c. Perserikatan Kaum Kristen


Berdiri 1929
Pemimpin R.M. Noto Sutarsa
Organisasi ini berkeyakinan bahwa Indonesia akan merdeka secara berangsur-angsur

d. Nahdatul Ulama (NU)


Berdiri 31 Januari 1926
Tokoh Pendiri K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Abdul Wahab Hasbullah, dan K.H. Wahid
Hasyim
Tujuan 1) Menegakkan syariat Islam dan menganut haluan Ahlulsunah wal
Jama’ah
2) Melaksanakan berlakunya hukum Islam di dalam masyarakat
Di Indonesia, NU merupakan organisasi massa Islam terbesar. Pada tahun 1937, NU pernah
bergabung dalam MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia)

Organisasi Pergerakan yang Bersifat Kebangsaan


Organisasi yang bersifat kebangsaan dan nonkooperasi
a. Perhimpunan Indonesia (PI)
PI sewaktu masih bernama Indische Vereeniging lebih bersifat sosial. Organisasi ini
didirikan oleh para mahasiswa yang belajar di negeri Belanda. Akan tetapi setelah tahun 1922
organisasi ini mulai berkembang menjadi bercorak politik dan bersifat nasional yang
selanjutnya menjadi organisasi radikal. Tujuan PI adalah memperjuangkan nasib bangsa
Indonesia agar lekas memperolah kemerdekaan dan bebas dari penindasan kaum penjajah.
PI menjadi penyambung dan sarana perjuangan bangsa Indonesia di luar negeri. PI
menerbitkan majalah yang bernama Indonesia Merdeka.
Kegiatan dan perkembangan PI dinilai membahayakan pemerintah kolonial Belanda
sehingga beberapa pemimpinnya ditangkap. Pada tahun 1927, Mohammad Hatta, Nazir
Pamuncak, Abdulmajid Joyodiningrat, dan Ali Sastroamijoyo ditangkap. Setahun kemudian
mereka diajukan ke pengadilan di Den Haag, tetapi karena tidak terbukti bersalah akhirnya
mereka dibebaskan.
b. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Indische Sociaal Demokratische Vereeniging (ISDV)
Berdiri 1914
Pendiri Sneevliet dan Semaun
Lokasi Semarang
Paham Komunis
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Berdiri 1920
Ketua Semaun
Untuk mencari massa, PKI melakukan infiltrasi (penyusupan) ke dalam organisasi lain seperti
SI sehingga SI pecah menjadi SI Putih dan SI Merah. PKI cenderung mementingkan
kemenangan partainya dan sering melakukan pemogokan. Tahun 1926 PKI melakukan
pemberontakan di Banten, Jakarta, dan Solo. Namun, semua pemberontakan itu dapat
digagalkan oleh pemerintah Belanda. Tokoh-tokohnya ditangkap dan dibuang ke Digul, tetapi
ada juga yang berhasil meloloskan diri, misalnya Tan Malaka meloloskan diri ke luar negeri.
c. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdiri 4 Juli 1927
Lokasi Bandung
Tokoh Pendiri Ir. Sukarno, Iskaq Cokrohadisuryo, Mr. Sartono, Mr. Sunaryo, dan
Cipto Mangunkusumo
Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka, asas atau prinsip dasar perjuangan PNI adalah
sebagai berikut :
a) Selfhelp, artinya menolong diri sendiri.
b) Nonkooperasi, artinya tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Belanda.
c) Marhaenisme, artinya memperjuangkan rakyat kecil
PNI memiliki andil yang cukup besar bagi perjuangan bangsa Indonesia. Ir. Soekarno
sebagai pimpinan PNI dengan kepandaiannya berpidato telah mempropagandakan ide-ide
dan program-program PNI dengan cemerlang. Oleh karena itu, pengaruh PNI makin meluas
dan anggotanya pun makin besar, kegiatannya makin meningkat.
Perkembangan PNI ternyata mengkhawatirkan pihak pemerintah Belanda sehingga
kegiatannya dibatasi. Tanggal 29 Desember 1929, Ir. Sukarno, Maskun, Gatot Mangkuprojo,
dan Supriadinata ditangkap. Tahun 1930 mereka diajukan ke pengadilan di Bandung. Di depan
pengadilan, Ir. Sukarno mengemukakan pidato pembelaannya dengan judul Indonesia
Menggugat.
d. Partindo dan PNI Baru
Kesalahan pemimpin PNI tidak terbukti di pengadilan, namun para pemimpin tetap
ditahan di Sukamiski, Bandung. PNI dipimpin Mr. Sartono. PNI dibubarkan tahun 1931.
Mr. Sartono membentuk Partindo (Partai Indonesia). Namun, beberapa tokoh yang
tidak setuju dengan pembubaran PNI, membentuk organisasi dengan nama PNI (Pendidikan
Nasional Indonesia) yang lebih dikenal dengan nama PNI Baru. Pimpinan PNI Baru adalah
Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Partindo dan PNI Baru bertujuan untuk mencapai
Indonesia merdeka melalui perluasan hak-hak politik rakyat dan pembentukan
pemerintahan yang demokratis.
Partindo lebih popular dan cepat berkembang. Apalagi setelah Ir. Sukarno dibebaskan
dari penjara pada tahun 1932 dan bergabung dengan Partindo. Pada tahun 1933 Partindo
sudah memiliki 71 cabang sehingga pemerintah kolonial selalu mengawasi setiap kegiatannya.
Begitu juga PNI Baru di bawah Mohammad Hatta dipandang membahayakan. Pada tahun
1933 Ir. Sukarno kembali ditangkap dan diasingkan ke Ende, Flores kemudian tahun 1934
Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir juga ditangkap dan diasingkan ke Digul.
e. Taman Siswa
Berdiri 3 Juli 1922
Lokasi Yogyakarta
Pendiri Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara)
Tujuan organisasi sosial yang menekankan gerakannya pada bidang
pendidikan,
Prinsip pendidikan dan semboyan yang dikembangkan oleh Taman Siswa adalah:
a) Ing ngarso sung tulada (di depan memberi teladan).
b) Ing madya mangun karsa (di tengah aktif dan menggerakkan kegiatan).
c) Tut wuri handayani (di belakang selalu mengikuti dan memperhatikan dengan penuh
kasih sayang agar dapat memberikan kekuatan)
Tanggal lahir beliau, 2 Mei 1889 diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
f. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Berdiri 1937
Lokasi Surabaya
Tujuan memecahkan berbagai persoalan keagamaan dan masalah-masalah
sosial yang dihadapi oleh umat Islam
MIAI) yang merupakan federasi (gabungan) organisasi-organisasi Islam, antara lain :
Muhammadiyah, NU, PSII, dan Al-Irsyad. MIAI dikenal sebagai organisasi yang anti budaya
barat karena tidak sesuai dengan Islam. Oleh sebab itu, MIAI dalam praktiknya cenderung
menentang Belanda sehingga sifat-sifat politik pun ada di dalam perjuangan MIAI
Organisasi Pergerakan yang Bersifat Kebangsaan dan Kooperasi
Agustus 1933, pemerintah Hindia Belanda menghentikan dan melarang kegiatan politik yang radikal.
organisasi pergerakan yang bersifat kooperasi antara lain:
a. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Berdiri 1935
Lokasi Surakarta
Pimpinan Awal (wafat) Dr. Sutomo
Pimpinan diganti Wuryaningrat
Tokoh pimpinan terkenal Mohammad Husni Thamrin
Tujuan Mencapai Indonesia yang mulia dan sempurna berdasarkan
demokrasi dan nasionalisme

b. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)


Berdiri 24 Mei 1937
Tokoh Sartono, A.K. Gani, Sanusi Pane, Moh. Yamin, dan Amir
Syarifuddin (mantan partai Indonesia)
Tujuan Mengusahakan Indonesia bebas dan merdeka namun
dengan cara yang lebih halus
Keanggotaan Gerindo berkembang luas, selain kaum bumiputera juga menerima anggota dari
orang-orang peranakan Eropa, Cina, dan Arab. Gerindo kemudian bergabung dengan GAPI
(Gabungan Politik Indonesia) dalam menentang fasisme Jepang.
c. Perjuangan di dalam Volksraad
Volksraad merupakan semacam dewan penasihat yang tugas dan wewenangnya
sangat terbatas. Organisasi-organisasi pergerakan yang mempunyai wakil dalam Volksraad itu
kemudian membentuk Konsentrasi Radikal. Organisasi yang ikut bergabung dalam
Konsentrasi Radikal antara lain ISDV, Budi Utomo, dan SI. Konsentrasi Radikal kemudian
mengajukan tuntutan agar Volksraad tidak hanya berfungsi sebagai dewan penasihat, tetapi
menjadi Dewan Perwakilan Rakyat agar memiliki hak dan wewenang lebih luas.
Wakil-wakil organisasi membentuk Fraksi Nasional pada tanggal 27 Januari 1930 dan
salah satu tokohnya M. Husni Thamrin. Tujuan Fraksi Nasional adalah mengusahakan
kemerdekaan nasional dalam waktu sesingkat-singkatnya melalui cara yang sesuai dengan
hukum. Untuk itu Fraksi Nasional mengajukan beberapa usul, antara lain:
a) Perlu adanya pembaruan dalam sistem ketatanegaraan
b) Adanya persamaan hak dalam bidang politik dan ekonomi
Karena tidak dipenuhi Belanda, Volksraad oleh Sutanjo Kartohadikusumo mengajukan
petisi pada 15 Juli 1936. Yang dikenal dengan Petisi Sutarjo “menuntut agar pemerintah
Belanda memberikan otonomi atau pemerintahan sendiri kepada rakyat Indonesia secara
berangsur-angsur,”. Namun ditolak
d. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Berdiri 1939
Ketua M. Husni Thamrin, Mr. Syarifuddin, dan Abikusno Cokrosuyoso
Beberapa hal yang mendorong berdirinya GAPI antara lain:
a) Gagalnya Petisi Sutarjo
b) Sikap pemerintah Belanda yang kurang memerhatikan kepentingan rakyat Indonesia
c) Berkembangnya fasisme di beberapa negara
Organisasi-organisasi yang tergabung dalam GAPI antara lain Parindra, Gerindo,
Pasundan, Partai Islam Indonesia, partai Katolik, dan PSII. Tuntutan sekaligus semboyan
perjuangan GAPI adalah Indonesia berparlemen dan menuntut kesejahteraan rakyat. Untuk
mengaktifkan gerakan GAPI ini maka dibentuklah sebuah badan yang disebut Kongres Rakyat
Indonesia (KRI). Pada tahun 1941 KRI diubah menjadi Majelis Rakyat Indonesia (MRI).
Kongres Pemuda
a. Kongres Pemuda I
Dilaksanakan 30 April – 2 Mei 1926
Lokasi Jakarta
Organisasi hadir Jong Java, Jong Sumateranen Bond, dan Jong Islamiten Bond
Hasil Menciptakan persatuan para pemuda Indonesia

b. Kongres Pemuda II
Dilaksanakan 26-28 Oktober 1928
Lokasi Jakarta
Tokoh Panitis :
Ketua Sugondo Joyopuspito
Sekretaris Muhammad Yamin
Bendahara Amir Syarifuddin
Anggota Abu Hanifah, W.R. Supratman, Sukarjo Wiryopranoto , Kuncoro
Purbopranoto, dan M.H. Thamrin
Tujuan menyatukan gerakan pemuda di seluruh Indoneisa
Hasil 1. 28 Oktober 1928 Ikrar Sumpah Pemuda
Adapun isi Sumpah Pemuda itu ialah sebagai berikut:
1) Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertanah air yang
satu, tanah air Indonesia
2) Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang
satu, bangsa Indonesia
3) Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia
2. Menetapkan lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R.
Supratman
3. Merah Putih diakui sebagai bendera bangsa Indonesia
Tokoh perumus Muhammad Yamin.
sumpah pemuda

G. MASA PENDUDUKAN JEPANG


 PD II
10 Mei 1940
Jerman, Italia VS Inggris, Belanda, Prancis
 Asia Pasifik
Jepang VS Amerika, Brittain, China, Dutch
 8 Desember 1941
AU Jepang VS Pangkalan AL Amerika (Pearl Harbour, Hawai)
 Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang.
 1942
Jepang (6-8 divisi tentara) dipimpin Jenderal Hitoshi Imamura VS Belanda (4 divisi militer)
dipimpin Jenderal H. ter Poorten
Pada 5 Maret 1942 tentara Jepang berhasil menguasai Batavia. Belanda semakin terdesak dikarenakan
tidak adanya bantuan dari Amerika Serikat, untuk itu Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang
melalui Perjanjian Kalijati (Subang, Jawa Barat) tanggal 8 Maret 1942.
Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang maka seluruh daerah Hindia Belanda
dibagi menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
1. Daerah bagian tengah meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh tentara keenambelas dengan
kantor pusat di Batavia.
2. Daerah bagian barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukit Tinggi dikuasai oleh
tentara keduapuluhlima.
3. Daerah bagian timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Barat
di bawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
Dalam melaksanakan pemerintahannya, Jepang mendirikan beberapa organisasi dan melaksanakan
kerja paksa. Organisasi-organisasi tersebut adalah:
1. Gerakan Tiga A
Semboyan Gerakan Tiga A adalah Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin oleh Syamsuddin S.H. Namun dalam perkembangan
selanjutnya gerakan ini tidak dapat menarik simpati rakyat, sehingga pada tahun 1943
Gerakan Tiga A dibubarkan dan diganti dengan Putera.
2. Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA)
Organisasi ini dibentuk pada tahun 1943 di bawah pimpinan “Empat Serangkai”, yaitu Bung
Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur. Gerakan Putera ini pun
diharapkan dapat menarik perhatian bangsa Indonesia agar membantu pasukan Jepang dalam
setiap peperangan yang dilakukannya. Ternyata Gerakan Putera menjadi bumerang bagi
Jepang. Hal ini disebabkan karena anggota-anggota Putera memiliki sifat nasionalisme yang
tinggi.
3. Pembela Tanah Air (PETA)
PETA merupakan organisasi bentukan Jepang dengan keanggotaannya berisi pemuda-
pemuda Indonesia. Dalam organisasi PETA ini para pemuda bangsa Indonesia dididik
kemiliteran oleh pasukan Jepang. Pemuda-pemuda inilah yang menjadi tiang utama
perjuangan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Tujuan awalnya pembentukan
organisasi PETA adalah untuk memenuhi kepentingan peperangan Jepang di Lautan Pasifik
yaitu perang Asia Timur Raya. Namun karena PETA bersifat nasional dan dianggap sangat
membahayakan kedudukan Jepang atas wilayah Indonesia, maka pada tahun 1944 PETA
dibubarkan.
4. Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat)
Berikutnya Jepang mendirikan organisasi lainnya yang bernama Perhimpunan Kebaktian
Rakyat yang lebih terkenal dengan nama Jawa Hokokai. Kepemimpinan organisasi ini berada
di bawah Komando Militer Jepang.
5. Romusha
Romusha adalah kerja paksa (tanpa dibayar) pada zaman pendudukan Jepang. Tujuannya
adalah membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan rakyat Jepang. Sarana dan
prasarana tersebut antara lain jembatan, lapangan terbang, serta gua-gua tempat
persembunyian.
6. Wajib Militer
Berikut ini wajib militer yang dibentuk untuk membantu Jepang menghadapi Sekutu dalam
Perang Asia Timur Raya.
a. Seinendan (Barisan Pemuda), dibentuk tanggal 9 Maret 1943 dengan anggota para
pemuda usia 14-22 tahun.
b. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), dibentuk tanggal 29 April 1943 dengan anggota
para pemuda usia 23-25 tahun.
c. Fujinkai (Barisan Wanita), dibentuk pada bulan Agustus 1943, dengan anggota para
wanita usia 15 tahun ke atas.
d. Gakutotai (Barisan Pelajar), anggotanya terdiri dari murid-miridd sekolah lanjutan.
e. Heiho (Pembantu Pranjurit Jepang), dibentuk pada bulan April 1943 dengan anggota
pemuda berusia 18-25 tahun.
f. Suisyintai (Barisan Pelopor), dibentuk pada tanggal 24 September 1944 dan
diresmikan pada tanggal 25 September 1944. Tujuannya untuk meningkatkan
kesiapsiagaan rakyat
Karena pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia dipegang oleh militer, maka semua jenis
kegiatan diarahkan untuk kepentingan perang. Sumber alam dan bahan makanan diperas oleh Jepang.
Hal ini menyebabkan rakyat sangat menderita serta kekurangan sandang dan pangan sehingga terjadi
kematian di berbagai tempat. Selain pemerasan di bidang pertanian, Jepang juga mewajibkan rakyat
untuk menyerahkan besi-besi tua untuk pembuatan senjata. Jepang juga merampas harta benda
rakyat terutama emas.
Masa Kemerdekaan
Menjelang akhir tahun 1944 Jepang mendapat kekalahan dalam perang Pasifik. Kabinet Koiso
mengumumkan janji kemerdekaan Indonesia di kelak kemudian hari. Berbagai daerah pangkalan
tentara Jepang dikuasai Tentara Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat, diantaranya adalah
daerah Balikpapan. Pada 1 Maret 1945 Panglima Tentara Jepang di Jakarta mengumumkan
dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi
Cosakai). Tujuan BPUPKI menyelidiki masalah tata pemerintahan, ekonomi, politik dalam rangka
pembentukan negara merdeka. Hasil dari BPUPKI yakni formulasi dasar negara Indonesia. BPUPKI
dibubarkan dan dibentuk badan baru, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bertujuan
untuk merumuskan konstitusi atau hukum dasar Indonesia.
Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat karena kalah setelah bom atom
dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki (6 dan 9 Agustus 1945). Dengan penyerahan Jepang itu terjadi
kevakuman kekuasaan di Indonesia. Bangsa Indonesia kemudian mempergunakan kesempatan
tersebut untuk memproklamasikan kemerdekaan. Pada tanggal 16 Agustus 1945 bertempat di Asrama
Baperpi Cikini 71 Jakarta para pemuda dari berbagai kelompok mengadakan rapat di bawah pimpinan
Chaerul Saleh. Rapat memutuskan agar kemerdekaan segera diproklamasikan oleh bangsa Indonesia
sendiri. Para pemuda lalu mengirimkan utusan kepada Bung Karno dan Bung Hatta untuk
menyampaikan hasil putusan rapat tersebut. Para pemuda juga minta agar pengumuman tentang
kemerdekaan Indonesia lepas dari segala ikatan dengan Jepang. Semula Soekarno-Hatta menolak usul
para utusan tadi dengan alasan bahwa mereka harus berembug dulu dengan para pemimpin lainnya,
harus mendengarkan keterangan resmi tentang penyerahan Jepang dan perlunya rapat dengan PPKI
terdahulu. Utusan yang terdiri atas pemuda Darwis dan Wikana akhirnya kembali dan menyampaikan
hasil penolakan tersebut. Penolakan tersebut mempertajam perbedaan pendapat yang telah ada
antara golongan tua dan golongan muda. Golongan muda mendesak agar proklamasi segera.
Adanya perbedaan pendapat itu mendorong golongan pemuda untuk membawa Bung Karno
dan Bung Hatta ke luar kota dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.
Untuk itu pada tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke
Rengasdengklok kota kecil di sebelah timur Jakarta.
Sementara itu di Jakarta tercapai kesepakatan antara golongan tua dan golongan muda bahwa
Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta. Mr. Ahmad Subardjo memberi jaminan
bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Atas jaminan itu
Bung Karno dan Bung Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta Bung Karno dan Bung
Hatta langsung menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1. Di rumah inilah naskah
proklamasi disusun dan rumusannya berhasil diselesaikan pada menjelang subuh tanggal 17 Agustus
1945.
Pada pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945 di halaman rumah kediaman Bung Karno Jalan
Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jalan Proklamasi) naskah proklamasi tersebut diumumkan oleh
Soekarno - Hatta dihadiri pemimpin-pemimpin bangsa dan berbagai kalangan pemuda. Kemerdekaan
yang telah dicapai itu harus dibela dan dipertahankan.

Вам также может понравиться