Вы находитесь на странице: 1из 36

BAB I

PENDAHULUAN

Prevalensilansia di indonesia dari tahun ketahun mengalami peningkatan.


Dimana seseorang telah mencapai kemasakan dalam ukuran, fungsi dan juga telah
menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan
70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5% mengalami stroke
yaitu lansia.
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi
secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden
stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali
lebih besar pada pria dibanding wanita.
Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf
pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh
darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf
tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data
secara konkrit mengenai hal ini.
Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan
ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga
meningkatkan hasrat mereka untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh
persaingan dalam perjuangan tersebut, benturan-benturan fisik maupun psikologis
tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup
di Indonesia kian meningkat sehingga semakin banyak terdapat lansia. Dengan
bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin

1
kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia
merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia
1. Definisi
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran.
Menurut Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai
usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Menurut James C. Chalhoun (2003) masa tua adalah suatu masa dimana
orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Sedangkan menurut Prayitno (2004) mengatakan bahwa setiap orang
yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun
ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah
untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Menurut Saparinah (2003) lansia dimana berusia 55 sampai 65 tahun
merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini
akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan
berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-
perubahan dalam hidupnya.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia
merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan
dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi
organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55
tahun sampai meninggal.
2. Ciri-ciri Lansia

3
Menurut Hurlock (2004) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu
:
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi
yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
b. Lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari
sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan
diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang
lain.
c. Perubahan peran
Perubahanperantersebutdilakukankarenalansiamulaimengalamikemun
durandalamsegalahal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
3. Cara Menjaga Hidup Sehat Pada Lansia

4
Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat
menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang.
Adapun cara-cara tersebut adalah:
a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia
seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena
itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat.
Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan
karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar
adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam
keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal,
dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan
dengan kebutuhannya.
b. Minum air putih 1.5 – 2 liter
Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di
saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga
sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh
kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga
berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang
adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas.
Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk
mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air.
Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan
muncullah sembelit..
c. Olah raga teratur dan sesuai
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun.
Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun,

5
sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh
karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai
dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit.
Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara
lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan
atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.
Olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki,
dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya
golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil
dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan
otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.
d. Istirahat, tidur yang cukup
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk
tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat
untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan
mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh
mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang
akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur
yang cukup sangat penting untuk kesehatan.
e. Menjaga kebersihan
Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya
kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan
dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk
kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan
sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan,
membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap
kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang ( telinga,
hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar

6
rumah dan pakailah pakaian yang bersih. Kebersihan lingkungan,
dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air.
f. Minum suplemen gizi yang diperlukan
Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ
tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut
menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian
besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika
diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi.
Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut
harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.
g. Memeriksa kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan
merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan
lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan
kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala
penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya
lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan
penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun
petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang
panjang dan tetap sehat.
h. Mental dan batin tenang dan seimbang
Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja
yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin.
i. Rekreasi
Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama
seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat
disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan
di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika
mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu,

7
duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak,
pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-
hari.
j. Hubungan antar sesama yang sehat
Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-
teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi
juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan
keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang
selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih
lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan
disayangi.
k. Back to nature (kembali ke alam)
Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini
telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan
makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman
kaleng, buah dan sayur awetan, jarang bergerak karena segala sesuatu
atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya
tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu
lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaran
walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya
hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh
kita menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena
makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan
penyakit.
B. Stroke
1. Definisi

8
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang
terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan
otak.
Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
( Brunner dan Suddarth, 2002 ).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak ( Elizabeth J. Corwin, 2002 ).
Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam
atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran otak non traumatic (Mansjoer,
2002).
Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder
dari proses patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis,
embolis, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince,
2002).

Menurut Lumbantobing (2002) kelainan yang terjadi akibat gangguan


peredaran darah. Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya
penyumbatan pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi
dua yaitu : stroke trombotik, yang disebabkan oleh thrombus dan
stroke embolik, yang disebabkan oleh embolus.
Harsono (2002) membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk
klinisnya antara lain :
1) Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA).
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan
peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

9
2) Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic
Neurologik Defisit (RIND). Gejala neurologik timbul ± 24 jam,
tidak lebih dari seminggu.
3) Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).
Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.
4) Completed Stroke
Kelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang
lagi.
b. Perdarahan (Stroke Hemoragi)
Terjadi pecahnya pembuluh darah otak.
2. Etiologi
Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi
kelompok usia menengah dan dewasa tua karena adanya penyempitan atau
sumbatan vaskuler otak yang berkaitan erat dengan kejadian.
a. Trombosis Serebri
Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada
40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis.
Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan fokal dinding pembuluh
darah akibat anterosklerosis.
b. Embolisme
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung
sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan
dari penyakit jantung.
Sedangkan menurut prince (2002) mengatakan bahwa stroke
haemoragi disebabkan oleh perdarahan serebri. Perdarahan intracranial
biasanya disebabkan oleh ruptura arteria serebri. Ekstravasali darah
terjadi dari daerah otak dan atau subaracnoid, sehingga jaringan yang
terletak di dekatnya akan tergeser. Perdarahan ini dibedakan
berdasarkan tempat terjadinya perdarahan.

10
3. Faktor Risiko
Harsono (2002) membagi faktor risiko yang dapat ditemui pada klien
dengan Stroke yaitu:
a. Faktor risiko utama
1) Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit
maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan
mengalami kematian.
2) Diabetes Mellitus
Debetes mellitus mampu, menebalkan dinding pembuluh darah
otak yang berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan
menyempitkan diameter pembuluh darah yang akan menggangu
kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan
kematian sel- sel otak.
3) Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok.
Dikemudian hari seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit
jantung koroner dengan infark obat jantung dan gangguan irana
denyut janung. Factor resiko ini pada umumnya akan
menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena
jantung melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang telah mati ke
aliran darah.

b. Faktor Resiko Tambahan


1) Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan
Trigliserida. Meningginya kadar kolesterol merupakan factor
penting untuk terjadinya asterosklerosis atau menebalnya dinding

11
pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh
darah.
2) Kegemukan atau obesitas
3) Merokok
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan
mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan
peningkatan kekentalan darah.
4) Riwayat keluarga dengan stroke
5) Lanjut usia
Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia.
Polisitemia dapat menghambat kelancaran aliran darah ke otak.
Sementara leukemia/ kanker darah dapat menyebabkan terjadinya
pendarahan otak.
6) Kadar asam urat darah tinggi
7) Penyakit paru- paru menahun.

4. Patofisiologi
a. Stroke Hemoragic
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua
penyebab utama kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan
serebral dapat terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural atau
epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural), diruang
subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak
(hemoragi intraserebral).
1) Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro
yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti
fraktur tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea
lain.

12
2) Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada
dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa
hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya,
periode pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih
lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien
mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan
tanda dan gejala.
3) Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena
kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat
aneurisma.
4) Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah. pada orang yang lebih muda dari 40 tahun,
hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi
arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh
tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan
medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat aditif).
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar
basal ganglia. Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat.
Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik yang
terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada
tanda vital. Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi
mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda
vital.
b. Stroke Non Hemoragic
Terbagi atas 2 yaitu :

13
1) Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang
makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak
lancer. Penurunan aliran arah ini menyebabakan iskemi yang akan
berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut
akan mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi nekrosis.
Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah di percabangan
arteri carotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan dengan
arteri basiler. Onset stroke trombotik biasanya berjalan lambat.
2) Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas
dari bagian tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut
terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya
pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri
carotis di bagian tengah atau Middle Carotid Artery ( MCA ).
Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan iskemik.

5. Manifestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori).
a. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena
lesi pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah
satu sisi tubuh.
b. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau
afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), apraksia
(ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya)

14
c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan
visual-spasial, kehilangan sensori
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
e. Disfungsi kandung kemih
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tidak berfungsi
yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut.
Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa
jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut
Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam
wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic
neurologic defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat
yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanent
(Harsono, 2003).

6. Pengkajian Fokus
a) Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif :
1) Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )

15
Data obyektif :
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (
hemiplegia ) , kelemahan umum.
3) Gangguan penglihatan
Evaluasifungsional (ADL):
Guna mengetahui kondisi pasien saat itu, kemampuan
fungsionalnya dinilai dari ADL serta penyakit yang
menyertainya.Umumnya dipakai Index Katz(ada pula Index Barthel ).
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :Bathing, Dressing, Toiletting,
Transfering, Continence dan Feeding. Klasifikasinya sebagai berikut:
i. Indeks Katz A: mandiri untuk 6 aktivitas
ii. Indeks Katz B: mandiri untuk 5 aktivitas
iii. Indeks Katz C: mandiri, kecuali Bathingdan1 fungsi lain
iv. Indeks Katz D: mandiri, kecuali Bathing, Dressing dan
1fungsi lain
v. Indeks Katz E: mandiri, kecuali Bathing,Dressing,
Toilettingdan 1 fungsi lain
vi. Indeks Katz F: mandiri, kecuali Bathing,Dressing,
Toiletting, Transfering dan 1 fungsi lain
vii. Indeks Katz G: Tergantung pada orang lain untuk 6
aktivitas.
b) Sirkulasi
Data Subyektif :
Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif :
1) Hipertensi arterial
2) Disritmia, perubahan EKG

16
3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c) Integritas ego
Data Subyektif :
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan
2) kesulitan berekspresi diri
d) Eliminasi
Data Subyektif:
1) Inkontinensia, anuria
2) distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya
suara usus( ileus paralitik )
e) Makan/ minum
Data Subyektif:
1) Nafsu makan hilang
2) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
4) Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
1) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan
faring )
2) Obesitas ( factor resiko )
f) Sensori neural
Data Subyektif:
1) Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
2) nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.

17
3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
4) Penglihatan berkurang
5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
1) Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
2) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek
tendon dalam ( kontralateral )
3) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
4) Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral
g) Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif :
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h) Respirasi
Data Subyektif:

18
1) Perokok ( factor resiko )
Tanda :
a)) Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
b)) Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
c)) Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
i) Keamanan
Data obyektif:
1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
j) Interaksi social
Data obyektif :
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
k) Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
l) Riwayat hipertensi keluarga, stroke
2) penggunaan kontrasepsi oral
l) Pertimbangan rencana pulang
1) Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
2) Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah
(Doenges E, Marilynn, 2000)
7. Pemeriksaan Penunjang

19
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa stroke antara lain adalah:
a. Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak
gangguan. Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari
arteria femoralis di daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai
kemudian zat warna disuntikkan.
b. CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan
perdarahan.
c. EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat
di daerah yang mengalami gangguan.
d. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, Tekanan meningkat dan cairan
yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal
(Harsono, 2003).

8. Komplikasi
Komplikasi utama pada stroke menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002 yaitu :
a. Hipoksia Serebral
b. Penurunan darah serebral
c. Luasnya area cedera

20
9. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular, gangguan
fungsi kognitif, penurunan kekuatan otot. (232:00085)
b. Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral,
gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut,
kelemahan umum / letih. (278:00051)
c. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler, kelemahan
(NANDA 2015, p257)
d. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d tumor otak (mis.,
gangguan serebrovaskuler, penyakit neurologis, trauma, tumor)
(252:00201)

10. Intervensi Keperawatan


a. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular, gangguan
fungsi kognitif, penurunan kekuatan otot.
1) NOC (641)
Pergerakan (452:0208)
a) Koordinasi dipertahankan pada banyak terganggu (2) di
tingkatkan ke sedikit terganggu (4)
b) Gerakan otot dipertahankan pada banyak terganggu (2) di
tingkatkan ke sedikit terganggu (4)
c) Kinerja pengaturan tubuh dipertahankan pada banyak
terganggu (2) di tingkatkan ke sedikit terganggu (4)
d) Bergerak dengan mudah dipertahankan pada banyak terganggu
(2) di tingkatkan ke sedikit terganggu (4)
2) Intervensi (554)
Perawatan tirah baring (393:0740)
a) Monitor kondisi kulit pasien

21
b) Monitor komplikasi tirah baring (misalnya : kehilangan tonus
otot, nyeri punggung, konstipasi, peningkatan stress, depresi,
kebingungan, perubahan siklus tidur, infeksi saluran kemih,
kesulitan berkemih, pneumonia)
c) Balikan pasien yang tidak dapat mobilisasi paling tidak setiap 2
jam sesuai dengan jadwal yang spesifik
d) Posisikan sesuai body aligment
e) Ajarkan latihan di tempat tidur dengan cara yang tepat
f) Tempatkan matras atau kasur terapeutik dengan cara yang tepat
g) Letakan meja disamping tempat tidur berada dalam jangkauan
pasien
h) Kolaborasi dengan fisioterapi
b. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral,
gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut,
kelemahan umum / letih.
1) NOC (627)
Komunikasi : mengekspresikan (230:0903)
a) Menggunakan bahasa lisan : vokal dipertahankan pada
banyak terganggu (2) ditingkatkan ke sedikit terganggu (4)
b) Kejelasan berbicara dipertahankan pada banyak terganggu (2)
ditingkatkan ke sedikit terganggu (4)
c) Menggunakan bahasa isyarat dipertahankan pada banyak
terganggu (2) ditingkatkan ke sedikit terganggu (4)
2) Intervensi (539)
Mendengar aktif (223:4920)
a) Buat tujuan interaksi
b) Tunjukan ketertarikan pada klien

22
c) Gunakan pertanyaan maupun pernyataan yang mendorong
klien untuk mengekspreikan perasaan, pikiran dan
kekawatiran
d) Gunakan perilaku non verbal untuk memfasilitsi komunikasi
e) Sadari tempo suara, kecepatan, volume, maupun tekanan
suara
f) Gunakan interaksi berkala untuk mengeksplorasi arti dari
perilaku klien
g) Gunakan teknik diam/mendengarkan dalam rangka
mendorong klien untuk mengekspreikan perasaan, pikiran dan
kekawatiran
c. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler, kelemahan
1) Tujuan dan kriteria hasil
1. Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan
sendiri
2. Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam
memberikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi
kenutuhan perawatan diri
2) Intervensi:
1. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan
menggunakan skala 1-4) untuk melakukan kebutuhan sehari-
hari
2. Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan
pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang
kebutuhannya untuk menghindari dan atau kemampuan untuk
menggunakan urinal,bedpan.

23
4. Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan
pada kebiasaan pola normal tersebut. Kadar makanan yang
berserat, Anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan
aktivitas.
5. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukan atau keberhasilannya.
6. Kolaborasi :
i. Berikan supositoria dan pelunak feses
ii. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/okupasi.
d. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d tumor otak (mis., gangguan
serebrovaskuler, penyakit neurologis, trauma, tumor)
2) NOC (692)
Ststus neurologi (545:0909)
a) Kesadaran dipertahankan pada banyak terganggu (2)
ditingkatkan ke sedikit terganggu (4)
b) Fungsi sensorik dan motorik kranial dipertahankan pada
banyak terganggu (2) ditingkatkan ke sedikit terganggu (4)
c) Fungsi sensorik dan motorik spinal dipertahankan pada
banyak terganggu (2) ditingkatkan ke sedikit terganggu (4)
d) Komunikasi yang tepat sesuai dengn situasi dipertahankan
pada banyak terganggu (2) ditingkatkan ke sedikit terganggu
(4)
3) Intervensi (569)
Monitor neurologi (235:2620)
a) Monitor tingkat kesadaran
b) Monitor skala koma glasglow
c) Monitor bentuk otot, gerakan motorik, gaya berjalan dan
proprioception
d) Monitor TTV

24
e) Monitor karakteristik berbicara: kelancaran, adanya aphasia,
atau kesulitan menemukan kata
f) Monitor respon terhadap stimuli:verbal, taktil, dan respon
bahaya
DAFTAR PUSTAKA

Ancowitz, A. 2002. The Stroke Book. New York : William Morrow and
Company, inc.
Chalhoon. JC. 2003. Masa Tua. Jakarta : EGC
Depkes. 2002. Menjaga hidup sehat pada lansia. Jakarta: Salemba medika
Elizabet, j, corwin. 2001. Seputar stroke. Jakarta: Paradigma
Harsono. 2002. Penyakit stroke. Jakarta: Hipokrates
Hudak Gallo. 2002. Keperawatan Kritis. Edisi VI Volume II. Jakarta : EGC.
Hurlock. 2004. Ciri-ciri lansia. Jakarta: Djambatan
Lumbantobing. 2002. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer. 2002. Stroke. Jakarta: Binarupa aksara
Mardjono.2002. ciri-ciri stroke. Yogyakarta: salemba medika
Marilynn E, Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Pahria, Tuti, dkk. 2002. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta : EGC.
Prayitno. 2004. Usila . Jakarta: Salemba medika
Price. 2002. All about stroke. New York: saddow inc
Saparinah. 2003. Usia lanjut. Yogyakarta: Paradigma
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth vol 3. Jakarta : EGC.

25
26
BAB III

TINJAUAN KASUS

KASUS :
Ny.R (76 tahun) mengeluhkan tubuh bagian kanan terasa kaku. Ny. R tinggal
bersama anaknya. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data : Klien mengatakan
klien masih kesulitan berbicara( pelo), masih sulit untuk berjalan. Dimana kaki
bagian kanan mengalami kekakuan, kesemutan dan kalau berjalan harus
menggunakan alat bantu, tangan kanan sudah dapat digerakkan tetapi belum mampu
mengangkat beban. Kondisi klien tampak lemah. Ny. R tampak gelisah, serta
mengalami kelemahan didaerah ekstremitas bawah sehingga pasien ini harus duduk
dikursi roda mengakibatkan terbatasnya ruang gerak sehingga aktivitas seperti
mandi, memasang atau melepaskan pakaian dan toileting dibantu oleh keluarga. Klien
makan 3 kali sehari serta klien mampu makan sendiri. Klein mengeluhkan di malam
hari sering terbangun. Dari hasil pengkajian Ny R punya riwayat hipertensi. TD :
170/110mmHg, HR : 78x/menit, RR: 28x/menit, S: 370C. Pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan adalah MRI hasil : adanya jaringan otak yang mengalami infark.
Hasil Lab : Kolesterol Total : 180 gr/dL, LDL = 160 gr/dl, HDL : 50 gr/dl.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama :Ny. R
Jenis kelamin :Perempuan
Umur :76 thn
Agama :Islam
Status perkawinan :Menikah
Pendidikan terakhir :-
Pekerjaan :Ibu Rumah tangga
Alamat rumah : Jl. Pegangsaan timur no. 56

27
2. Keluhan Utama
Ny. R mengeluhkan tubuh bagian kanan terasa kaku.
3. Pengetahuan tentang penyakit yang diderita
Ny. R mengetahui kalau dia pernah menderita stroke dan mempunyai
riwayat hipertensi.
4. Riwayat Kesehatan
a. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini Ny. R
mengeluhkan tubuh bagian kanan terasa kaku.
b. Riwayat / status kesehatan setahun lalu
2 thn yg lalu Ny. R di diagnosa stroke.
c. Riwayat masuk panti / periksa kesehatan
Klien mengatakan belum pernah masuk panti / periksa kesehatan
d. Masalah kesehatan keluarga / keturunan
Klien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit seperti klien saat ini. Keluarga klien tidak
mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi.
5. Kebiasaan Sehari-hari
a. Biologis
1) Pola makan/minum
Ny. R biasa makan 3 kali sehari dan klien makan secara mandiri.
2) Pola tidur
Klein mengeluhkan di malam hari sering terbangun
3) Pola eliminasi (BAB / BAK)
Klien harus di bantu kalau mau BAB atau BAK
4) Aktivitas sehari-hari( mobilisasi)
Klien mengunakan alat bantu dalam melakukan aktivitas.
5) Kebersihan diri( Mandi)
Klien harus di bantu oleh keluarga dikala mandi.
6) Berhias dan berpakaian

28
Klien masih di bantu oleh keluarga.
7) Indeks KATZ
Indeks katz F
b. Psikologis
1) Depresi (Beck / Yesavage) :tidak ada
2) Keadaan emosi :keadaan emosi klien tidak stabil
3) Konsep diri :klien merasa dihargai oleh
keluarganya
c. Sosial
1) Dukungan keluarga
Keluarga klien memberikan semangat untuk kesembuhan klien.
2) Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga cukup baik
3) Hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan orang lain cukup baik
d. Spiritual / cultural
1) Pelaksanaan ibadah : klien selama sakit tidak dapat melakukan
ibadah solat wajib seperti biasanya, sehingga klien hanya dapat
berdoa untuk kesembuhannya.
2) Keyakinan tentang kesehatan : klien yakin dia akan lekas sembuh,
karena ada keluarganya yang selalu mendukungnya.
e. Pemeriksaan Fisik
Tinjauan Sistem
1) Keadaan umum : baik
2) Tingkat kesadaran : composmentis
3) GCS : V5 M6 E4
4) Suhu :37°C
5) Nadi: :78 x/menit
6) Tekanan darah :170/110 mmHg

29
7) Pernafasan :28 x/menit
8) Kepala (rambut) : mesochepal, rambut beruban
9) Mata : pupil isokor, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
10) Telinga : sedikit kotor, terdapat cairan
11) Hidung : tidak ada polip, bersih
12) Mulut : mukosa bibir lembab
13) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

14) Thorak : Bentuk dada simetris, retraksi otot dada


(-), turgor kulit baik.
15) Abdomen : Tidak ada Ascites, tidak kembung,
nyeri tekan(-).
16) Ekstremitas atas dan bawah: kaki bagian kanan mengalami
kekakuan
tangan kanan sudah dapat digerakkan tetapi belum mampu
mengangkat beban
17) Genetalia : sedikit kotor
18) Keadaan lingkungan : lembab

f. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium :Kolesterol Total : 180 gr/dL, LDL =
160 gr/dl, HDL : 50 gr/dl.
2) Radiologi : MRI, hasil : adanya jaringan otak yang
mengalami infark.
3) Diagnosa medis : stroke

30
B. ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds: Gangguan Hambatan


Ny.R mengeluhkan tubuh Neuromuskuler mobilitas fisik
bagian kanan terasa kaku,
(232:00085)
masih sulit untuk berjalan.
Dimana kaki bagian kanan
mengalami kekakuan,
kesemutan.
DO :
Kondisi klien tampak lemah.
Kalau berjalan harus
menggunakan alat bantu,
tangan kanan sudah dapat
digerakkan tetapi belum
mampu mengangkat beban.
Hasil MRI : adanya jaringan
otak yang mengalami infark.
2. DS: Gangguan system (00051)
Klien mengatakan masih syaraf pusat Hambatan

sulit untuk berbicara komunikasi verbal

DO:
Klien tampak lemah, pelo.
Hasil MRI : adanya jaringan
otak yang mengalami infark.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
ditandai dengan keterbatasan rentang gerak

31
2. 00051 Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan system
syaraf pusat ditandai dengan pelo (NANDA 2015.p278)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. Tujuan / criteria hasil Intervensi

1. Setelah dilakukan asuhan a) Monitor kondisi kulit pasien


keperawatan selama 3 kali b) Monitor komplikasi tirah baring
kunjungan diharapkan (misalnya : kehilangan tonus otot,
masalah hambatan mobilitas nyeri punggung, konstipasi,
fisik dapat teratasi dengan peningkatan stress, depresi,
criteria hasil: kebingungan, perubahan siklus
tidur, infeksi saluran kemih,
Pergerakan (452:0208)
kesulitan berkemih, pneumonia)
a) Koordinasi
c) Balikan pasien yang tidak dapat
dipertahankan pada
mobilisasi paling tidak setiap 2
banyak terganggu (2) di
jam sesuai dengan jadwal yang
tingkatkan ke sedikit
spesifik
terganggu (4)
d) Ajarkan latihan dengan cara yang
b) Gerakan otot
tepat
dipertahankan pada
banyak terganggu (2) di
e) Letakan meja disamping tempat
tingkatkan ke sedikit
tidur berada dalam jangkauan
terganggu (4)
pasien
c) Kinerja pengaturan
tubuh dipertahankan (393:0740)
pada banyak terganggu
(2) di tingkatkan ke
sedikit terganggu (4)
d) Bergerak dengan mudah

32
dipertahankan pada
banyak terganggu (2) di
tingkatkan ke sedikit
terganggu (4)

2. Setelah dilakukan asuhan 4976) Peningkatan komunikasi :


keperawatan selama 3 kali Kurang bicara
kunjungan diharapkan a. Monitor kecepatan bicara,
masalah hambatan tekanan, kecepatan, kuantitas,
komunikasi verbal dapat volume dan diksi
teratasi dengan criteria hasil: b. Sediakan metode alternative untuk
berkomunikasi dengan bicara
(0902) Komunikasi :
(misalnya menulis di meja,
1. Menggunakan bahasa menggunakan kartu, kedipan
lisan dapat mata, papan komunikasi dengan
dipertahankan pada gambar dan huruf, tanda dengan
skala 3 (cukup tangan atau postur, dan
terganggu) ditingkatkan menggunakan computer)
ke skala 5 (tidak c. Jamin lampu pemanggil berada
terganggu) dalam jangkuan memberikan
2. Interpretasi akurat tanda ada system pemanggil
terhadap pesan yang dengan cahaya untuk
diterima dapat mengindikasikan bahwa pasien
dipertahankan pada tidak bisa bicara
skala 3 (cukup d. Sesuaikan gaya komunikasi untuk
terganggu) ditingkatkan memenuhi kebutuhan klien (
ke skala 5 (tidak bicara pelan untuk menghindari
terganggu) berteriak, atau bantuan keluarga

33
3. Pertukaran pesan yang dalam memahami pembicaraan
akurat dengan orang lain pasien)
dapat dipertahankan e. Kolaborasi bersama keluarga dan
pada skala 3 (cukup ahli/terapis bahasa patologis untuk
terganggu) ditingkatkan mengembangkan rencana agar
ke skala 5 (tidak bisa berkomunikasi secara efektif
terganggu)
(NIC Edisi 6, p539)
(NOC Edisi 5, p627)

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Dx. Implementasi Evaluasi

1. Jam 09.00 WIB.

a) Monitor kondisi kulit S : pasien mengatakan sudah bisa


pasien melakukan aktifitas sebagian.
b) Monitor komplikasi
O : Pasien dibantu dengan minimum.
tirah baring (misalnya :
kehilangan tonus otot, A : Masalah teratasi sebagian
nyeri punggung,
konstipasi, peningkatan P : tindakan dilanjutkan dan

stress, depresi, menganjurkan pasien melakukan


kebingungan, aktifitas secara bertahap, memberi

perubahan siklus tidur, support pada paien dalam melakukan


infeksi saluran kemih, aktifitas.
kesulitan berkemih,
pneumonia)
Jam 10.10 WIB.

34
Balikan pasien yang tidak
dapat mobilisasi paling tidak
setiap 2 jam sesuai dengan
jadwal yang spesifik
Jam 10.20 WIB.

Ajarkan latihan dengan cara


yang tepat
2. Jam 09.00 WIB
S:
Memonitor kecepatan
bicara, tekanan, kecepatan, Klien mengatakan kesulitan dalam
berbicara sudah berkurang
kuantitas, volume dan diksi
Jam 09.15 WIB. O:

- Bicara klien terdengar lebih jelas


Menyediakan metode - Sudah tidak pelo lagi
alternative untuk - Klien mampu mengenali pesan
berkomunikasi dengan yang diterima

bicara yaitu menulis di meja. A : Masalah belum teratasi


Jam 09.20 WIB. P : Lanjutkan Intervensi :

Menjamin lampu pemanggil 1. Monitor kecepatan bicara dan


berada dalam jangkuan volume klien
memberikan tanda ada 2. Sediakan metode alternative
system pemanggil dengan untuk berkomunikasi
cahaya untuk 3. Jamin lampu pemanggil berada
mengindikasikan bahwa dalam jangkuan klien
pasien tidak bisa bicara. Sesuaikan gaya komunikasi untuk
Jam 09.40 WIB. memenuhi kebutuhan klien

Menyesuaikan gaya

35
komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan klien yaitu bicara
pelan dan meminta bantuan
keluarga dalam memahami
pembicaraan pasien
Jam 09.50 WIB.

Berkolaborasi dengan ahli


terapis agar klien dapat
berkomunikasi secara efektif

36

Вам также может понравиться