Вы находитесь на странице: 1из 18

PNEUMOTORAKS

A. Definisi

Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas


dalam rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara
sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.(3)
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang
melapisi paru-paru dan rongga dada.(4)

Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di


dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena(5). Tersering
disebabkan oleh ruptur spontan pleura visceralis yang menimbulkan
kebocoran udarake rongga torak. Pneumotorak dapat terjadi berulang kali
(6).

Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :

a) Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang


berasal dari alveolus akanmemasuki kavum pleura. Pneumothorax
jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax. Apabila kebocoran
pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk
saatinspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat
ekspirasi. Akibatnya, udarasemakin lama semakin banyak sehingga
mendorong mediastinum kearah kontralateral danmenyebabkan
terjadinya tension pneumothorax
b) .Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat
hubungan antara kavumpleura dengan dunia luar. Apabila lubang
yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea,maka udara
cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding traktus
respiratorius yangseharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam
rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum
pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsi

1
lateral.Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya
udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi
ini disebut sebagai open pneumothorax (3,6,7,9)

Klasifikasi Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat


dikelompokkan menjadi dua, yaitu (2,5) :
1. Pneumotoraks spontan Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara
tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua
jenis, yaitu:
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi
secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya atau tanpa penyakit
dasar yang jelas. Lebih sering pada laki-laki muda sehat
dibandingkan wanita. Timbul akibat ruptur bulla kecil (12 cm)
subpleural, terutama di bagian puncak paru.

b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang


terjadi dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah
dimiliki sebelumnya, Tersering pada pasien bronkitis dan
emfisema yang mengalami ruptur emfisema subpleura atau
bulla. Penyakit dasar lain: Tb paru, asma lanjut, pneumonia,
abses paruatau Ca paru. fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik
kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.

2. Pneumotoraks traumatik, Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat


adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan, yang
menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru (2,5).

Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam


dua jenis, yaitu :

a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang


terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada,
barotrauma.

2
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi
akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis ini pun
masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental Adalah suatu
pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena
kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya
pada parasentesis dada, biopsi pleura.
2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan
dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura.
Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan,
misalnya pada pengobatan tuberkulosis sebelum era
antibiotik, maupun untuk menilai permukaan paru. (2,5)

Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat


diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu (8) :

1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax) Pada tipe ini, pleura


dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding dada),
sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam
rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah
menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada
kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi, sehingga masih
ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali
negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di
rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax), Yaitu pneumotoraks
dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus
yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada
dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan
udara luar. Pada pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar
nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang

3
(8)
disebabkan oleh gerakan pernapasan . Pada saat inspirasi tekanan
menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif
(8)
. Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan
normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi
dinding dada yang terluka (sucking wound) (2).
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax) Adalah
pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin
lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis
yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui
trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju
pleura melalui fistel yang terbuka(8). Waktu ekspirasi udara di dalam
rongga pleura tidak dapat keluar . Akibatnya tekanan di dalam
rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan
atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat
menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas (2).
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka
pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (8) :
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada
sebagian kecil paru (< 50% volume paru).
2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian
besar paru (> 50% volume paru)

B.EPIDEMIOLOGI
Pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi pneumothorax spontan dan
traumatik. Pneumothorax spontan merupakan pneumothorax yang terjadi tiba-tiba
tanpa atau dengan adanya penyakit paru yang mendasari. Pneumothorax jenis ini
dibagi lagi menjadi pneumothorax primer (tanpa adanya riwayat penyakit paru
yang mendasari) maupun sekunder (terdapat riwayat penyakit paru sebelumnya).
Insidensinya sama antara pneumothorax primer dan sekunder, namun pria lebih
banyak terkena dibanding wanita dengan perbandingan 6:1. Pada pria, resiko
pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok berat dibanding non

4
perokok. Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia muda, dengan insidensi
puncak pada dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun).
Sementara itu, pneumothorax traumatik dapat disebabkan oleh trauma langsung
maupun tidak langsung pada dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi
iatrogenik maupun non-iatrogenik. Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe
pneumothorax yang sangat sering terjadi.

B. Etiologi

Etiologi Trauma thorax kebanyakan diakibatkan oleh kecelakaan lalu


lintas yang umumnya berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama
disebabkan oleh tikaman dan tembakan. Trauma pada bagian ini juga
sering disertai dengan cedera pada tempat lain misalnya abdomen,
kepala, dan ekstremitas sehingga merupakan cedera majemuk. Kelainan
yang sering timbul secara umum pada setiap trauma thorax baik tajam
maupun tumpul yaitu(3):

a. Kulit : dan jaringan lunak : luka, memar, dan emfisema subkutis


b. Tulang : fraktur costa, sternum, pernapasan paradoksal.
c. Pleura :Pneumothorax, hemothoraxhemopneumothorax,
kilothorax, serothorax
d. Jaringan paru: traumatic wet lug
e. Mediastinum: pneumomediastinum, robekan esofagus, robekan
bronkus
f. Jantung: hemoperikardium, luka jantung(3).

C. Patofisiologi

Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Di


antara pleura parietalis danvisceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura
normal berisi sedikit cairan serous jaringan.Tekanan intrapleura selalu

5
berupa tekanan negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam
proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : fase inspirasi dan
fase eksprasi. Padafase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O;
sedangkan pada fase ekspirasi tekananintrapleura: -3 s/d -6 cmH2O.
Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara pada
cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura tidak
terbentuk. Sehingga akan mengganggu padaproses respirasi.

Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya (6,7,9) :


1. Pneumotorak spontan Oleh karena : primer (ruptur bleb),
sekunder (infeksi, keganasan), neonatal
2. Pneumotorak yang di dapat Oleh karena : iatrogenik,
barotrauma, trauma
Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis:
1. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock atau pre-shock
2. Tension Pnuemotorak : diikuti gejala shock atau pre-schock
Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya dengan hubungan luar
menjadi :
1.Open pneumotorak
2.Closed pneumotorak

Secara garis besar ke semua jenis pneumotorak mempunyai dasar


patofisiologi yang hampir sama.

Pneumotorak spontan, closed pneumotorak, simple pneumotorak,


tension pneumotorak, dan open pneumotorak. Pneumotorak spontan
terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura visceralis. Apabila
dinding alveolus dan pleura viceralis yang lemah ini pecah, maka akan ada
fistel yang menyebabkan udara masuk ke dalam cavum pleura.
Mekanismenya pada saat inspirasi rongga dada mengembang, disertai
pengembangan cavum pleura yang kemudian menyebabkan paru dipaksa
ikut mengembang, seperti balon yang dihisap. Pengembangan paru

6
menyebabkan tekanan intraalveolar menjadi negatif sehingga udara luar
masuk. Pada pneumotorak spontan,paru-paru kolpas, udara inspirasi ini
bocor masuk ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif.
Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi cavum pleura akibatnya
menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi mediastinal
kembali lagi ke posisi semula.Proses yang terjadi ini dikenal dengan
mediastinal flutter (6,7,9).

Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi


paru sisi sebaliknya masihbisa menerima udara secara maksimal dan
bekerja dengan sempurna.

Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-


shock atau shock dikenal dengan simple pneumotorak. Berkumpulnya
udara pada cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan
lingkungan luar dikenal dengan closed pneumotorak .Pada saat ekspirasi,
udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal karena elastic recoil
dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna. Akibatnya bilamana proses
ini semakin berlanjut,hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi
menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak
pada paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup
terjadilah penekanan vena cava,shunting udara ke paru yang sehat, dan
obstruksi jalan napas.Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau
shock oleh karena penekanan vena cava.Kejadian ini dikenal dengan
tension pneumotorak(6,7,9).

Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum pleura


dengan lingkunga luar. Open pneumotorak dikarenakan trauma penetrasi.
Perlukaan dapat inkomplit (sebatas pleura parietalis)atau komplit (pleura
parietalis dan visceralis). Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit
pada saat inspirasi udara luar akan masuk ke dalam cavum pleura.
Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena tekanan intrapleura tidak

7
negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi cavumpleura yang menekan
mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergeser
kemediastinal yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter. Bilamana open
pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi hiperekspansi
cavum pleura mendesak mediastinal ke sisi paru yang sehat dan saat
ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan paru karena luka yang
bersifat katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena
cava,shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas.
Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena
penekanan vena cava. Kejadian inidikenal dengan tension pneumotorak
(6,7,9).

D. Diagnosis
Dari anamnesis Sulit bernafas yang timbul mendadak dengan
disertai nyeri dada yang terkadang dirasakan menjalar ke bahu. Dapat
disertai batuk dan terkadang terjadi hemoptisis. Perlu ditanyakan adanya
penyakit paru atau pleura lain yang mendasari pneumotorak, dan
menyingkirkan adan yapenyakit jantung.
Gejala
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang
masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami
kolaps (mengempis) (10).

Gejalanya bisa berupa:


-Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri
jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.

8
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi) (10).
Pemeriksaan fisik Sesak nafas dan takikardi yang dapat disertai
sianosis pada pneumotorak ventil atau ada penyakit dasar paru.
 Inspeksi : Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper
ekspansi dinding dada), Pada waktu respirasi, bagian yang sakit
gerakannya tertinggal, Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang
sehat , deviasi trakhea, ruang interkostal melebar,
 Palpasi : Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau
melebar, Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat ,
Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
 Perkusi : Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani
dan tidak menggetar, Batas jantung terdorong ke arah toraks yang
sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi, Pada tingkat yang berat
terdapat gangguan respirasi/sianosis, gangguanvaskuler/syok.
 Auskultasi : Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai
menghilang, Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta
bronkofoni negative (5,8).
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Röntgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen
kasus pneumotoraks antara lain (11):
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-
kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi
berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio
opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan
kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu
berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.

9
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke
bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah
paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks
ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi
keadaan sebagai berikut (5) :

1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam


pada tepi jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Hal
ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati
hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di
mediastinum.

2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga


hitam dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan
kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang tadinya
terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak
menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di
sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah
ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang
terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat
tersebut, bahkan sampai ke daerah dada depan dan
belakang.

3) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,


maka akan tampak permukaan cairan sebagai garis datar di
atas diafragma Foto Rö pneumotoraks (PA), bagian yang
ditunjukkan dengan anak panah merupakan bagian paru
yang kolaps2. Analisa Gas Darah

2. Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran


hipoksemi meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak

10
diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang berat secara
signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
3. CT-scan thorax
CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara
emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara
dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk
membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan
sekunder.
Komplikasi dapat berupa hemopneumotorak,
pneumomediastinum dan emfisemakutis, fistel bronkopleural dan
empiema.

E. Penatalaksanaan
E 1. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Umum)
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan
untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks
adalah sebagai berikut :
Primary Survey
Airway
Assessment :
 perhatikan patensi airway
 dengar suara napas
 perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding
dada
Management :
 inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-
lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan
napas
 Observasi dan Pemberian O2

11
Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura
telah menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura
tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat
(2)
apabila diberikan tambahan O2 . Observasi dilakukan dalam
beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama
selama 2 hari . Tindakan ini terutama ditujukan untuk
pneumotoraks tertutup dan terbuka (8).
 re-posisi kepala, pasang collar-neck
 lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral
/ nasal)
Breathing
Assesment
 Periksa frekwensi napas
 Perhatikan gerakan respirasi
 Palpasi toraks
 Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
 Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
 Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest
Circulation
Assesment
 Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
 Periksa tekanan darah
 Pemeriksaan pulse oxymetri
 Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
 Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
 Torakotomi emergency bila diperlukan
 Operasi Eksplorasi vaskular emergency
Tindakan Bedah Emergency

12
1. Krikotiroidotomi
2. Trakheostomi
3. Tube Torakostomi
4. Torakotomi
5. Eksplorasi vascular

E 2. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Spesifik)


E 2.a. Pneumotoraks Simpel
Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks
yang progresif.
Ciri:
 Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
 Tidak ada mediastinal shift
 PF: bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada

Penatalaksanaan: WSD
E 2.b. Pneumotoraks Tension
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang
semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension
ditemukan mekanisme ventil (udara dapat masuk dengan mudah, tetapi
tidak dapat keluar).
Ciri:
 Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi :
kolaps total paru, mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke
kontralateral), deviasi trakhea , venous return ↓ → hipotensi &
respiratory distress berat.
 Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat,
takipneu, hipotensi, JVP ↑, asimetris statis & dinamis
 Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro

13
Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-
klavikula)
2. WSD

E 2.c. Open Pneumothorax


Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga
udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan
intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai
sucking-wound . Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme
ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ
intra toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

Penatalaksanaan WSD
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage
yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan
dari cavum pleura ( rongga pleura).

TUJUANNYA:
• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura
untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif
dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Perubahan Tekanan Rongga Pleura
Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi

14
-Atmosfir 760 760 760
-Intrapulmoner 760 757 763
-Intrapleural 756 750 756
INDIKASI PEMASANGAN WSD :
• Hemotoraks, efusi pleura
• Pneumotoraks ( > 25 % )
• Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
• Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

KONTRA INDIKASI PEMASANGAN :


• Infeksi pada tempat pemasangan
• Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol (6,7,9)

Tindakan Dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada
kasuspneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan
inibertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan
membuathubungan antara rongga pleura dengan udara luar
dengan cara (2) :
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga
pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga
pleura akan berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar
melalui jarum tersebut (2,8).
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1) Dapat memakai infus set Jarum ditusukkan ke dinding dada
sampai ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang telah
dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol
yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak
gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada
di dalam botol (8).

15
2) Jarum abbocath Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari
gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada
posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke
rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula
ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa
infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air.
Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung
udara yang keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam
botol (8).
3) Pipa water sealed drainage (WSD) Pipa khusus (toraks kateter)
steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan troakar
atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat
dilakukan melalui celah yang telah dibuatdengan bantuan insisi
kulit di sela iga ke-4 pada lineamid aksilaris atau pada linea
aksilaris posterior. Selainitu dapat pula melalui sela iga ke-2 di
garis midklavikula. Setelah troakar masuk, maka toraks kateter
segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar
dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di
rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di
dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik
lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya
berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung
udaradapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan
(5,8)
tersebut . Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila
tekanan intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan
dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O,
dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah
mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah
negative kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan
ujicoba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk
selama 24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali

16
menjadi positif maka pipa belum bias dicabut. Pencabutan
WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi
maksimal (2).

Pengobatan Tambahan
1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan
ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses
TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi
saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator (8).
2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat .
3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah
dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi,
seperti emfisema (5).
Rehabilitasi (8) .
1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan
pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya.
2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau
bersin terlalu keras.
3. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif,
berilah laksan ringan.
4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada
keluhan batuk, sesak napas.

17
18

Вам также может понравиться