Вы находитесь на странице: 1из 8

Tugas Desain Kurikulum

Bpk Somadi Sosrohadi, M.pd

METODE PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING

Disusun Oleh :
Maya Kusumadewi
153112540120007
METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

A. Latar Belakang
Paradigma yang lama adalah guru yang memberikan pengetahuan kepada siswa
yang pasif. Dalam konteks pendidikan tinggi, paradigma lama ini juga berarti jika
seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang dia pasti akan
mengajar. Dia tidak perlu tahu mengenai proses belajar mengajar yang tepat, hanya perlu
menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya.
Masih banyak guru atau dosen yang masih menganggap paradigma lama ini sebagai
satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan
siswa duduk diam, dengar, dan hafal. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma
lama tersebut. Teori, penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan
bahwa para guru dan dosen sudah harus mengubah paradigma pengajaran salah satunya
dengan metode pembelajaran Cooperative learning.

B. Pengertian Cooperative Learning


Pembelajaran kooperative atau cooperative learning merupakan istilah umumuntuk
sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan
interaksi antarsiswa.
Menurut Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi (2010 : 67) cooperative learning
merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling
kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
Sistem pembelajaran kooperatif juga dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar
kelompok yang terstruktur (Johnson & Jonshon, 1993). Yang termasuk di dalam struktur
ini adalah lima unsur pokok yaitu :
1. Saling Ketergantungan Positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2. Tanggungjawab Individual.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat
persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota
kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya
dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka.
Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan
untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para
pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari
sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekuranga.
4. Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung
pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok
juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

C. Model – Model Pembelajaran Cooperative Learning


Berikut beberapa tipe model pembelajaran Cooperative Learning, diantaranya :
1. Role playing
 Suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi
dan penghayatan murid.
2. Problem Based Intruction (PBI)
 Model pembelajaran yang berlandaskan pada keterlibatan siswa dalam pemecahan
masalah otentik.
3. Mind Mapping
 Model pembelajaran dengan cara mencatat yang menyenangkan, cara yang mudah
untuk menyerap dan mengeluarkan informasi dan ide baru dalam otak. Mind
mapping menggunakan simbol, kata, garis lengkung, dan gambar yang sesuai
dengan cara kerja otak. (Sugiarto 2004 : 75).
4. Change of Pairs (Tukar Pasangan)
5. Group Investigation
 Model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-
bahan yang tersedia melalui buku atau internet.
6. Snowball Throwing
 Metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili
ketua kelompok utnuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar
ke siswa lain. (menurut Kisworo)
7. Numbered Head Together.
 Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam
mencari, mengolah dan melaporkan dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas.
8. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
 Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam
kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi
materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan
menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa
dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan
kinerja dan prestasi timnya.
9. Team Game Tournament (TGT)
 Model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas
belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model
Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat
dan keterlibatan belajar.
 Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan
turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini,
siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat
memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan
untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif
meningkatkan hasil belajar siswa.
10. Jigsaw
 Model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa
dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa
pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif
dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
 Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab
atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan
dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).

D. Tujuan Cooperative Learning


Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting, yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-
konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah
norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial,
penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.

E. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning


Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan, termasuk
model pembelajaran kooperatif karena tidak ada yang paling tepat untuk dipakai pada
semua karakteristik siswa, materi dan lain-lain. Kelebihan dan kelemahan cooperative
learning menurut Sanjaya (2006: 247) adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan.
a. Tidak terlalu menggantungkan pada guru atau dosen, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar.
e. Merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik
sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-
manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah
tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung
jawab kelompoknya.
g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan
belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan
jangka panjang.

2. Kelemahan
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif membutuhkan
waktu yang lama. Sebagai contoh siswa yang mempunyai kelebihan akan merasa
terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan kurang, akibatnya keadaan
seperti ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa setiap saling
membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif, bila
dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar
yang demikian apa yang harus dipelajari dan dipahami tidak dicapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun
demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang
diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
e. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting
untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan
kepada kemampuan secara individual.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dalam mencapai keefektifan dalam pelajaran, seorang guru pasti akan
menerapkan model pembelajaran yang dirasakan paling sesuai dengan karakteristik
siswanya. Banyak model pembelajaran yang bisa dipilih oleh guru, salah satu
diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.
Pemilihan model pembelajaran kooperatif ini bertolak dari keinginan untuk
menumbuhkan kepribadian siswa yang demokratis dan sebagai alternatif pilihan dalam
mengisi kelemahan kompetisi. Model ini dirancang untuk menampung perbedaan
individual dalam gaya belajar, motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan lain-lain. Oleh
karena itu idealnya melalui model pembelajaran kooperatif ini siswa dapat belajar
bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

2. Saran
Setiap jenis model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan
sehingga tidak ada satu pun jenis model pembelajaran yang paling tepat untuk bisa
mengatasi semua jenis materi pelajaran, karakteristik siswa, kondisi kelas dan lain-lain.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran jika seorang guru menerapkan berbagai model
pembelajaran merupakan hal wajar justru sangat menguntungkan. Namun, berkaitan
dengan model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning di atas hendaknya
seorang guru mempertimbangkan apakah kelemahan model tersebut masih dapat diatasi
dan ditutupi dengan kelebihan yang ada.

Daftar Pustaka
1. http://syariftugas.blogspot.co.id/2011/10/adapun-kelebihandan-kekurangan-dari.html
2. Anita Lie.2007.Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo
3. https.//akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31cooperative-learning-teknik-
jigsaw.html
4. http//sakinahniaarz009.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-jenis-dan-langkah-langah.html

Вам также может понравиться