Вы находитесь на странице: 1из 2

Perbedaan Pemikiran Monetarist vs Keynesian

Posted on 20 October 2016

Sumber gambar: dornsife.usc.edu

Perbedaan pendapat antara kelompok Keynesian dan Monetarist pada dasarnya menyangkut
keberadaan sumber-sumber yang mendorong perkembangan permintaan agregat serta perilaku
penawaran agregat. Dalam hal ini, kelompok Monetarist berpendapat bahwa permintaan agregat
semata-mata dipengaruhi oleh perkembangan uang beredar dan bahwa pengaruh perkembangan uang
beredar terhadap permintaan agregat adalah stabil. Kelompok Monetarist berasumsi bahwa mekanisme
pasar di dalam perekonomian dapat berjalan secara otomatis sehingga harga-harga dapat segera
menyesuaikan (naik atau turun) apabila terjadi perbedaan (lebih besar atau lebih kecil) antara
permintaan dan penawaran di pasar.

Kelompok Keynesian memandang bahwa permasalahan dalam suatu perekonomian pada dasarnya
sangat kompleks sehingga tidak hanya uang yang berperan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi,
tetapi juga variabel-variabel lain. Di sisi lain, kelompok Keynesian berasumsi bahwa terjadi sejumlah
kekakuan dalam bekerjanya mekanisme pasar di dalam perekonomian, misalnya, karena adanya kontrak
kerja antara majikan dan pekerja atau pengaturan harga sejumlah komoditas oleh pemerintah. Dengan
kondisi ini, apabila terjadi shocks dalam perekonomian, misalnya, karena adanya kebijakan moneter
secara yang aktif melakukan pelonggaran atau pengetatan, maka dalam jangka pendek pertumbuhan
ekonomi riil akan terpengaruh, meskipun pada akhirnya dalam jangka menengah-panjang perkembangan
harga juga akan terpengaruh.

Hubungan antara uang, dalam berbagai bentuk dan definisinya, dengan kegiatan perekonomian,
khususnya pertumbuhan ekonomi dan inflasi, telah menjadi topik perdebatan antara kelompok
Keynesian dan Monetarist sepanjang sejarah teori ekonomi moneter. Kelompok Monetarist,
berpendapat bahwa uang hanya berpengaruh pada tingkat inflasi dan tidak pada pertumbuhan ekonomi.
Implikasinya adalah bahwa kebijakan moneter harus diarahkan hanya untuk pengendalian inflasi dan
tidak bisa dipergunakan untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi riil. Lebih lanjut lagi, pelaksanaan
kebijakan moneter tersebut perlu dilakukan dengan rules yang dibakukan dan diarahkan untuk
mengendalikan inflasi. Kebijakan moneter tidak dapat dipergunakan secara aktif mempengaruhi kegiatan
ekonomi riil, dalam arti dapat dilonggarkan apabila sector riil sedang lesu dan diketatkan apabila terjadi
peningkatan kegiatan ekonomi secara berlebihan.
Di sisi lain, kelompok Keynesian berpendapat bahwa uang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi riil di
samping pengaruhnya terhadap inflasi. Implikasinya adalah bahwa kebijakan moneter dapat
dipergunakan sebagai salah satu instrumen kebijakan untuk secara aktif mempengaruhi naik turunnya
kegiatan ekonomi riil. Dengan kata lain, bank sentral mempunyai discretion untuk mempergunakan
kebijakan moneter secara aktif membantu upaya-upaya untuk mempengaruhi naik turunnya kegiatan
ekonomi riil. Apabila kegiatan ekonomi riil dirasakan terlalu lesu, kebijakan moneter dapat dilonggarkan
sehingga jumlah uang beredar dalam perekonomian bertambah dan dapat mendorong peningkatan
kegiatan ekonomi. Sebaliknya, apabila kegiatan ekonomi riil dinilai terlalu cepat dan cenderung
memanas, kebijakan moneter perlu diketatkan sehingga terjadi penurunan kegiatan ekonomi riil dan
tingkat inflasi dapat terkendali.

Dengan latar belakang pemikiran yang berkembang dalam teori ekonomi moneter, pandangan yang lebih
dominan akan tergantung pada kondisi yang terjadi pada perekonomian suatu negara. Tidak ada satu
teori ataupun pandangan yang sesuai dan dapat menggambarkan sepenuhnya kondisi di semua negara,
karena perbedaan yang terjadi baik pada bekerjanya mekanisme pasar, system perekonomian, ataupun
cara-cara otoritas dalam melaksanakan kebijakan moneter. Dengan demikian, pernyataan mengenai
pandangan mana yang sesuai pada suatu perekonomian, apakah Monetarist atau Keynesian, senantiasa
menjadi suatu pertanyaan empiris

Вам также может понравиться