Вы находитесь на странице: 1из 5

Laporan Praktikum Genetika

PENGAMATAN KROMOSOM POLITEN Drosophila Melanogaster


Rizka Alawiyah*, A. Destiana, A. Kenanga, D. Wulandari, H. Nabilah, I. Choir, N.J. Kristianto, N. Pertiwi,
R.K. Putri, S.D. Anasari, G. Prayogi, N.A. Ulfha
Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Maret 2014

Abstrak

Kromosom politen (“polytene chromosome” atau “salivary gland chromosome”) disebut sebagai kromosom yang
paling besar, oleh karena itu kromosom tersebut dimasukkan ke dalam kategori kromosom raksasa. Kromosom
tersebut dapat mencapai ukuran kira-kira 100 kali panjangnya kromosom tubuh lalat dewasa. Kromosom politen hanya
ditemui pada jenis larva diptera akibat adanya peristiwa endoreduplikasi. Struktur kromosom politen berbeda dengan
kromosom normal yaitu terdiri dari kromosenter, band, interband, dan puff. Kromosom politen dapat ditemukan pula
pada bagian tubuh diptera lainnya seperti kelenjar saliva, proventrikulus, rektum, pertengahan lambung, dan tubulus
malphigi. Larva instar III Drosophila melanogaster merupakan larva yang dijadikan sebagai bahan pengamatan
praktikum kromosom politen karena tubuhnya yang transparan sehingga memudahkan praktikan untuk mengisolasi.
Larva instar III juga memiliki organ tubuh yang lengkap dan terdapat banyak kromosom politen. Struktur kromosom
politen terlihat jelas di bawah mikroskop cahaya setelah diberi zat warna asetokarmin saat mengisolasi kelenjar ludah.

Kata kunci: Larva instar III, kromosom politen, endoreduplikasi, kelenjar saliva

1. Pendahuluan tubuh yang lengkap. Drosophila melanogaster juga


memiliki metamorfosis yang sempurna yaitu terdiri dari
Drosophila melanogaster atau yang lebih embrio, telur, larva instar I, larva instar II, larva instar
dikenal dengan lalat buah merupakan salah satu III, pre pupa, pupa, dan imago. Pada fase larva instar III
serangga yang menjadi objek penelitian para ilmuan. ditemukan adanya kromosom politen lebih tepatnya di
Penggunaan lalat buah sebagai objek penelitian dengan bagian kelenjar saliva. Pada praktikum kali ini, praktikan
beberapa alasan yaitu memiliki fase hidup yang singkat, akan mengamati struktur kromosom politen yang
mudah dibiakkan dalam laboratorium, memiliki organ terdapat pada kelenjar saliva.
Kromosom merupakan badan di dalam inti sel, fase interfase (Raven, et al. 2011: 211). Porsi DNA pada
berbentuk benang yang berasal dari kromatin dan terdiri heterokromatin umumnya tidak ditranskripsi tetapi DNA
dari DNA yang berfungsi memindahkan kromosom tersebut memiliki andil dalam mengontrol ekspresi gen
genetik (widyatamma 2009: 283). Kromosom dibangun (Campbell dkk 2002: 369).
oleh struktur pembentuknya yang terdiri dari sentromer Kromosom politen (“polytene chromosome”
yaitu daerah pada kromosom yang membagi kromosom atau “salivary gland chromosome”) disebut sebagai
menjadi dua lengan dan memiliki peran penting saat kromosom yang paling besar, oleh karena itu kromosom
proses mitosis dan meiosis (Russell 1994: 200). Struktur tersebut dimasukkan ke dalam kategori kromosom
kromosom terbagi menjadi kromatid yaitu bagian raksasa. Kromosom tersebut dapat mencapai ukuran
kromosom yang memiliki 2 lengan yang simetris (Hartl kira-kira 100 kali panjangnya kromosom tubuh lalat
& Jones 1998: 98). Kromonema yaitu bagian kromosom dewasa (Suryo 1995: 80). Dalam kromosom politen
yang muncul sebagai filamen tipis dan dapat diamati banyak mengandung untai kromosom akibat dari proses
selama proses profase pada pembelahan mitosis. replikasi berulang-ulang. Kromosom politen memiliki
Kromonema berbentuk melingkar dan memutar di dalam daerah tertentu dengan pita-pita yang jelas untuk diamati
kromosom saat tahap awal kondensasi. Kromomer dan diidentifikasi dengan mudah (Fried & Hademenos
berupa manik-manik kecil yang terakumulasi sebagai 2006: 122).
material kromatin dan dapat dilihat selama fase pakiten Kromosom politen memiliki struktur yang
pada meiosis (Hartl & Jones 1998: 799). Telomer berbeda dengan kromosom normal. Struktur kromosom
berfungsi menjaga agar ujung kromosom tidak rusak dan politen terdiri atas kromosenter adalah bagian terbesar
terurai (Hopson & Postlethwait 2006: 1107). Satelit kromosom politen yang menjadi pusat melekatnya
merupakan hasil dari penyempitan sekunder di lengan perpaduan daerah heterokromatin sekitar sentromer
kromosom. Bentuk dan ukuran satelit selalu konstan dan (Suzuki & Griffiths 1967: 167). Interband adalah bagian
tidak semua kromosom memiliki satelit. Variasi ukuran kromosom yang terlihat terang disebabkan karena
satelit dapat dilihat pada kromosom akrosentrik 13, 14, benang-benang kromatin yang terkandung di dalamnya
15, 21, dan 22 . Pada sentromer terdapat kinetokor. tidak sedang menggulung atau terurai. Band merupakan
Kinetokor merupakan tempat melekatnya benang spindel bagian kromosom yang berwarna gelap disebabkan
saat proses pembelahan sel (Hartl & Jones 1998: 86). karena benang-benang kromatin sedang menggulung.
Kromosom tersusun atas pita terang dan pita Band mengandung banyak DNA dan variasi materi
gelap. Pita terang disebut sebagai eukromatin yaitu genetik (Pollard & Earnshaw 2008: 221).
bentuk yang mengalami sedikit pemadatan dengan lilitan Proses terbentuknya kromosom politen diawali
yang renggang. Eukromatin mengandung sedikit DNA dengan bertambah panjang serta diameternya kromosom
yang terekspresikan. Eukromatin berbentuk padat pada sel kelenjar ludah yang disebabkan karena pada tahap S
saat pembelahan sel, tetapi strukturnya kembali interfase baik kromosom maupun kromomer membelah.
merenggang selama fase interfase. Pita gelap disebut Kelenjar ludah tidak pernah mengalami pembentukan
sebagai heterokromatin. Heterokromatin merupakan spiral (“coiling”) sehingga kromosom tidak memendek
bagian kromatin yang mengalami kondensasi sehingga akan tetapi tampak sangat panjang. Molekul DNA dalam
strukturnya memadat dan terlihat seperti lilitan hitam tiap benang kromatin selalu mengadakan replikasi sel
yang menggumpal.. Heterokromatin dapat diamati pada langsung diikuti oleh G1, kemudian S, G2 lagi, dan
seterusnya sehingga materi DNA tertumpuk di dalamnya pada praktikum tersebut terbagi menjadi tahap isolasi
(Suryo 1995: 84). Organisme yang memiliki kromosom dan tahap pewarnaan.
politen dikarenakan materi-materi kromosom tidak Tahap isolasi larva instar III Drosophila
tertranskripsikan sehingga menyebabkan gen-gen dalam Melanogaster yaitu, larva diambil dari medium biakkan
daerah eukromatik menjadi aktif. Ekson-ekson, seluruh dengan pinset dan dipindahkan ke kaca objek yang
protein dan RNA kemudian berasosiasi dengan sudah ditetesi larutan NaCl 0,9 % sebanyak 1 tetes.
kromosom tersebut. Gen-gen dapat menjadi aktif suatu Pemberian larutan NaCl 0,9 % sebagai larutan fisiologis
waktu, tetapi dapat dihambat fungsi sintesis proteinnya. yang bertujuan agar larva instar III tidak mengalami
Peningkatan aktivitas gen pada kromosom-kromosom kekeringan saat diisolasi atau tubuhnya tidak terlalu
politen larva Drosophila telah divisualisasikan sebagai hancur saat proses pembedahan. Kaca objek kemudian
gelembung (puff) (Starr & Taggart 1995: 242). diletakkan di bawah mikroskop stereo untuk dilakukan
Kromosom politen dapat dijumpai pada kelenjar isolasi kelenjar saliva larva. Tubuh larva ditusuk dengan
ludah larva diptera, karena kebanyakan ahli fokus pada jarum sonde pada bagian kepala dan badan. Bagian
penelitian kelenjar ludah. Kromosom politen dapat tubuh larva yang ditusuk jarum ditarik ke arah yang
ditemukan pula pada bagian tubuh diptera lainnya berlawanan agar tubuhnya terpisah dengan kepala
seperti kelenjar saliva, proventrikulus, rektum, sehingga didapat kelenjar saliva. Kelenjar saliva akan
pertengahan lambung, dan tubulus malphigi (Klug & tampak seperti benang tipis. Kelenjar saliva kemudian
Cummings 1994: 41). Drosophila melanogaster dibersihkan dari kotoran lemak atau potongan tubuh
memiliki kromosom politen karena selama lainnya yang menempel.
perkembangan larva, kelenjar ludahnya memiliki sel-sel Tahap pewarnaan, kelenjar saliva yang sudah
yang sangat besar. Sel-sel kelenjar ludah kemudian tidak bersih diberi setetes pewarna asetokarmin dan
membelah lagi, tetapi mengalami pembesaran ukuran didiamkan selama ± 10 menit. Perlakuan kelenjar saliva
seiring dengan perkembangan larva (Suryo 1995: 78). dengan pemberian asetokarmin dan didiamkan selama
Tujuan dilakukannya praktikum tersebut adalah waktu tertentu bertujuan agar zat warna meresap ke
memahami dan mengetahui struktur, fungsi, serta dalam sel sehingga sel terwarnai dengan baik dan mudah
terbentuknya kromosom politen. Kedua, mengetahui untuk mengamatinya. Tahap selanjutnya adalah objek
teknik isolasi yang baik dan benar pada kelenjar ludah ditutup dengan kaca penutup cover glass dan ditekan
larva III Drosophila melanogaster kemudian dengan ibu jari. Proses tersebut bertujuan agar sel tidak
mengamatinya. tertumpuk dan kelenjar ludah hancur sehingga mudah
untuk diamati (Suryo 1995: 78-79). Preparat kemudian
2. Metodologi diletakkan di bawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 40x untuk diamati struktur dan bentuk
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kromosm politen.
pengamatan kromosom politen yaitu mikroskop cahaya,
mikroskop stereo, jarum sonde, pinset, cawan petri, kaca 3. Hasil dan Pembahasan
objek, kaca penutup, dan pipet. Bahan yang digunakan
Larva instar III Drosophila melanogaster
terdiri atas NaCl 0,9 %, pewarna asetokarmin, larva
merupakan larva yang dijadikan sebagai bahan
instar III Drosophila Melanogaster, dan tisu. Cara kerja
pengamatan praktikum kromosom politen karena
tubuhnya yang transparan sehingga memudahkan politen karena memiliki perbesaran yang cukup yaitu
praktikan untuk mengisolasi. Larva instar III juga 40x perbesaran.
memiliki organ tubuh yang lengkap dan terdapat banyak
kromosom politen. Kromosom politen ditemukan pada
kelenjar saliva larva instar III Drosophila melanogaster
karena adanya peristiwa endoreduplikasi.
Endoreduplikasi peristiwa replikasi pada pada fase S
yang tidak diikuti oleh fase mitosis sehingga terjadi
penggandaan kromosom homolog yang saling
bersinapsis tanpa mengalami pembelahan. Kelenjar
saliva berbeda dengan bagian tubuh larva Drosophila
melanogaster lainnya yang juga mengandung kromosom
politen karena pada kelenjar saliva mengalami replikasi
sebanyak 10 kali lebih banyak dari bagian tubuh lainnya
Gambar 1. Kromosom politen Drosophila
(Hartl & Jones 1998: 264-265).
melanogaster
Sumber: Dokumentasi pribadi
Hal pertama yang dilakukan adalah mengisolasi
Perbesaran: 40x
larva instar III dari medium biakkan. Langkah kedua
yaitu meneteskan larutan NaCl 0,9 % dengan pipet. Praktikan berhasil mengamati dan menemukan
Pemberian larutan tersebut bertujuan agar larva tidak kromosom politen pada larva instar III Drosophila
mengalami kekeringan saat proses isolasi atau tubuhnya melanogaster. Pada gambar kurang begitu jelas terlihat
tidak terlalu hancur saat proses pembedahan. strukturnya karena hanya menggunakan mikroskop
Pembedahan pada larva menggunakan jarum sonde agar cahanya dengan perbesaran 40x, sedangkan struktur
bagian kepala dan tubuh dapat dipisahkan dengan dapat dilihat dengan jelas apabila perbesaran 100x. Pada
sempurna. Kelenjar saliva kemudian dibersihkan dari gambar hanya dapat terlihat jelas segerombolan
kotoran pengganggu atau dalam hal ini lemak-lemak kromosom yang membentuk kromosom raksasa.
yang menempel. Pemberian zat warna asetokarmin pada
kelenjar saliva bertujuan agar sel terwarnai dengan jelas 4. Kesimpulan

sehingga mudah untuk mengidentifikasi kromosom.


Kromosom politen pada kelenjar saliva larva
Kelenjar ludah yang sudah diberi zat warna kemudian
instar III memiliki struktur yang berbeda dari kromosom
ditekan dengan ibu jari, hal tersebut bertujuan agar
normal. Kromosom politen terjadi akibat peristiwa
kelenjar ludah pecah dan selnya menyebar sehingga
endoreduplikasi. Praktikan mampu mengidentifikasi
tidak ada lagi penumpukkan sel. Mikroskop yang
struktur yang terdapat pada kromosom politen yang
digunakan saat menisolasi kelenjar saliva adalah
terdiri atas kromosonter yang merupakan tempat
mikroskop stereo. Mikroskop stereo digunakan untuk
melekatnya perpaduan daerah heterokromatin sekitar
mengisolasi kelenjar ludah karena bagian tubuh larva
sentromer. Interband adalah bagian kromosom yang
terlihat jelas di bawah mikroskop stereo. Mikroskop
terlihat terang disebabkan karena benang-benang
cahaya digunakan untuk mengamati struktur kromosom
kromatin yang terkandung di dalamnya tidak sedang
menggulung atau terurai. Band merupakan bagian Klug, W.S dan M.R Cummings. 1994. Concepts of
kromosom yang berwarna gelap disebabkan karena Genetcis. Prentice-Hall Inc. United States of
benang-benang kromatin sedang menggulung. Puff America: xvi + 779 hlm.
merupakan gelembung yang terdapat pada lengan Pollard, T.D dan W.C. Earnshaw. 2008. Cell Biology.
kromosom. Teknik isolasi kelenjar saliva dilakukan Edisi ke-2. Elsevier Inc. China: xviii + 905 hlm.
dengan pemberian larutan NaCl 0,9 % dengan tujuan Raven, et al. 2011. Reproduction and Heredity. Biology.
agar larva tidak kekeringan karena tubuh larva bersifat Edisi ke-9. McGraw Hill Companies. United
isotonis dengan larutan. Pemberian zat warna States: i + 1238 hlm.
asetokarmin juga penting dilakukan untuk lebih Russel, Peter J. 1994. Fundamentals of Genetics. Harper
memudahkan dalam mengidentifikasi struktur Collins College Publishers, Inc., New York: xvi
kromosom politen di bawah mikroskop cahaya dengan + 528 hlm.
perbesaran 40x. Suryo. 1995. Sitogenetika. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta: xvi + 446 hlm.
Daftar Pustaka
Suzuki, D.T dan A.J.F Griffiths. 1976. An introduction
Campbell, N.A., J.B. Reece & L.G. Mitchell. 2002. to genetic analysis. W.H Freeman and
Biology. California The Benjamin. Company. United States of America: xii + 468
Fried, G.H dan G.J Hademenos. 2006. Schaum’s outline hlm.
of theory and problems of biology. Edisi ke-2. Starr, C dan R. Taggart. 1995. Biology: The Unity and
Diterjemahkan oleh Penerbit Erlangga. Jakarta: Diversity of Life. Wadsworth Publishing
x + 368 hlm. Company. United States of America: xxxviii +
Hartl, D.L., E.W.Jones. 1998. Genetics; Principles amd 932 hlm.
Analysis. Jones dan Bartlett Publisher, United Widyatama, et al. 2009. Kamus kedokteran. Penerbit
States: xxiv+840 hlm. Widyatama. Jakarta: x + 570 hlm.
Hopson, J.L dan J.H. Postlethwait. 2006. Modern
Biology. Edisi ke-6. Holt, Rinehart, dan Wiston.

Вам также может понравиться