Вы находитесь на странице: 1из 62

1.

Berbagai kekuasaan Negara


Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau organisasi untuk
mempengaruhi orang lain secara indvidu atau secara kelompok untuk
mengikuti apa yang diinginkan atau diperintahkan. Karena negara
merupakan organisasi maka negara mempunyai kekuasaan atau
kekuasaan negara. Kekuasaan negara identik dengan pemerintah dan
lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di dalamnya. Kekuasaan negara
identik dengan para pemangku jabatan yang berada di lembaga negara.
Macam-macam kekuasaan negara di setiap bangsa yang merdeka
berbeda-beda. Mereka mempunyai ciri khas tersendiri sesuai dengan yang
dianutnya. Namun, secara umum kekuasaan negara tersebut ada tiga
macam, seperti yang pernah disampaikan oleh John Locke dan
Montesque. Sesuai dengan kutipan Astim Riyanto dalam bukunya yang
berjudul Negara Kesatuan : Konsep, Asas, dan Aplikasinya (2006).
Pengertian Macam-Macam Kekuasaan Negara
John Locke dan Montesque sama-sama membagai macam-macam
kekuasaan negara menjadi tiga. Namun, kedua tokoh
mengelompokkannya secara berbeda. Menurun John Locke kekuasaan
negara dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan legislative adalah kekuasaan yang membuat undang-undang
dalam satu negara. Biasanya kekuasaan ini terletak pada parlemen dalam
negara atau lembaga lain yang menyerap aspirasi masyarakatnya dalam
negara demokrasi.
2. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang bertugas melaksanakan
undang-undang, mengawasi, dan mengadilinya jika terjadi pelanggaran.
Kekuasaan ini dalam suatu negara terletak pada kepala pemerintahan,
kepala negara, dan lembaga peradilan negara. Beberapa negara
menyatukan ketiganya menjadi satu, sebagai kepala pemerintahan.
3. Kekuasaan Federatif
Kekuasaan federative adalah kekuaasaan negara yang melaksanakan atau
berhubungan dengan luar negeri. Jika disebutkan sebagai lembaga
pemerintahan, termasuk dalam hal ini adalah kedutaan dan atase negara.
Termasuk di dalamnya kementerian luar negeri suatu negara. Namun,
pelaksanaannya menjadi rancu karena ketiganya berada di bawah kepala
negara dan atau kepala pemerintahan.
Montesquieu membagi macam-macam kekuasaan negara menjadi lebih
sempurna atau menyempurnakan yang dikemukakan John Locke. Macam-
macam kekuasaan negara menurut Montesquieu adalah :

1. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan yang membuat dan membentuk undang-undang, baik
dilakukan lembaga tersendiri maupun bersama lembaga kekuasaan
dalam pemerintahan.
2. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan untuk menjalankan dan melaksanakan undang-undang dan
biasanya kekuasaan ini yang memegang penuh kekuasaan
pemerintahan di dalam dan hubungannya dengan luar negeri.

Macam-Macam Kekuasaan Negara di Indonesia


Indonesia termasuk negara yang ciri-cirinya termasuk dalam pengertian
demokrasi. Dapat disebutkan pula bahwa negara Indonesia menganut
sistem pembagian kekuasaan yang dikemukakan oleh Montesqueiu atau
Trias Politica. Namun pelaksanannya tidak persis sama. Karena ini prinsip-
prinsip demokrasi di Indonesia juga berbeda degan negara lain, yaitu
Demokrasi Pancasila. Macam-macam kekuasaan negara di Indonesia
diatur oleh UUD 1945 sebagai sumber dari segala sumber hukum. Dan
setelah konstitusi sendiri pelaksanaannya mengalami beberapa
perubahan, termasuk dalam pemerintahan orde lama dan orde baru, maka
kini diatur dalam UUD 1945 hasil amandemen yang dilakukan terakhir
tahun 2004. Kekuasaan negara di Indonesia dibagi menjadi 2, kekuasaan
horizontal dan kekuasaan vertical.

 Kekuasaan Horizontal

Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian kekuasaan


yang sesuai dengan hukum Trias Politica, yaitu pembagian kekuasaan
secara terpisah dan mandiri. Pembagian kekuasaan horizontal ini berupa
lembaga-lembaga negara. Di mana tiap lembaga negara mempunyai
hubungan kerja sama dengan lembaga lain, namun kedudukannya sama.
Berdasarkan UUD 1945, kekuasaan Indonesia dibagi menjadi 3 lembaga
yaitu eksekutif, legislative, dan yudikatif. Dan sampai masa
pemerintahan landasan orde baru masih berlaku demikian. Walaupun
tidak sama persis dengan apa yang disebutkan oleh Montequeieu. Karena
pada masa itu, kedudukan MPR dibandingkan lembaga lain lebih tinggi dan
berkuasa penuh atas nama rakyat. Selanjutnya sejak diberlakukan
amandemen UUD 1945 pada tahun 2004, pembagian kekuasaan di
Indonesia sedikit berubah. Secara rinci dapat dikatakan menjadi 6
kekuasaan horizontal yang berbeda. Keenam lembaga atau kekuasaan
dapat dikatakan mempunyai kedudukan yang hampir sama atau sejajar.

1. Kekuasaan Legislatif

Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, kekuasaan legislatif adalah


kekuasaan untuk membuat dan menyusun undang-undang. Di mana
undang-undang ini berfungsi menjalankan secara terperinci mengenai
semua aturan dasar yang disebutkan dalam UUD 1945. Kekuasaan
legislatif di Indonesia dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR,
yang keanggotaannya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum
setelah diajukan oleh partai peserta pemilu. Tugas dan wewenang
DPR disebutkan dengan jelas dalam pasal 20 ayat 1 UUD 1945. Tugas
dan wewenangnya, antara lain :

 Membentuk dan menetapkan atau mensahkan UU yang telah dibahas


bersama dengan eksekutif / Presiden untuk disetujui bersama
 Menerima dan membahas usulan Rancangan undang-Undang uang
diajuakan oleh DPD atau lembaga dan organsasi lain
 Menetapkan APBN bersama Presiden dengan mempertimbangkan dan
memperhatikan usulan dari DPD sebagai perwakilan daerah.
 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan
kebijakan pemerintah lain agar dapat ditindaklanjuti jika terjadi
pelanggaran.
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang anggotanya
juga telah disetujui DPR, atas pertanggungjawaban keuangan lembaga
negara
 Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan anggota
Komisi Yudisial, begitu pula dengan pemberhentiannya dan Hakim Agung
sebagai Ketua Komisi Yudisial. Hakim Agung kemudian diangkat oleh
Presiden.
 Memberikan petimbangan kepada Pesiden untuk mengangkat duta dan
konsul dari negara lain dan menerima duta dan konsul dari negara lain.
 Memberi persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang,
membuat perdamaian, dan membuat perjanjian degan negara lain.
 Memberi pertimbangan kepada Presiden tentang amnesti dan abolisi.
 Sebagai wakil rakyat di lembaga negara yang menyerap aspirasi

Di tingkat provinsi dan kabupaten, terdapat DPRD I dan DPRD II yang


tugas dan wewenangnya hampir sama dengan DPR tingkat Pusat.

2. Kekuasaaan Konstitutif

Kekuasaan konstitutif adalah kekuasaan yang memegang fungsi


,mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. Majelis
Permusyawaratan Rakyat di Indonesia memegang kekuasaan tersebut
berdasarkan pasal 3 ayat 1 UUD 1945. Anggota MPR ini terdiri dari
seluruh anggota DPR dan DPD. MPR hanya ada di tingkat pusat. Contoh
kekuasaan konstitutif MPR berkaitan dengan tugas dan fungsi MPR, antara
lain :

 Mengubah dan menetapkan UUD


 Melantik Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih dari hari pemilihan
umum secara langsung
 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden berhenti dari
jabatannya karena wafat atau hal lain.
 Memilih presiden dan Wakil Presiden baru sekaligus melantiknya apabila
Presiden dan Wakil Presiden secara bersamaan berhenti sebelum selesai
masa tugasnya karena beberapa sebab

3. Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang memegang peranan


menjalankan pemerintahan. Kekuasaan ini menjalankan dan
melaksanakan Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif di Indonesia
dipegang oleh Presiden sesuai yang tertera pada pasal 4 ayat 1 UUD
1945. Contoh kekuasaan eksekutif presiden berdasarkan tugas dan
wewenang Presiden, antara lain :

 Memegang kekuasaan tertinggi pemerintahan, Angkatan Laut, Angkatan


Darat, dan Angkatan udara.
 Mengajukan Rancangan Undang-Undang dan bersama DPR menyetujui
RUU menjadi UU dan mengesahkannya.
 Menetapkan Peraturan Pemerintah
 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri sebagai bagian dari
orang atau lembaga yang membantu tugas Presiden dan Wakil Presiden
sehari-hari.
 Menyatakan perang dan perdamaian dengan negara lain, di mana
termasuk di dalamnya adalah membuat perjanjian internasional dengan
negara lain.
 Mengangkat dan menerima duta dan konsul untuk dan dari negara lain
dengan mempertimbangkan segala usulan DPR.
 Menyatakan keadaan darurat bahaya terjadi di negara Indonesia
 Memberikan grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan mahkamah Agung
dan memberikan amnesti dan abolisi degan pertimbangan dari DPR.
 Memberikan gelar, tanda jasa, atau tanda kehormatan kepada siapa saja
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR, menetapkan Hakim
Agung dari calon yang diusulkan Komisi Yudisial dan disetujui DPR, dan
menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR,
dan Mahkamah Agung.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan
persetujaun DPR

Selain yang ditetapkan di atas, Presiden bagi Bangsa Indonesia adalah


simbol resmi negara di dunia yang berfungsi sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan.

4. Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan


, sehingga berwenang sebagai kekuasaan kehakiman. Kekuasaan ini
menegakkan hukum dan keadilan. Mengadili semua pelanggaran terhadap
konstitusi dan semua peraturan perundang-undangan yang berada di
bawahnya. Kekuasaan kehakiman di Indonesia diatur dalam Pasal 24 ayat
2 UUD 1945. Sebuah kekuasaan yang meliputi Mahkamah Agung,
Mahkamah konstitusi, dan Komisi Yudisial , beserta semua peradilan yang
ada di bawahnya. Tugas lembaga yudikatif mahkamah Agung, antara lain :

 Mengadili tingkat kasasi dan menguji perundang-undangan di bawah


Undang-Undang .
 Mengajukan 3 orang sebagai anggota Hakim Konstitusi
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden ketika akan mengajukan grasi
dan rehabilitasi
Fungsi Mahkamah Konstutusi dalam lembaga pemerintahan Indonesia
terkait perbedaan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, antara lain
:

 Mengadili tingkat pertama dan kasasi di mana putusannya bersifat akhir


dan final untuk menguji Undang-Undang terhadap UUD.
 Memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga negara yang
kewenangannya ada dalam konstitusi UUD 1945.
 Memutuskan tentang pembubaran partai politik jika sudah tidak sesuai
dengan ketentuan UUD 1945
 Memutuskan sengketa atau perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
 Memberi keputusan tentang pendapat DPR mengenai pelanggaran
Presiden dan Wakil Presiden terhadap UUD 1945.

Sementara tugas Komisi Yudisial yang juga merupakan bagian dari


kekuasaan yudikatif adalah sebagai berikut :

 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung menjadi anggota Mahkamah


Agung
 Menjaga dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat dan
perilaku hakim, yang berarti kekuasaan ini mengawasi perilaku hakim agar
tetap jujur dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

5. Kekuasaan Eksaminatif / Inspektif

Kekuasaan eksaminatif atau inspektif adalah sebuah kekuasaan yang


dapat memeriksa penyelenggaraan dan pengelolaan atas segala sesuatu
yang berhubungan dengan keuangan negara. Lembaga yang mempunyai
fungsi dan wewenang di sini adalah Badan Pemeriksa Keuangan atau
BPK.
Tugas wewenang lembaga eksaminatif BPK, antara lain :

 Meminta dan meneliti pertanggungjawaban keuangan negara dari


lembaga-lembaga negara dan orang-orang yang terkait di dalamnya
 Mengusahakan keseragaman dalam tata cara pemeriksaan, pengawasan,
dan pertanggungjawaban keuangan negara.
 Mengandalkan dan menetapkan tuntunan tentang kebendahaaraan
lembaga negara dan tuntunan ganti rugi di dalamnya
 Melakukan penelitian dan pemeriksaan atas pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan bidang keuangan.
6. Kekuasaan Moneter

Sepintas kekuasaan moneter sama dengan kekuasaan yang dipegang oleh


BPK. Namun kekuasaan moneter ini sangat jauh berbeda dengan tugas
dan wewenang BPK. Kekuasaan moneter adalah kekuasaan yang
mengatur dan menjaga kelancaran perputaran uang di Indonesia. Dan
yang terpenting dari kekuasaan ini adalah kekuasaan untuk menjaga
kestabilan nilai rupiah di pasar nasional dan internasional. Kekuasaan ini
dipegang oleh Bank Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pasal 23
UUD 1945 hasil amandemen.
Peran dan fungsi Bank Indonesia atau BI dalam kekuasaan moneter yang
diatur dalam UUD 1945, antara lain :

 Menetapkan dan melaksanakan semua kebijakan moneter di Indonesia


dengan cara menetapkan sasaran moneter, melakukan kegiatan
pengendalian moneter, dan menggunakan instrument kebijakan moneter.
 Melancarkan sistem pembayaran dan transaksi secara nasional dan
internasional dengan menetapkan penggunaan alat pembayaran dan
mengatur dan menetapkan sistem pembayaran yang digunakan.
 Mengawasi bank secara nasional, sehingga BI dapat bertindak
memberikan dan mencabut ijin operasional lembaga keuangan seperti
bank, menetapkan peraturan di bidang perbankan, dan memberikan
hukuman kepada pelanggaran perundangan, dan memberi jaminan
konsumen di bank dengan adanya dana likuidasi.

Macam-macam kekuasaan negara secara horizontal di atas dalam tugas


dan wewenangnya saling terpisah dan madiri. Artinya, tidak saling
mencampradukkan dalam keputusannya. Jika pelaksanan yang demikian
tercapai, maka pembangunan secara ideal dapat lebih cepat tercapai.

 Kekuasaan Vertikal

Kekuasaan negara secara vertikal berarti kekuasaan yang berjenjang dari


atas ke bawah, di mana di tingkat atas mempunyai kekuasaan lebih tinggi
daripada di bawahnya. Dalam pemerintahan di Indonesia, hal tersebut
dilaksanakan antara hubungan pemerintahan pusat dan pemerintah
daerah. Pelaksanaannya, sesuai dengan yang tertulis di UUD 1945 bahwa
Indonesia adalah negara kesatuan, maka menggunakan prinsip-prinsip
otonomi daerah. Otonomi daerah yang menggabungkan beberapa asas
otonomi daerah sekaligus, yaitu sentralisasi, desentralisasi, dan
dekonsentrasi. Pengertian daerah otonom yang menjadi bagian dari
pelaksanaan otonomi daerah adalah penerima pelimpahan wewenang
yang diberikan dari pengertian pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Artinya pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai
tugas dan wewenang masing-masing.

1. Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat, identik dengan pemerintahan yang terletak di ibu


kota. Yang termasuk pemerintah pusat adalah semua lembaga
negara. Macam-macam kekuasaan negara yang telah disebutkan dalam
kekuasaan horizontal adalah pemerintah pusat. Namun, secara umum
yang dikenal dengan sebutan pemerintah pusat adalah kekuasaan legislatif
dan kekuasaan eksekutif.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat ini juga diatur dalam pasal 18
UUD 1945 dan UU Nomor 32 tahun 2004. Tugas tersebut, antara lain :

 Melakukan dan Mengatur Politik Luar Negeri Indonesia. Sesuai dengan


salah satu tujuan pembangunan nasional adalah ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia pada pokok pikiran pembukaan UUD 194, sudah banyak
kiprah Indonesia di luar negeri. Hal ini terkait dengan politik bebas aktif
yang diterapkan. Pengaturan dan penetapan seluruh kebijakan politik luar
negeri dilakukan oleh pemerintah pusat.
 Mengatur Bidang Pertahanan dan Kemanan Nasional. Indonesia adalah
negara dengan keberagaman terbesar di dunia. Ditambah dengan
wilayahnya yang sangat membentang luas dan jika diukur merupakan slah
satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Oleh karena itu,
tugas pemerintah pusat mengatur dan menjaga pertahanan dan keamanan
nsional. Pengaturan menjadi upaya menjaga keutuhan negara NKRI.
 Mengatur Jalannya Proses Kehakiman. Proses kehakiman oleh lembaga-
lembaga peradilan terletak pada pemerintah pusat. terkait dengan
kekuasaan negara yudikatif juga ada pada pemerintah pusat. Dengan
pengaturan, proses kehakiman di semua wilayah Indonesia adalah
sama. Semua warga negara dan rakyat Indonesia mempunyai posisi yang
sama di mata hukum.
 Mengatur Kebijakan Moneter. Kebijakan moneter atau keuangan dan fiskal
juga diatur oleh pemerintah pusat. Berkaitan erat dengan sistem
pembayaran, pengaturan bank, dan lain-lain yang seragam di semua
wilayah Indonesia tanpa terkecuali.
 Mengatur Agama di Indonesia
Indonesia mengakui 5 agama resmi dan satu kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Di tengah keberagaman yang ada, agama harus
diatur oleh pemerintah agar tidak memicu konflik. Contoh pengaturan
misalnya dengan kebebasan memilih agama dan beribadah sesuai agama
dan kepercayaannya masing-masing.

2. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah di Indonesia mempunyai hak otonomi daerah. Hak


yang bermakna kewenangan mengatur wilayahnya sendiri. Namun,
kekuasaan pemerintah daerah adalah vertikal. Artinya berada di bawah
pemerintah pusat. Kewenangannya juga tidak dapat membuat kebijakan
yang merupakan kewenangan pemerintah pusat. Kewenangan pemerintah
daerah, antara lain :

 Merencanakan dan Mengendalikan Pembangunan


Kewenangan ini diberikan agar pembangunan di berbagai wilayah
Indoensia sesuai dengan sumber daya dan potensi daerah masing-
masing. Dengan demikian, kesejahteraan akan lebih cepat tercapai.
 Merencanakan, Memanfaatkan, dan Mengawasi Infrastruktur Daerah dan
Ruangnya
Ini juga diberikan kewenangannya kepada daerah karena pemerintah
daerah adalah pemerintah yang terdekat. Pemerintah akan lebih tahu apa
kebutuhannya. Pemerintah daerah lebih mengetahui misalnya, seberapa
mendesak jalan antar kota dikerjakan. Termasuk dalam wewenang ini
adalah kewenangan dalam menjaga hutannya, dan menyediakan sarana
dan pra sarana umum.
 Menyelenggarakan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat
Penyelenggaraan ini dapat dicapai dengan adanya struktur organisasi desa
hingga sampai ke rukun tetangga. Penyelenggaraannya dapat berupa
swadaya masyarakat bersama pemerintah dan polisi. Contohnya
pelakasanaan siskamling.
 Menyelenggarakan dan memajukan Kesehatan dan Pendidikan
Wewenang di bidang kesehatan dan pendidikan juga menjadi milik
pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya memberikan kebijakan
secara global. Misalnya, pelaksanaan Ujian Nasional, penyelenggarannya
diberikan kepada dinas pendidikan masing-masing daerah. Ini juga terkait
dengan penyediaan sarana dan pra sarana umum seperti rumah sakit dan
sekolah.
 Menyelenggarakan Kegiatan Ekonomi
Pemerintah daerah mempunyai wewenang mengembangkan
sumberdaya. Ini juga berarti wewenang dalam pengembangan ekonomis
sesuai potensi daerah dan mengadakan koperasi untuk kesejahteraan
masyarakatnya.

Dalam pelaksanaannya tentu saja pemerintah berpedoman pada


pemerintah pusat dan berpegang teguh pada Pancasila sebagai
pandangan hidup Bangsa Indonesia.

3. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan untuk mengawasi dan mempertahankan undang-undang.
Kekuasaan ini termasuk di dalamnya adalah kekuasaan untuk mengadili
pelanggaran undang-undang. Pada pelaksanaannya lembaga peradilan
yang independen disebut sebagai lembaga yudikatif.

Perbedaan mendasar dari dua pendapat tersebut bukan hanya terletak


pada kekuasaan yudikatif dan kekuasaan federatif. Montesqueieu
meletakkan dasar pemisahan antara macam-macam kekuasaan,
sedangkan John Locke tidak. Sehingga pada macam-macam kekuasaan
menurut Montesqueieu tidak ada lembaga negara yang merangkap dua
fungsi atau berada di bawah yang lain. Ketiga macam kekuasaan negara
berdiri terpisah dengan tujuan yang sama. Montesqueieu menyebutnya
sebagai pembagian kekuasaan, yang kemudian dikenal dengan sebutan
Trias Politica. Model kekuasaan negara yang banyak dipakai di negara-
negara dunia. Trias politica ini diharapkan dapat memperkecil peluang
kekuasaan negara tidak terbataas dan kesewenangan atau
penyalahgunaan kekuasaan.
2. Kekuasaan eksekutif dalam UUD RI tahun 1945
Pembagian kekuasaan pemerintahan seperti didapat garis-garis
besarnya dalam susunan ketatanegaraan menurut Undang-Undang
Dasar 1945 adalah bersumber kepada susunan ketatanegaraan
Indonesia asliyang dipengaruhi besar oleh pikiran- pikiran falsafah
negara Inggris, Perancis, Arab, Amerika Serikat dan Rusia. Aliran
pikiran itu oleh Indonesia dan yang datang dari luar, diperhatikan
sungguh-sungguh dalam pengupasan ketatanegaraan ini, semata-mata
untuk menjelaskan pembagian kekuasaan pemerintahan menurut
konstitusi proklamasi. Ajaran Trias Politica diluar negeri pada hakikatnya
mendahulukan dasar pembagian kekuasaan dan pembagian atas tiga
cabang kekuasaan (Trias Politica) adalah hanya akibat dari pemikiran
ketatanegaraan untuk memberantas tindakan sewenang- wenang
pemerintah dan untuk menjamin kebebasan rakyat yang terperintah.
Ajaran Trias Politika dilahirkan oleh pemikir Inggris Jhon Locke dan oleh
pemikir Perancis de Montesquieu dijabarkan dalam bukunya “L’Espris
des Lois”, yang mengandung maksud bahwa kekuasaan masing-masing
alat perlengkapan negara atau lembaga negara yang menurut ajaran
tersebut adalah : a. Badan Legislatif, yaitu badan yang bertugas
membentuk undang-undang. b. Badan Eksekutif, yaitu badan yang
bertugas melaksanakan undang-undang. c. Badan Yudikatif, yaitu
badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan undang- undang,
memeriksa dan megadilinya.
3. 7. BAB III PEMBAHASAN 3.1. LEMBAGA EKSEKUTIF Eksekutif
berasal dari kata eksekusi (execution) yang berarti pelaksana.
Lembaga eksekutif adalah lembaga yang ditetapkan untuk menjadi
pelaksana dari peraturan perundang-undangan yang telah dibuat
oleh badan legislatif. Eksekutif dalam arti sempit merupakan
pelaksana pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan haluan
negarauntuk mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan
sebelumnya. Organisasinya adalah kabinet atau dewan menteri
dimana masing-masing menteri memimpin departemen dalam
melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Menurut
tafsiran tradisional azas Trias Politica yang dicetuskan oleh
Montesquieu, tugas badan eksekutif hanya melaksanakan kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan oleh badan legislatif serta
menyelenggarakan undang-undang yang dibuat oleh badan legislatif.
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya badan eksekutif leluasa sekali
ruang-geraknya. Zaman modern telah menimbulkan paradoks bahwa
lebih banyak undang-undang yang diterima oleh badan legislatif dan
yang harus dilaksanakan oleh badan eksekutif, lebih luas pula ruang
lingkup kekuasaan badan eskekutifnya. Dalam ketatanegaraan di
Indonesia, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, bahwa
kekuasaan eksekusif dilakukan oleh Presiden yang dibantu oleh
Wakil Presiden dalam menjalankan tugasnya. Setelah amandemen
presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR, dan kedudukan
antara presiden dan MPR adalah setara. Sebagai kepala negara
presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia, sebagai
kepala pemerintah presiden dibantu oleh para menteri dalam kabinet.
4. 8. Sedangkan kewajiban, wewenang, dan hak presiden ialah sebagai
berikut: 1. Memegang kekuasaan pemerintahaan menurut UUD. 2.
Memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, laut, dan udara.
3. Mengajukan rancangan UU kepada DPR, melakukan pembahasan
dan memberikan persetujuan atas RUU bersama DPR, serta
mengesahkan RUU menjadi UU. 4. Menetapkan peraturan
pemerintah. 5. Mengangkat dan memberhentikan menteri. 6.
Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.
7. Mengangkat duta dan konsul, serta menerima penempatan duta
negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR. 8. Memberi
grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi. 9. Memberi gelar, tanda jasa,
dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU. Kekuasaan
Eksekusif dimaknai sebagai kekuasaan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kemauan negara dan pelaksanaan UU. Dalam
negara demokrasi kemauan negara dinyatakan melalui undang-
undang. Tugas utama lembaga Eksekusif adalah menjalankan
undang-undang. Kekuasaan eksekusif mencakup beberapa bidang
sebagai berikut: 1. Diplomatik, yakni menyelenggarakan hubungan
diplomatik dengan negara-negara lain. 2. Administratif, yakni
melaksanakan UU serta peraturan-peratuiran lain, dan
menyelenggarakan administrasi negara. 3. Militer, yakni mengatur
angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang, 4. Yudikatif, yakni
memberi grasi, amnesti, dan sebagainya. 5. Legislatif, yakni
membuat rancangan UU yang diajukan kelembaga legislatif, dan
membuat peraturan. Presiden merupakan kepala eksekutif, namun
juga melaksanakan tugas legislatif bersama DPR, antara lain dalam
hal sebagai berikut : a. Membentuk undang-undang (Pasal 5 Ayat 1)
5. 9. b. Menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-
undang bila keadaan memaksa (Pasal 22) c. Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah untuk melaksanakan undang-
undang (Pasal 5 ayat 2). Dalam negara-negara demokratis terdapat
dua macam badan eksekutif yakni :  Sistem Parlementer dengan
parliamentary executive Dalam sistem ini terdapat ketergantungan
antara badan eksekutif dan badan legislatif. Karena hidup mati
kabinet atau menteri-menteri tergantung pada dukungan anggota
parlemen atau badan legislatif. Oleh karena itu, sistem ini disebut
dengan sistem parlementer. Contoh negara yang menganut sistem
ini adalh Inggris dan India.  Sistem Presidensial dengan fixed
executife atau non-parliamentary executife Dalam sistem ini,
kelangsungan hidup badan ekskutif tidak tergantung pada badan
legislatif, sehingga kadang-kadang kedudukan badan legislatif jauh
lebih kuat dibandingkan dengan badan eksekutif. Lagi pula menteri-
menteri yang duduk dalam badan eksekutif dipilih berdaarkan
kehendak presiden, sehingga menteri-menteri bisa diambilkan dari
orang-orang yang bukan cerminan parpol yang ada di badan
legislatif, atau dengan kata lain presiden dapat mengambil menteri-
menteri dari orang-orang yang punya keahlian dalam bidangnya.
Contoh dari penganut sistem ini adalah Amerika Serikat. Tipe
Lembaga eksekutif terbagi menjadi dua, yakni: 1. Hareditary Monarch
yakni pemerintahan yang kepala negaranya dipilih berdasarkan
keturunan. Contohnya adalah Inggris dengan dipilihnya kepala
negara dari keluarga kerajaan. 2. Elected Monarch adalah kepala
negara biasanya president yang dipilih oleh badan legislatif ataupun
lembaga pemilihan.
6. 10. Kekuasaan eksekutif dipengaruhi oleh: 1. Sistem pemerintahan a.
Presidensiil Hubungan di dalam sebuah trias politika tidak dapat
saling menjatuhkan. Contoh: Indonesia 2004- sekarang. b.
Parlementer Ada bagian di dalam sebuah trias politika yang dapat
menjatuhkan bagian lain, yaitu legislatif terhadap eksekutif riil.
Contoh: Indonesia pada era parlementer. c. Presidensiil semu
Eksekutif tidak dapat di jatuhkan oleh pengemban kekuasaan
legislatif. Namun ironisnya, ada lembaga tertinggi negara yang
notabene adalah bagian dari legislatif dan dapat menjatuhkan
eksekutif. Contoh: Indonesia pada masa Orde Baru. d. Parlementer
semu Eksekutif riil merupakan bagian dari legislatif karena ia dipilih
oleh legislatif (parlemen) dan konsekuensinya ia dapat dijatuhkan
parlemen. Namun, parlemen ternyata dapat juga dibubarkan oleh
eksekutif, tepatnya eksekutif nominal. Contoh: Perancis, dimana PM
dapat dipecat parlemen, dan parlemen dapat dibubarkan presiden
sekaligus mempercepat pemilu legislatif. 2. Jenis eksekutif a.
Eksekutif riil adalah bagian dari eksekutif yang menjalankan roda
pemerintahan. b. Eksekutif nominal adalah bagian dari eksekutif yang
menjalankan kekuasaan simbolik dan seremonial.
7. 11. 3. Fungsi dasar eksekutif a. Kepala negara. Tugas utama:
menjadi simbol negara dan memimpin kegiatan seremonial
kenegaraan. b. Kepala pemerintahan. Tugas utama: memimpin
kabinet (menjalankan pemerintahan). 4. Konsekuensi dari
implementasi prinsip kekuasaan yang mempengaruhi pola hubungan
dalam trias politika. a. Pemisahan kekuasaan. b. Pembagian
kekuasaan. c. Asas pemerintahan yang diaplikasikan eksekutif d.
Sentralisasi, desentralisasi, dekonsentrasi, medebewind. 3.3.
FUNGSI BADAN EKSEKUTIF Fungsi-fungsi kekuasaan eksekutif ini
garis besarnya adalah : Chief of state, Head of government, Party
chief, Commander in chief, Dispenser of appointments, dan Chief
legislators. 1. Eksekutif di era modern negara biasanya diduduki oleh
Presiden atau Perdana Menteri. Chief of State artinya kepala negara,
jadi seorang Presiden atau Perdana Menteri merupakan kepada
suatu negara, simbol suatu negara. Apapun tindakan seorang
Presiden atau Perdana Menteri, berarti tindakan dari negara yang
bersangkutan. Fungsi sebagai kepala negara ini misalnya dibuktikan
dengan memimpin upacara, peresmian suatu kegiatan, penerimaan
duta besar, penyelesaian konflik, dan sejenisnya. 2. Head of
Government, artinya adalah kepala pemerintahan. Presiden atau
Perdana Menteri yang melakukan kegiatan eksekutif sehari-hari.
Misalnya mengangkat menteri-menteri, menjalin perjanjian dengan
negara lain, terlibat dalam keanggotaan suatu lembaga internasional,
menandatangi surat hutang dan pembayarannya dari lembaga donor,
dan sejenisnya. Di dalam tiap negara, terkadang terjadi pemisahaan
8. 12. fungsi antara kepala negara dengan kepala pemerintahan. 3.
Party Chief berarti seorang kepala eksekutif sekaligus juga
merupakan kepala dari suatu partai yang menang pemilu. Fungsi
sebagai ketua partai ini lebih mengemuka di suatu negara yang
menganut sistem pemerintahan parlementer. Di dalam sistem
parlementer, kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri
yang berasal dari partai yang menang pemilu. 4. Commander in Chief
adalah fungsi mengepalai angkatan bersenjata. Presiden atau
perdana menteri adalah pimpinan tertinggi angkatan bersenjata.
Seorang presiden atau perdana menteri, meskipun tidak memiliki
latar belakang militer memiliki peran ini. Namun, terkadang terdapat
pergesekan dengan pihak militer jika yang menjadi presiden ataupun
perdana menteri adalah orang bukan kalangan militer. 5. Dispenser
of Appointment merupakan fungsi eksekutif untuk menandatangani
perjanjian dengan negara lain atau lembaga internasional. Dalam
fungsi ini, penandatangan dilakukan oleh presiden, menteri luar
negeri, ataupun anggota- anggota kabinet yang lain, yang diangkat
oleh presiden atau perdana menteri. 6. Chief Legislation, adalah
fungsi eksekutif untuk mempromosikan diterbitkannya suatu undang-
undang. Meskipun kekuasaan membuat undang-undang berada di
tangan DPR, tetapi di dalam sistem tata negara dimungkinkan
lembaga eksekutif mempromosikan diterbitkannya suatu undang-
undang oleh sebab tantangan riil dalam implementasi suatu undang-
undang banyak ditemui oleh pihak yang sehari- hari melaksanakan
undang-undang tersebut. Fungsi-fungsi eksekutif adalah sebagai
berikut : Eksekutif di era modern negara biasanya diduduki oleh
Presiden atau Perdana Menteri.Chief of State artinya kepala negara,
jadi seorang Presiden atau Perdana Menteri merupakan kepala suatu
negara, simbol suatu negara.Di Indonesia sendiri lembaga eksekutif
dipegang penuh oleh seorang presiden. Presiden adalah lembaga
negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu presiden
mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.Presiden
mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus
sebagai kepala negara.Sebelum
9. 13. adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden
dipilih oleh MPR, tetapi setelah amandemen UUD1945 presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan
umum. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima
tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali
masa jabatan. Presiden dan wakil presiden sebelum menjalankan
tugasnya bersumpah atau mengucapkan janji dan dilantik oleh ketua
MPR dalam sidang MPR.Setelah dilantik, presiden dan wakil
presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan program yang
telah ditetapkan sendiri.Dalam menjalankan pemerintahan, presiden
dan wakil presiden tidak boleh bertentangan dengan UUD
1945.Presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai
dengan tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden mempunyai
wewenang sebagai berikut: a. membuat perjanjian dengan negara
lain dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. b. mengangkat
duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara Indonesia di negara
sahabat. Duta bertugas di kedutaan besar yang ditempatkan di ibu
kota negara sahabat itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang
mewakili negara Indonesia di kota tertentu di bawah kedutaan besar
kita. c. menerima duta dari negara lain d. memberi gelar, tanda jasa
dan tanda kehormatan lainnya kepada warga negara Indonesia atau
warga negara asing yang telah berjasa mengharumkan nama baik
Indonesia. Sebagai seorang kepala pemerintahan, presiden
mempunyai kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan
pemerintahan negara Indonesia. Wewenang, hak dan kewajiban
Presiden sebagai kepala pemerintahan, diantaranya:
10. 14. a. memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-
Undang Dasar b. berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang
(RUU) kepada DPR c. menetapkan peraturan pemerintah d.
memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala
Undang- Undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta
berbakti kepada Nusa dan Bangsa e. memberi grasi dan rehabilitasi
dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Grasi
adalah pengampunan yang diberikan oleh kepala negara kepada
orang yang dijatuhi hukuman. Sedangkan rehabilitasi adalah
pemulihan nama baik atau kehormatan seseorang yang telah dituduh
secara tidak sah atau dilanggar kehormatannya. f. memberi amnesti
dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Amnesti
adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang diberikan
oleh negara kepada tahanan-tahanan, terutama tahanan
politik.Sedangkan abolisi adalah pembatalan tuntutan pidana. Selain
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, seorang presiden
juga merupakan panglima tertinggi angkatan perang. Dalam
kedudukannya seperti ini, presiden mempunyai wewenang sebagai
berikut: a. menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan DPR b. membuat perjanjian
internasional lainnya dengan persetujuan DPR c. menyatakan
keadaan bahaya.
11. 15. 3.3. PERKEMBANGAN KEKUASAAN EKSEKUTIF DI
INDONESIA Masa Orde Lama Orde lama adalah sebutan bagi orde
pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap tidak melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen yang ditandai
dengan diterapkannya Demokrasi Terpimpin di bawah kepemimpinan
Soekarno. Presiden Soekarno sebagai tokoh sentral orde lama
adalah Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, bahkan ia
bertindak sebagai pemimpin besar revolusi. Kekuasaan Eksekutif
Masa Demokrasi Kontitusional (1945-1959) Sistem parlementer yang
mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan dan
kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 ,dan1950,
ternyata kurang cocok untuk Indonesia meskipun dapat berjalan
secara memuaskan dalam beberapa negara Asia lain. Persatuan
yang dapat digalang untuk salalu menghadapi musuh bersama
menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan
konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai.Karena lemahnya benih-
benih demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk
dominasi partai-partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-
Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer di
mana badan eksekutif yang terdiri atas presiden sebagai kepala
negara konstitusional dan mentri-mentrinya mempunyai tanggung
jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politik setiap kabinet
berdasarkan koalisi yang berkisar pada pada satu atau dua partai
besar dengan beberapa partai kecil. Koalisi ternyata kurang mantap
dan partai-partai dalam koalisi sewaktu-waktu tidak segan menarik
dukungannya. Di lain phak partai oposisi, tidak mampu berperan
sebagai oposisi yang kontruktif, tetapi hanya menonjolkan segi-segi
negatif dari tugas oposisi. Umumnya kabinet dalam masa pra pemilu
yang diadakan pada tahun 1955 tidak dapat bertahan lebih lama dari
rata-rata delapan bulan, dan hal ini menghambat perkembangan
ekonomi dan politik oleh karena pemerintah tidak mendapat
kesempatan untuk menjalankan
12. 16. programnya. Pun pemilu tahun 1955 tidak membawa
stabilitas yang diharapakan, bahkan tidak dapat menghindarkan
perpecahan yang paling gawat antara pemerintah pusat dan
beberapa daerah. Faktor-faktor semacam ini, ditambah dengan tidak
adanya anggota-anggota partai- partai yang tidak tergabung dalam
konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar negara
untuk Undang-undang Dasar baru, mendorong Ir. Soekarno untuk
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan
berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menjadi
awal dari masa demokrasi terpimpin yang menggantikan masa
demokrasi kontitusional. Kekuasaan Eksekutif Masa Demokrasi
Terpimpin (1959-1965) Dengan dalih deadlock dan oleh sebab itu
kembali ke UUD 1945 yang yang dianggap satu-satunya jalan keluar,
maka kepemimpinan soekarno sebagai kepala negara tidak terbatas,
apalagi MPRS tidak berfungsi, kecuali dalam melegalisasi "kebijakan"
yang diambil presiden, bahkan telah mengangkat Soekarno sebagai
presiden seumur hidup, sedangkan DPR produk Pemilu I dibubarkan
melalui Dekrit presiden 5 Juli 1959. Dekrit presiden 5 Juli 1959 dapat
dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari
kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat.
Mulai Juni 1959 UUD 1945, berlaku kembali dan menurut ketentuan
UUD 1945 itu badan eksekutif terdiri atas seorang presiden,wakil
presiden beserta mentri-mentri. Kekuasaan eksekutif diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Bab III pasal 4 samapai dengan 15.
Mentri-mentri membantu presiden dan diangkat serta dihentikan
olehnya.Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR dan presiden
merupakan “Mandataris” MPR.Ia bertanggung jawab kepada MPR
dan kedudukannya untergeordnet kepada MPR. Presiden memegang
kekuasaan pemerintah selama lima tahun yang hanya dibatasi oleh
peraturan-peraturan dalam UUD 1945 dimana sesuatu hal diperlukan
adanya suatu undang-
13. 17. undang. Selama masa itu presiden tidak boleh dijatuhkan
oleh DPR, sebaliknya presiden tidak mempunyai wewenang untuk
membubarkan DPR. Presiden memerlukan persetujuan dari DPR
untuk membentuk Undang-Undang dan utuk menyatakan perang,
membuat perdamaian, dan perjanjian-perjanjian dengan negara lain.
Dalam keadaan memaksa presiden menetapakan Peraturan
Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang, maka peraturan
pemerintah itu harus mendapat persetujauan DPR. Selain itu
presiden berwenang menetapakan Peraturan Pemerintah untuk
menalankan Undang-Undang sebagaiman mestinya dan presiden
memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkata darat, angaktan
laut, dan udara. Pada masa demokrasi terpimpin terjadi dominasi dari
presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya
pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur
sosial politik.Dalam masa demokrasi terpimpin tidak ada wakil
presiden.Sesuai dengan keinginannya untuk memperkuat
kedudukannya oleh MPRS ditetapkan sebagai presiden seumur
hidup.Begitu pula dengan pejabat teras dari Legislatif (yaitu pimpinan
MPRS dan DPR Gotong Royong) dan dari badan Yudikatif (yaitu
ketua Mahkamah Agung) diberi status mentri.Dengan demikian
jumlah mentri lebih dari seratus. Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong yang mengganti Dewan Perwakilan Rakyat pilihan rakyat
ditonjolkan peranannya sebagai pembantu pemerintah, sedangkan
fungsi kontrol ditiadakan.Bahkan pemimpin DPR dijadikan mentri dan
dengan demikian ditekankan fungsi pembantu presiden, di samping
fungsi sebagai wakil rakyat.Hal terakhir ini mencerminkan telah
ditinggalkannya doktrin Trias Politika. Penyimpangan lain dalam
demokrasi terpimpin adalah campur tangan presiden dalamm bidang
Yudikatif seperti presiden diberi wewenang untuk melakukan
intervensi di bidang yudikatif berdasarkan UUD No.19 tahun 1964
yang jelas bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan di
bidang Legislatif berdasarkan Peraturan Presiden No.14 tahun 1960
dalam hal anggota DPR tidak mencapai mufakat mengenai suatu hal
atau sesuatu rancangan Undang- Undang.
14. 18. Selain itu terjadi penyelewengan di bidang perundang-
undangan di mana pelbagai tindakan pemerintah dilaksanakan
melalui Penetapan Presiden (Panpres) yang memakai Dekrit 5 Juli
1959 sebagai sumber hukum. Tambahan pula didirikan badan-badan
ektra kontitusional seperti front nasional yang ternyata dipakai oleh
pihak komunis sebagai arena kegiatan, sesuai denga taktik
komunisme internasional yang menggariskan pembentukan front
nasional sebagai persiapan ke arah terbentuknya demokrasi rakyat.
Partai politik dan pers dianggap menyimpang dari rel revolusi ditutup,
tidak dibenarkan, dan ditutup, sedangkan politik mercusuar di bidang
hubungan luar negeri dan ekonomi dalam negeri telah menyebabkan
keadaan ekonomi menjadi bertambah suram.Pada masa orde lama
terjadi persaingan antara Angkatan Darat, Presiden, dan
PKI.Persaingan ini mencapai klimaks dengan meletusnya perisiwa
Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan oleh PKI.Ketika itu
bangsa Indonesia didominasi oleh partai komunis yang sangat kuat.
Awal Orde Baru Peristiwa Gerakan 30 September PKI mengakhiri
masa Demorasi Tepimpin yang dengan demikian masa orde lama
pun berakhir.Malalui ketetapan MPRS No.II tahun 1667, jabatan
Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan negara dicabut
dari tangan Bung Karno.Dengan ketetapan MPRS No.XXXXIV tahun
1968, Jendral Soeharto dipilih MPRS sebagai presiden.Dengan
demikian, masa orde lama berganti dengan masa orde baru dengan
Soeharto sebagai aktor utamanya.
15. 19. 3.4. KLASIFIKASI PASAL UUD 1945 YANG MEMUAT
TENTANG BADAN EKSEKUTIF a. Pasal tentang Presiden sebagai
pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD dan dibantu oleh
Wakil Presiden. Pasal 4 (1) Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang- Undang Dasar. (2)
Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang
Wakil Presiden. b. Pasal tentang syarat menjadi calon Presiden dan
Wakil Presiden. Pasal 6 (1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden
harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak
pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya
sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara
rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai Presiden dan Wakil Presiden.***) (2) Syarat-syarat untuk
menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.*** c. Pasal tentang Presiden dan Wakil Presiden
yang dipilih melalui Pemilu. Pasal 22E (2) Pemilihan umum
diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan PerwakilanRakyat,
Dewan PerwakilanDaerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.*** ) d. Pasal tentang tata cara
pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Pasal 6A (1)
Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat. ***)
16. 20. (2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan
umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.***) (3) Pasangan
calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih
dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum
dengan sedikitnya dua puluh persen suara disetiap provinsi yang
tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik
menjadi Presiden dan Wakil Presiden.***) (4) Dalam hal tidak ada
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan
calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan
yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden
dan Wakil Presiden.****) (5) Tata cara pelaksanaan pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-
undang.***) e. Pasal tentang kewajiban Presiden dan Wakil Presiden
bersumpah dan berjanji sebelum memangku jabatannya. Pasal 9 (1)
Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden
bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh
di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai berikut : Sumpah Presiden (Wakil Presiden) : “Demi
Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-
baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar
dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.” Janji
Presiden (Wakil Presiden) : “Saya berjanji dengan sungguh-sungguh
akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
17. 21. Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan
sebaik – baiknya dan seadil – adilnya, memegang teguh Undang-
Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan
peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa
dan Bangsa”.*) (2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau
Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, Presiden
dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan
sungguh-sungsguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan
Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.*) f.
Pasal tentang ketentuan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
Pasal 7 Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama
lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.*) g. Pasal tentang jabatan
Presiden dan/ atau Wakil Presiden jika tidak dapat melakukan
tugasnya misalnya jika mangkat, berhenti, dan diberhentikan. Pasal 8
(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh
Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.*** ) (2) Dalam hal
terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu
enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua
calon yang diusulkan oleh Presiden.*** ) (3) Jika Presiden dan Wakil
Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan, pelaksanaan tugas Kepresidenan adalah Menteri Luar
Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara
bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu,
Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon
Presiden dan wakil Presiden yang diusulkan oleh partai
18. 22. politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon
Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir
masa jabatannya.****) h. Pasal tentang pemberhentian Presiden dan/
Wakil Presiden. Pasal 7A Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti
telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***) Pasal 7B (1)
Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan
permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***) (2) Pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah
dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan
Rakyat.***) (3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat
kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan
dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan
Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat.***)
19. 23. (4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan
memutus dengan seadil-adilnya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat
tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan
Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.***) (5)
Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat.*** ) (6) Majelis Permusyawaratan Rakyat
wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan
Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak
Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. ***) (7)
Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil
dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah
Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat.***) i. Pasal tentang hak Presiden dalam mengajukan RUU
dan menetapkan peraturan pemerintahan. Pasal 5 (1) Presiden
berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.*) (2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah
untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.
20. 24. j. Pasal tentang ketidakwenangan Presiden dalam
membekukan dan/atau membubarkan DPR Pasal 7C Presiden tidak
dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan
Rakyat.*** ) k. Pasal tentang kekuasaan Presidensebagai
pemeganag kekuasaan tertinggi AD, AL, dan AU. Pasal 10 Presiden
memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut dan Angkatan Udara. l. Pasal tentang wewenang Presiden
dalam menyatakan perang, membuat perdamaian, membuat
perjanjian internasional dengan meminta persetujuan DPR. Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain.****) (2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara,
dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-
undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.***) m.
Pasal tentang wewenang Presiden dalam menyatakan keadaan
bahaya. Pasal 12 Presiden menyatakan keadaan bahaya.Syarat-
syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-
undang.
21. 25. n. Pasal tentang wewenang Presiden dalam mengangkat
duta dan konsul, serta menerima penempatan duta negara dengan
memperhatikan pertimbangan DPR. Pasal 13 (1) Presiden
mengangkat duta dan konsul. (2) Dalam hal mengangkat duta,
Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*) o. Pasal
tentang wewenang Presiden dalammemberikan grasi, rehabilitasi,
amnesti, abolisi, gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan
yang diatur dengan undang-undang. Pasal 14 (1) Presiden memberi
grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah agung.*) (2) Presiden memberi amnesti dan abolisi
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*)
Pasal 15 Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan yang diatur dengan undang-undang.*) p. Pasal tentang
wewenang Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang
diatur dalam undang-undang. Pasal l6 Presiden membentuk suatu
dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam
undang-undang.****)
22. 26. q. Pasal tentang Presiden yang dibantu para menteri. Pasal
17 (1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. r. Pasal tentang
wewenang Presiden dalam mengangkat dan memberhentikan
menteri. Pasal 17 (2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden.*) (3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan.*) (4) Pembentukan, pengubahan, dan
pembubaran kementerian negara diatur dalam undang- undang.***)
s. Pasal tentang wewenangPresiden dalam mengajukan rancangan
UU kepada DPR, melakukan pembahasan dan pemberian
persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkannya. Pasal
20 (2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama.* ) (4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang
yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.* ) t.
Pasal tentang hak Presiden menetapkan peraturan pemerintahan
pengganti undang- undang jika terpaksa. Pasal 22 (1) Dalam hal
ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
23. 27. u. Pasal tentang wewenang Presiden dalam mengajukan
RUU APBN Pasal 23 (2) Rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. ***) (3) Apabila Dewan
Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan
dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang
lalu.***) v. Pasal tentang wewenang Presiden dalam meresmikan
anggota BPK. Pasal 23F (1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh
Presiden.***) w. Pasal tentang wewenang Presiden dalam menyetujui
dan menetapkan hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial
kepasa DPR Pasal 24A (3) Calon Hakim Agung diusulkan Komisi
Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan
persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden.*** ) x. Pasal tentang wewenang Presiden untuk
mengangkat dan memberhentikan anggota Yudisial dengan
persetujuan DPR Pasal 24 B (3) Anggota Yudisial diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.*** )
24. 28. y. Pasal tentang wewenang Presiden dalam mengajukan
tiga anggota hakim konstitusi dan menetapkan anggota hakim MK
Pasal 24C*** (3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang
anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang
diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga
orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.
***)
3. Pokok-pokok system pemerintahan Indonesia setelah
amandemen UUDRI tahun 1945
1. Tujuh kunci pokok sistem pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar 1945 sebelum amandemen:
1) Indonesia adalah negara berdasar atas hukum yang
dicantumkan dalam penjelasan.
2) Sistem konstitualisme, artinya dalam penyelengaraan
pemerintahan negara berdasarkan Undang Undang Dasar yang
mengatur mekanisme pembagian kekuasaan.

3) Kedaulatan berada di tangan rakyat yang sepenuhnya dilakukan


oleh MPR. Oleh karena itu MPR dan DPR yang memilih presiden.
4) Presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi dibawah
MPR, sehingga presiden adalah bertanggung jawab pada MPR.
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6) Menteri negara ialah pembantu presiden dan tidak bertanggung
jawab terhadap DPR. Jadi, presiden memiliki hak kewenangan mutlak
untuk mengangkat dan memberhentikan seorang menteri.
7) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Maksudnya, karena
kata tidak tak terbatas dikatakan terbatas tapi sebenarrnya tidak
terbatas dan dikatakan tidak terbatas, tetapi dibatasi oleh hukum dan
konstitusi.

Tujuh kunci pokok sistem pemerintahan menurut Undang-Undang


Dasar 1945 setelahamandemen:
1) Indonesia adalah negara hukum, yang dicantumkan dalam
batang tubuh pada pasal 1 ayat 3.
2) Sistem konstitualisme, artinya dalam penyelengaraan
pemerintahan negara berdasarkan Undang Undang Dasar yang
mengatur mekanisme pembagian kekuasaan.
3) Kedaulatan berada di tangan rakyat. Oleh karena itu, saat ini
pemilihan Presiden dilakuka langsung oleh rakyat.
4) Presiden adalah penyelenggara pemerintahan, bukan tertinggi
dan bukan dibawah MPR.
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6) Menteri negara ialah pembantu presiden dan tidak bertanggung
jawab terhadap DPR. Jadi, presiden memiliki hak kewenangan mutlak
untuk mengangkat dan memberhentikan seorang menteri.
7) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Maksudnya, karena
kata tidak tak terbatas dikatakan terbatas tapi sebenarrnya tidak
terbatas dan dikatakan tidak terbatas, tetapi dibatasi oleh hukum dan
konstitusi.

4. Kedudukan dan fungsi kementrian RI dan lembaga pemerintahan


non pemerintahan

1. Tugas Kementerian Negara Republik Indonesia


Dari uraian sebelumnya kalian tentunya sudah memahami bahwa
sistem pemerintahan yang dianut oleh negara kita adalah sistem
pemerintahan presidensial. Dalam sistem presidensial, kedudukan
presiden sangat kuat, karena ia merupakan kepala negara sekaligus
sebagai kepala pemerintahan. Dengan demikian, seorang Presiden
mempunyai kewenangan yang sangat banyak.

Tugas dan kewenangan presiden yang sangat banyak ini tidak


mungkin dikerjakan sendiri. Oleh karena itu, presiden memerlukan
orang lain untuk membantunya. Dalam melaksanakan tugasnya,
Presiden Republik Indonesia dibantu oleh seorang wakil presiden
yang dipilih bersamaan dengannya melalui pemilihan umum, serta
membentuk beberapa kementerian negara yang dipimpin oleh
menteri-menteri negara. Menteri-menteri negara ini dipilih dan
diangkat serta diberhentikan oleh presiden sesuai dengan
kewenangannya.
Keberadaan Kementerian Negara Republik Indonesia diatur secara
tegas dalam Pasal 17 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan:
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara
diatur dalam undang-undang.

Selain diatur oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,


keberadaan kementerian negara juga diatur dalam sebuah undang-
undang organik, yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara. Undang-undang
ini mengatur semua hal tentang kementerian negara, seperti
kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan organisasi, pembentukan,
pengubahan, penggabungan, pemisahan atau penggantian,
pembubaran/penghapusan kementerian, hubungan fungsional
kementerian dengan lembaga pemerintah non-kementerian dan
pemerintah daerah serta pengangkatan dan pemberhentian menteri.

Kementerian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas


menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan di bawah dan
bertanggung jawab kepada presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.
a. Penyelenggara perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
di bidangnya, pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan tugas di
bidangnya dan pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke
daerah.
b. Perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan di bidangnya,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya,
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
kementerian di daerah dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala
nasional.
c. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan
sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya dan
pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.

Pasal 17 ayat (3) UUD NRI tahun 1945 menyebutkan bahwa “setiap
menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.” Dengan
kata lain, setiap kementerian negara masing-masing mempunyai tugas
sendiri.

Adapun urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab


kementerian negara adalah sebagai berikut.
a. Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara
tegas disebutkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
meliputi urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan.
b. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan agama,
hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan,
kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri,
perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi,
transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan.
c. Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan
sinkronisasi program pemerintah, meliputi urusan perencanaan
pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara,
badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan
hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil
dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda,
olahraga, perumahan, dan pembangunan kawasan atau daerah
tertinggal.

2. Klasifikasi Kementerian Negara Republik Indonesia


Setelah membaca uraian di atas, tentu saja pemahaman kalian akan
kementerian negara yang ada di negara kita semakin bertambah. Nah,
supaya pemahaman kalian semakin bertambah, kalian harus
membaca kelanjutan dari materi di atas yang akan diuraikan pada
pokok bahasan ini.
Kalian tentunya sudah memahami bahwa setiap kementerian bertugas
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Dengan demikian,
jumlah kementerian negara dibentuk cukup banyak. Hal ini
dikarenakan urusan pemerintahan pun jumlahnya sangat banyak dan
beragam. Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2008 tentang Kementerian Negara secara tegas menyatakan
bahwa jumlah maksimal kementerian negara yang dapat dibentuk
adalah 34 kementerian negara.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


2015 tentang Organisasi Kementerian Negara. Kementerian Negara
Republik Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan urusan
pemerintahan yang ditanganinya.

a. Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang


nomenklatur/ nama kementeriannya secara tegas disebutkan dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai berikut.
1) Kementerian Dalam Negeri
2) Kementerian Luar Negeri
3) Kementerian Pertahanan

b. Kementerian yang mempunyai tugas penyelenggarakan urusan


tertentu dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara dengan upaya pencapaian
tujuan kementerian sebagai bagian dari tujuan pembangunan
nasional.

Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang


lingkupnya disebutkan dalam UUD Tahun 1945 adalah sebagai
berikut.
1) Kementerian Agama
2) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
3) Kementerian Keuangan
4) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
5) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
6) Kementerian Kesehatan
7) Kementerian Sosial
8) Kementerian Ketenagakerjaan
9) Kementerian Perindustrian
10) Kementerian Perdagangan
11) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
12) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
13) Kementerian Perhubungan
14) Kementerian Komunikasi dan Informatika
15) Kementerian Pertanian
16) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
17) Kementerian Kelautan dan Perikanan
18) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi
19) Kementerian Agraria dan Tata Ruang

c. Kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan


tertentu dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara serta menjalankan fungsi
perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan
sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, dan
pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya. Kementerian ini
yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,
koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah.
1) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
2) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi
3) Kementerian Badan Usaha Milik Negara
4) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
5) Kementerian Pariwisata
6) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
7) Kementerian Pemuda dan Olahraga
8) Kementerian Sekretariat Negara

Selain kementerian yang menangani urusan pemerintahan di atas,


ada juga kementerian koordinator yang bertugas melakukan
sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian-kementerian yang
berada di dalam lingkup tugasnya. Kementerian koordinator, terdiri
atas beberapa kementerian sebagai berikut.

1) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.


a) Kementerian Dalam Negeri
b) Kementerian Hukum dan HAM
c) Kementerian Luar Negeri
d) Kementerian Pertahanan
e) Kementerian Komunikasi dan Informatika
f ) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi

2) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.


a) Kementerian Keuangan
b) Kementerian Ketenagakerjaan
c) Kementerian Perindustrian
d) Kementerian Perdagangan
e) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
f ) Kementerian Pertanian
g) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
h) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
i) Kementerian Badan Usaha Milik Negara
j) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

3) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan


Kebudayaan.
a) Kementerian Agama;
b) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
c) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
d) Kementerian Kesehatan;
e) Kementerian Sosial;
f ) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
g) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
dan
h) Kementerian Pemuda dan Olahraga.

4) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.


a) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
b) Kementerian Perhubungan
c) Kementerian Kelautan dan Perikanan
d) Kementerian Pariwisata

3. Lembaga Pemerintah Non-Kementerian


Selain memiliki kementerian negara, Republik Indonesia juga memiliki
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang dahulu namanya
Lembaga Pemerintah Non-Departemen. Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian merupakan lembaga negara yang dibentuk untuk
membantu presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan
tertentu. Lembaga Pemerintah Non-Kementerian berada di bawah
presiden dan bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui
menteri atau pejabat setingkat menteri yang terkait.

Keberadaan LPNK diatur oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia,


yaitu Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen.
Berikut ini Daftar Lembaga Pemerintah Non -Kementerian yang ada di
Indonesia.
1) Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), di bawah koordinasi
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
2) Badan Informasi Geospasial (BIG).
3) Badan Intelijen Negara (BIN).
4) Badan Kepegawaian Negara (BKN), di bawah koordinasi Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
5) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),
di bawah koordinasi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak.
6) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), di bawah koordinasi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
7) Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL), di bawah koordinasi Menteri Riset dan Teknologi.
8) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
9) Badan Narkotika Nasional (BNN).
10) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
11) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
12) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia
(BNP2TKI).
13) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), di bawah
koordinasi Menteri Kesehatan.
14) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), di bawah koordinasi
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
15) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
16) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), di bawah
koordinasi Menteri Lingkungan Hidup.
17) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di bawah
koordinasi Menteri Riset dan Teknologi.
18) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS),di
bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
19) Badan Pertanahan Nasional (BPN), di bawah koordinasi Menteri
Dalam Negeri.
20) Badan Pusat Statistik (BPS), di bawah koordinasi Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian.
21) Badan SAR Nasional (BASARNAS).
22) Badan Standardisasi Nasional (BSN), di bawah koordinasi Menteri
Riset dan Teknologi.
23) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), di bawah koordinasi
Menteri Riset dan Teknologi.
24) Badan Urusan Logistik (BULOG), di bawah koordinasi Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian.
25) Lembaga Administrasi Negara (LAN), di bawah koordinasi Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
26) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di bawah koordinasi
Menteri Riset dan Teknologi.
27) Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS).
28) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
29) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), di
bawah koordinasi Menteri Riset dan Teknologi.
30) Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG), di bawah koordinasi
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan, Keamanan.
31) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PERPUSNAS), di
bawah koordinasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

5. Nilai nilai pancasila dalam penyelenggaraan pemetintahan


nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 sebagai berikut :

a. Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


1) Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.
2) Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing
dan beribadah menurut agamanya.
3) Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi
diwajibkan memeluk agama sesuai hukum yang berlaku.
4) Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
5) Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama, toleransi antarumat dan dalam beragama.
6) Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan
iman warga negara dan menjadi mediator ketika terjadi konflik
antar agama.

b. Nilai Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab


1) Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai
makluk Tuhan. Karena manusia mempunyai sifat universal.
2) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa,
hal ini juga bersifat universal.
3) Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini
berarti bahwa yang dituju masyarakat Indonesia adalah keadilan
dan peradaban yang tidak pasif, yaitu perlu pelurusan dan
penegakan hukum yang kuat jika terjadi penyimpangan-
penyimpangan, karena Keadilan harus direalisasikan dalam
kehidupan bermasyarakat.

c. Nilai Sila Persatuan Indonesia


1) Nasionalisme
2) Cinta bangsa dan tanah air
3) Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
4) Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan,
keturunan dan perbedaan warna kulit.
5) Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggulangan.

d. Nilai Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
1) Hakikat Sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum,
yaitu pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
2) Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama
secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Di sini
terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan putusan
bersama secara
bulat.
3) Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal
yang perlu diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara
bulat sebagai konsekuensi adanya kejujuran bersama.
4) Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di
negara Indonesia, yaitu terletak pada permusyawaratan rakyat.

e. Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


1) Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti
dinamis dan berkelanjutan.
2) Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi
kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing.
3) Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat
dapat bekerja sesuai dengan bidangnya.
6. Nilai nilai pancasila merupakan landasan falsafah
Negara, pandangan hidup bernegara dan sebagai dasar
Negara
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa
Inggrisnya “philosophi” adalah berasal dari bahsa
Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta
kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata “philos” (pilia,
cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa
tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga
berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti
cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka
mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari
kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan
hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir
disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang
mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah
oreang yang mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran
adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di
dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan
berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir
sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil
berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling
bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.
Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah
sebagai berikut:
• Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat
reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan
yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan
keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninajauan diri
atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif
• Plato (472 – 347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa
para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of
truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide
yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan
pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan
digolongkan sebagai filsafat spekulatif.

3.1.2 Pengertian Pancasila


Kata Pancasila berasal dari kata Sansakerta (Agama Buddha) yaitu
untuk mencapai Nirwana diperlukan 5 Dasar/Ajaran, yaitu
1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh.
2. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri
3. Jangan berhubungan kelamin/Dilarang berjinah
4. Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta.
5. Jangan mjnum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minuman
keras.
Diadaptasi oleh orang jawa menjadi 5 M = Madat/Mabok, Maling/Nyuri,
Madon/Awewe, Maen/Judi, Mateni/Bunuh.
Pengertian Pancasila Secara Etimologis
Perkataan Pancasil mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha
yaitu dalam Kitab Tripitaka dimana dalam ajaran buddha tersebut
terdapat suatu ajaran moral untuk mencapai nirwana/surga melalui
Pancasila yang isinya 5 J [idem].
Pengertian secara Historis
· Pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks
mengenai rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
· Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18 Agustus 1945
disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana didalamnya
terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang duberi nama
Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang
umum. Jadi walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD 45 tidak
termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI
adalah disebut istilah Pancasila hal ini didaarkan interprestasi
(penjabaran) historis terutama dalam rangka pembentukan Rumusan
Dasar Negara.
Pengertian Pancasila Secara Termitologis
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk
melengkapai alat2 Perlengkapan Negara PPKI mengadakan sidang
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan UUD 45
dimana didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea
didalamnya tercantum rumusan Pancasila. Rumusan Pancasila
tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI
yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia
Pancasila Berbentuk:
1. Hirarkis (berjenjang);
2. Piramid.
A. Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di
dalam sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 isinya sebagai
berikut:
1. Prikebangsaan;
2. Prikemanusiaan;
3. Priketuhanan;
4. Prikerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat
B. Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1
Juni 1945 di depan sidang BPUPKI, sebagai berikut:
1. Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme/Prikemanusiaan;
3. Mufakat/Demokrasi;
4. Kesejahteraan Sosial;
5. Ketuhanan yang berkebudayaan;
Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas
menjadi Trisila yaitu:
1. Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme;
2. Sosio Demokrasi : Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat;
3. Ketuhanan YME.
Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi
menjadi Ekasila atau Satusila yang intinya adalah Gotong Royong.
C. Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal
22 Juni 1945 rumusannya sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia;
Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian pancasila tersebut
yang sah dan benar secara Konstitusional adalah pancasila yang
tercantum dalam Pembukaan Uud 45, hal ini diperkuat dengan adanya
ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13
April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan
Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan benar adalah
sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan Uud 1945.
3.1.3 Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya
definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi
berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak
1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan”
rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini
merujuk pidato Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan
alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu
materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman,
demokrasi parlementer, dan nasionalisme.
Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak
1955 sampai berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno
selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia
yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India
(Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno
“Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “Keadilan Soasial”
terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau
mempropagandakan “Persatuan”.
Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui
filsuf-filsuf yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan
dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga
menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”. Semua sila dalam Pancasila
adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-
butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa
filsafat Pancasila adalah truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono,
Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam,
Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono,
Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat
Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-
dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini
sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar,
paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia.
Kalau dibedakan anatara filsafat yang religius dan non religius,
maka filsafat Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa
filsafat Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal
adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa
(kebenaran religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan
manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat
dalam arti praktis, filsafast Pancasila digolongkandalam arti praktis. Ini
berarti bahwa filsafat Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang
sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan
kebijaksanaan, tidak sekedar untukmemenuhi hasrat ingin tahu dari
manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil
pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup, way of the life,
Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat mencapai
kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenran
yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat sebgai berikut:
1. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);
2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
3. Kebenaran filosofis (filsafat);
4. Kebenaran religius (religi).
Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran
filsafat, sebaiknya kita kutip ceramah Mr.Moh Yamin pada Seminar
Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul “Tinjauan Pancasila
Terhadap Revolusi Fungsional”, yang isinya anatara lain sebagai berikut:
Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam
suatu sistem filsafat. Marilah kita peringatkan secara ringkas bahwa ajaran
Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli filsafat ulung, yaitu Friedrich
Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat Evolusi Kebendaan seperti diajarkan
oleh Karl Marx (1818-1883) dan menurut tinjauan Evolusi Kehewanan
menurut Darwin Haeckel, serta juga bersangkut paut dengan filsafat
kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel Kant (1724-1804).
Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah suatu sintese
pikiran yang lahir dari antitese pikiran. Dari pertentangan pikiran
lahirlah paduan pendapat yang harmonis. Dan ini adalah tepat. Begitu
pula denga ajaran Pancasila suatu sintese negara yang lahir dari
antitese.
Saya tidak mau menyulap. Ingatlah kalimat pertama dan
Mukadimah UUD Republik Indonesia 1945 yang disadurkan tadi
dengan bunyi: Bahwa sesungguhanya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa. Oleh sebab itu penjajahan harus dihapusakan karena
bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kalimat pertama ini adalah sintese yaitu antara penjajahan dan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Pada saat sintese sudah hilang, maka
lahirlah kemerdekaan. Dan kemerdekaan itu kita susun menurut ajaran
falsafah Pancasila yang disebutkan dengan terang dalam Mukadimah
Konstitusi R.I. 1950 itu yang berbunyi: Maka dengan ini kami menyusun
kemerdekaan kami itu, dalam suatu Piagam Negara yang berbentuk
Republik Kesatuan berdasarkan ajaran Pancasila. Di sini disebut sila yang
lima untukmewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan dan perdamaian dunia
dan kemerdekaan. Kalimat ini jelas kalimat antitese. Sintese kemerdekaan
dengan ajaran Pancasila dan tujuan kejayaan bangsa yang bernama
kebahagiaan dan kesejajteraan rakyat. Tidakah ini dengan jelas dan nyata
suatu sintese pikiran atas dasar antitese pendapat?
Jadi sejajar denga tujuan pikiran Hegel beralasanlah
pendapat bahwa ajaran Pancasila itu adalah suatu sistem filosofi,
sesuai dengan dialektis Neo-Hegelian.
Semua sila itu adalah susunan dalam suatu perumahan pikiran
filsafat yang harmonis. Pancasila sebagai hasil penggalian Bung Karno
adalah sesuai pula dengan pemandangan tinjauan hidup Neo-Hegelian.
3.2 Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara
Indonesia
3.2.1 Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia
Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui
dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat
memerlukan pandangan hidup (filsafata hidup). Dengan pandangan hidup
inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang
dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan
persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu
bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-
persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam
masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia
dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan
pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan
membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa,
terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu
bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada
akhirnyta pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari
nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita,
pendiri-pendiri Republik ini dat memuaskan secara jelas apa
sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang kemudian kita
namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No.
II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita.
Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi
tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila bagi kita merupakan
pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi
kejiwaan dan watak yang sudah beurat/berakar di dalam kebudayaan
bangsa Indonesia. Ialah suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa
hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika kita dapat baik
dalam hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan
manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriyah dan kebahagiaan rohaniah.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang
sangat panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan
segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan
yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di
masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang
yang secara keseluruhan membentuk kepribadian sendiri.

Sebab itu bnagsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya


sendiri yang bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu
ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Karena
itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah berjuang, denga melihat pengalaman bangsa-bangsa lain,
dengan diilhami dengan oleh gagasan-gagasan besar dunia., dengan tetap
berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan besar bangsa kita
sendiri.

Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang


berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara
yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa
meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3
buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945,
dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila itu
tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam
kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan
bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi
bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar,
dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam
dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasasr yang
mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
3.2.2 Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni
1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara
Indonesia merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang
merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia
sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada
kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.

Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam
Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber
ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan
dasar itu tahan uji sepanjang masa.

Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan


persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan
dan perkembangan negara harus didasarkan atas dan berpedoman pada
UUD. Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu disebut
peraturan-peraturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.

Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara
sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945
tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
(Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden
dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh
negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan
sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan
tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh
menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari
segala sumber huum (sumber huum formal, undang-undang, kebiasaan,
traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).

Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh
oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan
pemerintah Indonesia.

Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas


fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat
itu bukanlah meniru suatu model yang didatangkan dari luar negeri.

Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa
Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa
Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang.

Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya


memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat
diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila
bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan banga
dan negara kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.

3.2.3 Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia

Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan


kepribadian Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia,
yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya.
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.

Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan


oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat,
lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa
Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai peradaban
kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan
lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan
berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu
atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur
asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam
kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan
dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari
Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu
adalah pencerminan dari bangsa kita.

Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri
merupakan :

a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber


dari segala sumber hukum yang berlaku di negara kita.

b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan


kita serta memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam
sifatnya.

c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila


memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat
dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat
membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat
kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat
universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan
tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu


masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat
dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan
dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,
bersahabat, tertib dan damai.

e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil


rakyat Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang
kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam
sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah
mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan
bangsa.

Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami,


menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan.
Tanpa ini maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata
indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan
perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan
bangsa kita.

Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan


wujudnya dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya
akan kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin
Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia.
Apabila ini terjadi maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita
yang hidup di masa kini, pada generasi yang telah begitu banyak
berkorban untuk menegakkan dan membela Pancasila.

Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai


Pancasila, maka yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawratan / perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah


yang kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan
oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam
sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No.


XI/MPR/1978, Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh
dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh,
karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan
diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya.
Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila
lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila.

3.3 Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia

Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita


temukan dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-
undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :

a. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.

b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea


IV yang kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945
(terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta).

c. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.

d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS)


tanggal 27 Desember 1945, alinea IV.

e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI)


tanggal 17 Agustus 1950.

f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI


tanggal 5 Juli 1959.

Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam


dokumen historis dan perundang-undangan negara tersebut di atas adalah
agak berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah tetap sama sebagai
berikut :
1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal
1 Juni 1945 Oleh Ir. Soekarno

Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk


pertamakalinya mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan
perumusan dan tata urutannya sebagai berikut :

Kebangsaan Indonesia.

Internasionalisme atau Prikemanusiaan.

Mufakat atau Demokrasi.

Kesejahteraan sosial.

Ketuhanan.

2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik


Yang Bersejarah (Piagam Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)

Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang Istilah Jepangnya


Dokuritsu Jumbi Cosakai, telah membentuk beberapa panitia kerja yaitu :

a. Panitia Perumus terdiri atas 9 orang tokoh, pada tanggal 22 Juni


1945, telah berhasil menyusun sebuah naskah politik yang sangat
bersejarah dengan nama Piagam Jakarta, selanjutnya pada tanggal 18
Agustus 1945, naskah itulah yang ditetapkan sebagai naskah rancangan
Pembukaan UUD 1945.

b. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir.


Soekarno yang kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang
diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo, Panitia ini berhasil menyusun suatu
rancangan UUD-RI.

c. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Mohammad


Hatta.

d. Panitia Pembelaan Tanah Air, yang diketuai oleh Abikusno


Tjokrosujoso.
Untuk pertama kalinya falsafah Pancasila sebagai falsafah negara
dicantumkan autentik tertulis di dalam alinea IV dengan perumusan dan
tata urutan sebagai berikut :

Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi


pemeluk-pemeluknya.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan / perwakilan.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan


UUD 1945

Sesudah BPPK (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan)


merampungkan tugasnya dengan baik, maka dibubarkan dan pada
tanggal 9 Agustus 1945, sebagai penggantinya dibentuk PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Pada tanggal 17 Agustus 1945, dikumandangkan Proklamasi


Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno di Pengangsaan Timur 56
Jakarta yang disaksikan oleh PPKI tersebut.

Keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan


sidangnya yang pertama dengan mengambil keputusan penting :

a. Mensahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945.

b. Mensahkan dan menetapkan UUD 1945.

c. Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI yaitu Ir.
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, masing-masing sebagai Presiden RI
dan Wakil Presiden RI.

Tugas pekerjaan Presiden RI untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah


badan yaitu KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan pada tanggal 19
Agustus 1945 PPKI memutuskan, Pembagian wilayah Indonesia ke dalam
8 propinsi dan setiap propinsi dibagi dalam karesidenan-karesidenan. Juga
menetapkan pembentukan Departemen-departemen Pemerintahan.

Dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945 alinea IV yang disahkan oleh


PPPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 itulah Pancasila dicantumkan secara
resmi, autentik dan sah menurut hukum sebagai dasar falsafah negara RI,
dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :

Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan / perwakilan.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah


Konstitusi RIS 1949

Bertempat di Kota Den Haag (Netherland / Belanda) mulai tanggal 23


Agustus sampai dengan tanggal 2 September 1949 diadakan KMB
(Konferensi Meja Bundar). Adapun delegasi RI dipimpin
oleh Drs. Mohammad Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomstvoor
Federale Overleg) dipimpin oleh Sutan Hamid Alkadrie dan delegasi
Belanda dipimpin oleh Van Marseveen.

Sebagai tujuan diadakannya KMB itu ialah untuk menyelesaikan


persengketaan antara Indonesia dengan Belanda secepatnya dengan cara
yang adil dan pengakuan akan kedaulatan yang penuh, nyata dan tanpa
syarat kepada RIS (Republik Indonesia Serikat).

Salah satu hasil keputusan pokok dan penting dari KMB itu, ialah bahwa
pihak Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya
tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali oleh Kerajaan Belanda
dengan waktu selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam Belanda, Ratu
Yuliana menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan Negara RIS.

Pada waktu yang sama dengan KMB di Kota Den Haag, di Kota
Scheveningen (Netherland) disusun pula Konstitusi RIS yang mulai berlaku
pada tanggal 27 Desember 1949. Walaupun bentuk negara Indonesia telah
berubah dari negara Kesatuan RI menjadi negara serikat RIS dan
Konstitusi RIS telah disusun di negeri Belanda jauh dari tanah air kita,
namun demikian Pancasila tetap tercantum sebagai dasar falsafah negara
di dalam Mukadimah pada alinea IV Konstitusi RIS 1949, dengan
perumusan dan tata urutan sebagai berikut :

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Prikemanusiaan.

Kebangsaan.

Kerakyatan.

Keadilan Sosial.

5. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah


UUD Sementara RI (UUDS-RI 1950)

Sejak Proklamasi Kemerdekaannya, bangsa Indonesia menghendaki


bentuk negara kesatuan (unitarisme) oleh karena bentuk negara serikat
(federalisme) tidaklah sesuai dengan cita-cita kebangsaan dan jiwa
proklamasi.

Demikianlah semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap


membara dan meluap, sebagai hasil gemblengan para pemimpin Indonesia
sejak lahirnya Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, kemudian
dikristalisasikan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Satu Nusa,
Satu Bangsa dan Satu Bahasa.
Oleh karena itu pengakuan kedaulatan negara RIS menimbulkan
pergolakan-pergolakan di negara-negara bagian RIS untuk bersatu dalam
bentuk negara kesatuan RI sesuai dengan Proklamasi Kemerdekaan RI.

Sesuai KOnstitusi, negara federal RIS terdiri atas 16 negara bagian. Akibat
pergolakan yang semakin gencar menuntut bergabung kembali pada
negara kesatuan Indonesia, maka sampai pada tanggal 5 April 1950
negara federasi RIS, tinggal 3 (tiga) negara lagi yaitu :

1. RI Yogyakarta.

2. Negara Sumatera Timur (NST).

3. Negara Indonesia Timur (NIT).

Negara federasi RIS tidak sampai setahun usianya, oleh karena terhitung
mulai tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyampaikan Naskah
Piagam, pernyataan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang berarti pembubaran Negara Federal RIS (Republik Indonesia
Serikat).

Pada saat itu pula panitia yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo
mengubah konstitusi RIS 1949 (196 Pasal) menjadi UUD RIS 1950 (147
Pasal).

Perubahan bentuk negara dan konstitusi RIS tidak mempengaruhi dasar


falsafah Pancasila, sehingga tetap tercantum dalam Mukadimah UUDS-RI
1950, alinea IV dengan perumusan dan tata urutan yang sama dalam
Mukadimah Konstitusi RIS yaitu :

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Prikemanusiaan.

Kebangsaan.

Kerakyatan.

Keadilan Sosial.
6. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan
UUD 1945 Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang


Pemilihan Umum untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante
yang akan menyusun UUD baru.

Pada akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia


dan Konstituante yang dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10
November 1956.

Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal


membentuk suatu UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950.

Dengan kegagalan konstituante tersebut, maka pada tanggal 5 Juli 1950


Presiden RI mengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi
pernyatan :

a. Pembubaran Konstuante.

b. Berlakunya kembali UUD 1945.

c. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950.

d. Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.

Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap


menjadi dasar falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV dengan perumusan dan tata urutan seperti berikut :

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Persatuan Indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Dengan instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1968,
tertanggal 13 April 1968, perihal : Penegasan tata urutan/rumusan
Pancasila yang resmi, yang harus digunakan baik dalam penulisan,
pembacaan maupun pengucapan sehari-hari. Instruksi ini ditujukan kepada
: Semua Menteri Negara dan Pimpinan Lembaga / Badan Pemerintah
lainnya.

Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu
keadaan yang telah berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan
asas hukum positif (Ius Contitutum) UUD 1945 adalah konstitusi Indonesia
yang berlaku sekarang. Dengan demikian secara yuridis formal perumusan
Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harus
digunakan, walaupun sebenarnya tidak ada Instruksi Presiden RI No.
12/1968 tersebut.

Prof. A.G. Pringgodigdo, SH dalam bukunya “Sekitar Pancasila” peri-hal


perumusan Pancasila dalam berbagai dokumentasi sejarah mengatakan
bahwa uraian-uraian mengenai dasar-dasar negara yang menarik
perhatian ialah yang diucapkan oleh :

1. Mr. Moh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945.

2. Prof. Mr. Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.

3. Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.

Walaupun ketiganya mengusulkan 5 hal pokok untuk sebagai dasar-dasar


negara merdeka, tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan agar 5 dasar
negara itu dinamakan Pancasila dan bukan Panca Darma.

Jelaslah bahwa perumusan 5 dasar pokok itu oleh ketiga tokoh tersebut
dalam redaksi kata-katanya berbeda tetapi inti pokok-pokoknya adalah
sama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Prikemanusiaan atau
internasionalisme, Kebangsaan Indonesia atau persatuan Indonesia,
Kerakyatan atau Demokrasi dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 menegaskan : Maksud
Pancasila adalah philosophschegrondslag itulah fundament falsafah,
pikiran yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung
“Indonesia Merdeka Yang Kekal dan Abadi”.

Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas Airlangga
Surabaya pada tanggal 10 November 1955 menegaskan : “Susunan
Pancasila itu adalah suatu kebulatan yang bersifat hierrarchies dan
piramidal yang mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5 sila
negara kita”.

Prof. Mr. Muhammad Yamin dalam bukunya “Proklamasi dan Konstitusi”


(1951) berpendapat : “Pancasila itu sebagai benda rohani yang tetap dan
tidak berubah sejak Piagam Jakarta sampai pada hari ini”.

Kemudian pernyataan dan pendapat Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan Prof.
Mr. Muhamamd Yamin tersebut diterima dan dikukuhkan oleh MPRS
dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1960 jo Ketetapan No. V/MPR/1973.

7. Deklarasi Djuanda

Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13


Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia pada saat
itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan
kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar,
di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah NKRI.
Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia
mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale
Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939).
Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di
wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan
setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari
garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari
laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.
Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut
prinsip-prinsip negara kepulauan (Archipelagic State) yang pada
saat itu mendapat pertentangan besar dari beberapa negara,
sehingga laut-laut antarpulau pun merupakan wilayah Republik
Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda
selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang
Perairan Indonesia. Akibatnya luas wilayah Republik Indonesia
berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km²
dengan pengecualian Irian Jaya yang walaupun wilayah
Indonesia tetapi waktu itu belum diakui secara internasional.
Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight
baselines) dari titik pulau terluar ( kecuali Irian Jaya ), terciptalah
garis maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut[1].
Setelah melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini pada
tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan ditetapkan dalam
konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations
Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya
delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985
tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah
negara kepulauan.
Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid mencanangkan
tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara.[2] Penetapan hari
ini dipertegas oleh Presiden Megawati dengan menerbitkan
Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari
Nusantara, sehingga tanggal 13 Desember resmi menjadi hari
perayaan nasional tidak libur.
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957,
menyatakan:
Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang
mempunyai corak tersendiri
Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah
merupakan satu kesatuan
Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah
belah keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut
mengandung suatu tujuan :
Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia
yang utuh dan bulat
Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan
asas negara Kepulauan
Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin
keamanan dan keselamatan NKR

Batas-batas tertentu untuk wilayah Negara RI


Setiap wilayah yang dimiliki pasti ada batasnya. Rumah yang
kalian tempati juga tentunya mempunyai batas, begitupun dengan
sekolah kalian pasti mempunyai batas wilayah seperti dibatasi
oleh bangunan yang lain, jalan dan sebagainya. Wilayah lainnya
seperti desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga negara
juga memiliki batas kewilayahan.
Batas wilayah itu untuk menunjukkan atau menandai luas yang
dimiliki oleh wilayah tersebut. Bentuk dari batas wilayah
bermacam-macam, ada yang dibatasi oleh sungai, laut, hutan,
atau juga hanya berupa tugu perbatasan saja apabila wilayah
tersebut berbatasn langsung dengan wilayah lainnya.
Bagaimana dengan batas wilayah Indonesia? Sama halnya
dengan negaranegara lainnya, Indonesia yang memiliki batas-
batas tertentu untuk wilayahnya. Kalian sudah mengetahui bahwa
Indonesia adalah negara maritim, dimana dua pertiga luas
wilayah Indonesia adalah lautan. Jadi, tidaklah mengherankan
jika batas-batas wilayah laut Indonesia berhubungan dengan 10
negara sedangkan perbatasan wilayah darat Indonesia hanya
berhubungan dengan tiga negara.
Berikut ini dipaparkan batas-batas wilayah Indonesia di sebelah
utara, barat, timur dan selatan.
a. Batas-batas wilayah Indonesia sebelah utara
Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia (bagian timur),
tepatnya disebelah utara Pulau Kalimantan. Malaysia merupakan
negara yang berbatasan langsung dengan wilayah darat
Indonesia. Wilayah laut Indonesia sebelah utara berbatasan
langsung dengan laut lima negara, yaitu Malaysia, Singapura,
Thailand, Vietnam dan Filipina.
b. Batas-batas wilayah Indonesia sebelah barat
Sebelah barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan perairan
negara India. Tidak ada negara yang berbatasan langsung
dengan wilayah darat Indonesia disebelah barat.
Walaupun secara geografis daratan Indonesia terpisah jauh
dengan daratan India, tetapi keduanya memiliki batas-batas
wilayah yang terletak dititik-titik tertentu disekitar Samudera
Hindia dan Laut Andaman. Dua pulau yang menandai perbatasan
Indonesia-India adalah Pulau Ronde di Aceh dan Pulau Nicobar
di India.
c. Batas-batas wilayah Indonesia sebelah timur
Wilayah timur Indonesia berbatasan langsung dengan daratan
Papua Nugini dan perairan Samudera Pasifik. Indonesia dan
Papua Nugini telah menyepakati hubungan bilateral antar kedua
negara tentang batas-batas wilayah, tidak hanya wilayah darat
melainkan juga wilayah laut. Wilayah Indonesia sebelah timur,
yaitu Provinsi Papua berbatasan dengan wilayah Papua Nugini
sebelah barat, yaitu Provinsi Barat (Fly) dan Provinsi Sepik Barat
(Sandaun).
d. Batas-batas wilayah Indonesia sebelah selatan
Indonesia sebelah selatan berbatasan langsung dengan wilayah
darat Timor Leste, perairan Australia dan Samudera Hindia.
Timor Leste adalah bekas wilayah Indonesia yang telah
memisahkan diri menjadi negara sendiri pada tahun 1999, dahulu
wilayah ini dikenal dengan Provinsi Timor Timur.

Selain itu, Indonesia juga berbatasan dengan perairan Australia.


Diawal tahun 1997, Indonesia dan Australia telah menyepakati
batas-batas wilayah negara keduanya yang meliputi Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan batas landas kontinen.

Selain wilayah lautan dan daratan, Indonesia juga mempunyai


kekuasaan atas wilayah udara. Wilayah udara Indonesia adalah
ruang udara yang terletak di atas permukaan wilayah daratan dan
lautan Republik Indonesia.

Berdasarkan Konvensi Chicago tahun 1944 tentang


penerbangan sipil internasional dijelaskan bahwa setiap negara
mempunyai kedaulatan yang utuh dan eksklusif di ruang udara
yang ada di atas wilayah negaranya. Dengan demikian negara
kita mempunyai kekuasaan utuh atas seluruh wilayah udara yang
berada di atas wilayah daratan dan lautan.
Republik Indonesia juga masih mempunyai satu jenis wilayah
lagi, yaitu wilayah ekstrateritorial. Wilayah ekstrateritorial ini
merupakan wilayah negara kita yang dalam kenyataannya
terdapat di wilayah negara lain. Keberadaan wilayah ini diakui
oleh hukum internasional. Perwujudan dari wilayah ini adalah
kantor-kantor pewakilan diplomatik Republik Indonesia di negara
lain.

Вам также может понравиться