Вы находитесь на странице: 1из 9

Andalas Dental Journal P a g e | 89

ARTIKEL PENELITIAN

PERBEDAAN DAYA HAMBAT OBAT ANESTESI LOKAL


LIDOCAINE 2% DAN ARTICAINE 4% TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas gingivalis SECARA IN
VITRO
Fairuza Muharammy1, Rizanda Machmud2, Surya Nelis1

ABSTRACT
Porphyromonas gingivalis is a gram-negative anaerobic bacteria which is an oral normal
microflora located in subgingival area.This bacteria can cause inflamation and delayed wound healing after
dental invasive procedures. Lidocaine 2% and articaine 4% are the most used anaesthetic agents in
dentistry. Both of these agents have been studied for having antibacterial effect in certain concentrations.
This will open the possibility of using local anaesthetic agents as antibacterial agent in dental invasive
procedures to prevent infection after procedures. The purpose of this study is to analyze the difference
inhibition of local anaesthetics drug lidocaine 2% and articaine 4% on the growth of Porphyromonas
gingivalis bacteria in vitro. The study subject was pure culture of Porphyromonas gingivalis ATCC 33277
divided by two group, one group with lidocaine 2% and other with articaine 4%. This study was
experimental laboratory with post test only control group design. The mean of inhibitions were obtained by
measuring inhibition zone formed around paper discs with caliper in milimeter scale. The result showed
Inhibition rate lidocaine 2% had greater rate than articaine 4% in inhibiting the growth of Porphyromonas
gingivalis bacteria in vitro.The conclusion was lidocaine 2% was more effective than articaine 4% in
inhibiting the growth of Porphyromonas gingivalis bacteria in vitro.

Keywords: Antibacteria, Local anaesthetic, Lidocaine 2%, Articaine 4%, Porphyromonas gingivalis

Affiliasi penulis : 1. Fakultas Kedokteran Gigi beberapa saat setelah prosedur selesai
Universitas Andalas, 2. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas dilaksanakan.1, 2
Korespondensi: Fairuza Muharammy
:email: muharammy@gmail.com Telp: Komplikasi yang sering terjadi pasca
085355975202
prosedur dental adalah infeksi yang
PENDAHULUAN menyebabkan pembengkakan dan rasa
Prosedur dental yang invasif sering sakit bagi pasien. Infeksi pasca prosedur
diikuti dengan berbagai macam terjadi karena adanya manipulasi
komplikasi. Komplikasi yang terjadi permukaan epitel rongga mulut.
dapat disebabkan oleh berbagai macam Manipulasi ini mengganggu fungsi epitel
faktor dan tidak semua dapat dihindari. sebagai barrier fisik dan memudahkan
Komplikasi dental dapat dibagi menurut invasi mikroorganisme patogen ke
wilayahnya, komplikasi lokal terjadi pada jaringan dibawah epitel serta aliran darah.
wilayah prosedur dan dapat terjadi saat Kontaminasi mikroorganisme yang lebih
dan setelah prosedur sedangkan jauh dapat menyebabkan efek sistemik
komplikasi sistemik umumnya terlihat seperti bakteremia dan fokal infeksi.2, 3

89
Andalas Dental Journal P a g e | 90

Insiden prosedur dental yang diikuti berpotensi mempengaruhi proses


bakteremia telah banyak diteliti. penyembuhan luka pasca bedah. Hal ini
Bakteremia merupakan kondisi terjadi melalui mekanisme yang terdiri
terdapatnya bakteri di dalam aliran darah. atas peningkatan apoptosis, pengurangan
Angka kejadian bakteremia yang migrasi sel dan perlambatan proliferasi
diobsevasi pada pasien pasca prosedur sel. Enzim proteolytic yang diproduksi
dental invasif sangat tinggi, seperti pada bakteri Porphyromonas gingivalis
prosedur ekstraksi (100%), dental scaling merupakan faktor virulensinya.5-7
(70%), bedah pengangkatan molar ketiga Inflamasi lokal dan lamanya proses
(55%), tonsilektomi bilateral (55%), penyembuhan yang diakibatkan infeksi
perawatan endodontik (20%). Eliminasi Porphyromonas gingivalis dapat
mikroorganisme dari pembuluh darah mempermudah terjadinya infeksi
atau periode non bakteremik secara alami sekunder oleh bakteri lain.
terjadi cukup cepat yaitu 10 menit setelah Porphyromonas gingivalis juga dapat
kontaminasi, meskipun begitu, menyebabkan perubahan vaskular yang
bakteremia tetap memiliki potensi bahaya berakibat meningkatnya insiden dan
bagi pasien dengan kondisi jantung dan keparahan intermittent bacteremia karena
dapat menjadi predisposisi terjadinya trauma gingiva. Porphyromonas
3,4
infective endocarditis . gingivalis yang mengkontaminasi aliran
Bakteri anaerob gram negatif darah dapat melekat dan menginvasi
Porphyromonas gingivalis merupakan endotel serta sel otot halus pada arteri
bakteri yang berada pada plak koroner. Kontaminasi bakteri ini pada
subgingiva. Bakteri ini tergolong dalam aliran darah dapat menyebabkan
red complex bersama dengan bakteri penggumpalan platelet yang
3, 8
Tannerella forsythia, dan Treponema menghasilkan intravascular clot.
denticola. Kompleks bakteri ini Tingginya angka bakteremia pada
berhubungan erat dengan penyakit prosedur dental menuntut dokter gigi
periodontal yang ditunjukkan dari untuk menggunakan tindakan profilaksis.
peningkatan pembentukan lesi Antibiotik profilaksis berupa amoxycillin
periodontitis secara signifikan pada 2g atau clindamycin 600g digunakan
infeksi campuran ketiga bakteri ini secara umum sebagai standar klinis pada
dibandingkan dengan monoinfeksi. prosedur invasif terutama bila pasien
Porphyromonas gingivalis juga tergolong beresiko tinggi. Penggunaan
Andalas Dental Journal P a g e | 91

antibiotik profilaksis masih diragukan dewasa ini lebih sering digunakan dalam
efisiensi, resiko kesehatan dan cost- kedokteran gigi karena resiko alerginya
effectivitynya. Antibiotik beresiko lebih rendah dibanding golongan ester.
11,12
menyebabkan reaksi alergi berupa syok
anafilaktik, selain itu indikasi dan dosis Lidocaine merupakan bahan
penggunaannya harus diperhatikan anestesi yang mulai digunakan pada
karena pemakaian antibiotik yang tahun 1948. Bahan ini merupakan bahan
berulang dengan dosis yang berlebihan anestesi lokal golongan amida pertama
dapat menyebabkan resitensi bakteri. 9,10 yang menggantikan kepopuleran bahan
Anestesi lokal merupakan agen anestesi lokal golongan ester procaine
farmakologik disamping antibiotik yang dalam kegunaannya di bidang kedokteran
digunakan dalam tindakan invasif. Bahan gigi. Persentase dokter gigi menggunakan
ini dibutuhkan untuk menghilangkan rasa bahan ini yaitu 41,93%, menjadikan
sakit maupun sensasi lainnya pada area lidocaine hcl 2% sebagai bahan anestesi
spesifik di mulut untuk durasi yang yang paling sering digunakan dalam
singkat. Bahan ini umumnya ditambah pencabutan gigi,. Hal ini disebabkan
kandungan bahan aktif berupa onsetnya yang cepat, lebih stabil, serta
vasokonstriktor seperti epinephrine untuk tingkat toksisitas dan alergenik yang
memperpanjang durasi dan mengontrol rendah dan dibanding bahan anestesi
11,12
pendarahan saat prosedur. lainnya. 12,13
Anestesi lokal dibagi atas dua Articaine merupakan bahan
golongan berdasarkan struktur kimia dan anestesi lokal yang kedua paling sering
rantainya yaitu golongan ester dan digunakan dalam kedokteran gigi
golongan amida. Bahan anestesi (persentase 9,67%) dan merupakan satu-
golongan ester berupa cocaine, procaine, satunya anestesi lokal golongan amida
chloroprocaine dan tetracaine di yang mengandung cincin thiophene.
metabolisme secara hidrolisis di plasma Kandungannya yang unik menyebabkan
oleh enzim pseudocholinesterase. articaine mengalami biotransformasi di
Anestesi lokal golongan amida yaitu dua tempat yaitu di plasma dan di hati.
lidocaine, mepivacaine, bupivacaine, Bahan ini mulai digunakan secara klinis
etidocaine, dan prilocaine di pada tahun 1976 di Jerman. Articaine
metabolisme oleh enzim mikrosomal secara umum digunakan dalam
yang terletak di hati. Golongan amida konsentrasi 4% dengan epinefrin,
Andalas Dental Journal P a g e | 92

penggunaan dibawah dosis tersebut disarankan dalam perawatan infeksi luka


mengurangi keefektifitasan onset dan bedah. Bahan anestesi lokal amida
13-15
durasi bahan ini. seperti bupivacaine, prilokain,
Penggunaan lidocaine 2% dan ropivacaine dan lidocaine pada
articaine 4% yang menjadi pilihan utama konsentrasi 2% terbukti menghambat
selain dianggap lebih efektif juga pertumbuhan berbagai mikroba patogen
dikarenakan ketersediaannya lebih seperti Escherichia coli, S. aureus, S.
banyak dan harganya yang murah. epidermidis, Streptococcus pneumoniae,
Indikasi , durasi, mekanisme dan onset S. pyogenes, Enterococcus faecalis,
kedua bahan ini pun serupa, namun Bacillus cereus, dan Candida albicans.
articaine dapat lebih mudah menyebar ke Penelitian daya hambat terhadap bakteri
jaringan karena kandungan cicin nosokomial (P. Aeruginosa, E.coli, P.
thiophene meningkatkan Mirabilis, S. Aureus, S. Marcescens) juga
liposolubilitynya. Struktur molekul menyimpulkan bahwa articaine dan
articaine memiliki ujung lypophilic dan lidocaine tercatat memiliki efek
hydrophilic yang dihubungkan dengan bakterisidal dan bakteriostatik pada
17,18
rantai hidrokarbon. Articaine lebih cepat konsentrasi tertentu.
dimetabolisme tubuh dengan paruh waktu Mekanisme aksi bahan anestesi
60 menit dibandingkan dengan lidocaine terhadap bakteri terjadi melalui lisis
yang paruh waktunya 90-120 menit. membran sel yang menyebabkan
Lidocaine yang hanya dimetabolisme di kebocoran komponen intraselular,
satu tempat juga dapat terhambat aktifitas dehidogenase dan meningkatkan
metabolismenya apabila pasien memiliki permeabilitas dinding sel. Kandungan
gangguan fungsi hati. Metabolisme pada lidocaine berupa membrane-
articaine yang lebih cepat membuat stabilizing property juga berpengaruh
bahan ini memiliki resiko toksisitas yang terhadap aktifitas mikroba yang dapat
lebih rendah dan aman digunakan pada menekan pertumbuhan mikroorganisme
pasien yang menderita epilepsi.13-16 bakteri. Semakin lama waktu eksposur
Bahan anestesi telah diteliti bahan anestesi lokal terhadap bakteri
memiliki efek antimikrobial. Parr dkk maka semakin besar pula daya
seperti yang dikutip Johnson SM dkk hambatnya terhadap pertumbuhan
17,18
menyatakan bahwa aplikasi penggunaan bakteri.
anestesi lokal yang lebih luas dapat
Andalas Dental Journal P a g e | 93

Berdasarkan berbagai hasil menggunakan tabung Erlenmeyer dan


penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk ditutup dengan kapas, dihomogenkan,
meneliti perbedaan daya hambat pada disterilkan dalam autoclave kemudian
bahan anestesi lokal lidocaine dan dimasukkan dalam cawan petri dan
articaine terhadap salah satu bakteri dibiarkan hingga mengeras.
rongga mulut yang menyebabkan infeksi Agar Muller-Hinton (MHA)
dan menghambat penyembuhan luka sebanyak 6,8 gram sebagai media uji
pasca prosedur dental, yaitu dilarutkan dengan 200 ml akuades
Porphyromonas gingivalis. Hal ini menggunakan tabung Erlenmeyer dan
membuka kemungkinan potensi ditutup dengan kapas, dihomogenkan,
penggunaan bahan anestesi lokal sebagai disterilkan dalam autoclave kemudian
agen antimikrobial dalam tindakan dimasukkan dalam cawan petri dan
perawatan gigi invasif disamping dibiarkan hingga mengeras.
antibiotik profilaksis untuk mencegah Sediaan bakteri Porphyromonas
terjadinya infeksi. gingivalis yang disimpan di media agar
diambil dengan jarum ose steril, lalu
METODE
ditanamkan pada media agar miring
Penelitian ini adalah eksperimental
dengan cara menggores, ditutup dengan
laboratoris dengan rancangan penelitian
kapas dan aluminium foil kemudian
post test only control group design, yaitu
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 o
melakukan pengamatan atau pengukuran
C selama 1 x 24 jam. Untuk membuat
setelah perlakuan.
suspensi, bakteri yang telah diinkubasi
Penelitian dilakukan di
diambil koloninya dari media agar miring
Laboratorium Mikrobiologi RSUP. DR.
dengan menggunakan jarum ose steril.
M. Djamil Padang pada bulan Maret
Pindahkan pertumbuhan (koloni) tersebut
2017. Sampel dalam penelitian ini adalah
ke sebuah tabung berisi NaCl 0,9%
biakan murni bakteri Porphyromonas
sampai kekeruhannya sama dengan
gingivalis ATCC 33277 yang diperoleh
standar McFarland. Pengaturan
dari Oral Biology Laboratorium Fakultas
kekeruhan suspensi yang tepat penting
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
untuk memastikan hasil pertumbuhan
Nutrien Agar (NA) sebanyak 1
yang merata atau hampir merata.
gram sebagai media peremajaan bakteri
Suspensi diambil menggunakan pipet
dilarutkan dengan 50 ml akuades
tetes, kemudian teteskan pada cawan
Andalas Dental Journal P a g e | 94

petri, setelah itu dilakukan usapan adalah 19,06 mm dan articaine 4%


menggunakan batang penyebar ke seluruh adalah 14,09 mm.
permukaan cawan petri yang berisi MHA Analisis bivariat yang digunakan
secara merata. Biarkan inokulum pada penelitian ini adalah uji Independent
mengering selama beberapa menit pada Sample T-test. Uji ini dilakukan untuk
suhu ruangan dengan cawan tertutup. mengetahui perbedaan diamater zona
Metode pengujian yang bening pada sampel antara masing-
digunakan yaitu metode difusi (disc masing dua kelompok perlakuan, yaitu
diffusion Kirby and Bauer) menggunakan kelompok dengan lidocaine 2% dan
kertas cakram. Menyiapkan 34 kertas articaine 4%.
cakram yang direndam di dalam 2 wadah Sebelum melakukan uji analisis
kecil berbeda yang masing-masing berisi statistik, terlebih dahulu dilakukan uji
lidocaine 2% dan articaine 4%. Setiap normalitas pada masing-masing
tabung terdapat 17 kertas cakram kelompok sampel dengan menggunakan
kemudian diletakkan disetiap area pada uji statistik Shapiro-Wilk untuk melihat
cawan petri. Semua cawan ditutup dan data penelitian berdistribusi normal atau
dimasukkan kedalam anaerobic jar dan tidak. Uji normalitas menunjukkan nilai
gaspack. Setelah 24 jam, cawan petri p>0,05 yang berarti data penelitian ini
yang telah diinkubasi dikeluarkan dari berdistribusi normal.
inkubator untuk melihat zona hambat
yang terbentuk, kemudian diukur
menggunakan jangka sorong digital.
HASIL

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh


nilai p=0,000. Signifikan yang digunakan
adalah p<0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
terhadap daya hambat obat anestesi
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat Lidocaine 2% dan Articaine 4% terhadap
bahwa nilai rata-rata diamater zona pertumbuhan bakteri Porphyromonas
bening pada sampel dengan lidocaine 2% gingivalis secara in vitro.
Andalas Dental Journal P a g e | 95

PEMBAHASAN perbedaan susunan kimia pada kedua


Hasil penelitian ini menunjukkan bahan dimana lidokain memiliki
bahwa rata-rata zona hambat pada sampel kandungan membrane-stabilizing
perlakuan dengan lidocaine 2% adalah property yang berpengaruh terhadap
19,06 mm, dan articaine 4% adalah 14,09 aktifitas mikroba yang dapat menekan
mm. Dilihat dari hasil pengukuran zona pertumbuhan mikroorganisme
hambat, bahan uji yang membentuk zona bakteri.18,26
hambat rata-rata lebih besar adalah obat Penelitian sebelumnya oleh Kaya K
anestesi berupa lidocaine 2%. Menurut menggunakan lima bakteri aerob yang
Greenwood, respon hambat bakteri dapat menyebabkan infeksi nosokomial yaitu
di klasifikasikan sebagaimana dalam Pseudomonas aeruginosa, Escherichia
26
Tabel 6.1. coli, Proteus mirabillis, Staphylococcus
aureus, dan Serratia marcescens terhadap
berbagai konsentrasi artikain dan
lidokain. Pada konsentrasi 1%, artikain
dapat menghambat semua bakteri uji,
sedangkan pada lidokain tetap ditemukan
pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa

Rata-rata zona bening yang dan Staphylococcus aureus dalam


18,26
dihasilkan apabila dikonversikan ke konsentrasi yang sama.

dalam klasifikasi respon hambatan Perbedaan hasil ini dapat

pertumbuhan bakteri menurut diakibatkan karena bedanya bakteri yang

Greenwood, lidocaine 2% termasuk digunakan dalam penelitian. Penelitian

dalam klasifikasi sedang, dan articaine Kaya K menggunakan bakteri aerob,

4% termasuk dalam klasifikasi lemah. sehingga kemungkinan articaine lebih

Tabel ini menunjukkan bahwa daya efektif terhadap bakteri aerob

hambat lidocaine 2% berada satu tingkat dibandingkan terhadap bakteri anaerob.

lebih tinggi dibanding articaine 4% yang Hal lain yang memungkinkan adalah

menjadikan lidocaine 2% lebih efektif perbedaan konsentrasi bahan yang

dalam menghambat pertumbuhan digunakan. Kaya K menggunakan

Porphyromonas gingivalis dibandingkan articaine dalam konsentrasi 0,007%;

dengan articaine 4%. Perbedaan 0,015%; 0,031%; 0,062%; 0,125%;

efektifitas tersebut dapat terjadi karena 0,25%; 0,5%; dan 1% yang mana
Andalas Dental Journal P a g e | 96

konsentrasi 1% terbukti yang paling dalam menghambat pertumbuhan


efektif. Pada penelitian ini, peneliti bakteri Porphyromonas gingivalis
menggunakan articaine 4% seseuai secara in vitro.
dengan konsentrasi yang digunakan KEPUSTAKAAN
dalam kedokteran gigi. Hal ini mungkin 1. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah
mulut (Oral Surgery). 1st ed. Purwanto,
terjadi karena tidak selalu konsentrasi Basoeseno, Alih bahasa; Yuwono L,
editor. Jakarta : EGC. 1996. p. 83-100.
yang lebih tinggi memiliki efektifitas 2. Riawan L. Penanggulangan Komplikasi
Pencabutan Gigi. Makalah Pada
yang lebih tinggi pula.18 Pembinaan Peningkatan Dokter Gigi
KESIMPULAN Melalui Quality Assurance. Bandung :
FKG UNPAD. 2002.
Berdasarkan penelitian yang 3. Li X, Kolltveit KM, Tronstad L, Olsen I.
Systemic diseases caused by oral infection.
dilakukan oleh peneliti mengenai Clin Microbiol Rev . 2000 Oct
1;13(4):547-58.
perbedaan daya hambat obat anestesi 4. Heimdahl AN, Hall G, Hedberg M,
Sandberg H, Söder PO, Tuner K, Nord CE.
lokal lidocaine 2% dan articaine 4% Detection and quantitation by lysis-
terhadap pertumbuhan bakteri filtration of bacteremia after different oral
surgical procedures. J Clin Microbiol.
Porphyromonas gingivalis secara in vitro 1990 Oct 1;28(10):2205-9.
5. Suzuki N, Yoneda M, Hirofuji T. Mixed
didapatkan hasil sebagai berikut : red-complex bacterial infection in
periodontitis. Int J Dent. 2013 Mar 6;2013.
1. Obat anestesi lokal lidocaine 2% 6. da Silva-Boghossian CM, do Souto RM,
Luiz RR, Colombo AP. Association Of
memiliki rata-rata daya hambat Red Complex, A. Actinomycetemcomitans
klasifikasi sedang terhadap And Non-Oral Bacteria With Periodontal
Diseases. Arc Oral Biol. 2011 Sep
pertumbuhan bakteri Porphyromonas 30;56(9):899-906.
7. Bhattacharya R, Xu F, Dong G, Li S, Tian
gingivalis secara in vitro. C, Ponugoti B, Graves DT. Effect Of
Bacteria On The Wound Healing Behavior
2. Obat anestesi lokal articaine 4% Of Oral Epithelial Cells. PloS one. 2014
Feb 21;9(2):e89475.
memiliki rata-rata daya hambat 8. Li L, Messas E, Batista EL, Levine RA,
klasifikasi lemah terhadap Amar S. Porphyromonas gingivalis
infection accelerates the progression of
pertumbuhan bakteri Porphyromonas atherosclerosis in a heterozygous
apolipoprotein E–deficient murine model.
gingivalis secara in vitro. Circulation. 2002 Feb 19;105(7):861-7.
9. Tong DC, Rothwell BR. Antibiotic
3. Terdapat perbedaan yang bermakna prophylaxis in dentistry: a review and
practice recommendations. J Am Dent
terhadap perbedaan daya hambat Assoc. 2000 Mar 31;131(3):366-74.
obat anestesi lokal lidocaine 2% dan 10. Lockhart PB, Loven B, Brennan MT, Fox
PC. The evidence base for the efficacy of
articaine 4% terhadap pertumbuhan antibiotic prophylaxis in dental practice. J
Am Dent Assoc. 2007 Apr 30;138(4):458-
bakteri Porphyromonas gingivalis 74.
11. Scarlett MI. Local Anesthesia in Today's
secara in vitro. Lidocaine 2% lebih Dental Practice. Provider.
2010;501:211886.
efektif dibanding articaine 4%
Andalas Dental Journal P a g e | 97

12. Gmyrek R, Ratner D, Butler DF, Albertini


JG, Quirk C, Elston DM. Local
Anesthesia and Regional Anesthesia.
Medscape : Updated Juli 07, 2015. URL
http://www.emedicine.com/emerg/topic38
3.htm
13. Ikhsan M, Mariati NW, Mintjelungan C.
Gambaran Penggunaan Bahan Anestesi
Lokal Untuk Pencabutan Gigi Tetap Oleh
Dokter Gigi Di Kota Manado. e-GIGI.
2013;1(2).
14. Darawade DA, Kumar S, Budhiraja S,
Mittal M, Mehta TN. A Clinical Study of
Efficacy of 4% Articaine Hydrochloride
Versus 2% Lignocaine Hydrochloride in
Dentistry. Int J Oral Health : JIOH. 2014
Sep;6(5):81.
15. Kumar MS. Efficacy of Articaine over
Lidocaine–A Review. J Pharm Sci & Res
Vol. 7(11), 2015, 956-959.
16. Malamed SF, Gagnon S, Leblanc D. A
comparison between articaine HCl and
lidocaine HCl in pediatric dental patients.
Pediatrics Dent.. 2000 Jul;22(4):307-11.
17. Johnson SM, Saint John BE, Dine AP.
Local Anesthetics As Antimicrobial
Agents: A Review. Surgical infect. 2008
Apr 1;9(2):205-13.
18. Kaya K, Rota S, DOĞAN B, Kökten G,
Günaydin B, Bozdayi G. Comparison Of
The Antibacterial Effects Of Two Local
Anesthetics: Lidocaine And Articaine. Tr J
Med Sci. 2007 Mar 14;37(1):7-10.
19. Bahl R. Local Anesthesia In Dentistry.
Anesthesia progress. 2004;51(4):138.
20. Geoffrey L. Howe, F. Ivor, H. Whitehead,
1997. Anestesi Lokal. 3rd Ed. Jakarta :
Hipokrates.
21. Mysak, J., Podzimek, S., Sommerova, P.,
Lyuya-Mi, Y., Bartova, J., Janatova, T.,
2014, Porphyromonas gingivalis Major
periodontopathic pathogen overview. J
Immunol, 1-8.
22. Kusumawardani, B., Pujiastuti, P., Sandra
D.S., 2010, Uji biokimiawi sistem API 20.
23. Coyle MB. Manual of antimicrobial
susceptibility testing. American Society for
Microbiol; 2005. 39-52.
24. Gilman AG, Rall TW, Nies AS, Taylor
PG. Gilman’s the pharmacological basis
of therapeutics.
25. Dahlan, M. S. (2006), Besar Sampel
Dalam Penelitian Kedokteran, Arkans,
Jakarta: 19-70.
26. Mulyani Y, Bachtiar E, A Untung. Peranan
Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan
Mangrove Terhadap Infeksi Bakteri
Aeromonas hydrophila Pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.). J Akuatika. 2013

Вам также может понравиться