Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ciri-ciri estetik:
Puisi:
gaya epik (bercerita) berkembang dengan berkembangnya puisi cerita dan balada, dengan gaya
yang lebih sederhana dari puisi lirik;
gaya mantra mulai tampak dalam balada-balada;
gaya ulangan mulai berkembang (meskipun sudah dimulai sejak sebelumnya);
gaya puisi liris masih melanjutkan karya gaya angkatan 45;
gaya slogan dan retorik semakin berkembang.
Prosa:
dalam hal prosa (cerita rekaan) rupanya ciri-ciri struktur estetik Angkatan 45 masih tetap
diteruskan oleh periode 50 ini hingga pada dasarnya tak ada perbedaan ciri struktur estetik.
ciri ekstra esteteik:
Puisi:
ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan;
mengungkapkan masalah-masalah sosial; kemiskinan, pengangguran, perbedaan kaya miskin
yang besar, belum adanya pemerataan hidup;
bayak mengemukakan cerita-cerita kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok saja balada.
Prosa:
cerita perang mulai berkurang;
menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari;
kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap;
banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan politik.
Periode Angktan 70: 1965-sekarang (1984)
Sastrawan yang menulis dalam periode ini sebenarnya sudah berkarya sejak periode sebelumnya,
tapi sudah mengalami perkembangan dalam rangkaian sejarah sastra. Selain lahir karya sastra
yang bernilai sastra, banyak pula novel pop yang secara literer tidak menunjukkan adanya
perkembangan sastra sebab boleh dikata bercorak konvensional dan stereotipe.
puis bergaya mantra, menggunakan saran kepuitisan yang khusus berupa: ulangan kata, frase,
atau kalimat berupa paralelisme, kombinasi dengan hiperbola dan enumerasi untuk
mendapatkan efek sebanyak-banyaknya. Di samping itu, dieksploitasi tipografi yang sugestif.
Juga digunakan kata-kata nonsense yang berupa kata (bunyi) tak berarti, kata diputus-putus,
dibalik secara metatesis suku katanya, diulang berkali-kali salah satunya. Semua itu untuk
mendapatkan makna baru;
digunakan kata daerah secara mencolok untuk memberi warna lokal dan ekspresivitas;
digunakan asosiasi-asosiasi bunyi untuk mendapatkan makna baru;
puisi-puisi imajisme menggunakan teknik tak langsung berupa gambaran-gambaran dengan
lukisan-lukisan atau cerita kiasan (alegori dan parabel);
gaya penlisan yang prosasi, ini berhubungan dengan gaya puisi imajisme;
puisi lugu, menggunakan teknik pengungkapan ide secra polos, dengan kata-kata serebral,
kalimat-kalimat biasa atau polos;
Prosa:
alur berbelit-belit;
gaya bahasa simbolik;
sarana retorika hiperbola dominan;
pusat pengisahan bermetode orang ketiga romatik-ironik;
cerkan (cerita rekaan) bergaya esai, bermetode orang ketiga, mengemukakan tanggapan-
tanggapan pribadi terhadap masalah-masalah;
ciri-ciri ekstra estetik:
Puisi:
mengemukaka kehidupan batin religius yang cenderung ke mistik;
cerita, lukisan yang berifat alegoris atau parabel;
menuntuk hak-hak asasi manusia: kebebasan, hidup merdeka, bebas dari penindasan,
menuntut kehidupan meodern;
mengemukakan kritik sosial atas kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah dan kritik atas
penyelewengan.
Prosa:
(juga mencakup drama)