Вы находитесь на странице: 1из 14

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Pembentukkan
Propinsi Banten”.

Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang sejarah


pembentukan propinsi banten dari awal Orde Baru hingga terbentuknya Propinsi Banten dan
Tokoh tokoh yang berperan dalam Pembentukan Propinsi Banten.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Sehingga saran dan kritik dari berbagai pihak sangat kami harapkan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Serang, 26 September 2018

Kelompok 6

1
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................... 1

Daftar Isi ................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang ............................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
C. Manfaat dan Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Lahirnya Orde Reformasi .......................................................................................... 5


B. Merebut Peluang ....................................................................................................... 5
C. KPPB dan POKJA-PPB ............................................................................................ 6
D. Berdirinya Badan Koordinasi Pembentukan Provinsi Banten (BAKOR-PPB) ........ 6
E. Sikap Pemerintah Provinsi Jawa Barat ..................................................................... 7
F. Lahirnya Provinsi Banten ........................................................................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
B. Kritik dan Saran ...................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 14

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Provinsi Banten merupakan provinsi baru hasil dari pemekaran provinsi Jawa Barat
yang telah ditetapkan melalui Undng-Undang No. 23 Tahun 2000 tentang
pembentukan provinsi Banten. Sebagai provinsi Baru, pada Orde Reformasi
perjuangan masyarakatBanten semakin gigih, karena mulai terasa semilirnya angin
demokrasi dan isu tentang otonomi daerah. Pada 18 juli 1999 diadakan deklarasi rakyat
Bnaten di alun-alun serang yang kemudian Badan Pekerja Komite Panitia Provinsi
Banten menyusun pedoman dasar serta rencana kerja dan rekomendasi Komite
Pembentukan Provinsi Banten.
Rapat paripurna DPR-RI pada tanggal 4 Oktober 2000 yang mengesahkan RUU
provinsi Banten menjadi UU ditetapkan sebagai hari jadi tebentuknya provinsi Banten.
Pada tanggal 18 November 2000, dilakukan peresmian provinsi Banten dan pelanikan
pejabat Gubernur H. Hakamudin Djamal untuk menjalankan pemerintahan provinsi
Banten sampai terpilihnya gubernur definitive.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembentukan awal provinsi Banten?
2. Apa penyebab masyarakat Banten ingin memiliki otonomi daerah sendiri?
3. Peran tokoh dalam pembentukan provinsi Banten
C. Manfaat dan Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Studi Kebantenan
2. Mengetahui sejarah terbentuknya provinsi Banten
3. Mengetahui latarbelakang terbentuknya provinsi Banten

3
4
BAB II PEMBAHASAN

Pembentukan provinsi Banten dimulai ketika bergulirnya reformasi yang membuat


kehidupan masyarakat banten beriak,sehingga warga di sini makin berani mengutarakan
pikirannya. Melalui informasi dari surat kabar, televisi, radio, dan berita dari mulut ke mulut
sebagian rakyat, baik dikota maupun di desa memahami keadaan dimana dramatikal
perubahan politik itu sedang terjadi. Dibalik lapisan situasi ini muncul gagasan disertai
“gerakan” dari kalangan tokoh masyarakat yang menggemakan provinsi Banten. Tuntutan
pemisahan diri dari provinsi induknya, jawa barat dianggap penting. Provinsi jawa barat
terkesan lamban dan kurang perhatian terhadap pembangunan di daerah banten , dengan
demikian pembentukan provinsi banten dipahami sebagai “tonggak sejarah” ibarat sumber air,
yang dari padanya mengalir air keberbagai pelosok daerah secara cepat, serta menjadi pusat
bagi semua gerak pembangunan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat diberbagai
pelosok daerah.

Respon masyarakat demikian besar, terutama dikampus-kampus yang menyambut dan


mendukung gerakan pembentukan provinsi banten. Tingginya antusiasme masyarakat akan hal
tersebut, membuat gerakan itu lebih tajam daya tembusnya dan cepat menyelusup kedaerah
pedesaan. Hal ini didorong oleh motivasi sejumlah harapan yang selama ini belum
terwujudkan sekaligus merupakan “reaksi politik” terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan
politik yang dirasakan tidak mampu mewadahi aspirasi dan kepentingan warga masyarakat
banten dibawah pemerintah Jawa barat.

Kenyataan dilapangan menunjukan bahwa keadaan sosial-ekonomi warga masyarakat


banten, seperti dibanyak desa kabupaten lebak dan pandeglang tidak sedikit penduduknya
masih jauh dari standar hidup layak. Di desa-desa pedalaman kabupaten lebak, pandeglang
dan serang amat banyak rumah-rumah penduduk yang beratapkan rumbia, dan daun kelapa
kering, serta dinding anyaman bambo. Fenomena ini merupakan gambaran nyata kehidupan
masyarakat banten yang masih terbelakang dan menanti perbaikan nasib. Kondisi ini
merupakan gejala yang terkai dengan pola pembangunan jawa barat yang sentralistik sehingga
membuat tingkat ketergantungan masyarakat terhadap bantuan dan uluran tangan dari pusat
relative tinggi.

Data menunjukan Pendapatan Asli Daerah(PAD) kabupaten lebak tahun 1999/2000 yang
hanya Rp 3,5 milyar yang hanya cukup membayar setengah bulan gaji pegawai pemerintah
daerah ini. Pendapatan Asli Daerah (PAD) pandeglang hanya RP 4,5 milyar pada tahun
1999/2000, sehingga untuk membayar gaji pegawai saja tidak cukup. Dengan demikian
kabupaten lebak dan pandeglang selalu bergantung pada pusat.

5
A. Lahirnya Orde Reformasi
Ketika soeharto terpilih kembali sebagai presiden dalam Sidang Umum (SU)
MPR pada bulan maret 1998,muncul reaksi negative dari berbagai kalangan,khususnya
kekuatan kekuatan dalam infrastruktur politik yang menginginkan adanya perubahan
pemimpin nasionalreaksi semakin keras ketika presiden soeharto mengumumkan
susunan kabinet pada tanggal 14 maret 1998.berbagai komentar bermunculan atas
susunan kabinet yang dipandang sarat dengan nuansa korupsi,kolusi dan nepotisme
(KKN).ketika terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Antara 25%-71,43%
mulai tanggal 4mei 1998 timbul aksi mahasiswa dimana mana. Aksi aksi mahasiswa
yang semula hanya menuntut perununan harga harga Sembilan bahan pokok
(SEMBAKO) pada akhirnya berubah menjadi tuntutan agar presiden soeharto mundur.
B. Merebut Peluang
Sehari setelah presiden soeharto lengser, Ribuan masyarakat banten dengan
dipimpin H.Embay Mulya Syarif dan sejumlah tokoh muda banten mendatangi
senayan untuk menyatakan dukungan kepada B.J. Habibie .Ketika dilakukan siding
istimewa pada tanggal 10 November 1998,Pemerintah memutuskan diadakannya
pengamanan Swakarsa (Pamswakarsa) untuk mengamankan jalannya siding.Sekali
lagi,Rombongan warga banten datang untuk ikut menjadi Pamswakarsa
(Mansur,2001:124).
Pada awal tahun 1999,Presiden B.J.Habibie merencanakan kunjungan kerja
kebanten. Pada akhir bulan januari 1999, H.Embay Mulya Syarif dengan disertai
beberapa kiyai dan tokoh lainnya dipanggil ke istana presiden dalam rangka persiapan
kunjungan ini. Pada hari jumat, 5 Februari 1999 presiden B.J Habibie berkunjung
kebanten tempat pertemuan yang dipilih adalah pondok pesantren Darul iman
Pandeglang yang dipimpin K.H. Aminudin Ibrahim. Sesuai scenario yang sudah
dirancang , dihadapan Gubernur Jawa Barat dan para menteri yang datang yaitu
Mensesneg Akbar Tanjung, Menhankam/Pangab Jendral TNI Wiranto, Menteri Agama
Malik Fajar, Menteri Koperasi/Pengusaha Kecil dan Menengah Adi Sasono. pengasuh
pondok pesantren Darul Iman K.H. Aminudin Ibrahim mengusulkan agar wilayah eks
karesidenn banten diangkat menjadi provinsi banten. Dalam kesempatan itu, presiden
B.J. Habibie tidak menolak usulan itu, hanya menyatakan bahwa usulan itu harus
melalui mekanisme konstitusional. Usul serupa diajukan oleh K.H. Mansur Muchjidin
dalam acara dialog presiden B.J. Habibie dengan para ulama di Cilegon. Respon
Presiden B.J. Habibie sama seperti ketika di pandeglang (Mansur, 2001:127).
Masyarakat banten merasa mendapat angin segar dengan respon presiden RI
ke-3 itu. Hal ini diberitakan di berbagai media cetak di banten dan media elektronik.
Surat kabar mingguan Banten Ekspres, memuat berbagai berita tentang kegiatan
masyarakat yang berkaitan dengan rencana-rencana pembentukan provinsi banten, juga
artikel-artikel yang mendukung rencana itu.
3

6
C. KPPB dan Pokja-PPB
Pada tanggal 7-12 Mei 1998 , gerakan pemuda republic Indonesia (GPRI)
serang menghadiri konferensi pemuda Indonesia abad ke21 dan konferensi meminta
agar DPP GPRI merekomendasikan perlunya Pembentukan Propinsi Banten (PBB).
Rekomendasi ini disepakati seluruh peserta konferensi untuk diteruskan kepada
presiden B>J Habibie pada tanggal 4 juni 1999 GPRI serang mengadakan acara
silahtuhrahi dengan anggota DPR/MPR-RI asal Banten bertempat di gedung korpri
Serang. Dari pertemuan ini, lahir semacam kesepakatan untuk menggulirkan terus PPB
hingga terwujudnya propinsi banten (Supandri,2002:36).
Atas gagasan K.H. Irsyad Djuwali, Ketua Mathlaul-Anwar Banten didirikanlah
kelompok kerja-PPB. Beberapa tokoh masyarakat bergabung didalamnya.berbagai
pertemuan dilakukan untuk membuat perencanaan perencanaan tentang pembentukan
propinsi banten. Rupanya, bukan hanya kelompok ini yang memikirkan tentang PPB,
berbagai kelompok lain muncul. Pada pertengahan bulan juli 1999 di Serang dibentuk
Komite Pembentukan Propinsi Banten (KPPB) dengan diketuai oleh H.Uwes Qorny.
Kegiatan pertamanya adalah mengadakan rapat akbar bertempat di Alun alun barat
kota Serang. Dalam rapat itu dibacakan Deklarasi Rakyat Banten 1999 yang
ditandatangani oleh 30 orang tokoh banten, antara lain Uwes Qorny,Uu
Mangkusasmita Djajuli Mangkusubrata,Gunawan,Sofyan ichsan,dan lain lain.
Deklarasi berbunyi sebagai berikut:
“bismillahirrahmaanirrahiim kami,rakyat banten, dengan ini menyatakan bahwa
Propinsi Daerah Tingkat I Banten sudah saatnya dibentuk. Hal-hal lain yang
menyangkut legalisasi hendaknya diselenggarakan sesuai dengan peraturan dan
perundang undangan yang berlaku dalam tempo secepat cepatnya. Semoga Allah
Swt.meridloi perjuangakn kami. Amien.Serang,Ahad 5 Rabiul Tsani 1420/Minggu 18
Juli 1999” (Mansur,2001:174-175).
Selanjutnya pada tanggal 1 Agustus 1999 (Mansur,2001:134). Digelar Seminar
Nasional “Mempertegas Proyeksi Terwujudnya Propinsi Banten”, bertempat di Hotel
Patra Jasa Anyer. Tampil sebagai pembicara adalah Mentri Hukum dan Perundang
undangan Yusril Ihza Mahendra,Ekki syahruddin (anggota DPR-RI), Irsyad Djuwaeli
(Ketua PB Matlaul Anwar,HMA Tihami(Ketua STAIN SMHB),Kahumas Depdagri
Herman Ibrahim,dan R.Gunawan. Para pembicara yang melihat dari masing masing
bidang menganggap bahwa popinsi banten memang layak diwujudkan (
Supandri,2002:37;Mansur,2001:134-135).
Dalam seminar yang dihadiri para tokoh tokoh masyarakat banten ini,sata hal
yang penting adalah pengesahan kelompok kerja pembentukan propinsi banten
(POKJA-PPB) yang diketuai Irsyad Djuwaeli, dengan sekretaris umum Rusli
Ridwan,dan bendahara R.Gunawan ,dan duduk sebagai penasehat sejumlah tokoh
Banten seperti Ekky Syahruddin, HH.Embay Mulya Syarif, H.Djoko

7
Munandar,Tb,Farich Nahril,Djajuli Mangkusubrata, Uu Mangkusasmita, dan lain lain
(Supandri,2002:37-38).
Sosialisasi untuk mendirikan propinsi banten terus digulirkan melalui berbagai
media,baik media cetak maupun elektronik.Dalam berita berita itu diungkapkan bahwa
usaha untuk mendirikan propinsi banten sebenernya sudah dimulai sejak tahun 1953.
Respon dan antusiasme berbagai kalangan masyarakat terhadap ide PPB ini telah
mendorong beberapa tokoh elite untuk mengkonsolidasikan diri secara lebih
teratur,sistematis dan terorganisasi.
Pada bulan agustus 1999 dibentuklah badan pekerja komite PPB dikampung
Pari, Kecematan Mandalawangi badan ini bertugas menyusun kepengurusan ditiap
kabupaten. Pada waktu itu disusun pengurus sub Komite PPB (SK PPB) Kabupaten
Pandeglang dengan Ketua Aceng Ishak.
Pada tanggal 20 september 1999 pengurus SK PPB daerah Bandung Raya
dibentuk dengan ketua H.muslim Djamaluddin, Sekretaris TB.Kun Maulawarman.
Pada saat yang sama dibentuk pula SK PPB diKabupaten Serang dengan ketua
Achmad Sudija . Pda tanggal 2 November 1999 dibentuk pengurus SK PBB di
Kabupaten dan Kota Tanggerang, yang diketuai oleh H.Thamin HR, dan pada hari
yang sama dibentuk pula pengurus SK PPB di Cilegon yang diketuai oleh H.Zaidan
Rivai ( ketua DPRD Cilegon) (Supandri,2002:47).
D. Berdirinya Badan Koordinasi Pembentukan Propinsi Banten (Bakor-PPB)
Pada tanggal 5 Desember 1999 KPPB menggelar rapat akbar di Alun alun
masjid agung banten lama dengan tema melalui munas pembentukan propinsi banten
kita tingkatkan kesejahteraan perekonomian rakyat. Dalam kesempatan itu aceng ishak
membacakan “ Deklarasi nasional Pembentukan Propinsi Banten” Teks Deklarasi yang
dirancang oleh tim KPPB itu berbunyi sebagai berikut
“Kami rakyat banten dengan ini menyatakan bahwa propinsi daerah tingkat I
banten sudah saatnya dibentuk. Hal hal lain yang menyangkut legalisasi hendaknya
diselenggarakan sesuai dengan peraturan dan perundang undangan yang berlaku
dalam tempo yang secepat cepatnya semoga Allah Swt. Meridhoi perjuangan
kami.Amien” (Mansur,2001:174)
Dalam rekomendasi KPPB disebutkan bahwa KPPB adalah satu satunya wadah
masyarakat banten untuk memperjuangkan propinsi banten. Mungkin hari ini bisa
dianggap sebagai tindakan mengesampingkan Pokja-PPB atau menunjukan bahwa ada
ketidakcocokan antara Pokja-PPB dengan KPPB, terutama menyangkut ketua umum
kedua organisasi ini.
TB.H.Farich Nahril, MBA mengajak H.amar dini dan muchtar manda untukikut
serta dalam perjuangan propinsi banten.mereka berusaha mencari penyelesaian yang
tepat untuk mengkoordinasikan semua elemen yang terkait dengan PPB, termasuk
merukunkan Pokja PPB dan KPPB. Pada tanggal 18 januari 2000 di hotel Arya Duta
Jakarta K.H.Irsyad Djuwali memenuhi undangan Farich dan kawan kawan untuk

8
mengadakan pertemuan. Meskipun belum berhasil mempertemukan kedua tokoh itu,
tetapi persoalan agaknya sudah jelas.Kedua kelompok besar itu, saling mengklaim
sebagai wadah satu satunya untuk memperjuangkan propinsi banten. Padahal menurut
kubu Irsyad Djuwali ,KPPB bertugas melakukan sosialisasi PPB ketingkat Grass-
root,Sedangkan POKJA-PPB bertugas mempersiapkan SDM dan SDA dalam rangka
PPB.Namun yang tampak kepermukaan adalah persaingan antara kedua kelompok
itu.dalam pandangan TB.Farich Nahril dan kawan kawan,konflik antara KPPB dan
POKJA-PPB ini sangat kontra produktif dalam mewujudkan PPB.Itulah sebabnya
konflik harus segera diakhiri secara “win-win soluction” selanjutnya atas usaha
H.Mardini, Ketua KPPB akhirnya bersedia untuk bertemu dengan ketua POKJA-PPB
“kelompok Jakarta akhirnya berhasil merukunkan kedua tokoh yang berseteru itu
dalam acara silahtuhrahmi yang diadakan di Restoran jepang shima,di Hotel Arya Duta
Jakarta. Dalam kesempatan itu, Muchtar mandawa mengusulkan untuk mengadakan
silahtuhrahmi besar besar ditempat peristirahatannya dikampung nyi mas ropoh di
Pandeglang.
Sesuai dengan kesepakatan di Hotel Arya Duta tanggal 18 januari 2000, pada hari
minggu, 23 januari 2000, “kelompok Jakarta” mengadakan acara halal bihalal
dikampung nyi mas ropoh, Pandeglang. “pertemuan nyi mas ropoh dihadiri berbagai
kalangan masyarakat mulai dari para ulama,para pendekar,ibu-ibu dalam IWABA
(ikatan wanita banten), pemuda,Mahasiswa,Para tokoh masyarakat baik yang ada
dibanten maupun Yang ada diluar banten,para bupati sebanten serta para ketua DPRD
sebanten.Dipuncak acara dibacakan “Deklarasi nyi mas ropoh”yang dibacakan oleh
Encep Deden Ibrahim.Isi pernyataan itu sebagai berikut
1. Kami warga masyarakat banten senantiasa konsisten untuk tetap menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa dalam satu wadah Negara kesatuan republik
Indonesia.
2. Kami warga masyarakat banten mendesak lembaga legislative dan eksekutif
baik didaerah maupun dipusat,untuk segera mewujudkan banten sebagai
propinsi,serta kami siap berpegang teguh menerima amanat aspirasi masyarakat
akan terbentuknya banten menjadi propinsi.
3. Kami warga masyarakat banten bersepakat untuk tetap menjaga keutuhan dan
kebersamaan dalam rangka merealisir amanat tersebut sesua dengan harapan
masyarakat banten sebagai upaya meningkatkan kesejahtreraan seluruh
masyarakat banten.

Demikian surat pernyataan sikap bersama ini kami buat dengan sebenar
benarnya tanpa ada interfensi dan paksaan dari pihak manapun serta penuh dengan
tanggung jawab akan terciptanya masyarakat adil dalam kemamkmuran dan
makmur dalam keadilan semoga niat ini selalu ada dalam lindungan Allah Swt.
Amiin.(Mansur,2001:180-181).

9
Pertemuan nyi mas ropoh yang dimulai pagi hari sekitar pukul Sembilan baru berakhir
sekitar pukul tiga sore,sebagai hasil pertemuan nyi mas ropoh disepakati bahwa masyarakat
dengan semua elemen yang terkait PPB akan menyampaikan langsung aspirasinya ke DPR-
RI.pada tanggal 25 januari 2000 para tokoh banten menemui ketua DPR-RI,Rombongan
berkumpul terlebih dahulu dipermata hijau untuk mematangkan rencana kemudian berangkat
bersama sama kegedung DPR-RI disenayan Jakarta. Dalam kesempatan itu, ketua DPR-RI
dilihat dari tuntutan masyarakat,urgensi usul PPB itu sangat tinggi sehingga DPR akan
berupaya agar aspirasi tersebut dapat tersalurkan dengan baik.

Tanggal 26 januari 2000 DPRD sewilayah banten berkunjung kepada gubernur jawa barat
HR Nuriana di gedung sate.selain itu,kunjungan juga dilakukan ke Komisi A DPRD jawa
barat (Mansur,2001:212).

Pertemuan “kelompok Jakarta“ selanjutnya dilakukan di rumah TB.farich Nahril di


permata hijau. Sebagai seorang organisatoris kawakan ia menekankan perlunya perencanaan
yang baik yang pasti harus ada dukungan finansial yang cukup. Dalam pertemuan di permata
hijau itu, TB.Farich Nahril mengusulkan dibentuknya wadah yang berfungsi sebagai
“koordinator”organisai organisasi dan elemen elemen yang terkait dengan PPB. Para
pengusaha asal banten itu kemudian membentuk wadah yang disebut “Koordinator Himpunan
Pengusaha Banten”,yang anggotanya terdiri dari TB.Farich Nahril, H.Muchtar Mandala,
TB.H.Tryana Sjam’un, K.H.Irsyad Djuwaeli,Tb. H.Chasan sochib, H.Mardini, dan lain lain.

Pada tanggal 4 februari 2000. Para pengusaha banten diatas mengundang tokoh
masyarakat banten untuk mengahadiri pertemuan di rumah Tb.H.Tryana Sjam’un,dijalan
kemang selatan VIII Jakarta . Bertindak sebagai panitia pengundang adalah Tb,Farich Nahril
dan H.Mardini. dalam pembukaan rapat, H.Mardini menyampaikan perlunya dibentuk wadah
berupa organisasi dan perlunya seorang tokoh yang bakal memimpin organisasi ini.
H.Muchtar Mandala, mengusulkan wadah yang lebih tepat untuk menyatukan kelompok
kelompok perjuangan PPB ia mengusulkan agarv wadah itu dinamai Badan Koordinasi
Pembentukan Propinsi Banten (Bakor-PPB). Rapat juga menyepakati Tb.H.Tryana Sjam’un
sebagai ketua umum Bakor-PPB,yang diterima para hadirin secara aklamas Sebagai ketua
umum Bakor Bnaten dan Tb.Farich Nahril sebagai sekretaris umum dan H.mardini sebagai
bendahara umum dalam rapat penyempurnaan pengurus dijalan panglima polim raya nomer 49
jakarta ditetapkan nama wadah tersebut sebagai badan koordinasi PPB (Bakor-PBB) yang
beranggotakan semua unsur pergerakan perjuangan propinsi banten yang berada diwilayah
banten dan sekitarnya termasuk yang ada dijakarta,bandung,bogor dan lampung.Bakor-PPB
disahkan dengan surat keputusan dan tanggal 16 februari 2000 dan di Deklarasikan secara
resmi di Hotel Jayakarta,Jakarta.sejak saat itu, semua kegiatan yang berkaitan dengan proses
pembentukan propinsi banten,baik mengenai proses pembahasan RUU maupun mengenai
persiapan dan kegiatan lain di koordinasikan oleh Bakor-PPB.

10
E. Sikap Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Pada tanggal 9 maret 2000, wagub membantah bahwa gedung sate tidak
memiliki political will tentang PPB, dan tidak bermaksud menghalang halangi PPB,
tetapi perlu mengikuti prosedur sesuai UU No.22 Tahun 1999, hanya saja sekarang
belum turun peraturan pemerintahnya. Ada 3 syarat yang harus dipenuhi untuk itu,
pertama usul itu harus inspiratif, kedua harus rasional dan konseptual yaitu
berdasarkan atas studi kelayakan yang dapat dipertanggung jawabkan secara obyektif,
dan yang ketiga harus konstitusional. Selanjutnya wagub menyatakan bahwa syarat
pertama sudah dipenuhi karena sudah mendapat persetujuan dari semua DPRD tingkat
II yang ada di Banten. Kedua, masalah konstitusional, hingga waktu itu belum ada
peraturan pemerintahnya, jadi harus mengikuti aturan lama. Selain itu, perlu ada
keterlibatan dewan pertimbangan otonomi daerah (DPOD) yang hingga saat ini belum
dibentuk. Syarat lainnya yaitu sooal studi kelayakan, menurut wagub sudah dibuat ole
Bapeda Jabar bekerja sama dengan sejumlah ptinggi sehingga kajian dianggap obyektif
selanjutnya wagub menyampaikan apakah tidak lebih baik kalau lebih adahulu
dipikirkan pemekaran kabupaten baru dan kota yang memang sudah direncanakan
pementahan kota jawa Barat. Ternyata, laporan yang dibawa kejakarta ini adalah
laporan yang telah “dipelintir” untuk kepentingan politis, yng intinya menyimpulkan
bahwa provinsi Banten belum layak untuk direalisasikan Karena berbagai kekurangan
yang ada.
Penilaian negative ini membuat para tokoh Bakor-PPB marah langsung
menelpon sejarawan Nina H. lubis sebagai oaring yang bertanggung jawab atas laporan
negative itu, tentu saja sejarawan tersebut menolak tuduhan tersebut. Dan meminta
bukti berupa laporan yang dibawa oleh wagub ke DPR-RI ternyata laporan itu memang
telah dimanipulasi oleh tim BAPEDA khususnya untuk sejarah yang tadinya laporan
itu ditulis 30 halaman hanya diambil 5 halaman, itupun tidak menyangkut hal-hal yang
bersifat positif. Pemda dan DPRD jawa barat pada akhirnya menyerahkan kebijakan
kepada pemerintah pusat dan DPR mengingat bahwa peraturan pemerintah yang
menjadi peraturan pelaksanaan dari UU No.22 tahun 1999 belum ada (Mulyana,
2000:339).
F. Lahirnya Provinsi Banten
Pada tanggal 5 september 2000 Mendagri Suryadi Sudirdja, bersama tim
DPOD, di damping bakor-PPB mengadakan peninjauan ke lapangan yang dipusatkan
dipendopo kabupaten pandeglang, dalam peninjauan kelapangan ini hadir antara lain
Menotda Tryaas Rasyid,Menhankam dan gubernur HR Nuriana. Kegiatan ini juga
dimanfaatkan untuk mengekspos hasil studi kelayakan yang dilakukan LIPI.
Pertemuan di pandeglang ini menghasilkan keputusan bulat untuk menyetujui dan
mendukungh dibentuknya provinsi Banten.
Dengan demikian, dari aspek politis,ekonomis, sosio, kultural, konsepsional,
dan yuridis konstitusioanal, RUU tentang pembentukan provinsi Banten telah

11
memenuhi semua persyaratan sehingga siap untuk di sahkan menjadi UU yang akan
dilakukan lewat pembicara tingkat IV atau pengambilan keputusan DPR pada akhir
bulan September 2000. Akan tetapi karena pada akhir September 2000 DPR sedang
menjalankan reses maka disepakati pembicaraan tingkat IV dilaksanakan pada tanggal
4 oktober 2000 yang didahului dengan pembicaraan tingkat III pada tanggal 3 oktober
2000. Dan hal ini telah memperoleh persetujuan musyawarah pada tanggal 7 september
2000 (Mulyana, 2003:342-343)
Pada hari rabu 4 oktober 2000, ribuan masyarakat banten mulai dari ulama,
mahasiswa, anggota LSM, seniman, memadati halaman gedung DPR RI senayan.
Berbagai aktraksi pertunjukan tradisional banten seperti debus, silat, rebana, digelar
dijakarta.
Pada tanggal 18 november 2000, diangkatlah Hakamudin Djamal, mantan
sekwilda tingkat I Sulawesi selatan menjadi gubenur banten diharapkan ia hanya akan
menduduki jabatan itu antara 3-6 bulan. Tugasnya adalah mempersiapkan hingga
DPRD Banten terbentuk dan gubernur definitive terpilih. Pada akhirnya ia harus
menjalankan tugasnya lebih dari 6 bulan karena baru pada tanggal 6 juli 2001 para
anggota DPRD resmi dilantik.
Setelah itu ramai ramai orang mulai kampanye untuk menjadi orang nomor 1 di
provinsi Banten. Jumlah calon gubernur tak kurang dari 22 orang disamping ituada 19
calon wakil gubernur. Akhirnya gubernur banten definitive dipilih adalah H. Djoko
Munandar dan wakil gubernurnya adalah Ratu Hj. Atut Chosiah.

12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

Provinsi Banten merupakan provinsi baru hasil dari pemekaran provinsi Jawa Barat yang
telah ditetapkan melalui Undng-Undang No. 23 Tahun 2000 tentang pembentukan provinsi
Banten. Pada 18 juli 1999 diadakan deklarasi rakyat Bnaten di alun-alun serang yang
kemudian Badan Pekerja Komite Panitia Provinsi Banten menyusun pedoman dasar serta
rencana kerja dan rekomendasi Komite Pembentukan Provinsi Banten, dikepalai oleh
Gubernur pertama H.Hakamudin Djamal untuk menjalankan roda pemerintahansampai
terpilihnya Gubernur definitif.

B. Kritik dan Saran


Dalam pembuatan makalah ini masih banyak hal yang harus diperbaiki sehingga kami
meminta kritik serta saran agar dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.

13
Daftar Pustaka
Fauzi, Herman. 2000. BANTEN DALAM PERALIHAN. Tangerang: Yayasan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Fathul Insani (YASFI)

Mulyana, Yoyo. Dkk. 2009. MERETAS KEMANDIRIAN Perjuangan Panjang Rakyat Banten
Menuju Provinsi. Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten

14

Вам также может понравиться