Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup ialah berkembang biak atau bereproduksi
yang bertujuan untuk melanjutkan keturunan dan agar tidak mengalami
kepunahan. Secara umum, proses perkembangbiakkan dibedakan menjadi 2
proses, yakni proses secara seksual (generatif) yaitu fertilisasi dan proses secara
aseksual (vegetatif) yaitu pembelahan sel. Proses secara seksual berkaitan dengan
peleburan sel sperma dari jantan dengan sel ovum dari betina sehingga
menghasilkan individu baru, sementara itu pada proses secara aseksual, peleburan
2 sel gamet tidak terjadi, sehingga individu baru yang dihasilkan nantinya akan
memiliki karakteristik yang sama dengan induknya (Suryo, 2005).
Pembelahan sel merupakan kemampuan sel untuk memperbanyak diri dalam
hal pertumbuhan dan merupakan sifat yang dapat membedakan berbagai tipe sel
yang ada dalam suatu organisme (Sulisetijono, dkk. 2013). Secara umum, terdapat
2 proses atau tahapan dalam pembelahan sel, yaitu pembelahan inti sel
(kariokinesis) yang diikuti dengan pembelahan sitoplasma (sitokinesis).
Pembelahan sel juga berlangsung dalam 3 cara, yakni amitosis, mitosis, dan
meiosis.
Mitosis merupakan pembelahan inti yang berhungan dengan pembelahan
sel-sel somatik (sel-sel tubuh) yang nantinya akan menghasilkan 2 sel baru yang
kandungan genetiknya sama dengan sel asalnya (Nuraini, 2009). Menurut
Sulisetijono, dkk. (2013) menjelaskan bahwa mitosis dapat dikatakan sebagai
pembelahan sel secara tidak langsung, karena dalam prosesnya melewati beberapa
tahapan-tahapan fase pembelahan. Fase-fase pembelahan tersebut diantaranya
ialah interfase, profase, metafase, anafase, telofase. Mitosis terjadi di sel-sel
somatik yang sifatnya meristematik (aktif membelah), oleh karena itu proses
mitosis dapat diamati pada sel-sel yang berada di bagian apikal, yaitu ujung
batang atau ujung akar (Sulisetijono, dkk. 2013).
Mitosis juga dapat diamati pada ujung akar bawang lanang (Allium
sativum). Bawang lanang dipilih karena pertumbuhan yang cepat dan mudah

1
2

didapat. Menurut Setyawan dan Sutikno (2000), menyebutkan bahwa bawang


lanang (Allium sativum) memiliki jumlah kromosom yang sedikit (16 kromosom)
dan berukuran besar, sehingga mudah diamati dan cocok untuk digunakan
penelitian tentang mitosis.
Terdapat beberapa zat kimia yang bisa menghambat jalannya mitosis, salah
satunya ialah Kolkisin. Kolkisin merupakan hasil ekstraksi dari tanaman
Colchichum autumnale. Menurut Sirojuddin, dkk. (2016) menyebutkan bahwa
larutan kolkisin dengan konsentrasi tertentu akan menggangu proses pembentukan
benang-benang spindel. Selain itu penggunaan kolkisin dengan konsentrasi yang
tepat dapat meningkatkan jumlah kromosom (poliploid), sehingga ukuran
morfologinya biasanya lebih besar dibandingkan tanaman lainnya (Ritonga &
Wulansari, 2010).
Waktu pembelahan sel pada setiap tanaman berbeda beda. Perbedaan
waktu mitosis pada setiap individu tanaman bergantung pada kondisi lingkungan
sekitar (Yadav,2007 dalam Abidin,dkk., 2014). Untuk mendapatkan waktu potong
diperlukan pengamatan pada waktu yang berbeda (Jurcak, 1999 dalam
Abidin,dkk., 2014). Hal tersebut membuktikan bahwa waktu pemotongan untuk
memngamati pembelahan mitosis dipengaruhi oleh faktor jam biologis pada
masing-masing tanaman
Penelitian terdahulu tentang mitosis
Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan diatas, peneliti ingin menguji
adanya pengaruh konsentrasi larutan kolkisin yang digunakan terhadap proses
mitosis sel bawang lanang (Allium sativum). Selain itu, peneliti ingin menguji
adanya pengaruh waktu pemotongan terhadap proses mitosis pada sel bawang
lanang (Allium sativum). Untuk itu, penelitian ini mengangkat judul yaitu
Pengaruh Waktu Pemotongan dan Konsentrasi Larutan Kolkisin Terhadap Proses
Mitosis Akar Bawang Lanang (Allium sativum)”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsentrasi kolkisisn berpegaruh terhadap fase-fase pembelahan
mitosis akar bawang lanang (Allium sativum)?
3

2. Apakah waktu pemotongan akar berpengaruh terhadap fase-fase


pembelahan mitosis akar bawang lanang (Allium sativum)?
3. Apakah ada pengaruh interaksi antara variasi konsentrasi larutan kolkisin
dan waktu pemotongan terhadap fase-fase pembelahan mitosis akar
bawang lanang (Allium sativum)?

C. Tujuan Penelitian
1. Menguji adanya pengaruh perlakuan berbagai konsentrasi larutan
kolkisin terhadap fase-fase dalam pembelahan sel secara mitosis pada
akar bawang lanang (Allium sativum)
2. Menguji adanya pengaruh beberapa waktu pemotongan akar terhadap
fase-fase pembelahan sel secara mitosis pada akar bawang lanang (Allium
sativum)
3. Menguji adanya pengaruh interaksi antara variasi konsentrasi larutan
kolkisin dan waktu pemotongan terhadap fase-fase pembelahan mitosis
akar bawang lanang (Allium sativum)

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk mempelajari fase-
fase mitosis pada ujung akar bawang lanang (Allium sativum) serta
menambah informasi tentang pengaruh variasi konsentrasi larutan
kolkisin, beberapa waktu pemotongan akarnya, dan interaksi antara
variasi konsentrasi larutan kolkisin dan waktu pemotongan terhadap fase-
fase pembelahan mitosis akar bawang lanang (Allium sativum).
2. Bagi pembaca
Manfaat peneltian ini bagi pembaca adalah agar mengetahui
tahapan fase mitosis akar bawang serta mengetahui pengaruh variasi
konsentrasi larutan kolkisin, waktu pemotongan dan interaksi antara
variasi konsentrasi larutan kolkisin dan waktu pemotongan terhadap fase-
fase pembelahan mitosis akar bawang lanang (Allium sativum)
4

E. Asumsi Penelitian
Peneliti berasumsi bahwa:
1. Kualitas bawang lanang yang digunakan dalam penelitian ini dianggap
sama.
2. Umur, ukuran, dan panjang akar bawang lanang yang digunakan dalam
penelitian ini dianggap sama.
3. Faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, dan kelembapan dianggap sama.
4. Air yang digunakan untuk merendam bawang lanang untuk
menumbuhkan akarnya dianggap sama.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Pada penelitian ini menggunakan akar bawang lanang (Allium sativum)
yang sudah dipotong dan diberi perlakuan yaitu direndam dalam larutan kolisin
dengan beberapa variasi konsentrasi berbeda, yaitu 0 %, 25 %, 50 %, dan 75 %.
Waktu pemotongan akar bawang lanang (Allium sativum) dilakukan pada pukul
21.00, 00.00, dan 03.00. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati fase
pembelahan secara mitosis yang meliputi fase profase, metafase, anafase dan
telofase, serta menghitung jumlah sel yang mengalami pembelahan mitosis di
setiap fase.

G. Definisi Operasional
1. Mitosis merupakan pembelahan sel yang didalamnya terdapat beberapa
tahapan-tahapan tertentu sehingga proses pembelahan selnya terjadi secara
tidak langsung. Mitosis terjadi pada sel-sel somatik yang aktif membelah
(meristematik), yaitu di bagian apikal suatu tumbuhan. Tahapan-tahapan
pembelahan mitosis yang diamati yaitu fase profase, metafase, anafase dan
telofase
2. Kolkisin merupakan hasil ekstraksi dari tanaman Colchium autumnale.
Kolkisin dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada
proses pembelahan sel, sehingga saat tahapan telofase, dinding pemisah
gagal terbentuk sehingga kromosom asli dan duplikatnya tetap ada dalam 1
5

sel. Konsentrasi kolkisin yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0%, 25%,
50% dan 75%.
3. Waktu pemotongan akar bawang lanang (Allium sativum) yang telah
tumbuh dilakukan setiap pukul 21.00, 00.00, dan 03.00.

Вам также может понравиться