Вы находитесь на странице: 1из 10

LAPORAN

ELEKTROKARDIOGRAF
PRAKTIKUM FISIOLOGI

Kelompok 3.4

Disusun oleh :
Yoshe Ivana Putri ( 41180223 )
Shinta Abilia Puji Winata ( 41180259 )
Ni Wayan Rosa Anggreni ( 41180225 )
Roger Ekahuang Tumon ( 41180263)
Regina Vika Maharani ( 41180298 )

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana
2019
I. Tujuan
1. Mahasiswa mengerti dan memahami aktivitas listrik di jantung
2. Mahasiswa dapat mengkaji elektrokardiograf

II. Hasil Elektrokardiogram

No Keterangan Normal Abnormal


1 Kecepatan kertas (mm/detik) 25mm/detik 25mm/detik
2 Irama Regular Regular
Frekuensi denyut jantung
3 75 x/menit 60 x/menit
(kali/menit)
4 Aksis Normal Normal
5 Bentuk Gelombang
Ada, agak bulat t = Ada, bulat kecil, t =
P
0.2mV, l = 0.12s 0,1mV, l = 0.08s
Ada, lancip, t = 1.4mV, Ada, t = 1.5mV, l =
QRS
l = 0.12s 0,2s
Ada, agak lancip t = Ada, t = 0.4mV, l =
T
0.3mV, l = 0.16s 0.16s

U Tidak ada Tidak ada

6 Interval PR (ms) 160ms 200ms


7 Interval QT (ms) 240ms 160ms
Segaris isoelektris, Segaris isoelektris,
8 Segmen PR
80ms 80ms
Segaris isoelektris,
9 Segmen ST Elevasi, 160ms
120ms

III. Pembahasan

A. EKG NORMAL
Elektrokardiografi adalah perekaman aktivitas listrik jantung dalam
bentuk grafik. Perekaman ini menggunakan alat yang disebut elektrokardiograf,
dan hasil perekamannya disebut elektrokardiogram. Interpretasi EKG meliputi
frekuensi denyut jantung(x/menit), irama/ritme, axis/posisi, bentuk gelombang (
P, kompleks QRS, T, U), interval (PR dan QT), dan segmen (PR dan ST). Ada
12 lead pada EKG, yaitu lead I, lead II, lead III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3,
V4, V5, V6. Pada sudut pandang anterior, lead yang bermasalah adalah lead I,
V2, V3, V4. Pada sudut pandang lateral, lead yang bermasalah adalah lead I,
aVL, V5, V6. Pada sudut pandang inferior, lead yang bermasalah adalah lead II,
lead III, aVF. Untuk menentukan axis, lead yang diperhatikan adalah lead I dan
aVF. Untuk menentukan irama sinus, lead yang diperhatikan adalah lead II dan
aVR.
Nilai normal frekuensi denyut jantung pada manusia adalah 60-
100x/menit. Aksis pada Normal Sinus Rhytm (NSR) adalah normal, yaitu Lead I
(+) dan aVF (+). Bentuk gelombang yang timbul pertama kali adalah gelombang
P, dengan bentuk melengkung bulat kecil ke atas. Gelombang P menunjukkan
adanya depolarisasi atrium. Waktu normalnya adalah 0,08 – 0,15 detik. Bentuk
normalnya adalah tinggi kurang dari 2,5 mm di lead II dan lebar kurang dari 0,11
di lead II. Pada NSR, gelompang P selalu diikuti dengan kompleks QRS.
Kompleks QRS memiliki waktu normal kurang dari 0,12 detik dan kompleks ini
menunjukkan adanya depolarisasi ventrikel. Gelombang yang selanjutnya
terbentuk adalah gelombang T yang menunjukkan adanya repolarisasi ventrikel
dengan waktu normal yang biasanya tidak diukur. Gelombang terakhir adalah
gelombang U yaitu gelombang kecil yang mengikuti gelombang T, di mana
gelombang ini menunjukkan repolarisasi serat Purkinje. Pada hasil NSR, segmen
PR, segmen ST, interval PR, dan interval QT tidak mengalami depresi maupun
elevasi (segaris/sejajar dengan garis isoelektris). Dari hasil EKG normal yang
diberikan, hasilnya sesuai dengan keadaan normal.

B. AMI INFERIOR
Inferior Akut Miokard Infark (AMI) merupakan suatu keadaan dimana
terjadi kerusakan atau kematian otot jantung yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhambatnya aliran darah koroner secara tiba-tiba sehingga
kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai perfusi arteri koroner yang cukup.
Ketika electrocardiographic menemukan adanya isolasi di single lead mereka
sering ditempatkan dalam katerogi normal atau NSSTW (nonspecific ST segmen
and T wave). Bahkan ketika terjadi isolasi di single lead, temuan ternentu harus
dianggap sebagai peringatan dini. Kebanyakan dokter menganggap bahwa satu-
satunya TWI (T wave inversion) di dalam aVL, akan di anggap tidak penting.
Bagaimanapun juga beberapa penelitian telah menunjukan pentingnya perubahan
gelombang T aVL dalam keterlibatan ventrikel kanan, khususnya hubungan
dengan AMI inferior yang akan segera terjadi. Perubahan gelombang T, terutama
di lead aVL, belum ditekankan dan tidak dikenal dengan baik di semua
spesialisasi. Pengumpulan bukti yang berkaitan dengan TWI (T wave inversion)
dalam aVL menunjukan bahwa seharunya tidak boleh dianggap normal atau
tidak spesifik meskipun terisolasi.

Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik yang masih berfungsi akan


menghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik
diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik
akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST. Pada infark, miokard yang
mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk repolarisasi secara normal,
mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan
penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk.
Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona
nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjadi lagi.
Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi.
Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai
dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali
normal.

Gambaran spesifik pada rekaman EKG

Daerah infark Perubahan EKG

Anterior Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan resiprokal


(depresi ST) pada lead II, III, aVF.

Inferior Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal
(depresi ST) V1 – V6, I, aVL.

Lateral Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.

Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama
gelombang R pada V1 – V2.

Ventrikel kanan Perubahan gambaran dinding inferior

IV. Diskusi Kelompok


1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas
jantung!
a) Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama
pertumbuhan. Usia seseorang sangat berpengaruh terhadap denyut nadi, denyut nadi
maksimum pada orang lanjut usia sangat menurun (penurunan 50% dari usia remaja
pada usia 80 tahun). Hal ini disebabkan berkurangnya massa otot, dan daya
maksimum otot yang dicapai sangat berkurang 2. Pada anak umur 5 tahun denyut
nadi istirahat antara 96-100 denyut permenit, pada usia 10 tahun mencapai 80-90
denyut permenit, dan pada orang dewasa mencapai 60-100 denyut permenit.

b) Jenis Kelamin
Denyut nadi pada wanita lebih tinggi apabila dibandingkan dengan laki-laki.
Pada laki-laki dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128
denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit.

c) Indeks Massa Tubuh (IMT)


Denyut nadi juga dipengaruhi oleh berat badan dengan perbandingan berbanding
lurus, sedangakan berat badan berkaitan dengan IMT. Makin tinggi berat badan
semakin tinggi IMT, begitu sebaliknya makin rendah berat badan IMT semakin
rendah. Sehingga makin tinggi IMT denyut nadi istirahat semakin tinggi.

d) Aktifitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang
yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung memompa, dan makin tinggi tekanan yang
dibebankan pada arteri.
e) Rokok dan Kafein
Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang
merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut per
menit dibanding dengan seorang yang dalam bekerja tidak didahului merokok.
Hal tersebut dikarenakan, rokok dapat mengakibatkan vasokonstriksi pada
pembuluh darah.

f) Stressor
Stress juga dapat menyebabkan peningkatan denyut nadi. Dimana hormon
adrenal yang naik dapat menyebabkan peningkatan kontraktilitas dan denyut
jantung serta peningkatan vasokontiksi.

g) Angiostenin II
Angiostenin II meningkatkan kontraktilitas jantung dengan mengurangi aliran
plasma ke ginjal, sehingga menaikkan reabsorpsi Na+ di ginjal. Bersamaan
dengan angiostenin III merangsang korteks adrenal melepas aldosterone dan
memfasilitasi pelepasan norepinefrin dari pasca-ganglion saraf simpatik.

2. Jelaskan aktivitas jantung yang Nampak pada komponen-komponen


gelombang pada elektrokardiogram dengan hasil NSR (Normal Sinus
Rhytm)!
a) Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil
karena otot atrium yang relatif tipis.
b) Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga
gelombang QRS cukup tinggi.
c) Gelombang Q merupakan depleksi ke bawah pertama.
d) Gelombang R merupakan depleksi ke atas pertama.
e) Gelombang S merupakan depleksi ke bawah kedua setelah gelombang R.
f) Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat
(repolarisasi).
g) Gelombang U biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan
dalam keadaan normal tidak terlihat.
h) Interval PQ atau Interval PR
Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS
adalah interval waktu antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut
sebagai interval PQ. Interval P- Q normal kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang
interval ini juga disebut sebagai interval P- R sebab gelombang Q sering tidak
ada.
i) Interval QT
Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai
akhir gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval PR sebab
gelombang Q sering tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat-
sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah (sekitar 10μV - 10mV) dan
frekuensi rendah (sekitar 0,05- 100Hz).
j) Segmen PR Perlambatan nodus AV. Diukur sejak akhir gelombang P
sampaiawal gelombang R.
k) Segmen ST Waktu ventrikel kontraksi dan mengosongkan diri. Diukur sejak
akhir gelombang S sampai awal gelombang T.

3. Jelaskan elektrokardigram dari beberapa gangguan jantung yang dapat


dideteksi dengan elektrokardiograf!
a) Sinyal Aritmia Sinus
Memiliki irama tidak teratur, nilai frekuensinya (HR) antara 60 sampai
dengan 100 X/menit. Bentuk gelombang P normal yaitu lebar 0,12 detik dan
Tinggi 0,3 miliVolt, dan gelombangnya selalu diikuti oleh gelombang QRS
T. Untuk interval PR normal antara 0,12 sampai dengan 0,2 detik. Dan nilai
gelombang QRS menunjukkan aktivitas normal dengan nilai antara 0,06
sampai dengan 0,12 detik.
b) Sinus Ritmi
Memiliki irama teratur, dengan nilai frekuensinya (HR) 60 sampai dengan
100 X/menit. Dengan nilai gelombang P normal yaitu lebar 0,12 detik dan
Tinggi 0,3 miliVolt, dan gelombangnya selalu diikuti oleh gelombang QRS
T. Untuk interval PR normal antara 0,12 sampai dengan 0,12 detik.
c) Bradikardi Sinus (SB)
Memiliki irama teratur, dengan nilai frekuensi (HR) kurang dari 60 X /
menit. Dengan nilai gelombang P normal yaitu lebar 0,12 detik dan Tinggi
0,3 miliVolt, dan gelombangnya selalu diikuti oleh gelombang QRS T.
Untuk interval PR normal antara 0,12 sampai dengan 0,20 detik, dan
gelombang QRS nya normal dengan nilai 0,06 sampai dengan 0,12 detik.
d) Takhikardi Sinus (ST)
Memiliki irama teratur, dengan nilai frekuensi (HR) lebih besar dari 100
sampai dengan 150 X / menit. Dengan nilai gelombang P normal yaitu lebar
0,12 detik dan Tinggi 0,3 miliVolt, dan gelombangnya selalu diikuti oleh
gelombang QRS T. Untuk interval PR normal antara 0,12 sampai dengan
0,20 detik, dan gelombang QRS nya normal dengan nilai 0,06 sampai dengan
0,12 detik.
e) Iskemia Miokard:
1. Depresi segmen ST kurang dari 1 mm
2. Simetris atau gelombang ST yang terbalik
3. Gelombang T yang tinggi abnormal
4. Gelombang T yang normal dan abnormal
5. Interval QT yang memanjang pada diatas penambahan
f) Infark miokard:
1. Elevasi ST >2 mm pada dua atau lebih leads dadaatau > 1 mm pada dua
atau lebih limb leads
2. Gelombang Q >0.004 detik (1 persegi kecil)
g) Perkalemia:
Interval QT menjadi lebih pendek
h) Toksisitas Digitalis:
Semua tipe dari aritmia, biasanya PVC’s atau takikardi atrial paroksimal
i) Elektrikal alternans QRS
Ketinggian QRS bervariasi dari denyut ke denyut
V. Kesimpulan

1. Jantung memiliki aktivitas listrik ketika memompa darah, yang aktivitasnya


dapat direkam dalam bentuk grafik yaitu elektrokardiogram, menggunakan
alat elektrokardiograf.
2. Pada elektrokardiogram, dapat ditemukan beberapa macam gelombang, yaitu
gelombang P akibat depolarisasi atrium, kompleks QRS akibat depolarisasi
ventrikel, gelombang T akibat repolarisasi ventrikel, dan gelombang U yang
hanya ada pada kondisi tertentu.
3. Pembacaan EKG dapat membantu mendiagnosis gangguan/kelainan jantung,
salah satu contohnya adalah AMI inferior.
DAFTAR PUSTAKA

Klabunde, Richard. 2012. Konsep Fisiologi Kardiovaskular Edisi Kedua. USA : Woltes
Kluwer.

Birnbaum Y, Sclarovsky S, Mager A, et al. ST segment depression in aVL: a sensitive


marker for acute inferior myocardial infarction. Eur Hearth J. 1993; 14(1): 4-7

Sherwood,laurale.2012.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.Ed6.EGC.Jakarta.

Guyton&Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed 11.EGC.Jakarta.

Widjaja,Soetopo.2009.EKG praktis.Binarupa aksara.Tangerang

Вам также может понравиться