Вы находитесь на странице: 1из 16

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

URGENSI INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU


PARAMETER PERSATUAN DAN KESATUUAN BANGSA

Kelompok 3

Nama : Indah Nuraini (061840411725)


Romy Apriansyah Ysf (061840411743)
Kelas : 2 EGD
Dosen Pembimbing : Taufiq Jauhari, ST.,M.T .

Program Studi Teknik Energi


Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Urgensi Integrasi Nasional Sebagai Salah

Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa” tepat pada waktunya. Shalawat dan

salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW,keluarga,sahabat,

dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini di kemudian hari. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabakatuh

Palembang, April 2018


DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................................

Daftar Isi ..........................................................................................................

Bab I (Pendahuluan) ........................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................

1.3 Tujuan ........................................................................................................

Bab II (Pembahasan) .......................................................................................

2.1 Pengertiaan Integrasi Nasional ..................................................................

2.2 Jenis-Jenis Integrasi ...................................................................................

2.3 Faktor Pendukung Integrasi Nasional........................................................

2.4 Pentingnya Integrasi Nasional ...................................................................

2.5 Tantangan Dalam Membangun Integrasi Nasional ...................................

Bab III (Penutup) .............................................................................................

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................

3.2 Saran ..........................................................................................................

Daftar Pustaka .................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Suatu negara bangsa membutuhkan persatuan untuk bangsanya yang

dinamakanintegrasi nasional di katakan bahwa sebuah negara bangsa yang mampu

membangunintegrasi nasionalnya dalam memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan

bangsa-bangsayang ada di dalamnya. Integrasi nasional merupakan salah satu tolak ukur

persatuan dankesatuan bangsa. Indonesia sebagai sebuah negara dalam realitasnya terpisah

padabeberapa bagian dan tingkatan, dari segi geografis dipisahkan oleh lautan dengan

beratusratuspulau besar dan beribu-ribu pulau kecil. Masih banyak pulau yang belum

diberinama, bahkan belakangan ini dua pulau yang berada di kawasan Kalimantan telah

menjadimilik Negara Malaysia. Dari perspektif kewilayahan tampak pembagian Indonesia

BagianTimur dan Indonesia Bagian Barat atau kawasan perkotaan dan perdesaan.

Realitas itu menyebabkan pula kewargaan penduduk Indonesia berbeda-beda

darisegi kebudayaan. Pengelompokkan kewargaan serupa itu diwujudkan dalam satuan-

satuanetnik. Menurut kajian Hildred Geetz (1963), terdapat 300 kelompok etnik dan 250

jenisbangsa yang setiap kelompok etnik itu memiliki identitas kebudayaan sendiri,

termasuk didalamnya bahasa-bahasa yang digunakannya. Di era reformasi ini,

kemajemukanmasyarakat cenderung menjadi beban daripada modal bangsa Indonesia. Hal

ini terlihatdari munculnya berbagai masalah yang sumbernya berasalkan kemajemukan.

Saat ini pula bangsa Indonesia, masih mengalami krisis multidimensi yang menggoncang

kehidupan kita. Sebagai salah satu masalah utama dari krisis besar itu adalah ancaman

disintegrasi bangsa yang hingga saat ini masih belum merdeka. Oleh karena itu, pentinglah

kiranya kita untuk lebih memahami pentingnya integrasi nasional sebagai salah satu

parameter persatua dan kesatuan bangsa.


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian integrasi nasional?

2. Jelaskan jenis-jenis integrasi!

3. Jelaskan faktor-faktor yang mendukung integrasi nasional!

4. Jelaskan pentingnya integrasi nasional!

5. Jelaskan tantangan dalam membangun integrasi nasional!

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertiaan integrasi nasional

2. Memahami jenis-jenis integrasi

3. Memahami faktor-faktor yang mendukung integrasi nasional

4. Memahami pentingnya integrasi nasional

5. Mengetahui tantangan dalam membangun integrasi nasional


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Integrasi Nasional

Secara etimologis integrasi terdiri atas dua kata yaitu integrasi dan nasional.

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integrate” yang artinya menyatupadukan,

mempersatukan atau mengabungkan dan kata nasional juga berasal dari bahasa inggris

“nation” yang berarti bangsa. Jadi sacara bahasa dapat dikatakan integrasi nasional adalah

penyatuan suatu bangsa sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Secara

antropologi integrasi nasional merupakan penyatuaan diantara unsur-unsur kebudayaan

yang berlaku sehingga mencapai satu kesatuaan fungsi dalam kehidupan masyarakat yang

bersangkutan. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar

baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif

bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau

mengelola budaya-budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain

menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.

2.3 Jenis-Jenis integrasi

Tentang pengertian integrasi ini, Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010) lebih

cocok menggunakan istilah integrasi politik daripada integrasi nasional. Menurutnya

integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan sistem politik. Integrasi politik

dibagi menjadi lima jenis, yakni:

1) Integrasi Bangsa

Integrasi bangsa menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial

dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas nasional.Contohnya
yaitu, tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of Understanding) di Vantaa,

Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil secaradamai mengajak Gerakan Aceh

Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setiamemegang teguh kedaulatan bersama

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Proses ini telah berhasil menyelesaikan

kasus disintegrsai yang terjadi di Aceh sejaktahun 1975 sampai 2005.

2) Integrasi Wilayah

Integrasi wilayah menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan

nasional pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok

kelompok social budaya masyarakat tertentu.Contohnya yaitu, melalui Deklarasi Djuanda

tanggal 13 Desember 1957, pemerintahIndonesia mengumumkan kedaulatan wilayah

Indonesia yakni lebar laut territorialseluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan

titik-titik ujung yang terluar padapulau-pulau negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka

terjadi integrasi wilayahterioritas Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan

wilayah dan lauttidak lagi merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi penghubung pulau-

pulau diIndonesia.

3) Integrasi Elit-Massa

Integrasi elit massa menunjuk pada masalah penghubungan antara pemerintah dengan

yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada

kelompok elit dan massa.Misalnya kunjungan ke daerah, temukader PKK, dan kotak pos

presiden. Kegiatan yang sifatnya mendekatkan elit danmassa akan menguatkan dimensi

vertikal integrasi nasional.

4) Integrasi Nilai

Integrasi nilai menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimun yang

diperlukan dalam memelihara tertib sosial.Misalnya pengalaman mengembangkan


Pancasila sebagai nilai integrasi terus menerus dilakukan, misalnya melalui kegiatan

pendidikan pancasila baik dengan maka kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di

sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai diberikannya mata pelajaran Pendidikan Moral

Pancasila (PMP) di sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran

PPKn. Melalui pelajaran ini, pancasila sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat

negara disampaikan kepada generasi muda.

5) integrasi tingkah laku (perilaku integratif).

Integrasi tingkah laku (perilaku integratif). Mewujudkan perilaku integratif

dilakukandengan pembentukan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan termasuk

birokrasi.Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk maka orang-orang dapat bekerja

secaraterintegratif dalam suatu aturan dan pola kerja yang teratur, sistematis dan bertujuan.

Pembentukan lembaga-lembaga politik dan birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil

sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yakni memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Sidang PPKI ke 2 tanggal 19 Agustus 1945 memutuskan pembentukan dua belas

kementriaan.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Integrasi Nasional

Howard Wriggins dalam Muhaimin & Collin Max Andrews (1995) menyebut ada

lima pendekatan atau cara bagaimana para pemimpin politik mengembangkan

integrasibangsa. Kelima pendekatan yang selanjutnya kita sebut sebagai faktor yang

menentukantingkat integrasi suatu negara adalah : 1) adanya ancaman dari luar, 2) gaya

politikkepemimpinan, 3) kekuatan lembaga-lembaga politik, 4) ideologi nasional dan

5)kesempatan pembangunan ekonomi.

1. Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan integrasi masyarakt. Masyarakat akan

bersatu, meskipun berbeda suku, agama dan rasa ketika menghadapi musuh

bersama.Contoh, ketika penjajah Belanda ingin kembali ke Indonesia, masyarakt


Indonesiabersatu padu melawannya. Suatu bangsa yang sebelumnya berseteru dengan

saudarasendiri, suatu saat dapat berintergrasi ketika ada musuh negara yang datang

atauancaman bersama yang berasal dari luar negeri. Adanya anggapan musuh dari

luarmengancam bangsa juga mampu mengintegrasikan masyarakat bangsa itu.

2. Gaya politik kepemimpinan, gaya politik para pemimpin bangsa dapat menyatukan atau

mengintegrasikan masyarakat bangsa tersebut. Pemimpin yang karismatik, dicintai

rakyatnya dan memiliki jasa-jasa besar umumnya mampu menyatukan bangsanya yang

sebelumnya tercerai berai. Misal Nelson Mandela dari Afrika Selatan. Gaya politik

sebuah kepemimpinan bisa dipakai untuk mengembangkan integrasi bangsanya.

3. Sebuah kepemimpinan bisa dipakai untuk mengembangkan integrasi bangsanya.

Kekuatan lembaga-lembaga politik lembaga politik, misalnya birokrasi, juga

dapatmenjadi sarana pemersatu masyarakat bangsa. Birokrasi yang satu dan padu

dapatmenciptakan sistem pelayanan yang sama, baik dan diterima oleh masyarakat

yangberagam. Pada akhirnya masyarakat bersatu dalam satu sistem pelayanan.

4. Ideologi nasional merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan

disepakati.Ideologi juga memberian visi dan beberapa panduan bagaimana cara menuju

visi atautujuan itu. Jika suatu masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi menerima satu

ideology yang sama maka memungkinkan masyarakt tersebut bersatu. Bagi bangsa

Indonesia,nilai bersama yang bisa mempersatukan masyarakat Indonesia adalah

Pancasila.Pancasila merupakan nilai sosial bersama yang bisa diterima oleh seluruh

masyarakatIndonesia. Nilai-nilai bersama tidak harus berlaku secara nasional. Di

beberapa daerahdi Indonesia terdapat nilai-nilai bersama. Dengan nilai itu kelompok-

kelompokmasyarakat di daerah itu bersedia bersatu. Misal “Pela Gadong” sebagai nilai

bersamayang dijunjung oleh masyarakat Maluku.


5. Kesempatan pembangunan ekonomi jika pembangunan ekonomi berhasil

danmenciptakan keadilan, maka masyarakat bangsa tersebut bisa menerima sebagai

satukesatuan. Namun jika ekonomi menghasilkan ketidakadilan maka muncul

kesenjanganatau ketimpangan. Orang-orang yang dirugikan dan miskin sulit untuk mau

bersatuatau merasa satu bangsa dengan mereka yang diuntungkan serta yang

mendapatkankekayaan secara tidak adil. Banyak kasus karena ketidakadilan, maka

sebuahmasyarakat ingin memisahkan diri dari bangsa yang bersangkutan.

Denganpembangunan ekonomi yang merata maka hubungan dan integrasi antar

masyarakatakan semakin mudah dicapai.

2.4 Pentingnya Integrasi Nasional

Masyarakat yang terintegrasi dengan hak merupakan harapan bagi setiap negara.

Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara

untukmembangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika

masyarakatsuatu negara senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan

banyakkerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materiil seperti kerusakan sarana

danprasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental

spiritualseperti perasaan kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental

yangberkepanjangan. Disisi lain banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh

negara,yang mestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi

kesejahteraanmasyarakat, harus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik tersebut.

Dengan demikiannegara yang senantiasa diwarnai konflik di dalamnya akan sulit untuk

mewujudkankemajuan.

Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang sulit untuk

diwujudkan, karena setiap masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga

menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk


bekerja sama, serta konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan

potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam

masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya dan perbedaan

kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-perbedaan itu

tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisi

integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk membangun

kejayaan bangsa dan negara dan oleh karena itu perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan

dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan untuk membangun kejayaan

nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang

bersangkutan.

Al Hakim (2001) mengemukana ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan

untukmembangun wawasan kebangsaan Indonesia yang “solid” dan integrasi yang mantap

serta kokoh. (1) kemampuan dan kesadaran bangsa dalam mengelola perbedaan-perbedaan

SARA dan keanekaragaman budaya dari adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di

wilayah nusantara. Perbedaan-perbedaan itu bukanlah sebagai suatu hal yang harus

dipertentangkan, akan tetapi harus diartikan sebagai kekayaan dan potens bangsa. (2)

kemampuan mereaksi penyebaran ideologi asing, dominasi ekonomi asing serta

penyebaran globalisasi dalam berbagai aspeknya dunia memang selalu berubah seirama

dengan perubahan masyarakat dunia.

2.5 Tantangan Dalam Membangun Integrasi Nasional

Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi

datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang

berakar pada perbedaan suku, agama, ras dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal,

tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, dimana latar

belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa


yangcenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan dimensi

vertical lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal,

sehingga hal ini memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontal lebih

menonjol dari pada dimensi vertikalnya. Terkait dengan dimensi horisontal ini, salah satu

persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam

mewujudkanintregasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik

pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan

darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bangsa, daerah, agama dan kebiasaan. Masih

besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil pembangunan dapat

menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusan di masalah SARA (Suku, Agama,

Ras dan Antar golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk

rasa. Hal ini bisa berpeluang mengancam intregasi horizontal di Indonesia. Terkait dengan

dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesediaan para pemimpin untuk terus menerus

bersedia berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau

turun kebawah, dan dekat dengan kelompok-kelompok yang merasa di pinggirkan.

Tantangan dari dimensi vertikal dan horisontal dalam intregasi nasional

Indonesiatersebut semakin tampak setelah memasuki erat reformasi tahun 1998. Konflik

horizontalmaupun vertikal sering terjadi bersamaan dengan melemahnya otoritas

pemerintahan di pusat. Kebebasan yang digulirkan pada era reformasi sebagai bagian dari

proses demokratisasi telah banyak disalah gunakan oleh kelompok-kelompok dalam

masyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri. Tindakan ini kemudian memunculkan

adanya gerakan-gerakan antar kelompok. Bersamaan dengan itu demontrasi menentang

kebijakan pemerintah juga banyak terjadi, bahkan seringkali demontrasi itu diikuti oleh

tindakantindakan anarkis. Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan

aspirasi masyarakat, kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan
masyarakat, dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sah dan ketaatan warga

masyarakat melaksanakan kebijakan pemerintah adalah pertanda adanya intregasi dalam

arti vertikal. Sebaliknya kebijakan demi kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang

tidak / kurang sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat serta penolakan sebagian

besar warga masyarakat terhadap kebijakan pemerintah menggambarkan kurang adanya

intregasi vertikal. Memang tidak ada kebijakan pemerintah yang dapat melayani dan

memuaskan seluruh warga masyarakat, tetapi setidak-tidaknya kebijakan pemerintah

hendaknya dapat melayani keinginan dan harapan sebagian besar warga masyarakat.

Jalinan hubungan dan kerjasama di antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam

masyarakat, kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai

antara kelompok-kelompok masyarakat dengan pembedaan yang ada satu samalain,

merupakan pertanda adanya integrasi dalam arti horisontal.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpuan yang didapatkan dari maklah ini:

1. Integrasi nasional merupakan usaha atau proses menyatukan perbedaan yang ada

pada suatu negara sehingga terciptanya keserasiaan dan keselarasan secara

nasional.

2. Jenis-jenis integrasi yaitu: integrasi bangsa, integrasi wilayah, integrasi elit-massa,

integrasi nilai, dan integrasi tingah laku.

3. Faktor yang mempengaruhi integrasi nasional yaitu: adanya ancaman dari luar,

gaya politik kepimimpinan, kekuatan lembaga-lembaga politik, ideology nasional

dan kesempatan pembangunan ekonomi.

4. Kondisi integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk

membangun kejayaan bangsa dan negara dan oleh karena itu perlu senantiasa

diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan

untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan

hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.

5. Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi


datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan
yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras dan geografi. Sedangkan dalam
dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite
dan massa, dimana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite
berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional.

3.2 SARAN
Dari penjelasan yang kami tuliskan diatas mengenai urgensi integrasi nasional

sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa kami telah menarik
kesimpulan mengenai isi dari makalah ini. Isi dan kesimpulan yang kami tulis bisa saja

berubah apabila ditemukan data yang lebih akurat dari yang telah ada dalam makalah ini.

Karena itu jangan terlalu berpegang pada makalah ini yang tentunya masih memiliki

kekurangan, baik yang diketahui ataupun tidak diketahui, maka bacalah juga makalah,

buku, artikel ataupun bacaan lain yang berhubungan dengan materi yang kami bahas ini

dan tentunya akan menambah pengetahuan kita bersama.


DAFTAR PUSTAKA

https://repository.unikom.ac.id/52929/1/Integrasi%20Nasional.pdf

https://mediapembelajaranmatematikaberbasisictblog.wordpress.com/2017/04/11/urgensi-

integrasi-nasional-sebagai-salah-satu-parameter-persatuan-dan-kesatuan-bangsa/

Agus, A. A., “Integrasi Nasional Sebagai Slah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan

Bangsa Negara Republik Indonesia”, Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi.

Вам также может понравиться