Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. UMUM
Dalam pengertian teknik sipil tanah adalah himpunan mineral bahan organic, dan
endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak diatas batuan dasar (bedrock).
Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organic,
atau oksida-oksida yang mengendap di antara partikel-partikel, ruang diantara partikel-
partikel dapat berisi air, udara ataupun keduanya.
Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil,
disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Oleh
karena itu seorang ahli teknik sipil harus juga mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah,
seperti asal usul tanah, penyebaran ukuran butir, kemampuan mengalirkan air, sifat
pemampatan bila tanah dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya
dukung terhadap beban, dan lain-lain. Ilmu Mekanika Tanah (Soil Mechanics) adalah
cabang dari ilmu pengetahun yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan
massa tanah tersebut bila menerima bermacam-macam gaya.
B. SIKLUS BATUAN
Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah merupakan
hasil pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat tersebut sangat bervariasi dan
sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari faktor-faktor ukuran, bentuk, dan
komposisi kimia dari butiran.
Berdasarkan cara pembentukannya batuan dapat dibedakan menjadi : batuan beku
(Igneous rocks), batuan sedimen (sedimentary rock), dan batuan metamorf
(metamorphic rocks). Pada gambar 1.1 ditunjukkan diagram dari siklus kejadian
beberapa tipe batuan tersebut berikut prosesnya, yang disebut siklus batuan.
Pemadatan
Sementasi
Kristalisasi
Sedimenatasi
Batuan
Sedimen
Peristiwa Pengangkutan
Metamof (transportasi),
erosi, pelapukan
Batuan
Metamorf
Batuan
Beku
Mencair
Magma
1
1. Batuan Beku
Merupakan batuan dalam yang berasal dari magma cair yang terdesak
kepermukaan, dan sebagian dari magma cair tersebut mendingin dipermukaan bumi
dan membatu. Kadang-kadang magma tersebut berhenti bergerak sebelum sampai
kepermukaan bumi dan mendingin didalam kulit bumi dan membentuk batuan beku
dalam. Suatu saat batuan beku dalam tersebut akan muncul kepermukaan bumi
karana adanya proses erosi yang terus menerus terhadap lapisan tanah diatas batuan
beku tersebut.
Jenis batuan beku yang terbentuk karana mendinginnya magma tergantung pada :
Factor komposisi dari magma
Factor kecepatan mendinginnya magma
Bown (1922) menerangkan hubungan antara kecepatan mendinginnya magma
dengan pembentukan bermacam-macam tipe batuan yang dikenal dengan prinsip
reaksi Bown.
Pada gambar 1.2 menunjukkan urutan-urutan terbentuknya mineral batuan akibat
mendinginnya magma. Pada saat magma mendingin terbentuklah meneral, jika
temperatur magma berkurang lagi maka meniral tersebut akan berubah menjadi
mineral baru lagi dibawahnya. Proses ini berlangsung terus sampai seluruh massa
batuan cair tersebut membeku menjadi padat.
Bown menggolongkan reaksi pembentukan tersebut menjadi dua group.
Rangkaian reaksi ferromagnesium tidak menerus, dimana mineral-mineral
batuan yang terbentuk berlainan komposisi kimia dan struktur kristalnya.
Rangkaian raksi feldspar plagioclase menerus, dimana mineral batuan yang
terbentuk mempunyai komposisi mineral yang berbeda tetapi mempunyai
struktur kristal yang sama.
Augite
Orthoclase
(kalium feldspar)
Gambar 1.2 menunjukkan rangkaian reaksi kimia Bowen, komposisi kimia dari
mineral ini diberikan dalam table 1.1 dibawah ini.
2
Table 1.1 : Komposisi mineral-mineral batuan pada rangkaian reaksi Bown
Mineral Komposisi
Olivine (Mg, Fe)2SiO4
Augie Ca, Na (Mg, Fe, Al)(Al, Si2O6)
Hornblende Silikat ferromagnesium kompleks dari
Ca, Na, Mg, Ti, and Al
Biotite (mika hitam) K(Mg, Fe)3AlSi3O10(OH)2
Kalsium feldspar Ca(Al2Si2O8)
Plagioclase
Natrium feldspar Na(AlSi3O8)
Orthoclase (kalium feldspar) K(AlSi3O8)
Muscovite (mika putih) KAl3Si3O10(OH)2
Qurtz (kwarsa) SiO2
2. Pelapukan
Adalah suatu proses terurainya batuan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil
akibat proses mekanis dan proses kimia.
a. Proses pelapukan mekanis dapat disebabkan :
Memuai dan menyusutnya batuan akibat perubahan panas dan dingin terus-
menerus (cuaca, matahari, dan lain-lain), sehingga dapat menyebabkan
hancurnya batuan.
Meresapnya air kedalam pori batuan dan diantara celah-celah retak halus
pada batuan, bila temperatur udara turun dibawah titik beku air akan
menjadi es dan volumenya memuai.
Unsur-unsur fisik lainnya yang dapat menyebabkan pecahnya batuan yaitu :
es gletser, angin, air yang mengalir di sungai, dan gelombang air laut.
b. Proses pelapukan kimia
Pada proses ini mineral batuan induk dirubah menjadi mineral-mineral baru
melalui reaksi kimia. Misalnya air dan karbon dioksida dari udara membentuk
asam-asam karbon yang kemudian bereaksi dengan mineral-mineral batuan dan
membentuk mineral-mineral baru ditambah garam-garam terlarut.
Garam-garam yang terlarut tersebut ada pada air tanah, dan asam-asam organic
yang terbentuk dalam proses membusuknya bahan-bahan organic juga
menyebkan terjadinya pelapukan kimia.
Contoh pelapukan kimia dari orthoclase dan membentuk mineral-mineral tanah
lempung, silica, dan kalium karbonat adalah sebagai berikut:
H2O + CO2 H2CO3 H+ + (HCO3)
Asam karbonat
2K(AlSi3O8) + 2H+ + H2O 2K+ + 4SiO2 + Al2Si2O5(OH)4
orthoclase silica kaolinite
(mineral lempung)
Hasil-hasil dari pelapukan dapat tetap tinggal disuatu tempat atau terbawa ke
tempat lain oleh unsur-unsur pembawa seperti es, air, angin, dan gravitasi. Jika
hasil pelapukan masih berada di tempat asalnya maka tanah ini disebut tanah
residual (residual soil), dan apabila tanah berpindah tempatnya disebut tanah
terangkut (transported soil).
Sifat yang penting dari tanah residual adalah gradasi ukuran butirannya, butiran
yang lebih halus umumnya terdapat di permukaan, dan ukuran butiran
butirannya biasanya semakin dalam dari permukaan tanah semakin besar.
Tanah terangkut (transported soil) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok, tergantung dari jenis pembawa dan cara pengendapan (deposisi)-nya
ditempat yang baru, yaitu :
3
a. Tanah glacial - terbentuk karena transportasi dan deposisi oleh gletser
b. Tanah alluvial - terbentuk karena terangkut oleh air yang mengalir dan
terdeposisi disepanjang aliran sungai
c. Tanah lacustrine - terbentuk karena deposisi di danau-danau yang tenang
d. Tanah marine - terbentuk karena deposisi di laut
e. Tanah aeolian - terbentuk karena terangkut dan terdeposisi oleh angin
f. Tanah colluvial - terbentuk oleh pergerakan tanah dari tempat asalnya karena
gravitasi seperti yang terjadi pada saat tanah longsor
3. Batuan Sedimen
Deposit-deposit dari tanah kerikil, pasir, lanau, dan lempung hasil pelapukan dapat
menjadi lebih padat karena adanya tekanan lapisan tanah di atasnya dan adanya
proses sementasi antar butiran oleh unsure-unsur sementasi seperti oksida besi,
kalsit, dolomite, dan quartz. Unsure-unsur sementasi tersebut mengisi ruang-ruang
di antara butiran dan kemudian membentuk batuan sedimen. Batuan yang
terbentuk dengan cara ini disebut batuan sedimen detrital. Conglomerate, breccia,
sandstone, mudstone, shale adalah beberapa contoh dari tipe batuan sedimen
detrital tersebut.
Batuan sedimen dapat juga terbentuk melalui proses kimia, dan batuan yang terjadi
karena cara ini diklasifikasikan sebagai batuan sedimen kimia. Batu kapur
(limestone), gamping, dolomite, gypsum, anhydrite, dan lain-lainnya termasuk
dalam golongan ini.
Batuan sedimen mungkin juga mengalami pelapukan dan membentuk tanah-tanah
sedimen (endapan), atau karena proses peristiwa metamorf dan berubah menjadi
batuan metamorf.
4. Batuan Metamorf
Peristiwa metamorf adalah proses perubahan komposisi dan tekstur dari batuan
akibat panas dan tekanan tanpa pernah menjadi cair. Dalam peristiwa metamorf,
mineral-mineral baru terbentuk, dan butir-butir mineralnya terkena geseran yang
kemudian membentuk tekstur batu metamorf yang berlapis-lapis. Batu pualam
(marmer), quartzite, schist, dan lain-lain adalah contoh dari batuan metamorf.
Pada tekanan dan panas yang besar sekali, batuan metamorf mungkin mencair
menjadi magma dan siklus batuan berulang kembali.
C. PARTIKEL TANAH
Istilah pasir, lanau (Lumpur), lempung digunakan untuk menggambarkan ukuran
partikel pada batas ukuran butiran yang telah ditentukan. Akan tetapi, istilah yang
sama juga digunakan untuk menggambarkan sifat tanah yang khusus. Sebagai contoh,
lempung adalah jenis tanah yang bersifat kohesif dan plastis, sedang pasir digambarkan
sebagai tanah yang tidak kohesif dan tidap plastis.
1. Ukuran Partikel Tanah
Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt),
lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah
tersebut. Beberapa organisasi telah mengembangkan batasan-batasan ukuran
golongan jenis tanah, lihat table 1.2.
4
Table 1.2 : Batasan-batasan ukuran golongan tanah
2. Mineral Lempung
a. Susunan Tanah Lempung
Pelapukan tanah akibat reaksi kimia menghasilkan susunan kelompok partikel
berukuran koloid dengan diameter butiran lebih kecil dari 0,002 mm, yang
disebut mineral lempung. Partikel lempung berbentuk seperti lembaran yang
mempunyai permukaan khusus, sehingga lempung mempunyai sifat sangat
dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan. Ada tiga tipe utama mineral tanah
lempung yaitu : Kaolinite, Illite, dan Montmorillonite.
Mineral lempung merupakan senyawa aluminium silikat yang kompleks yang
terdiri dari suatu atau dua unit yaitu : (1) silica tetrahedra, dan (2) aluminium
oktahedra. Setiap unit tetrahedra (berisi empat) terdiri dari empat atom oksigen
mengelilingi satu atom silicon (gambar 1.3a). Kombinasi dari unit-unit silica
tetrahedral tersebut membentuk lembaran silica (gambar 1.3b). Tiga atom
oksigen pada dasar setiap tetrahedral tersebut dipakai bersama oleh tetahedra-
tetahedra yang bersebelahan. Unit-unit oktahedra (berisi delapan) terdiri dari
5
enam gugus ion hidroksil (OH) yang mengelilingi sebuah atom aluminium
(gambar 1.3c), dan kombinasi dari unit-unit hidroksi aluminium berbentuk
oktahedra itu membentuk lembaran oktahedra (gambar 1.3d).
Gambar 1.3. (a) Silika tetrahedral; (b) lembaran silica; (c) aluminium
oktahedra; (d) lembaran oktahedra
6
Gambar 1.4. (a) Diagram skematik struktur kaolinite; (b) strukutur atom
kaolinite
7
Gambar 1.5. (a) Diagram skematik struktur montmorillonite; (b) struktur atom
montmorillonite.
8
Partikel-partikel lempung mempunyai muatan listrik negetif. Dalam suatu
kristal yang ideal, muatan-muatan negatif dan positif seimbang. Akan tetapi,
akibat substitusi isomorf dan kontinuitas perpecahan susunannya, terjadi
muatan negatif pada permukaan partikel lempung. Untuk mengimbangi muatan
negatif tersebut partikel lempung menarik ion muatan positif (kation) dari
garam yang ada di dalam air pori. Hal ini disebut pertukaran ion-ion. Kation-
kation dapat disusun dalam urutan kekuatan daya tarik-menarik, sebagai
berikut:
Al3+ > Ca2+ > Mg2+ > NH4+ > K+ > H+ > Na+ > Li+
Urutan tersebut memberikan arti bahwa ion Al3+ dapat mengganti Ca2+, Ca2+
dapat mengganti Na+ dan seterusnya. Proses ini disebut dengan pertukaran
kation. Sebagai contoh :
Na(lempung) + CaCl2 Ca(lempung) + NaCl
Molekul air merupakan molekul yang dipolar, yaitu atom hydrogen tidak
tersusun simetri di sekitar atom-atom oksigen (gambar 1.8a). Hal ini berarti
bahwa satu molekul air merupakan batang yang mempunyai muatan positif dan
negatif pada ujung yang berlawanan atau dipolar (dobel kutub) (gambar 1.8b).
9
(2) Tarikan antara kation_kation dalam lapisan ganda dengan muatan negatif
dari ujung dipolar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan partikel
lempung yang bermuatan negatif.
(3) Andil atom-atom hydrogen dalam molekul air, yaitu dengan ikatan
hydrogen antara oksigen dalam partikel lempung dan atom oksigen dalam
molekul-molekul air.
Air yang tertarik secara elektris, yang berada di sekitar partikel lempung,
disebut air lapisan ganda (double-layer water). Sifat plastis tanah lempung
adalah akibat eksistensi dari lapisan ganda. Ketebalan air lapisan ganda untuk
kristal kaolinite dan monmorillonite diperlihatkan dalam gambar 1.10.
Air lapisan ganda pada bagian paling dalam yang sangat kuat melekat pada
partikel lempung, disebut air serapan (adsorbed water). Pertalian hubungan
mineral-mineral lempung dengan air serapan, memberikan bentuk dasar dari
susunan tanah. Tiap-tiap partikel saling terikat satu sama lain, lewat lapisan air
serapan. Maka adanya ion-ion yang berbeda, material organic, beda
konsentrasi, dan lain-lainnya akan berpengaruh besar pada sifat tanah. Partikel
lempung dapat tolak menolaak satu dengan yang lain secara elektris, tapi
prosesnya bergantung pada konsentrasi ion, jarak antara partikel, dan factor-
faktor lain. Secara sama, dapat juga terjadi saling tarik menarik antara partikel
akibat pengaruh ikatan hydrogen, gaya Van der Waals, macam ikatan kimia dan
organiknya. Gaya antara partikel berkurang dengan bertambahnya jarak dari
permukaan mineral seperti terlihat pada gambar 1.11. Bentuk kurva potensial
10
sebenarnya akan tergantung pada valensi dan konsentrasi ion, larutan ion dan
pada sifat dari gaya-gaya ikatannya.
Jadi jelaslah bahwa ikatan antara partikel tanah yang disusun oleh mineral
lempung akan sangat dipengaruhi oleh besarnya jaringan muatan negatif pada
mineral, tipe, konsentrasi, dan distribusi kation-kation yang berfungsi untuk
mengimbangkan muatannya. Penyelidikan pada kaolinite dan pada
monmorillonite, ditemukan bahwa jumlah dan distribusi muatan residu jaringan
mineral bergantung pada pH air. Dalam lingkungan dengan pH yang rendah,
ujung partikel kaolinite dapat menjadi bermuatan positif dan selanjutnya dapat
menghasilkan gaya tarik ujung ke permukaan antara partikel yang berdekatan.
Gaya tarik ini menimbulkan sifat kohesif.
11