Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I .

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
struktur jaringan secara detail dengan menggunakan mikroskop pada sediaan
jaringan. Histologi dapat juga disebut ilmu anatomi mikroskopis. Histologi sangat
berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh baik manusia, hewan
dan tumbuhan. Untuk menanggapi suatu rangsangan , ada satu jaringan khusus yang
selalu berkaitan erat dengan hal tersebut, dimana jaringan ini sering kita kenal
dengan jaringan saraf. Jaringan saraf adalah jaringan yang paling rumit dalam tubuh
makhluk hidup. Kerumitan ini berasal dari kemampuan sel-sel saraf (neuron) untuk
berkomunikasi satu sama lain dan dengan jenis sel-sel lain (sel-sel otot, sel-sel
kelenjar) (Kimbal, 1989).
Sebelum tubuh manusia berurusan dengan dunia luar melalui fungsi
motoriknya, terlebih dahulu harus berhubungan dengan fungsi sensoriknya. Dan
diketahui pula bahwa setiap gerakan adalah reaksi terhadap rangsangan sensorik, itu
semua dapat terjadi karna adanya saraf saraf pada tubuh makhluk hidup. Informasi
dunia luar diterima tubuh oleh reseptor. Permukaan luar tubuh dibentuk oleh kulit
dan permukaan dalam tubuh dibentuk oleh mukosa. Reseptor yang berada dikulit
disebut eksoreseptor sedangkan reseptor yang berada di mukosa disebut
enteroreseptor. Selain itu kelompok reseptor lain yang terdapat di otak dan jaringan
ikat dikenal dengan propioreseptor. Hal ini membuktikan bahwa setiap makhluk
hidup memiliki kemampuan untuk menanggapi rangsangan. Jaringan saraf adalah
jaringan yang paling rumit dalam tubuh makhluk hidup. Kerumitan ini berasal dari
kemampuan sel-sel saraf (neuron) untuk berkomunikasi satu sama lain dan dengan
jenis sel-sel lain (sel-sel otot, sel-sel kelenjar). Semua sel yang membentuk satu
kesatuan kelompok itu berada dalam komunikasi satu sama lain melalui sinyal
elektris dan pesan kimiawi yang membantu memlihara kesatuan kelompok sel itu
sebagai keseluruhan. (Bevelander, 1988).
Sel-sel pensekresi dapat dibagi secara umum dalam dua kategori yaitu
mereka yang malepas produk-produk mereka ke dalam suatu saluran yang
berhubungan dengan suatu rongga tubuh atau rongga organ (seperti kelenjar) dan

1
mereka yang melepas produk-produk mereka langsung ke dalam cairan tubuh,
melalui kapiler-kapiler atau limfatika. Kelenjar yang sekresinya diangkut melalui
saluran disebut kelenjar eksokrin sedangkang kelenjar yang sekeresinya tidak
diangkut melalui saluran dikenal dengan kelenjar endokrin (Dellmann, 1992).
Organ endokrin tidak memiliki alat penyalur, dimana parenkim menghasilkan
sekertnya, disebut hormon, yang disekresikan ke dalam ruang antarsel atau ruang
jaringan perivaskuler yang selanjutnya mencapai sistem sirkulasi. Hormon yang
bersirkulasi mengatur fungsi sel-sel secara umum atau mengatur jaringan atau organ
tertentu, dikenal sebagai organ sasaran. Kelenjar endokrin bersama dengan sistem
saraf ikut memilhara kondisi fisiologik yang mantap disebut homeostasis. Fungsinya
erat terkait, terkoordinasi dan kadang-kadang terintegrasi seperti pada sistem
hipotalamus-hipofise (Dellmann, 1992).
Sistem saraf bekerja dengan perantara impuls elektrik dan neurotransmitor
yang berfungsi menghantar impuls antar saraf. Sistem Endokrin bekerja dengan
perantara suatu senyawa kimia yang dikenal dengan hormon. Senyawa ini akan
membawa pesan dengan fungsi tertentu melalui aliran darah menuju ke suatu
jaringan atau organ. Sistem endokrin bekerja lebih lambat dibanding dengan sistem
saraf, dimana proses produksi, sekresi, transport dan eliminasi hormone dalam darah
akan membutuhkan waktu lebih panjang. Hal ini berbeda dengan sistem saraf, yang
perambatan dan pengiriman sinyal terjadi dengan sangat cepat. (Kimball, 1989).
Untuk lebih mengetahui dan memahami hal-hal sehubungan dengan jaringan
saraf dan endokrin, maka dilakukanlah praktikum dengan penggunaan suatu alat
yaitu mikroskop. Agar lebih mempermudah mahasiswa mengetahui dengan tidak
hanya mempelajari buku pegangan saja. Hal-hal tersebutlah yang melatarbelakangi
di adakannya praktikum ini. Agar kita dapat melihat secara langsung bagian-bagian
histologi dari jaringan ini. Selain itu kita juga dapat membandingkan secara langsung
melalui mikroskop perbedaan dari jaringan yang satu dengan jaringan yang lainnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi saraf dan endokrin ini adalah agar
praktikan mampu memahami dan menjelaskan tentang histologi saraf dan endokrin.
dan terutama pada vertebrata.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan -
perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi
rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu reseptor,
adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai
reseptor adalah organ indra, penghantar impuls yang dilakukan oleh saraf itu sendiri.
Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung
terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar (Agarwall, 1975).
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada
tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi
penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang. Otak
manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak.
Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas - ruas tulang belakang.
Otak dan sumsum tulang belakang sama - sama dilindungi oleh suatu membran yang
melindungi keduanya. Membran pelindung tersebut dinamakan meninges. Meninges
dari dalam keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter, arachnoid, dan durameter.
Piameter merupakan lapisan membran yang paling dalam. Lapisan ini berhubungan
langsung dengan otak atau sumsum tulang belakang. Pada piameter banyak
terkandung pembuluh darah. Arachnoid merupakan lapisan yang berada di antara
piameter dan durameter. Adapun durameter adalah lapisan membran yang paling
luar. Durameter berhubungan langsung dengan tulang. Pada daerah di antara
piameter dan arachnoid, terdapat rongga yang berisi cairan serebrospinal. Cairan ini
berfungsi melindungi otak atau sumsum tulang belakang dari goncangan dan
benturan. Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum
tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan
serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela - sela ruas tulang belakang.

3
Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke
hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf
sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf
pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sistem
saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (Bevelander, 1988).
Sistem saraf periferel mengumpulkan informasi dari permukaan tubuh, organ
khusus, dan dari isi perut, dan menghantarkan sinyal-sinyal sistem saraf sentral. Ia
juga mengandung saluran keluar yang membawa suatu arus sinyal ke organ-organ
efektor dalam tubuh, yang beraksi terhadap peruahan-perubahan dalam lingkungan
dalam dan luar. Antara sinyal-sinyal yang masuk dan perintah-perintah yang keluar
terdapat sekumpulan jaringan jaringn saraf yang terlibat dalam membandingkan
bahan-bahan masukan, dalam pengolahan, dan dalam melakukan keputusan.
Kumpulan saraf ini disebut sistem saraf sentral dan untuk sebagian besar terletak
dalam jaringan saraf tulang punggung, batang, otak, dan kulit serebal (Agarwall,
1975).
Menurut Saktiono (1989), badan sel yaitu bagian sel saraf yang mengandung
inti, maka kadang-kadang bagian ini disebut pula sebagai perikaryon. Bentuk dan
ukuran dari badan sel ini dapat beraneka ragam tergantung fungsi dan letaknya. Inti
sel biasanya terletak sentral, walaupun kadang-kadang dapat juga terletak eksentrik.
Biasanya berbentuk bulat dan berukuran besar serta didalamnya terdapat butir
khromatin yang halus dan tersebar.
Menurut Dellmann (1992), sel- sel pensekresi dapat di bagi secara kasar
dalam dua kategori mereka yang melepas produk-produk mereka ke dalam suatu
saluran yang berhubungan dengan suatu rongga organ dan mereka yang melepas
produk-produk mereka langsung ke dalam cairan tubuh, melalui kapiler-kapiller.
Kelenjar yang sekresinya di angkut melalui saluran, disebut kelenjar eksokrin dan
kelenjar yang tanpa saluran disebut kelenjar endokrin. Organ - organ yang termasuk
dalam kelenjar eksokrin antara lain adalah kelenjar keringat (glandula sudorifera),
kelenjar minyak (glandula sebasea), kelenjar ASI (glandula mammae) dan pankreas
(sel asinar). Sedangkan Organ - organ yang termasuk ke dalam kelenjar endokrin
antara lain, hipotalamus glandula tyroid, glandula suprarenalis, pulau Langerhans
dan testis

4
Pada sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem saraf yaitu mengontrol
dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
membangun homeostasis tubuh. Sebenarnya fungsi kedua sistem ini satu sama lain
saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Karakrteristik khusus ini adalah jika pada sistem endokrin umumnya bekerja melalui
hormon sedangkan pada sistem saraf umumnya bekerja melalui neurotransmitter
yang dihasilkan dari ujung-ujung saraf. Secara umum, karakteristik dari sistem
endokrin ini antara lain terdapat sel-sel penghasil hormon (Kimball, 1989).
Sel endokrin yang merupakan kelenjar terpisah. Sel endokrin dapat dibedakan
dari kelenjar endokrin bersel satu karena kenyataannya bahwa kutub sekresi mereka
tertuju langsung ke arah alas kapiler di bawah suatu epitel dan tidak ke arah lumen
suatu organ yang di lapisi oleh epitel itu. Organ endokrin tidak memiliki alat
penyalur, dimana parenkim menghasilkan sekretnya, disebut hormon yang di
sekresikan Fungsi utama sistem endokrin di laksanakan oleh kelompok sel yang
merupakan bagian dari bukan endokrin. Misalnya yang tersebar pada sel-sel epitel
usus adalah sel sel yang melakukan sintesis peptide. Kelenjar endokrin dibedakan
menjadi 3 yaitu berdasarkan berbentuk organ kelenjar endokrin ( kelenjar hipofise,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar epifise dan kelenjar suprarenal).
Berdasarkan terdapat dalam organ atau sistem lain (pulau langerhans, progesterone,
estrogen, gastrin, sekretin, eritropoetin). Berdasarkan neuroendokrin (pars neuralis
hipofise dan hipotalamus. Kelenjar hipofisa berfungsi menghasilkan sejumlah
hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi semua organ endokrin yang
dikenal dengan Master of glands. (Fishelson, 1972).
Kelenjar tiroid mengandung sel folikular dan sel parafolikular. Sel Folikular
(sel prinsipal) berfungsi untuk sekresi T3 dan T4. Ciri kelenjar aktif dari kelompok
sel folikular adalah folikel kecil, disekelilingnya terdapat sel epitel kubus/silindris.
Jika kebutuhan tiroid meningkat, peudopodia akan melebar ke folikel untuk
menyerap koloid. Sedangkan kelenjar pasifnya memiliki folikel besar dengan epitel
kubus rendah dan koloidnya banyak. Sel parafolikular (clear cell, C cell) mensekresi
hormon kalsitonin. Ukuran sel ini 2-3 kali lebih besar dari sel folikular (Bevelander,
1988).

5
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Pelaksanaan praktikum struktur hewan histologi sistem saraf dan endokrin Selasa,
tanggal 15 September 2018 pukul 13.30 bertempatkan di Laboratorium Teaching II,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, mikroskop cahaya dan
kamera. Bahan yang digunakan pada praktikum adalah tujuh macam preparat
permanen sistem saraf dan endokrin yaitu preparat permanen cerebrum, parietal,
hipofisa, pineal, tyroid dan paratyroid, pankreas, dan mandibular.

3.3 Cara Kerja


Mikroskop diambil kemudian dihidupkan. Preparat diambil dan diletakan diatas
mikroskop. Meja dan lensa objektif mikroskop diatur sedemikian rupa hingga
mendapatkan histologi penyusun sistem respirasi dan sirkulasi. Setelah selesai
mengamati, difoto dan diganti preparat yang lain hingga preparat terakhir. Jika sudah
selesai, matikan mikroskop dan letakan dengan rapi.

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Histologi Cerebrum


a

Gambar 1. Cerebrum. Hasil praktikum Gambar 1. Cerebrum.


(400x) (sumber : doc. Kelompok 1A) Sumber: academia edu

Keterangan gambar : a.Pia metter; b.Grey metter; c.White metter, d. Sel molekukular

Pada praktikum sistem saraf dan endokrin didapatkan histologi cerebrum. Pada
cerebrum didapatkan bagian-bagian diantaranya pia mater, gray mater, dan white
mater. Masih banyak lagi bagian dari ren. Hal ini sesuai dengan literatur Dellmann
(1992) mengatakan bahwa, pia mater adalah lapisan paling luar atau paling tepi dari
cerebrum. Gray mater merupakan bagian yang letaknya agak kedalam dan memiliki
warna abu-abu, pada gambar bisa dilihat dimana letak daripada gray mater itu sendiri
sedangkan untuk warna dari gray mater yang dihasilkan dari praktikum ini kurang
terlihat jelas berwarna abu-abunya seperti apa yang telah disebutkan pada literatur.
Bagian white mater ini terletak lebih dalam dari gray mater dan mempunyai warna
putih seperti yang bisa dilihat pada gambar, tetapi secara literatur telah disebutkan
warna dari masing-masing bagian ini baik pia mater, gray mater dan white mater.
Menurut Dellmann (1992), cerebrum atau yang lebih dikenal dengan otak
besar. Pada cerebrum ini terdapat sel-sel pyramid dan sel stellata, dimana sel stellata
ini terletak diantara sel-sel pyramid. Selain itu, cerebrum memiliki dua substansia
yaitu substansia alba dan substansia grisea. Substansia alba terdapat pada bagian
medulla dan berisi serabut-serabut saraf sedangkan substansia grisea terletak pada
bagian korteks dan terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan molecular ( terdiri dari sedikit
sel-sel granuler), lapisan sel-sel pyramid ( mengalami perubahan ukuran dan semakin
membesar menuju medulla) dan yang terakhirnya adalah lapisan multiformis, dimana
lapisan ini terdiri dari neuron dengan berbagai bentuk.

7
4.2 Histologi Parietal

Gambar 2 Histologi Lobus parietal A). Hasil pegamatan perbesaran 10x10, B)


www.google.id

Pada praktikum histologi sistem saraf dan endokrin didapatkan bagian-bagian


penyusun parietal. Parietal terdiri dari pia mater, gray mater, meninges, sulcus, dan
white mater. Hal ini sesuai dengan literatur Bevelander (1988) menyatakan bahwa,
lobus parietal termasuk di dalamnya cerebrum, maka bagian parietal sama dengan
cerebrum yaitu white mater, gray mater, piamater, gyrus, dan meninges. Bagian
terpenting dari lobus parietal adalah gyrus.
Lobus parietal merupakan bagian dari cerebral korteks yang terletak dibawah
tulang tengkorak parietal. Dalam lobus parietal terdiri atas beberapa bagian penting,
yaitu postcentral gyrus, superior parietal lobule, parietal operculum, supramarginal
gyrus, dan angular gyrus. Hanya saja untuk angular dan supramarginal gyrus sering
disebut sebagai inferior parietal lobe. Lobus parietal dapat dibagi menjadi dua zona
fungsi, yaitu zona anterior yang terdiri dari postcentral gyrus dan parietal
operculum, dan zona posterior yang terdiri dari superior parietal lobule dan inferior
parietal lobe. Zona anterior dikenal sebagai somatosensory cortex, dan zona
posterior dikenal sebagai posterior parietal cortex. Lobus parietal, terutama dalam
inferior parietal memiliki peranan yang besar terhadap evolusi manusia. Lobus
parietal memiliki dua fungsi, baik dari sisi anterior dan posterior, yaitu fungsi yang
pertama adalah untuk sensasi somatik dan persepsi, fungsi yang kedua adalah
masukan dari somatik dan daerah visual serta dari daerah indra lainnya, kebanyakan
untuk mengendalikan pergerakan (Bevelander, 1988).

8
4.3 Histologi Hipofisa
a

Gambar 3. Histologi hipofisis hasil Gambar 3. Histologi hipofisis


praktikum 40x (sumber : doc. Kelompok (Yasmi, 2013)
1A)
Keterangan gambar : (a). Pars distalis, (b) cleft , (c) pars nervosa, (d) intermediet

Pada praktikum histologi saraf dan endokrin pada bagian hipofisa didapatkan
beberapa bagian penyusun hipofisa. Hipofisa disusun oleh pars distalis, pars
intermedia dan pars nervosa. Hal ini sesuai dengan literatur Mescher (1979)
mengatakan bahwa, hipofisis sebenarnya terdiri atas dua kelenjar neurohipofisis
posterior dan adenohipofisis anterior yang secara anatomis menyatu tetapi memiliki
fungsi yang berbeda. Neurohipofisis tetap memiliki gambaran jaringan sistem saraf
pusat yang menjadi asal perkembangannya dan terdiri atas bagian yang besar, pars
nervosa dan infundibulum yang lebih kecil dengan tangkai yang melekat pada
hipotalamus di eminentia mediana. Adenohipofisis, yang berkembang dari ektoderm
oral, memiliki tiga bagian yaitu pars distalis yang besar (atau lobus anterior) yaitu
pars tuberalis yang mengelilingi infundibulum dan pars intermedia yang tipis.
Kelenjar ini dikenal sebagai master gland meskipun belakangan diketahui
bahwa kelenjar ini bekerja di bawah pengaruh hipotalamus. Hipotalamus pula yang
menghubungkan antara sistem saraf dan endokrin. Keduanya terhubung melalui
struktur seperti tangkai yaitu infundibulum dan membentuk sistem portal
hipotalamo-hipofisis. Hipofisa anterior terdiri atas pars distalis, pars intermedia,
dan pars tuberalis. Hipofisa posterior terbentuk dari invaginasi ektoderm neural saat
embrio. Terdiri atas infindibulum dan pars nervosa. Hipofisis anterior berasal dari
kantong Rathke, dan hipofisis posterior berasal dari penonjolan hipotalamus. Kedua
bagian tersebut mensekresikan hormon yang bebeda. (Dellmann, 1992)

9
4.4 Histologi Pineal

Gambar 4. Histologi pineal.


Gambar 4. Histologi pineal hasil Sumber : Academia edu
praktikum (40x). (sumber : doc.
Kelompok 1A)

Keterangan gambar : a. Corpora aranasea (brain sand) , b.blood vessel,


c.pinealocytes
Pada praktikum histologi sistem saraf dan endokrin didapatkan jaringan penyusun
pineal. Pada pineal terdapat brain sand, kapilaris, pembuluh darah, dan pia mater.
Hal ini sesuai dengan literatur Mescher (1979) mengatakan bahwa, yang menyatakan
kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia mater, dari pia mater ini terjulur
septa yang mengandung pembuluh darah kecil (blood vessel), dan membagi
berbagai kelompok sel sekretoris berupa lobulus. Pada kelenjar pineal juga terdapat
brain sand. Sel sekretoris yang mencolok dan berjumlah banyak adalah pinealosit,
yang memiliki sitoplasma dengan sedikit basofilik serta nukleus dan nukleolus
eukromatik besar.
Kelenjar pineal, dikenal juga sebagai epiphysis cerebri atau badan pineal,
mengatur irama harian aktivitas fubuh. Kelenjar ini merupakan organ berbentuk
kerucut yang sangat kecil di otak dengan panjang sekitar 5-8 mm dan 3-5 mm di
bagian terlebarnya, dan berbobot sekitar 150 mg. Kelenjar pineal berkembang
bersama otak dari neuroektoderm di atap diensefalon dan ditemukan di bagian
posterior ventrikel ketiga, yang melekat pada otak oleh suatu tangkai pendek. Tubuh
kelenjar pineal pada manusia terdiri atas lobular parenkim dari pinealocytes
dikelilingi oleh ruangan jaringan pengikat. Permukaan kelenjar itu ditutupi oleh
sebuah kapsul pial. Kelenjar pineal terdiri utamanya dari pinealocytes, tetapi empat
tipe sel telah teridentifikasi. Karena Kelenjar pineal merupakan agak seluler .
(Mescher, 1979).

10
4.5 Histologi Tiroid dan Paratiroid

1
a

d c
b
2

Gambar 5. Histologi tiroid dan Gambar 5. Histologi tiroid dan


paratiroid. Hasil praktikum (400x) paratiroid
(sumber : doc. Kelompok 1A) Sumber: academia edu

Keterangan gambar : 1.tiroid, 2. Paratiroid, (a) colloid,(b)parafollicular cell, (c)


capsul (d) Follicular sel
Pada praktikum histologi sistem saraf dan endokrin didapatkan bagian-bagian
penyusun tiroid dan paratiroid. Tiroid dan paratiroid terdiri dari cuboidal epitelum,
sel follicular, koloid, capsul, sel parafollicular, dan jaringan lemak. Hal ini sesuai
dengan literatur Mescher (1979) menyatakan bahwa, yang menyatakan kelenjar
tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, sel folikel memiliki bentuk yang bervariasi,
sel parafolikel atau sel C juga terdapat dalam lamina basal epitel folikel. Pada
kelenjar paratyroid terdapat chief sel dan sel oksifil, chief sel dan sel oksifil tidak
teramati dalam gambar diatas dikarenakan tidak adanya perbesaran yang lebih jelas.
Kelenjar tiroid mengandung sel folikular dan sel parafolikular Pada masa
embrionik awal tyroid berkembang dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal
lidah. Fungsinya adalah membuat hormon tyroid yaitu tiroksin (tetraiodolironin atau
T) dan triiodotironin yang penting untuk pertumbuhan diferensiasi sel, dan untuk
pengaturan laju metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di seluruh tubuh.
Hormon tyroid memengaruhi metabolisme protein, lipid, dan karbohidrat. Kelenjar
paratyroid terdiri dari sel parenkim mengandung chief cell/principal cell dan Oxyphil
Cell. Setiap kelenjar paratyroid terdapat dalam simpai yang menjulurkan septa ke
dalam kelenjar, tempat septa tersebut berbaur dengan serat retikular yang menyangga
kelompok sel sekretoris yang berderet memanjang. Seiring pertambahan usia, banyak
sel sekretoris digantikan oleh adiposit, yang dapat membentuk lebih dari 50%
kelenjar pada orang berusia tua (Mescher, 1979).

11
4.6 Histologi Pankreas

A B
Gambar 6. Histologi pancreas, A) Hasil pengamatan perbesaran 10x10, B) sumber:
www.google.id
Pada praktikum histologi saraf dan endokrin pada bagian pankreas didapatkan
bagian-bagiannya. Pada pankreas terdapat sel alpha, sel beta, dan sel delta. Hal ini
sesuai dengan literatur Mescher (1979) diluar pulau Langerhans terdapat sel asinar
yang mengelilingi pulau Langerhans. Pulau Langerhans pada pankreas terdiri dari sel
α terutama menyekresi glukagon dan biasanya berada dekat bagian tepi pulau, sel β
menghasilkan insulin berada sentral di pulau dan merupakan tipe se1 terbanyak, sel δ
yang menyekresi somatostatin, tersebar dan lebih sedikit. Tetapi pada gambar tidak
ditemukan sel δ, hal ini terjadi karena kurangnya perbesaran pada objek.
Pada pulau langerhans terdapat sel alfa dan sel beta. Dimana sel alfa
memeiliki warna lebih pudar dari sel beta. Sel beta berwarna lebih gelap daripada sel
alfa. Pulau Langerhans merupakan klenjar endokrin sedangkan kelenjar eksokrin
pada pankreas terletak diluar pulau Langerhans yaitu sel asinar dan nukleusnya.
Pulau-pulau pankreas (pulau Langerhans) merupakan massa sferis padat jaringan
endokrin yang terbenam dalam jaringan eksokrin asinar pankreas. Sebagian besar
pulau berdiameter 100-200 pm dan mengandung beberapa ratus sel, tetapi sebagian
lagi lebih kecil dengan sedikit sel. Terdapat lebih dari 1 juta pulau dalam pankreas
manusia, dengan jumlah pulau terbanyak di bagian ekor pankreas, tetapi pulau di
bagian tersebut hanya membentuk 1-2% volume organ. Suatu simpai serat retikular
yang sangat tipis mengelilingi setiap pulau, dan memisahkannya dari jaringan asinar
yang berdekatan. Pulau pankreas memiliki asal embrionik yang sama seperti jaringan
asinar pankreas yaitu massa sel pada pertumbuhan keluar epitel dari lapisan usus
(endoderm) di dekat duktus koledokus (Mescher (1979)

12
4.7 Histologi Mandibular

c
d

Gambar 7. Histologi mandibular Gambar 7. Histologi mandibular


hasil praktikum (100x). (sumber : Sumber: academia edu
doc. Kelompok 1A)

Keterangan gambar : (a) ductus,(b) mukosa, (c) blood vesel, (d) serosa

Pada praktikum histologi saraf dan endokrin pada bagian mandibular didapatkan
bagian-bagiannya. Mandibular terdiri dari pembuluh darah, mucos acini, dan seros
acini. Hal ini sesuai dengan literatur Mescher (1979) menurutnya kelenjar mandibula
adalah kelenjar tubuloasinar bercabang dengan bagian sekresi yang mengandung sel-
sel mukosa dan serosa. Pada kelenjar mandibula juga terdapat striated duktus dan sel
asinar.
Sel-sel serosa adalah komponen utama kelenjar mandibula dan mudah
dibedakan dari sel mukosa oleh intinya yang bulat dan sitoplasmanya yang basofilik.
Sebagian besar unit sekretorik di kelenjar ini berupa asinar setosa dengan sekitar
10% bagian terdiri atas tubulus mukosa yang dilapisi dengan tudung sel serosa.
Tudung semacam itu disebut demilun serosa. Lipatan membran basal dan lateral di
sel serosa menambah luas permukaan pengangkut-ion dan mempermudah transpor
elektroiit dan air. Selain a-amilase dan protein yang kaya prolin se1 serosa kelenjar
mandibular menyekresikan enzim lain termasuk lisozim, yang menghidrolisis
sejumlah besar tipe dinding bakteri (Mescher, 1979).

13
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah
1. Pada histologi cerebrum terdapat bagian seperti pia mater, gray mater, dan white
mater;
2. Pada histologi parietal bagian dari cerebrum terdapat bagian-bagian seperti pia
mater, gray mater, dan white mater;
3. Pada histologi hipofisa terdapat bagian-bagian seperti pars distalis, pars
intermedia dan pars nervosa;
4. Pada histologi pineal terdapat bagian-bagian seperti brain sand, kapilaris,
pembuluh darah, dan pia mater;
5. Pada histologi tiroid dan paratiroid terdapat bagian-bagian seperti cuboidal
epitelum, koloid follicle, koloid, dan jaringan lemak;
6. Pada histologi pankreas terdapat bagian-bagian seperti sel alpha, sel beta, dan sel
delta;
7. Pada hitologi mandibular terdapat bagian-bagian seperti pembuluh darah, sel
mukosa, dan sel serosa.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan
preparat permanen. Serius dan konsentrasi saat praktikum, jangan ceroboh saat
melihat mikroskop dan mengamatinya. Selalu bersihkan alat-alat selesai praktikum.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal. 1975. Histologi. Banaras Hindu University. India.


Bevelander, G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Erlangga. Jakarta
Dellmann, D. 1992. Histologi Veteriner. Universitas Indonesia. Jakarta
Erwin, Rahman. 2009. Fisiologi manusia. : Universitas Indonesia Timur. Makassar
Fishelson,L.1972.Histologi dan Ultrastruktur. Pustaka Tama.Yogyakarta.
Junqueira. 1995. Edisi 8. Histologi Dasar. Utara : Buku Kedokteran. Jakarta
Kimball, J. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta
Mescher, A. L. 1979. Histologi Dasar Junqueira : Teks & Atlas Ed 12. EGC. Indiana.
Roesli. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif. Pustaka Benda. Jakarta
Saktiono. 1989. Biologi. Erlangga. Jakarta

15

Вам также может понравиться