Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
NIM: 70900118035
CI LAHAN CI INSTITUSI
(……………………........) (……………………………)
1
BAB I
A. DEFENISI
Sari, 2011).
B. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
2
7. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
2. Dyslipidemia.
3. SLE.
5. Preeklamsi.
6. Obat-obatan.
C. KLASIFIKASI
d. Pasien asimtomatik
3
d. Anemia ringan dan azotemia ringan
3. Gagal ginjal
f. Oliguria
4
Gangguan ginjal 30-59 2-4 35-55
sedang
Gangguan ginjal 15-29 >4 <35
berat
1. Stadium 1
kerusakan pada ginjal. Hal ini disebabkan ginjal tetap berfungsi secara
2. Stadium 2
Sama seperti pada stadium awal, tanda – tanda seseorang berada pada
stadium 2 juga tidak merasakan gejala karena ginjal tetap dapat berfungsi
5
dengan baik. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita
3. Stadium 3
yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan
darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala
ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam
sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga
dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada
dalam tubuh.
6
d. Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal
perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini biasanya
7
4. Stadium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15–30% saja dan apabila
seseorang berada pada stadium ini sangat mungkin dalam waktu dekat
uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan
ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam
sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga
dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada
dalam tubuh.
8
berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air
d. Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal
i. Sulit berkonsentrasi
bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal
b. Nausea.
c. Sakit kepala.
d. Merasa lelah.
9
e. Tidak mampu berkonsentrasi.
f. Gatal – gatal.
i. Kram otot
D. PATOFISIOLOGI
dan penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian
ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
hipertrofi. Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron
tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini
10
berubah, kendati jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut
sudah menurun secara progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal
filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron
meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun
fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75% massa
nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap
tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses ekskresi
maupun proses konservasi zat terlarut dan air menjadi berkurang. Sedikit
tersebut, karena makin rendah GFR (yang berarti maikn sedikit nefron yang
urine tetap pada nilai 1,010 atau 285 mOsm (yaitu sama dengan plasma) dan
merupakan penyebab gejala poliuria dan nokturia (Brunner & Suddart, 2013).
11
E. MANIFESTASI KLINIS
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, latergi,
10ml/menit, kadar serumk reatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi
F. KOMPLIKASI
a. Komplikasi Hematologis
eritropoietin yang tidak adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian
eritropoietin subkutan atau intravena. Hal ini hanya bekerja bila kadar
12
besi, folat, dan vitamin B12 adekuat dan pasien dalam keadaan baik.
retensi natrium dan air. Keadaan ini biasanya tidak cukup parah untuk bisa
c. Dehidrasi
d. Kulit
serta dapat disebabkab oleh deposit kalsium fosfat apda jaringan. Gatal
13
dapat dikurangi dengan mengontrol kadar fosfat dan dengan krim yang
pada kulit dan timbul hanya pada uremia berat. Pigmentasi kulit dapat
e. Gastrointestinal
Namun gejala mual, muntah, anoreksia, dan dada terbakar sering terjadi.
urin.
f. Endokrin
kehilangan kesadaran, dan bahkan koma, sering kali dengan tanda iritasi
14
neurologis (mencakup tremor, asteriksis, agitasi, meningismus,
tidak biasa diam (restless leg) atau kram otot dapat juga terjadi dan
seperti depresi dan ansietas sering terjadi dan terdapat peningkatan risiko
bunuh diri.
h. Imunologis
sering terjadi. Uremia menekan fungsi sebagaian besar sel imun dan
tidak tepat.
i. Lipid
15
j. Penyakit jantung
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
16
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
perikardial.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
k. Biopsi ginjal
dan hipoalbuminemia.
17
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada
ferifer)
lipoprotein lipase.
ginjal.
18
H. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
2. Dialysis
a. peritoneal dialysis
b. Hemodialisis
jantung )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal
19
I. PENCEGAHAN
ginjal kronis, seperti diabetes dan darah tinggi, adalah cara paling utama yang
bisa dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Sedangkan pada penderita,
upaya pencegahan agar gagal ginjal kronis tidak bertambah buruk meliputi:
obat.
20
BAB II
A. PENGKAJIAN
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
1. Demografi
kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan lingkungan
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
21
3. Pola nutrisi dan metabolik.
4. Pola eliminasi
5. Pengkajian fisik
b. Tanda-tanda vital.
c. Antropometri.
d. Kepala.
22
ureum,bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah
kotor.
f. Dada
g. Abdomen.
buncit.
h. Genital.
terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
23
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri
a. Definisi
b. Penyebab
berlebihan)
1) Subjektif,
2) Objektif
a) Tampak meringis
c) gelisah
e) Sulit tidur
24
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
(tidak tersedia)
2) Objektif
e) menarik diri
g) diaforesis.
a. Definisi
b. Penyebab
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
25
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
1) Subjektif
2) Objektif
( tidak tersedia)
1) Subjektif
2) Objektif
( tidak tersedia )
1) Nyeri / kolik
2) Hipertiroidisme
3) Kecemasan
5) Kehamilan
26
7) Kondisi pasca partum
3. Hipervolemi
dan/atau intraselular
b. Penyebab
1) Subjektif
(1) Ortopnea
(2) Dispnea
2) Objektif
27
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
(tidak tersedia)
2) Objektif
(3) Hepatomegali
(5) Oliguria
4. Intoleransi aktivitas
a. Defenisi
b. Penyebab
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
1) Subjektif
28
Mengeluh lelah
2) Objektif
1) Subjektif
2) Objektif
(4) Sianosis
1) Anemia
5) Aritmia
7) Gangguan metabolik
8) Gangguan muskuloskletal
29
5. Defisit nutrisi
metabolism.
b. Penyebab
1) Subjektif
(tidak tersedia)
2) Objektif
1) Subjektif
2) Objektif
30
(2) Otot pengunyah lemah
(5) Sariawan
(8) Diare
31
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA LUARAN
NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Nyeri menurun a. Identifikasi lokasi, karakteristik, a. Untuk melanjutkan intervensi
intesitas nyeri.
nyeri
32
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
mengurangi nyeri.
jika perlu
33
cairan d. Mengetahui perkembangan
d. Timbang berat badan setiap hari kondisi
pada waktu yang sama e. Pencegahan perburukan
e. Batasi asupan cairan dan garam kondisi
f. Ajarkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
g. Ajarkan cara membatasi cairan
a. Kolaborasi pemberian deuretik
3. Intoleransi aktivitas Intoleransi a. Observasi faktor yang a. Menyediakan informasi tentang
menimbulkan keletihan: indikasi tingkat keletihan
aktivitas membaik
Anemia, Ketidakseimbangan
cairan & elektrolit, Retensi
produk sampah depresi
b. Tingkatkan kemandirian dalam
b. Meningkatkan aktifitas
aktifitas perawatan diri yang
ringan/sedang & memperbaiki
dapat ditoleransi, bantu jika harga diri
keletihan terjadi
c. Anjurkan aktivitas alternatif
sambil istirahat c. Mendorong latihan & aktifitas
34
yang dapat ditoleransi & istirahat
d. Anjurkan untuk istirahat setelah yang adekuat
anoreksia
Terapeutik
Edukasi
35
sedikit demi sedikit nutrisi
Kolaborasi
dalam pemberian diet dan pola klien. Diet dan pola makan
36
PENYIMPANGAN KDM
Glomerulonefritis,
nefropati analgesik,
nefropati refluks, ginjal
Merangsang pengeluaran polikistik, nefropati
zat mediator kimia diabetik
(bradikidin, histamin,
prostaglandin) GFR menurun
37
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2013) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2),
Alih. Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Corwin. 2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler. A., C, (2014). Rencana Asuhan
Keperwatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan Pasien. Edisi : 3.
Jakarta:EGC
Frase, S. Blakeman, T. (2016). Chronic Kidney Disease: Identification and
Management in Primary Care. Pragmatic and Observational Research, 7,
pp. 21-32
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan
SistemPerkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta;
MediAction.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia “Definisi dan Indikator
Diagnostik”. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia “Definisi dan Tindakan”.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Smeltzer, S.2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
38