Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB IV

KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian.
Penyelenggaraan sarana prasarana rumah sakit yang bangunan dan peralatan tidak benar akan
dapat menyebabkan kecelakaan / ketidak sesuaian pemakaian sarana prasarana sehingga
menimbulkan ketidak nyamanan pelanggan rumah sakit.
B. Tujuan.
Mencegah timbulnya dampak negatif dari penyelengaraan sarana prasarana yang tidak dikelola
secara baik.
C. Tata laksana keselamatan pasien.
1. Pemenuhan bangunan dan peralatan yang kuat, aman dan legal yang digunakan untuk
pelayanan.
2. Pemeliharaan rutin dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
3. Waktu tunggu kedatangan petugas maintenance ≤ 30 menit pada layanan alat medik pada
saat jam kerja pagi. Pada waktu siang dan malam akan dilaksanakan sistem on call dan
petugas akan datang.
4. Kalibrasi alat medik dapat terkalibrasi 100 % sesuai dengan peraturan yang dilaksanakan
secara bertahap setiap 4 bulan sekali.
5. Laporan kerusakan dari bangsal disampaikan ke bagian IPSRS melalui telephone yang akan
diterima oleh administrator dan akan dicatat pada lembar permohonan kerja.
6. Kerjasama untuk pemeliharaan alat pada pihak ketiga yang akan dilakukan penilaian
kinerja setiap 6 bulan sekali.
D. Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan Sarana dan Prasarana
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara / metode kerja dan kondisi yang
bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja pekerja di semua lapangan kerja
setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada pekerja yang diakibat oleh keadaan /
kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

193
E. Peralatan Pelindung Diri.

Pada waktu melaksanakan perbaikan / pemeliharaan sarana prasarana pelaksana diwajibkan


menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ).
Alat Pelindung Diri yang digunakan terdiri dari :
1. Werpak ( pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat )
2. Helm / topi
3. Sarung Tangan dari kulit bila berhubungan dengan listrik.
4. Sepatu safety/kulit.
5. Kacamata las apabila mengerjakan las.
6. Sabuk pengaman apabila naik ke tempat yang berbahaya.
7. Masker apabila mengerjakan pada tempat berdebu.
8. Body sparing bila melakukan perbaikan.
Sesudah melakukan pekerjaan membiasakan diri mencuci tangan sebagai upaya pertahanan
diri terhadap kontaminasi penyakit.

F. Landasan Kesehatan dan Keselamatan IPSRS

Undang – Undang No 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya kesehatan
kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan.
Kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat
kerja yang termasuk kategori tersebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja ini bertujuan guna melindungi
karyawan dan kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam atau di luar rumah sakit.

Dalam Undang – Undang dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “ Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja ada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja akan meningkatkan produktifitas pegawai dan meningkatkan produktifitas
rumah sakit. Undang – Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk
menjamin:

194
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehatdanselamat.
2. Agar faktor – faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efesien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar dan tanpa hambatan.

Faktor –faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada
tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja.
2. Kesadaran dan kualitas pekerja.
3. Peranan dan kualitas manajemen.

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus.
2. Alat –alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi.
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi ukuran kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin.
4. Tidak tersedia alat –alat pengaman.
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain –lain.

G. Program Keselamatan kerja di bagian Pemeliharaan Sarana :

Program keselamatan kerja ditujukan kepada :

1. Pasien

a. Memastikan peralatan yang dipakai dalam pelayanan sudah memenuhi persayaratan


dan legalitasnya.
b. Memastikan bahan yang dipakai untuk pelayanan aman dan halal.
c. Memmastikan petugas yang melakukan tindakan pelayanan sesuai dengan kualifikasi
atau kehaliannya.
d. Memastikan lingkungan yang ada disekitar aman dan nyaman.

2. Pengunjung

a. Memastikan fasilitas umum dan gerak mencukupi.


b. Memastikan lingkungan yang aman dan nyaman.

195
c. Memastikan petunjuk atau rambua – rambu yang ada mudah dipahami dan
dimengerti.
d. Memastikan fasilitas dan peralatan yang dipakai aman dan baik.

3. Petugas

a. Penggunaan alat pelindung diri ketika bekerja.


b. Fasilitas atau peralatan yang digunakan aman dan baik.
c. Memahami dan menjalankan prosedur yang telah ditetapkan.
d. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

196

Вам также может понравиться