Вы находитесь на странице: 1из 10

ASKEP PNEUMONIA

A. DEFENISI

Pneumonia yang didapat dari komunitas didefenisikan sebagai suatu penyakit yang dimulai
di luar rumah sakit atau didiagnosa dalam 48 jam setelah masuk rumah sakit pada pasien yang
tak tinggal dalam fasilitas perawatan jangka panjang selama 14 hari atau lebih sebelum onset
gejala. Selain itu pneumonia juga dapat didefenisikan suatu peradangan atau inflamasi pada
parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi.

1. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
2. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal
yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-
organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat
menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis
kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel
saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus
tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus.2
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan
yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian
bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi
di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain
melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus
(contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks )
dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata 2 Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan
eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya
sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

3. MANIFESTASI KLINIK
a. Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat
(39,5 ºC sampai 40,5 ºC).
b. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
c. Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan
cuping hidung,
d. Nadi cepat dan bersambung Bibir dan kuku sianosis.
e. Sesak nafas
4. KOMPLIKASI
a. Efusi pleura
b. Hipoksemia
c. Pneumonia kronik.
d. Bronkaltasis
e. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang
diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
f. Komplikasi sistemik (meningitis)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga
menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus.
c. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
d. Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
e. Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
7. Asuhan keperawatan pada pasien pneumonia
Pengkajian fisik
Data dasar pengkajian pasien pneumonia:
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya.
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3. Makanan/cairan (nutrisi)
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi)
4. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza).
Tanda : perusakan mental (bingung)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
6. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : – sputum: merah muda, berkarat
a. Perpusi : pekak datar area yang konsolidasi.
b. Premikus : taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
c. Bunyi nafas menurun.
d. Warna : pucat/sianosis bibir dan kuku
7. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari.
Rencana pemulangan : bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

8. Diagnosa keperawatan yang muncul:


1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
a. Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
b. Bunyi nafas tak normal.
c. Dispnea, sianosis.
d. Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
a. Dispnea, sianosis
b. Takikardia
c. Gelisah/perubahan mental
d. Hipoksia

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
a. Dispnea
b. Takikardia
c. Sianosis
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai
dengan:
a. Nyeri dada
b. Sakit kepala
c. Gelisah
d. kondisi tubuh lemah

9. Rencana intervensi
Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputu.

Tujuan: Jalan nafas efektif

kriteria hasil: Batuk efektif

a. Nafas normal
b. Bunyi nafas bersih
c. Sianosis
Intervensi:
1. Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.
2. Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional : penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
3. Biarkan teknik batuk efektif.
Rasional : batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
4. Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada
faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5. Berikan cairan sedikitnya
Rasional : cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
Rasional : alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret,
analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen tujuan: Gangguan gas teratasi

Kriteria hasil:

a. Sianosis
b. Nafas normal
c. Sesak berkurang
d. Hipoksia

Intervensi:

1. Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.


Rasional: manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.
2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer
(kuku) atau sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit
sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3. Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan
hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
4. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
5. Kolaborasi Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master,
master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode
yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pe.
3. toleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
a. Tujuan: Intoleransi aktivitas teratasi
b. Kriteria hasil:
c. Nafas normal
d. Sianosis
e. Irama jantung

Intervensi
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
interan.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
3. Jelaskan perlunya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap
a. Tujuan: Nyeri dapat teratasi
b. Kriteria hasil:
c. Nyeri dada (-)
d. Sakit kepala (-)
e. Gelisah (-)
Intervensi:
1. Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga
dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
2. Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila
alas an lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
3. Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang /
berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
4. Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat
keefektifan upaya batuk.
5. Kolaborasi berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi.
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau
menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
Daftar pustaka

Tierney,Jr Lawrence M, McPhee Stephen J, papadakis Maxine A. Ilmu penyakit dalam, salemba
medika

Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.

Вам также может понравиться