A. PERKEMBANGAN AWAL AKUNTANSI Sebelum adanya peradaban Islam, hanya ada 2 peradaban besar yaitu romawi dan persia. Pada mulanya, akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang memiliki sifat perhitungan absolut serta perkembangan dari akuntansi ini sendiri bersifat akumulatif. Kewajiban mencatat transaksi ( QS 2:282 ) telah mendorong umat Islam untuk melakukan pencatatan dan tradisi transaksi. Aplikasi lebih jauh adalah keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban, pelaporan terpadu dan komprehensif, juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam sesuai ketentuan syariah. Ini juga mendorong perkembangan partnership. Perkembangan akuntansi, dengan domain “aritmatic quality” nya, sangat ditopang oleh ilmu lain pada awal abad 9 M yang dikembangkan oleh filosof Islam yang terkenal yaitu Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq Al Kindi yang lahir tahun 801 M. Juga Al Karki (1020) dan Al- Khawaizmy yang merupakan asal kata dari alGorithm, algebra juga berasal dari kata Arab “al Jabr“. Demikian juga penemuan Al Khawarizmy berupa sistem nomor,desimal dan angka 0 yang kita pakai sekarang (angka Arab) sudah dikenal sejak 830 M. Ibnu Khaldun (lahir 1332) adalah filosof Islam yang telah berbicara tentang politik, sosiologi, ekonomi, bisnis, dan perdagangan. Al Khawarizmy memberikan kontribusi besar bagi perkembangan matematika modern Eropa dimana akuntansi modern yang dikembangkan dari persamaan algebra dengan konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan persoalan pembagian harta warisan secara adil sesuai dengan syariah yang ada di Al-Qur’an, perkara hukum dan praktik bisnis perdagangan. B. SEJARAH AKUNTANSI Sistem keuangan atau moneter sudah diperkenalkan sejak masyarakat mengenal istilah perdagangan. Bukti mengenai sistem pencatatan sudah diperkenalkan berdirinya kerajaan Babilonia sejak 4500 SM, Fir’aun Mesir dan kode – kode Hammurabi .(2250 SM). Luca Paciolli dikenal sebagai bapak akuntansi modern, menerangkan mengenai double entry book keeping, closing entries, trial balance, ledger, dan dasar – dasar akuntansi lainnya. Penyebaran Islam mendorong penggunaan angka arab ke berbagai wilayah yang sangat berkontribusi dalam akuntansi. Bangsa arab dikenal sebagai bangsa dengan tingkat perdagangan yang maju. Dengan tingkat perkembangan perdagangan yang sedemikian pesat tentunya kemungkinan besar pelaku ekonomi muslim akan mengembangkan suatu teknik pencatatan terkait kegiatan ekonomi mereka, misalnya untuk keperluan perhitungan zakat. Sehingga pada masa pemimpinan Nabi Muhammad SAW, sudah didirikan Baitul Maal. C. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH Zaman Awal Perkembangan Islam Negara Islam di Madinah (622 M atau 1 H) : Seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan secara bersama-sama dan gotong royong di kalangan muslimin. Muhammad Rasulullah SAW bertindak sebagi kepala Negara Tradisi bangsa Arab yaitu melakukan perjalanan perdagangan selama 2 kali, pada musim dingin ke Yaman dan musim panas ke Asy-syam hingga Eropa. Perkembangan selanjutnya mulai terbentuk kewajiban zakat dan Ushr (Pajak Pertanian dari Muslim), dan perluasan wilayah yang dikenal dengan Jizyah (Pajak perlindungan dari Non Muslim) dan Kharaj (Pajak hasil pertanian dari Non Muslim). Pada Awal abad ke-7 Rasul mendirikan Baitul Maal untuk mengatur sistem keuangan pada zaman tersebut. Konsep Baitul Maal adalah memisahkan penerimaan yang dikumpulkan dengan pemimpin negara dan dikelurakan untuk kepentingan negara. Zaman Empat Khalifah Abu Bakar: Penerimaan dan pengeluaran seimbang, hampir tidak pernah ada sisa - Umar Bin Khattab: Perubahan yang signifikan dilakukan salah satunya adalah adanya Diwan yang merupakan tempat pekerja duduk untuk mencatat perhitungan akuntansi dan disimpan, fungsinya untuk mengurusi pembayaran gaji. Struktur Diwan terdiri dari 14 departemen dan 17 kelompok. - Fungsi Akuntansi yang paling terkenal adalah yang ditunjukkan oleh Al-Kateb yang fungsinya orang yang bertanggungjawab untuk menuliskan dan mencatat informasi baik keuangan maupun non keuangan. Akuntan yang secara khusus dikenal dengan Muhasabah/Muhtasib. - Muhtasib adalah orang yang bertanggung jawab atas lembaga Al-Hisba dan pengawasan pasar tidak hanya menyangkut masalah ibadah serta bertugas menjelaskan berbagai tindakan yang tidak pantas dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan. - Tiga kewajiban Muhtasib menurut Akram Khan adalah : a. Pelaksanaan Hak Allah termasuk kegiatan ibadah : sholat dan pemeliharaan Masjid b. Pelaksanaan Hak masyarakat: perilaku di pasar, kebenaran timbangan, kejujuran bisnis c. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan, lampu jalan, bangunan yang mengganggu masyarakat dsb. - Beberapa departemen dalam Diwan antara lain : Diwan pengeluaran (Diwan An- Nafaqat), militer (Diwan Al Jayash), pengawasan, pemungutan hasil dsb. Diwan pengawasan keuangan (Diwan Al-Kharaj). - Khitabat al Rasul Was Sirr : pemelihara pencatatan rahasia - Shahib Al Shurta : untuk menjamin dilaksanakannya hukum. - Sistem administrasi baitul Maal baik di tingkat pusat dan lokal telah berjalan baik, sehingga terjadi surplus yang hasilnya dibagikan secara proporsional sesuai tuntunan Rasulullah. D. SEKILAS PROSEDUR DAN ISTILAH YANG DIGUNAKAN Ada 7 hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan negara Islam (Al- Khawarizmy dan Al-Mazendarany dalam (Zaid, 2004) : 1. Sistem akuntansi kebutuhan hidup, sistem ini di bawah koordinasi seorang manajer. 2. Sistem akuntansi konstruksi merupakan sistem proyek pembangunan pemerintah. 3. Sistem akuntansi pertanian merupakan sistem yang berbasis non-monetor. 4. Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang negara. 5. Sistem akuntansi mata uang, dimana memberikan hak kepada pengelolanya untuk mengubah emas & perak menjadi koin sekaligus mendistribusikannya. 6. Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem yang mencatat seluruh ternak. 7. Sistem akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran harian negara baik nilai uang atau barang. Prosedur dalam sistem akuntansi Islam (Zaid, 2004) Transaksi dicatat setelah terjadi, lalu dikelompokan berdasarkan jenisnya. Penerimaan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran di sebelah kiri serta sumber penerimaan dijelaskan. Pembayaran harus dicatat dan dijelaskan. Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati-hati, diberikan jarak penulisan dan diberi garis penutup. Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dihapus atau ditulis ulang , jika melakukan kesalahan maka harus diganti. Jika akun telah ditutup maka akan diberi tanda. Seluruh transaksi yang dicatat dibuku jurnal (Al Jaridah) dipindahkan pada buku khusus berdasarkan pengelompokan transaksi. Orang yang melakukan pencatatan pengelompokan berbeda dengan yang melakukan pencatatan harian. Saldo (Al Hassel) diperoleh dari selisih. Laporan harus disusun setiap bulan dan tahun, detail dan memuat informasi penting. Pada akhir tahun laporan yang disampaikan Al Kateb harus menjelaskan dengan detail barang dan dana yang dibawah wewenangnya dan akan diperiksa serta dibandingkan dengan tahun sebelumnya lalu disimpan di Diwan Pusat. Berbagai istilah terkait prosedur di atas: 1. Al Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi, Al jaridah perlu dicap dengan stempel sultan. Jaridah Al-Kharaj a. Jaridah Annafakat b. Jaridah Al-Maal c. Jaridah Al-Musadereen 2. Daftar Al Yaumiah (Buku Harian/ Ruzmanah (bahasa persia), digunakan untuk dasar pembuatan jurnal voucher. Jurnal voucher merupakan tanggung jawab al kateb disetujui pimpinan diwan dan menteri. a. Daftar Attawjihat: untuk mencatat anggaran pembelanjaan baik berupa Mukarriyah (operasional) dan Itlakiyah (anggaran untuk pos diskresi dari raja) b. Daftar Attahwilat: untuk mencatat keluar masuknya dana antar wilayah dan pusat pemerintahan. 3. Al Khawarizmy membagi beberapa jenis daftar : Kaman al-kharadj merupakan dasar-dasar survei, Al-Awardj menunjukan daftar utang individu dan cicilan, Al-Ruzmamadj daftar pembayaran dan pemeriaan setiap hari, Al-Khatma merupakan laporan dan pendapatan per bulan, Al-Khatma Al-Djami’a merupakan laporan tahunan, Al-Ta’ridj merupakan tambahan catatan untuk menunjukan kategori secara keseluruhan, Al-Arida merupakan 3 kolom jurnal yang totalnya dikolom ke 3, Al-Bara’a merupakan penerimaan dari pembayar pajak, Al- Muwafaka wal-djama’a merupakan akuntansi yang komprehensif yang disajikan oleh amil. 4. Beberapa jenis laporan keuangan a. Al Khitmah, merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan dan menunjukan total penerimaan dan pengeluaran b. Al Khitmah Al Jameeah merupakan laporan yang disiapkan oleh Al Khateb secara tahunan dan diberikan kepada atasannya (Al Mawafaka) c. Bentuk perhitungan dan laporan zakat, dikelompokan dalam laporan keuangan yang dibagi: 1) Al-Raj Minal Mal (dapat tertagih) 2) Al-Munakasir Minal Mal (Piutang tidak dapat tertagih) 3) Al Muta’adhir Wal Mutahayyer wa Muta’akkid (piutang yang sulit dan piutang yang bermasalah) Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Islam Perkembangan ilmu akuntansi (Islam) telah ada sejak zaman dinasti Abbasiah (750 – 1258 M). Sedangkan perkembangan akuntansi modern, baru berkembang sekitar 1202 M. Saat itu, Luca Paciolli telah mengadopsi tata cara pencatatan yang dilakukan oleh ilmuwan Arab. Namun, dalam pelaksanaannya ia melakukan double entry dalam pencatatannya. Menurutnya, dalam setiap transaksi harus dicatat dua kali di sisi sebelah kredit kemudian di sebelah debit. Persamaan antar akuntansi modern dengan akuntansi Islam terdapat pada beberapa hal berikut, yaitu: 1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan berupa prinsip unit ekonomi 2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu (tahun pembukuan) 3. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang 4. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan biaya 5. Prinsip kontinuitas (istimariah) dengan kesinambungan perusahaan 6. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan. Selain itu, terdapat eberapa perbedaan, diantaranya: 1. Cara menentukan nilai untuk melindungi modal pokok 2. Modal dalam konsep akuntansi modern, terbagi dalam dua bagian, yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal lancar (aktiva lancar). Sedangkan dalam konsep akuntansi Islam, barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang dan harta berupa barang (stock), yang seanjutnya dibagi lagi menjadi barang milik dan barang dagang. 3. Dalam konsep Islam, mata uang berupa emas, perak dan barang lain yang sama kedudukannya bukan tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga. 4. Dalam konsep modern terdapat pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan dan mengesampingkan laba yang bersifat mungkin. Sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko. 5. Terdapat penerapan laba universal dalam konsep konvensional, mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi. Sedangkan konsep Islam, dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba dari aktivitas kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari transaksi. 6. Konsep modern mengatakan bahwa laba hanya terjadi saat adanya jual-beli. Sedangkan konsep Islam, memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.