Вы находитесь на странице: 1из 8

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.

3 November 2016)

KEJADIAN EKSTRAVASASI OBAT KEMOTERAPI PADA


PASIEN KANKER

Marisa Junianti Manik1

1Dosen Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan


e-mail: marisa.manik@uph.edu

ABSTRACT
Chemotherapy is a cancer management with drugs. The complication that can be occurred
is extravasation. The objective of this study was to analyze factors such as vein conditions,
type of medications/ chemotherapeutic agents, volume of chemotherapeutic agents, and
their correlation with chemotherapy drugs extravasation incidences. This study used cross
sectional observational analytic design, with purposive sampling. The sample of this study
was 70 cancer patients undergoing chemotherapy in hospitals. An inclusive criteria was
patients with ages 18-65 in their first to fifth cycle of chemotherapy. The observation form
was used as research instrument. The study showed that there were no correlation
between vein conditions, type of medications/ chemotherapeutic agents, and volume of
chemotherapeutic agents with extravasation. Most veins were still in good condition while
undergoing chemotherapy. The length of time for administering chemotherapy were mostly
<24 hours, which contributed for reducing risk for extravasation, although the type of
medication used were irritants and vesicants, and with drugs volume of 100 – 1000mL. The
incidences of extravasation that were immediately can be observed during chemotherapy
occurred 7.14% of the time. It was possibly occurred by medical devices used, such as
infusion pump that was facilitated the nurses in early anticipate drugs leakage outside the
veins tissue. Nurses’ roles also contributed to reduced extravasation risks. As conclusion,
the results shown there were no correlation statistically; however there might be other
contributing factors that need to be explored furthermore.

Keywords: extravasation, cancer chemotherapeutic agent

ABSTRAK
Kemoterapi merupakan salah satu cara penanganan kanker dengan menggunakan obat.
Komplikasi yang bisa terjadi dari pemberian kemoterapi salah satunya adalah kejadian
ekstravasasi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor kondisi vena, lokasi vena,
ukuran kanul, jenis obat, volume obat, lama paparan obat dan pemahaman pasien dan
hubungannya dengan kejadian ekstravasasi. Penelitian menggunakan desain
observasional analitik secara cross sectional dengan tehnik pengambilan sampel
purposive. Sampel penelitian adalah pasien kanker yang sedang menjalani terapi
kemoterapi di rumah sakit sebanyak 70 responden. Kriteria inklusi mencakup pasien dalam
siklus kemoterapi kesatu sampai kelima dan berada dalam rentang usia 18 – 65 tahun.
Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Studi menunjukkan tidak ada
hubungan faktor kondisi vena, lokasi vena, ukuran kanul, jenis obat, volume obat, lama
paparan obat dan pemahaman pasien yang didapatkan dengan kejadian ekstravasasi obat
kemoterapi. Sebagian besar kondisi vena responden masih dalam keadaan baik saat

142
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)

menjalani kemoterapi dan jangka waktu pemberian kemoterapi yang mayoritas <24 jam
berkontribusi dalam penurunan risiko terjadinya kejadian ekstravasasi walaupun jenis obat
yang didapatkan bersifat iritan dan vesikan serta volume obat kemoterapi sebanyak 100 –
1000 ml. Kejadian ekstravasasi yang dapat diobservasi segera saat pemberian kemoterapi
sekitar 7.14%. Hal itu dapat disebabkan oleh penggunaan alat medis infuse pump, yang
membantu perawat dalam mengantisipasi secara dini adanya kebocoran obat ke jaringan
diluar pembuluh darah. Peran perawat yang baik dalam pemberian obat kemoterapi juga
berkontribusi dalam penurunan angka ekstravasasi. Walaupun hasil menunjukkan tidak
memiliki hubungan secara statistik namun adanya kejadian ekstravasasi menunjukkan
bahwa ada faktor lain yang berhubungan dengan kejadian ekstravasasi yang perlu diteliti
lebih lanjut.

Kata kunci: ekstravasasi, agen kemoterapi kanker

PENDAHULUAN yang pasti (Sakaida, et. al., 2013).


Saat ini prevalensi kejadian Menurut penelitian Mubarak pada tahun
kanker di Indonesia maupun dunia 2013, kejadian ekstravasasi di bangsal
berdasarkan data World Health kemoterapi RSUD Dr. Sardjito
Organization (WHO) tahun 2015 Yogyakarta sebesar 12,7%. Studi yang
mengalami peningkatan yang signifikan. meneliti mengenai faktor risiko dan
Dalam dua dekade mendatang kejadian ekstravasasi obat kemoterapi
diperkirakan jumlah kasus baru akan sudah pernah dilakukan oleh Cicilia,
meningkat sekitar 70%. Kanker juga Manik, M dan Florensa pada tahun 2014,
merupakan salah satu penyebab namun hanya meneliti tiga faktor risiko
kematian di seluruh dunia dengan angka yakni kondisi vena, lokasi vena dan jenis
sekitar 8.2 juta kematian pada tahun obat kemoterapi dan jumlah responden
2012 (WHO, 2015). Kemoterapi hanya 30 orang dan merupakan pasien
merupakan salah satu cara penanganan kemoterapi siklus pertama dan kedua.
kanker dengan menggunakan obat. Penelitian yang akan dilakukan ini lebih
Kemoterapi sistemik memainkan peran luas mencakup tujuh faktor risiko dan
penting dalam terapi kuratif untuk pasien responden yang lebih banyak mencakup
dengan neoplasma hematologi dan semua siklus kemoterapi yang dijalankan
beberapa jenis tumor pada tahap lanjut. di rumah sakit. Insiden ekstravasasi
Meskipun beberapa agent oral sudah tentu saja sangat diharapkan tidak
dikembangkan baru-baru ini, terjadi. Pemberian obat kemoterapi
kebanyakan agent anti kanker diberikan harus aman dan efektif. Sebagai
secara intravena. Komplikasi yang bisa konsekuensinya, manajemen yang tepat
terjadi dari pemberian kemoterapi adalah sangat dibutuhkan untuk mencegah
kejadian ekstravasasi yang terjadi terjadinya kejadian ekstravasasi ini.
sewaktu obat secara tidak sengaja Peran perawat dalam praktik pemberian
masuk ke dalam jaringan di sekitar akses kemoterapi yang aman dan efektif
intravena pemberian obat kemoterapi. sangat penting. Perawat harus mampu
Insiden terjadinya ekstravasasi pada melakukan upaya pencegahan,
orang dewasa diperkirakan sekitar 0.01 identifikasi, manajemen penanganan dan
sampai 6.9%, namun hanya sedikit studi dokumentasi kejadian ekstravasasi
yang melaporkan insiden dengan data akibat komplikasi kemoterapi. Perawat

143
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)

harus mengetahui bahwa obat adalah lembar observasi. Lembar


kemoterapi tertentu memiliki sifat observasi ini dikembangkan sendiri oleh
merusak jaringan dan dapat peneliti sesuai variabel yang dianalisis
menyebabkan ulserasi yang menetap, dan merupakan pengembangan lembar
nyeri dan progresif jika diberikan dengan observasi yang telah digunakan
tidak benar. Tingkat keparahan injuri sebelumnya oleh Cicilia, Manik M., dan
juga dapat berhubungan dengan jenis Florensa, M (2014) yang melakukan
obat. Faktor lainnya untuk kejadian pengukuran tiga variabel dari tujuh
ekstravasasi yaitu jenis dan ukuran alat/ variabel yang akan diteliti saat ini serta
kanula, lokasi akses vena, kondisi vena, tetap mengikuti standar operasional
jenis agent, lama jaringan terkena obat, prosedur pemberian obat kemoterapi
volume/ jumlah obat kemoterapi yang yang ada di rumah sakit tersebut. Uji
digunakan dan kemampuan komunikasi validitas dan reliabilitas telah dilakukan
pasien (Dougherty, 2011). untuk lembar observasi yang digunakan
dan juga telah dilakukan Uji Cohen
METODE PENELITIAN Kappa untuk memastikan bahwa tim
Penelitian dilaksanakan di salah peneliti yang menggunakan lembar
satu rumah sakit swasta yang berfokus observasi dan mengobservasi variabel
pada perawatan kanker di Jakarta yang diteliti memiliki persepsi yang
setelah mendapatkan persetujuan etik sama.
dari Komite Etik MRIN (Mochtar Riady Pengolahan dan analisis data
Institute for Nanotechnology). Populasi pada penelitian dengan desain
penenelitan adalah pasien yang observasional analitik dan tehnik
didiagnosa kanker dan sedang dalam pengambilan sampel purposive ini
masa pengobatan kemoterapi secara menggunakan analisis Chi-square. Uji ini
intravena di rumah sakit X. Penelitian ini dilakukan untuk data non parametrik
menggunakan desain observasional untuk menguji hubungan antara variabel
analitik secara cross sectional dengan independen (faktor-faktor yang
tehnik pengambilan sampel purposive. berhubungan dengan kejadian
Kriteria inklusi mencakup pasien dalam ekstravasasi) dan variabel dependen
siklus kemoterapi ke 1-5 dan berusia dari (kejadian ekstravasasi) berskala ordinal
18 – 65 tahun dan kriteria eksklusi pada maupun nominal.
penelitian ini adalah pasien yang
mendapatkan kemoterapi melalui CVC. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini jumlah variabel Pada bab ini akan diuraikan
independen yang diteliti sebanyak 7 hasil penelitian dan uji statistik serta
variabel sehingga jumlah sampel pembahasan dari masing-masing faktor
menjadi 7 x 10 yakni 70 orang. yang berhubungan dengan kejadian
Instrumen penelitian yang digunakan ekstravasi. Adapun hasil penelitian
untuk mengukur variabel penelitian menunjukkan:

Tabel 4.1 Faktor kondisi vena


Kondisi Vena Jumlah %
Baik 51 72.85
Buruk 19 27.15
Jumlah 70 100

144
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)

Tabel 4.2 Faktor lokasi vena


Kondisi Vena Jumlah %
Vena Sefalika 31 44.28
Vena Antebrakialis 7 10
Vena Metarcarpal 30 42.86
Vena Sentral 2 2.86
Jumlah 70 100

Tabel 4.3 Faktor ukuran kanula


Ukuran Kanula Jumlah %
Sesuai 54 77.14
Terlalu kecil/besar 16 22.86
Jumlah 70 100

Tabel 4.4 Faktor jenis obat


Jenis obat Jumlah %
Netral 8 11.43
Iritan 37 52.86
Vesikan 25 35.71
Jumlah 70 100

Tabel 4.5 Faktor volume obat kemoterapi


Volume obat Jumlah %
0 - 100 ml 1 1.43
101 – 500 ml 34 48.57
501 – 1000 ml 27 38.57
>1000 ml 8 11.43
Jumlah 70 100

Tabel 4.6 Faktor lama paparan obat kemoterapi


Lama Paparan Jumlah %
<24 jam 61 87.14
1 – 7 hari 8 11.43
>7 hari 1 1.43
Jumlah 70 100

Tabel 4.7 Faktor pemahaman pasien mengenai ekstravasasi


Pemahaman pasien Jumlah %
Paham 63 90
Tidak paham 7 10
Jumlah 70 100

145
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)

Tabel 4.8 Kejadian Ekstravasasi


Kejadian Ekstravasasi Jumlah %
Ya 5 7.14
Tidak 65 92.86
Jumlah 70 100

Tabel 4.9 Hubungan faktor –faktor risiko dengan kejadian ekstravasasi obat kemoterapi
Kejadian
Faktor-faktor risiko Ekstravasasi p value
Ya Tidak
Kondisi Vena Baik 3 48
0.608
Buruk 2 17
Lokasi Vena Sefalika, antebrakialis, 2 38
sentral 0.645
Metacarpal 3 27
Ukuran Kanul Sesuai 4 50
1.000
Terlalu kecil/besar 1 11
Jenis obat Netral 0 8
1.000
kemoterapi Iritan dan Vesikan 5 57
Volume obat 0 – 500 ml 4 31
0.356
>501 ml 1 34
Lama paparan <24 jam 5 56
1.000
obat >1 hari 0 9
Pemahaman Paham 4 59
0.419
Pasien Tidak Paham 1 6

Penelitian ini menunjukkan pertama dan kedua sehingga vena yang


bahwa tidak ada hubungan antara faktor ditemukan merupakan vena yang masih
risiko kondisi vena dengan kejadian layak dipakai dan belum rapuh serta
ekstravasasi obat kemoterapi. Menurut tidak keras.
Boschi & Elena (2012) salah satu faktor Berdasarkan nilai p <0,200,
risiko yang menyebabkan ekstravasasi maka dapat dinyatakan bahwa secara
obat kemoterapi pada vena perifer statistik, tidak ada hubungan antara
adalah kondisi vena yang kecil, dan/ atau faktor risiko lokasi vena dengan kejadian
rapuh. Kemungkinan alasan yang dapat ekstravasasi. Studi menurut Boschi &
dijelaskan mengenai tidak ada Elena (2012) menyatakan bahwa salah
hubungannya antara faktor risiko kondisi satu cara untuk mencegah terjadinya
vena dengan kejadian ekstravasasi ekstravasasi adalah dengan mencegah
karena pada sampel ditemukan kondisi pemilihan vena yang berada dalam area
vena mayoritas masih dalam keadaan tekukan (fleksi) dan vena pada lengan
baik dan belum banyak terpapar obat dengan lymphedema atau kerusakan
kemoterapi. Hal ini didukung dengan neurologi. Pada penelitian ini tidak
data responden yang melakukan ditemukannya hubungan faktor risiko
kemoterapi lebih banyak pada siklus lokasi vena dengan kejadian

146
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)

ekstravasasi karena lokasi terbanyak ulserasi yang progresif, menetap dan


yang menajdi pilihan akses oleh perawat sangat nyeri jika diberikan dengan tidak
adalah vena sefalika, antebrakialis dan tepat (Oestreicher, 2007). Pada
vena sentral. Selain itu perawat yang penelitian ini penggunaan obat
akan melakukan kemoterapi sebelumnya kemoterapi 88.57% merupakan agen
sudah memberikan penjelasan tentang yang bersifat iritan dan vesikan sehingga
lokasi vena yang akan digunakan, meningkatkan risiko terjadinya
sehingga pasien mengerti dan ekstravasasi. Dari kejadian ekstravasasi
kooperatif, serta pasien dapat dalam penelitian ini keseluruhannya
meminimalisir pergerakan dari tangan merupakan obat kemoterapi yang
yang terpasang infus kemoterapi. bersifat iritan dan vesikan tersebut.
Dari penelitian yang dilakukan di Walaupun secara statistik menunjukkan
lapangan, tidak terdapat hubungan jenis tidak ada hubungan jenis obat
obat dengan kejadian ekstraavasasi obat kemoterapi ini dengan kejadian
kemoterapi, hal ini berbeda dengan yang ekstravasasi, namun secara klinis hal ini
diungkapkan di literature. Menurut tentu saja tetap berpengaruh. Sejalan
penelitian Boschi & Elena (2014), dengan pemikiran bahwa jenis obat
pemberian obat kemoterapi jenis obat merupakan faktor risiko terjadinya
vesikan sebaiknya diberikan melalui ekstravasasi, maka semakin banyak
akses vena sentral, karena jenis obat jumlah/ volume cairan obat yang
vesikan dapat menyebabkan didapatkan oleh pasien tentu saja
ekstravasasi obat kemoterapi bila meningkatkan pula risiko terjadinya
diberikan melalui akses vena perifer ekstravasasi (Sauerland, et al, 2006).
yang kecil, Sebaiknya bila diberikan Pada penelitian ini jumlah responden
melalui vena perifer pergunakan akses yang menerima volume obat kurang dari
vena perifer yang besar, elastis dan tidak 500 ml dan yang mendapatkan lebih dari
banyak memanipulasi pergerakan. 500 ml memiliki persentase yang hamper
Ukuran kanula yang digunakan sama. Namun dari kejadian ekstravasasi
dalam pemberian obat kemoterapi yang terjadi, 80% mendapatkan volume
merupakan salah satu faktor risiko obat kurang dari 500 ml. Hal ini
terjadinya extravasasi (Gonzalez, 2013). menunjukkan bahwa tidak terdapat
Oleh karena itu, kanula plastik yang hubungan volume obat dengan kejadian
digunakan harus sebisa mungkin ekstravasasi obat kemoterapi.
merupakan ukuran terkecil dan harus Lama paparan vena terhadap
sesuai dengan ukuran vena pasien. Hasil obat kemoterapi yang didapatkan
studi ini menunjukkan tidak terdapat merupakan faktor risiko lain yang
hubungan ukuran kanula dengan menyebabkan ekstravasasi. Semakin
kejadian ekstravasasi obat kemoterapi. lama kontak maka risiko kerusakan
Hal ini dikarenakan karena 77.14% jaringan akan meningkat (Sauerland, et
ukuran kanula yang digunakan sesuai al, 2006). Namun pada penelitian ini
dengan ukuran vena yang akan lama paparan vena terhadap obat
digunakan sebagai akses pemberian kemoterapi 87,1% adalah kurang dari 24
kemoterapi. jam. Sehingga dari uji statistik ditemukan
Obat kemoterapi tertentu bahwa tidak terdapat hubungan lama
memiliki kandungan yang dapat merusak paparan obat kemoterapi dengan
jaringan dan dapat menyebabkan kejadian ekstravasasi obat kemoterapi.

147
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)

Boschi & Elena (2012) dan Gonzalez prosedur sebagai upaya untuk
(2013) merekomendasikan bahwa untuk meningkatkan patient safety dan
mencegah terjadinya ekstravasasi obat peningkatan mutu keperawatan yang
kemoterapi maka pasien sebaiknya berkontribusi aktif untuk penilaian
diberikan edukasi mengenai risiko akreditasi rumah sakit.
terjadinya ekstravasasi dan diminta
untuk melaporkan sensasi nyeri yang DAFTAR PUSTAKA
mungkin muncul atau rasa terbakar yang American Cancer Society. (2013).
dirasakan sesegera mungkin kepada Chemoterapy What it is, how it
perawat. Pada penelitian ini 90% helps. www.cancer.org
responden paham akan tanda dan gejala Cicilia, Manik, M., & Florensa, M. (2014).
ekstravasasi. Hasil uji statistik pada Faktor risiko dan kejadian
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ekstravasasi obat kemoterapi.
terdapat hubungan pemahaman pasien Nursing Current Journal, 2(2), 46-
dengan kejadian ekstravasasi obat 52
kemoterapi namun secara klinis Dahlan, M. Sopiyudin. (2010). Besar
pemahaman pasien ini sangat sampel dan cara pengambilan
membantu dalam mencegah terjadinya sampel dalam penelitian
kejadian ekstravasasi. Seperti halnya kedokteran dan kesehatan.
pendapat Oestreicher, 2007 bahwa Jakarta: Salemba Medika
edukasi dapat membantu meminimalkan Dougherty, L and Catherine O. (2011).
risiko ekstravasasi. Advanced practice in the
management of extravasation.
KESIMPULAN DAN SARAN Cancer nursing practice. 10 (5) 16
Dalam penelitian ini angka - 22
kejadian ekstravasasi hanya 7,14%. Gonzalez, T. (2013). Chemoterapy
Secara statistik hasil ini menunjukkan extravasations: prevention,
tidak ada hubungan faktor-faktor kondisi identification, management and
vena, lokasi vena, ukuran kanula, jenis documentation. Clinical Journal of
obat, volume obat, lama paparan obat Oncology Nursing. Volume 17,
dan pemahaman pasien. Pemberian Number 1, page 61-66
kemoterapi yang aman dan pencegahan Kreidieh F, Hiba M, Nagi S. (2016).
ekstravasasi merupakan tanggungjawab Overview, prevention and
bersama para team yang terlibat dalam management of chemotherapy
pemberian obat kemoterapi kepada extravasation. World Journal of
pasien (Kreidieh, Hiba & Nagi, 2016). Clinical Oncology. 7(1): 87-97
Edukasi pada pasien mengenai risiko Lewis, S. (2010). Medical Surgical
dan maifestasi yang bisa muncul Nursing: Assessment and
merupakan hal yang penting. management of clinical problem.
Pencegahan ekstravasasi obat 8th Edition. Mosby: Elsevier
kemoterapi merupakan indikator kualitas Science
keperawatan. Oleh karenanya Marelli, TM. (2008). Buku saku
diharapkan untuk meningkatkan dan dokumentasi keperawatan.
mempertahankan kinerja perawat dalam Jakarta: EGC
melakukan tindakan keperawatan yang Miller, G. (2008). Pencegahan dan
sesuai dengan standar operasional pengobatan penyakit kanker.
Jakarta: Prestasi Pustaka

148
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)

Mouridsen, et.al. (2007). Treatment of Sakaida, E. et. al. (2014). Incidence, risk
anthracycline extravasation with factors and treatment outcomes of
Savene (dexrazoxane). Annals of extravasation of cytotoxic agents in
Oncology 18(3): 546-550 an outpatient chemotherapy clinic.
Mubarak, C. (2013). Faktor risiko yang Japanese Journal of Clinical
mempengaruhi kejadian Oncology. 44(2) 168 – 171
extravasasi kemoterapi intravena Sauerland C, Engelking C, Wickham R,
perifer di RSUP Dr. Sardjito Corbi D (2006). Vesicant
Yogyakarta Tahun 2011-2013. extravasation part I: mechanisms,
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mo pathogenesis, and nursing care to
d=penelitian_detail&sub=Penelitia reduce risk. Oncol Nurs Forum.
nDetail&act=view&typ=html&buku_ 33(6) 1134-41
id=63348&obyek_id=4 Schulmeister, L. (2007). Managing
Oestreicher, P. (2007). Can you vesicant extravasations. The
recognize the risk factors for the Oncologist. 13, 284 – 288
vesicant extravasation?. ONS World Health Organization. (2015).
Connect. 22, 1, 22 – 23 Media centre: Cancer.
Otto. SE. (2005). Keperawatan onkologi. http://www.who.int/mediacentre/fac
Jakarta: EGC tsheets/fs297/en/#
Polit & Beck. (2006). Essentials of Yulia, T. (2012). Gambaran tingkat
nursing research: methods, pengetahuan pasien tentang
appraisal, and utilization. 6th ed. pengobatan kemoterapi di rumah
Philadelphia: Lippincott Williams & sakit kanker Dharmais.
Wilkins. http://lontar.ui.ac.id

149

Вам также может понравиться