Вы находитесь на странице: 1из 15

Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien

Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.


(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TALUD TIDAK SIMETRIS TERHADAP TRANSMISI


GELOMBANG PADA PEMECAH GELOMBANG TIPE TENGGELAM

INFLUENCENOT SYMMETRICAL SLOPE TALUD VARIATION ON COEFICIENT OF WAVE


TRANSMISSION IN TYPE OF TUNE WAVE

Anissa Novriyana Dewi


Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako (Untad) Palu
Email : anissanovriyana@yahoo.com

Andi Rusdin
Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako (Untad) Palu
Email : a.rus33@gmail.com

Vera Wim Andiesse


Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako (Untad) Palu
Email : verawimandiese@gmail.com

ABSTRACT
Breakwaters are structures that reduce the amount of wave energy by removing, reflecting or breaking the
incoming wave. This study aims to determine the influence of not symmetrical slope variation type of tune wave to
transmission coefficient (KT) and to find out the good value of the breakwater slope for the transmission coefficient.
This research is an experimental research conducted at Hydro Engineering Laboratory, Tadulako University. The
model scale used in this study is 1: 15 with two high variations of breakwaters and three frequency variations with five
water surface conditions. The results showed that the higher water depth (d), the larger the wave period (T), the shorter
the wavelength (Lo) and the smaller the slope of the front and rare breakwater (m), and then the value of the
transmission coefficient (KT) is smaller. Than from the eight variations of breakwater model that produces the smallest
transmission coefficient (KT) is model I with 5 cm height of the breakwater (H B) and front slope variation is 1:1.5 while
slope variation on the back is 1:1 with the interval value of KT 0.188-1.911
Keywords: Breakwater, Height of breakwater (HB), transmission coefficient (KT), Water depth (d), Wave period (T),
Slope of breakwater (m) adn Length of wave (Lo)

ABSTRAK

Pemecah gelombang adalah struktur yang mengurangi jumlah energi gelombang dengan
menghilangkan, memantulkan atau memecahkan gelombang yang masuk. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variasi kemiringan talud tidak simetris pada pemecah gelombang tipe tenggelam
terhadap koefisien transmisi (KT) dan untuk mengetahui nilai kemiringan pemecah gelombang yang baik
untuk koefisien transmisi. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium
Hidrolika Teknik Universitas Tadulako. Skala model yang digunakan pada penelitian adalah 1:15 dengan
dua variasi tinggi pemecah gelombang dan tiga variasi frekuensi dengan lima kondisi permukaan air. Hasil
penelitian menunjukan semakin tinggi kedalaman air (d), semakin besar periode gelombang (T), semakin
pendek panjang gelombang (Lo) dan semakin kecil kemiringan pemecah gelombang bagian depan dan
belakang maka nilai koefisien transmisi (KT) semakin kecil. Maka dari kedelapan variasi model pemecah
gelombang yang menghasilkan nilai koefisien transmisi terkecil yaitu model I dengan tinggi pemecah
gelombang (HB) 5 cm dan variasi kemiringan depan (mdean) sebesar 1:15 sedangkan kemiringan belakang
(mbelakang) sebesar 1:1 dengan interval nilai KT anatara 0.118 – 1.911.
Kata kunci : Pemecah Gelombang, Tinggi Pemecah Gelombang (HB), Koefisien Transmisi (KT), Kedalaman Air
(d), Periode Gelombang (T), kemiringan pemecah gelombang (m) dan Panjang Gelombang (Lo).

1
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

PENDAHULUAN Pembangunan bangunan pantai lebih ditujukan


Wilayah perairan yang cukup luas dapat kepada terciptanya suatu sistem bangunan di pantai
menimbulkan masalah, salah satunya ancaman yang handal, berkemampuan tinggi, dan
gelombang dan abrasi pantai. Gelombang umumnya diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman,
memperoleh energi mereka dari angin, namun dan efisien. Sistem pembangunan bangunan pantai
gelombang yang tinggi akan menyebabkan abrasi berperan untuk menunjang aktifitas pantai itu
pantai yang cukup parah dan abrasi menyebabkan sendiri baik yang dilakukan oleh manusia seperti
kerusakan garis pantai. Garis pantai adalah garis kegiatan para nelayan maupun oleh alam.
batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana Menurut Triatmodjo (1999) bahwa ada dua
posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai istilah tentang kepantaian, yaitu pesisir (coast) dan
dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang pantai (shore). Pesisir adalah daerah darat di tepi
terjadi. [9] laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti
Salah satu langkah antisipasi terhadap pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
ancaman gelombang dan abrasi di wilayah pesisir Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang
pantai adalah struktur pemecah gelombang Pemecah dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut
gelombang adalah struktur yang mengurangi jumlah terendah. Daerah daratan adalah daerah yang
energi gelombang dengan menghilangkan, terletak di atas dan di bawah permukaan daratan
memantulkan atau memecahkan gelombang yang dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah
masuk. [14] lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di
Dibedakan dari konstruksinya tipe pemecah bawah permukaan laut di mulai dari sisi laut pada
gelombang ada dua, yaitu tipe tenggelam dan tidak garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian
tenggelam. Dalam hal ini pembangunan pemecah bumi dibawahnya. Garis pantai adalah garis batas
gelombang tenggelam menunjang estetika dan pertemuan antara daratan dan air laut, di mana
keindahan pemandangan di pantai karena konstruksi posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai
tidak muncul di permukaan laut, terutama pada dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang
pantai yang digunakan menjadi tempat wisata. terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu
Namun pada saat air pasang, pemecah sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting
gelombang tenggelam akan tenggelam. Dan pada untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
saat air surut, pemecah gelombang tenggelam akan Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang
terlihat. tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan
Berdasarkan tipe bangunannya, pemecah kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari titik pasang
gelombang dapat dibedakan menjadi tiga. Yaitu : tertinggi ke arah daratan.
1. Pemecah gelombang sisi miring, b. Gelombang
2. Pemecah gelombang sisi tegak, Gelombang laut dapat dibedakan menjadi
3. Pemecah gelombang gabungan. [10] beberapa macam yang tergantung pada gaya
Pemecah gelombang sisi miring banyak pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah
digunakan di Indonesia, karena bersifat fleksibel. gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan
Kerusakan yang terjadi karena jika ada serangan angin dipermukaan laut, gelombang pasang surut
gelombang tidak secara tiba-tiba atau tidak fatal. yang diakibatkan oleh gaya tarik benda – benda
Meskipun beberapa butir batu longsor, tetapi langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi,
bangunan masih bisa bersfungsi. Kerusakan yang gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung di
terjadi akan mudah diperbaiki dengan cara laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang
menambah kembali batu pelindung pada bagian bergerak, dan sebagainya. Diantara beberapa bentuk
yang longsor. [10] gelombang tersebut yang paling penting dalam
Namun jika pemecah gelombang memiliki bidang teknik pantai adalah gelombang pasang surut
talud dengan kemiringan yang besar, maka lebar dan gelombang angin. [9]
alas pemecah gelombang semakin besar dan bisa Gelombang air laut adalah pergerakan naik dan
meningkatkan biaya konstruksi pemecah turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air
gelombang. laut yang membentuk kurva atau grafik sinusoidal.
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju
TINJAUAN PUSTAKA pantai mengalami perubahan bentuk karena
a. Definisi Pantai pengaruh perubahan kedalaman laut. Berkurangnya
Pembangunan pada hakekatnya merupakan kedalaman laut menyebabkan semakin
rangkaian perubahan menuju kemajuan. berkurangnya panjang gelombang dan
2
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

bertambahnya tinggi gelombang. Pada saat di luar daerah pembangkitan disebut swell. [9]
kemiringan gelombang (perbandingan antara tinggi Ketika gelombang menjalar, partikel air di
dan panjang gelombang) mencapai batas permukaan bergerak dalam suatu lingkaran besar
maksimum, gelombang akan pecah. Karakteristik membentuk puncak gelombang pada puncak
gelombang setelah pecah berbeda dengan sebelum lingkarannya dan lembah pada lintasan terendah. Di
pecah. Gelombang yang telah pecah tersebut bawah permukaan, air bergerak dalam lingkaran-
merambat terus ke arah pantai sampai akhirnya lingkaran yang makin kecil. Saat gelombang
gelombang bergerak naik dan turun pada mendekati pantai, bagian bawah gelombang akan
permukaan pantai (uprush dan downrush). mulai bergesekan dengan dasar laut yang
Garis gelombang pecah merupakan batas menyebabkan pecahnya gelombang dan terjadi
perubahan perilaku gelombang dan juga transpor putaran pada dasar laut yang dapat membawa
sedimen pantai. Daerah dari garis gelombang pecah material dari dasar pantai serta menyebabkan
ke arah laut disebut dengan offshore. Sedang daerah perubahan profil pantai.
yang terbentang ke arah pantai dari garis gelombang Bentuk gelombang di alam adalah sangat
pecah dibedakan menjadi tiga daerah yaitu : kompleks dan sulit digambarkan secara matematis
1. Daerah gelombang pecah (breaker zone) adalah karena ketidak-linieran, tiga dimensi dan
daerah di mana gelombang yang datang dari laut mempunyai bentuk yang random (suatu deret
(lepas pantai) mencapai ketidak-stabilan dan gelombang mempunyai tinggi dan periode berbeda).
pecah. Pantai yang landai gelombang pecah bisa Ada beberapa teori dengan berbagai derajat
terjadi dua kali. kekomplekan dan ketelitian untuk menggambarkan
2. Surf zone adalah daerah yang terbentang antara gelombang di alam. Teori yang sederhana adalah
bagian dalam dari gelombang pecah dan batas teori gelombang linier. Menurut teori gelombang
naik-turunnya gelombang di pantai. Pantai yang linier, gelombang berdasarkan kedalaman relatifnya
landai mempunyai surf zone yang lebar. dibagi menjadi tiga yaitu deep water (gelombang di
3. Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh laut dangkal), transitional water (gelombang laut
garis batas tertinggi naiknya gelombang dan transisi), shallow water (gelombang di laut dalam).
batas terendah turunnya gelombang di pantai. [9]
Parameter penting untuk menjelaskan Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu
gelombang air adalah panjang gelombang, tinggi perbandingan antara kedalaman air (d) dan panjang
gelombang, dan kedalaman air. Parameter- gelombang (L) (d/L), gelombang dapat
parameter yang lain seperti kecepatan dan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :
percepatan dapat ditentukan dari ketiga parameter 1. Gelombang di laut dangkal, jika d/L < ½ (1)
pokok di atas. [9] 2. Gelombang di laut transisi, jika
1. Panjang gelombang (L) adalah jarak horizontal 1/20 < d/L < ½ (2)
antara kedua puncak atau titik tertinggi 3. Gelombang di laut dalam, jika d/L < ½ (3)
gelombang yang berurutan, atau bisa dikatakan Keterangan:
sebagai jarak antara dua lembah gelombang. d = Kedalaman laut
2. Periode Gelombang (T) adalah waktu yang L = Panjang antara puncak gelombang
dibutuh kan oleh dua puncak/lembah gelombang c. Pemecah Gelombang (Breakwater)
yang berurutan melewati titik tertentu. Pemecah gelombang (breakwater) adalah
3. Kecepatan rambat gelombang Celerity (C) struktur yang mengurangi jumlah energi gelombang
merupakan perbandingan antara panjang dengan menghilangkan, memantulkan atau
gelombang dan periode gelombang (L/T). Ketika memecahkan gelombang yang masuk. [14]
gelombang air menjalar dengan kecepatan C, Pemecah gelombang digunakan untuk
partikel air tidak turut bergerak ke arah mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai
perambatan gelombang. dan untuk menenangkan gelombang disuatu
4. Amplitudo (a) adalah jarak antara puncak/titik pelabuhan sehingga kapal dapat merapat
tertinggi gelombang atau lembah/titik terendah dipelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.
gelombang dengan muka air tenang (H/2). Pemecah gelombang dibedakan menjadi dua
Pada umumnya gelombang terjadi karena macam yaitu, pemecah gelombang sambung pantai
hembusan angin di permukaan air laut. Daerah di dan pemecah gelombang lepas pantai. Pemecah
mana gelombang itu dibentuk disebut daerah gelombang sambung pantai biasanya digunakan
pembangkitan gelombang (wave generating area). untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari
Gelombang yang terjadi di daerah pembangkitan gangguan gelombang, Sedangkan pemecah
disebut sea, sedangkan gelombang yang terbentuk gelombang lepas pantai adalah bangunan yang
3
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu 𝐾𝑇 = Koefisien transmisi
dari garis pantai. Pemecah gelombang lepas pantai 𝐻𝑇 = Tinggi Gelombang transmisi
banyak digunakan sebagai pelindung pantai 𝐻𝑖 = Tinggi Gelombang dating
terhadap erosi dengan menghancurkan energi Dimana,
gelombang sebelum mencapai pantai. 𝐻𝑖 = ℎ𝑚𝑎𝑥 − ℎ𝑚𝑖𝑛 (5)
Pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar 𝐻𝑇 = (ℎ𝑚𝑎𝑥 ) 𝑇 − (ℎ𝑚𝑖𝑛 ) 𝑇 (6)
pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis Keterangan:
pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang hmax = Tinggi gelombang puncak dari dasar
dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat flume
dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri hmin = Tinggi gelombang terendah dari dasar
bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah
flume
gelombang yang dipisahkan oleh celah.
Bentuk dan karakteristik pemecah gelombang
berbeda-beda begitu juga kemampuan peredaman METODE PERANCANGAN
gelombang yang dihasilkan. Menurut bentuknya a. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Hidro
bangunan pemecah gelombang dibedakan menjadi
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
bangunan sisi miring dan sisi tegak dengan tipe
Tadulako.
tenggelam dan tidak tenggelam.
Seiring pekembangan jaman dalam konstruksi b. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, prosedur pada penelitian ini
pemecah gelombang lepas pantai juga mengalami
digambarkan pada flowchart berikut :
perkembangan yang signifikan. Belakangan juga
dikenal konstruksi pemecah gelombang komposit,
yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi tegak
dan bangunan sisi miring, dalam penggunaan
materilpun dikombinasikan misalnya antara kaison
beton dengan batu-batuan sebagai pondasinya.
Selain itu pula terdapat bangunan pemecah
gelombang dari potongan bamboo yang dianyam,
dan dari ban-ban bekas yang biayanya lebih murah
namun masih dipertanyakan mengenai keramahan
lingkungannya.
i. Transmisi Gelombang
Saat gelombang menghantam pemecah
gelombang, energi gelombang akan berbalik
diantara, menghilang, atau menyebar melalui atau
melewati struktur. Maka saat gelombang datang
energi gelombang terbagi antara refleksi, dispasi
dan transmisi tergantung dari karakteristik
gelombangnya (waktu, tinggi dan kedalaman air),
tipe pemecah gelombang, dan ukuruan strukturnya.
Idealnya breakwater pelabuhan harus memantulkan
atau menghilangkan energi gelombang mendekati
garis pantai. Transmisi energi gelombang yang
berlebihan yang melewati pemecah gelombang
harus diminimalkann untuk mencegah gelombang
merusak garis pantai. [2]
Namun, kelemahan utama dari pemecah
gelombang tenggelam adalah transmisi Gambar 1. Flowchart Prosedur Penelitian
gelombangnya memepunyai nilai koefisien
transmisi lebih besar dari 0,4, dimana Hi dan Ht
adalah tinggi gelombang datang dan tinggi
gelombang transmisi.
𝐻
𝐾𝑇 = 𝐻𝑇 (4)
𝑖
Keterangan:

4
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

c. Rancangan Simulasi Model 22 0.568 Laut dalam


Tabel 1. Rancangan Simulasi Model 51 0.294 Laut transisi
f d 15 33 0.455 Laut transisi
Model
(Hz) (cm) Laut dalam
26 0.577
M1 4,5,6 6, 7.5, 10, 12.5, 15 Berdasarkan persamaan 2.1, 2.2, dan 2.3 jika
M2 4,5,6 6, 7.5, 10, 12.5, 15 d/Lukur < 1/20, maka gelombang berada di laut
dangkal. Jika 1/20 < d/ Lukur < ½, maka gelombang
M3 4,5,6 6, 7.5, 10, 12.5, 15
berada di laut transisi, dan jika d/ Lukur < ½, maka
M4 4,5,6 6, 7.5, 10, 12.5, 15 gelombang berada di laut dalam.
M5 4,5,6 7.5, 10, 12.5, 15 Grafik Hubungan Antara Frekuensi (Hz) dan
M6 4,5,6 7.5, 10, 12.5, 15 Lukur (cm) untuk Setiap Tinggi Muka Air Diam
(d)
M7 4,5,6 7.5, 10, 12.5, 15
M8 4,5,6 7.5, 10, 12.5, 15

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil Penelitian
Pengukuran elevasi gelombang dilakukan 4 titik
di depan model dan 4 titik di bagian belakang
model. Jarak antar titik pengukuran yang satu
dengan yang lainnya sama dan diatur pada satu Gambar 2. Grafik Hubungan antara f (Hz) dan Lukur
panjang gelombang, yang dapat diketahui melalui (cm)
gelombang air yang terdiri atas 1 bukit dan 1 Gambar 2. menunjukkan bahwa grafik Lukur
lembah. menurun akibat frekuensi yang bertambah. Dan
Data utama yang diamati selama pengujian dapat disimpulkan bahwa semakin kecil frekuensi
dilaboratorium adalah elevasi gelombang di depan gelombang maka semakin besar panjang
dan di belakang model. Dan hasil pengukuran tinggi gelombangnya.
gelombang di tiap titik lokasi pengamatan diambil Grafik Hubungan Antara d (cm) dan H (cm)
nilai tinggi gelombang maksimum Hmaks dan tinggi untuk Setiap Variasi Frekuensi
gelombang minimum Hmin baik di depan model
maupun di belakang model. Pencatatan elevasi
gelombang menggunakan mistar yang dibuat
dengan menggunakan kalkir milimeterblock dengan
skala pembacaan hingga ketelitian mm.
i. Kondisi Gelombang Hasil Set Up Alat Tanpa
Pemecah Gelombang
Tabel 2. Data Hasil d/Lukur
Gambar 3. Grafik Hubungan antara H (cm) dan d
d Lukur Kondisi
d/Lukur (cm)
(cm) (cm) Gelombang
Gambar 3. menunjukkan bahwa tinggi gelombang
53 0.113 Laut transisi
cenderung meningkat saat ketinggian muka air
6 33 0.182 Laut transisi diam meningkat.
23 0.261 Laut transisi Grafik Hubungan Antara f (Hz) dan H (cm)
51 0.147 Laut transisi
7.5 34 0.221 Laut transisi
25 0.300 Laut transisi
52 0.192 Laut transisi
10 33 0.303 Laut transisi
26 0.385 Laut transisi
52 0.240 Laut transisi
12.5 Gambar 4. Grafik Hubungan antara f (Hz) dan H
32 0.391 Laut transisi
(cm)
5
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

Gambar 4. menunjukkan bahwa grafik H menurun HB 5 cm kondisi f = 4 Hz


cenderung saat frekuensi gelombang makin besar.
b. Pembahasan
Pada penelitian ini, terdapat 4 jenis variasi
yakni pada kemiringan model pemecah gelombang,
kedalaman air, frekuensi gelombang dan tinggi
pemecah gelombang.
Untuk variasi model, terdapat 8 jenis model
yaitu Model 1 dengan lebar model (HB) = 5 cm,
panjang model (LB) = 10 cm, kemiringan depan Gambar 5. Grafik Hubungan KT dengan d/HB untuk
model (θd) = 27°, kemiringan belakang (θb) = 45°, f = 4 Hz pada HB = 5 cm
Model 2 dengan lebar model (HB) = 5 cm, panjang Gambar 5. menunjukkan bahwa grafik KT
model (LB) = 10 cm, kemiringan depan model (θd) cenderung meningkat akibat tinggi muka air diam
= 34°, kemiringan belakang (θb) = 45°, Model 3 (d) bertambah.
dengan lebar model (HB) = 5 cm, panjang model Semakin meningkatnya nilai KT menunjukan bahwa
(LB) = 10 cm, kemiringan depan model (θd) = 27°, dengan tinggi pemecah gelombang (HB) 5 cm tidak
kemiringan belakang (θb) = 63°, Model 4 dengan terlalu berpengaruh pada keadaan d/HB lebih dari
lebar model (HB) = 5 cm, panjang model (LB) = 10 2.1 cm.
cm, kemiringan depan model (θd) = 34°, HB 5 cm kondisi f = 5 Hz
kemiringan belakang (θb) = 63°, Model 5 dengan
lebar model (HB) = 7 cm, panjang model (LB) = 10
cm, kemiringan depan model (θd) = 27°,
kemiringan belakang (θb) = 45°, Model 6 dengan
lebar model (HB) = 7 cm, panjang model (LB) = 10
cm, kemiringan depan model (θd) = 34°,
kemiringan belakang (θb) = 45°, Model 7 dengan
lebar model (HB) = 7 cm, panjang model (LB) = 10
cm, kemiringan depan model (θd) = 27°, Gambar 6. Grafik Hubungan KT dengan d/HB untuk
kemiringan belakang (θb) = 63°, Model 8 dengan f = 5 Hz pada HB = 5 cm
lebar model (HB) = 7 cm, panjang model (LB) = 10 Gambar 6. menunjukkan bahwa grafik KT
cm, kemiringan depan model (θd) = 34°, cenderung meningkat akibat tinggi muka air diam
kemiringan belakang (θb) = 63°. (d) bertambah.
Untuk 4 model pemecah gelombang dengan HB Semakin meningkatnya nilai KT menunjukan bahwa
5 cm, memiliki 5 kondisi kedalaman air. Yaitu 6 dengan tinggi pemecah gelombang (HB) 5 cm tidak
cm, 7.5 cm, 10 cm, 12,5 cm, 15 cm. Sedangkan terlalu berpengaruh pada keadaan d/HB lebih dari
untuk 4 model pemecah gelombang dengan HB 7 2.1 cm.
cm, memiliki 4 kondisi kedalaman air. Yaitu 7,5 HB 5 cm kondisi f = 6 Hz
cm ,10 cm, 12,5 cm, 10 cm.
Untuk variasi frekuensi gelombang digunakan
frekuensi 4 Hz, 5 Hz dan 6 Hz.
i. Hubungan Parameter KT dengan d/HB
Untuk Setiap Variasi Frekuensi Pada
Masing-Masing Variasi Tinggi Pemecah
Gelombang
Dengan menggunakan data hasil perhitungan
kedalaman air dan tinggi pemecah gelombang Gambar 7. Grafik Hubungan KT dengan d/HB untuk
(d/HB) dengan koefisien transmisi (KT) f = 6 Hz pada HB = 5 cm
digambarkan dalam bentuk grafik hubungan antara Gambar 7. menunjukkan bahwa grafik KT
d/HB sebagai variabel sumbu X dan KT sebagai cenderung meningkat akibat tinggi muka air diam
variabel sumbu Y. Untuk setiap variasi frekuensi (d) bertambah.
pada masing-masing variasi ketinggian pemecah Semakin meningkatnya nilai KT menunjukan bahwa
gelombang maka dihasilkan grafik seperti gambar dengan tinggi pemecah gelombang (HB) 5 cm tidak
berikut: terlalu berpengaruh pada keadaan d/HB lebih dari
2.1 cm.

6
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

HB 7 cm kondisi f = 4 Hz Dengan menggunakan data hasil perhitungan


periode gelombang (T) dengan koefisien transmisi
(KT), digambarkan dalam bentuk grafik hubungan
antara T sebagai variabel sumbu Y dan KT sebagai
variabel sumbu X. Untuk setiap variasi kedalaman
muka air diam (d) pada masing-masing variasi
ketinggian pemecah gelombang maka dihasilkan
grafik seperti gambar berikut.
HB 5 cm kondisi d = 6 cm
Gambar 8. Grafik Hubungan KT dengan d/HB untuk
f = 4 Hz pada HB = 7 cm
Gambar 8. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat tinggi muka air diam
(d) bertambah.
Semakin meningkatnya nilai KT menunjukan bahwa
dengan tinggi pemecah gelombang (HB) 7 cm tidak
terlalu berpengaruh pada keadaan d/HB lebih dari
1.6 cm. Gambar 11. Grafik Hubungan KT dengan T untuk d
HB 7 cm kondisi f = 5 Hz = 6 cm pada HB = 5 cm
Gambar 11. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat bertambahnya periode
waktu (T).
Dengan semakin meningkatnya nilai KT
menunjukan bahwa pemecah tidak terlalu
berpengaruh terhadap gelombang yang mempunyai
periode gelombang yang cukup besar. Dan dapat
Gambar 9. Grafik Hubungan KT dengan d/HB untuk dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT dan T
f = 5 Hz pada HB = 7 cm pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka grafik
Gambar 9. menunjukkan bahwa grafik KT KT pun meningkat.
cenderung meningkat akibat tinggi muka air diam HB 5 cm kondisi d = 7,5 cm
(d) bertambah.
Semakin meningkatnya nilai KT menunjukan bahwa
dengan tinggi pemecah gelombang (HB) 7 cm tidak
terlalu berpengaruh pada keadaan d/ HB lebih dari
1.6 cm.
HB 7 cm kondisi f = 6 Hz

Gambar 12. Grafik Hubungan KT dengan T untuk d


= 7.5 cm pada HB = 5 cm
Gambar 12. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat bertambahnya periode
waktu (T).
Gambar 10. Grafik Hubungan KT dengan d/HB Dengan semakin meningkatnya nilai KT
untuk f = 6 Hz pada HB = 7 cm menunjukan bahwa pemecah tidak terlalu
Gambar 10. menunjukkan bahwa grafik KT berpengaruh terhadap gelombang yang mempunyai
cenderung meningkat akibat tinggi muka air diam periode gelombang yang cukup besar. Dan dapat
(d) bertambah. dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT dan T
Semakin meningkatnya nilai KT menunjukan bahwa pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka grafik
dengan tinggi pemecah gelombang (HB) 7 cm tidak KT pun meningkat.
terlalu berpengaruh pada keadaan d/HB lebih dari HB 5 cm kondisi d = 10 cm
1.6 cm.
ii. Hubungan Parameter KT dengan T untuk
Setiap Tinggi Mukai Air Diam
7
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

Gambar 15. menunjukkan bahwa grafik KT


cenderung meningkat akibat bertambahnya periode
waktu (T).
Dengan semakin meningkatnya nilai KT
menunjukan bahwa pemecah tidak terlalu
berpengaruh terhadap gelombang yang mempunyai
periode gelombang yang cukup besar. Dan dapat
dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT dan T
Gambar 13. Grafik Hubungan KT dengan T untuk d pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka grafik
= 10 cm pada HB = 5 cm KT pun meningkat.
Gambar 13. menunjukkan bahwa grafik KT HB 7 cm kondisi d = 7,5 cm
cenderung meningkat akibat bertambahnya periode
waktu (T).
Dengan semakin meningkatnya nilai KT
menunjukan bahwa pemecah tidak terlalu
berpengaruh terhadap gelombang yang mempunyai
periode gelombang yang cukup besar. Dan dapat
dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT dan T
pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka grafik
KT pun meningkat. Gambar 16. Grafik Hubungan KT dengan T untuk d
HB 5 cm kondisi d = 12,5 cm = 7.5 cm pada HB = 7 cm
Gambar 16. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat bertambahnya periode
waktu (T).
Dengan semakin meningkatnya nilai KT
menunjukan bahwa pemecah tidak terlalu
berpengaruh terhadap gelombang yang mempunyai
periode gelombang yang cukup besar. Dan dapat
dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT dan T
Gambar 14. Grafik Hubungan KT dengan T untuk d pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka grafik
= 12.5 cm pada HB = 5 cm KT pun meningkat.
Gambar 14. menunjukkan bahwa grafik KT HB 7 cm kondisi d = 10 cm
cenderung meningkat akibat bertambahnya periode
waktu (T).
Dengan semakin meningkatnya nilai KT
menunjukan bahwa pemecah tidak terlalu
berpengaruh terhadap gelombang yang mempunyai
periode gelombang yang cukup besar. Dan dapat
dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT dan T
pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka grafik
Gambar 17. Grafik Hubungan KT dengan T untuk d
KT pun meningkat.
= 10 cm pada HB = 7 cm
HB 5 cm kondisi d = 15 cm Gambar 17. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat bertambahnya periode
waktu (T).
Dengan semakin meningkatnya nilai KT
menunjukan bahwa pemecah tidak terlalu
berpengaruh terhadap gelombang yang mempunyai
periode gelombang yang cukup besar. Dan dapat
dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT dan T
pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka grafik
Gambar 15. Grafik Hubungan KT dengan T untuk d KT pun meningkat.
= 15 cm pada HB = 5 cm HB 7 cm kondisi d = 12.5 cm

8
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

HB 5 cm kondisi d = 6 cm

Gambar 18. Grafik Hubungan KT dengan T untuk d


Gambar 20. Grafik Hubungan KT dengan LB/Lo
= 12.5 cm pada HB = 7 cm
untuk d = 6 cm pada HB = 5 cm
Gambar 18. menunjukkan bahwa grafik KT
Gambar 20. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat bertambahnya periode
cenderung menurun akibat berkurangnya panjang
waktu (T).
gelombang (Lo), dimana panjang pemecah
Dengan semakin meningkatnya nilai KT
gelombang adalah konstan.
menunjukan bahwa pemecah tidak terlalu
Dengan semakin menurunnya nilai KT menunjukan
berpengaruh terhadap gelombang yang mempunyai
bahwa cukup pemecah mempengaruhi nilai
periode gelombang yang cukup besar. Dan dapat
transmisi gelombang pada gelombang yang
dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT dan T
memiliki nilai panjang gelombang cukup kecil. Dan
pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka grafik
dapat dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT
KT pun meningkat.
dan LB/Lo pada saat kedalaman air (d) bertambah,
HB 7 cm kondisi d = 15 cm maka grafik KT pun meningkat.
HB 5 cm kondisi d = 7,5 cm

Gambar 19. Grafik Hubungan KT dengan T untuk d


Gambar 21. Grafik Hubungan KT dengan LB/Lo
= 15 cm pada HB = 7 cm
untuk d = 7.5 cm pada HB = 5 cm
Gambar 19. menunjukkan bahwa grafik KT
Gambar 21. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat bertambahnya periode
cenderung menurun akibat berkurangnya panjang
waktu (T).
gelombang (Lo), dimana panjang pemecah
Dengan semakin meningkatnya nilai KT
gelombang adalah konstan.
menunjukan bahwa pemecah tidak terlalu
Dengan semakin menurunnya nilai KT menunjukan
berpengaruh terhadap gelombang yang mempunyai
bahwa cukup pemecah mempengaruhi nilai
periode gelombang yang cukup besar. Dan dapat
transmisi gelombang pada gelombang yang
dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT dan T
memiliki nilai panjang gelombang cukup kecil. Dan
pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka grafik
dapat dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT
KT pun meningkat.
dan LB/Lo pada saat kedalaman air (d) bertambah,
iii. Hubungan Parameter KT dengan Lb/Lo
maka grafik KT pun meningkat.
Untuk Setiap Tinggi Mukai Air Diam
HB 5 cm kondisi d = 10 cm
Dengan menggunakan data hasil perhitungan
panjang pemecah gelombang (LB) dan Panjang
gelombang ukur (Lo) dengan koefisien transmisi
(KT), digambarkan dalam bentuk grafik hubungan
antara LB/Lo sebagai variabel sumbu Y dan KT
sebagai variabel sumbu X. Untuk setiap variasi
kedalaman muka air diam (d) pada masing-masing
variasi ketinggian pemecah gelombang maka
dihasilkan grafik seperti gambar berikut. Gambar 22. Grafik Hubungan KT dengan LB/Lo
untuk d = 10 cm pada HB = 5 cm

9
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

Gambar 22. menunjukkan bahwa grafik KT HB 7 cm kondisi d = 7,5 cm


cenderung menurun akibat berkurangnya panjang
gelombang (Lo), dimana panjang pemecah
gelombang adalah konstan.
Dengan semakin menurunnya nilai KT menunjukan
bahwa cukup pemecah mempengaruhi nilai
transmisi gelombang pada gelombang yang
memiliki nilai panjang gelombang cukup kecil. Dan
dapat dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT
dan Lb/Lo pada saat kedalaman air (d) bertambah, Gambar 25. Grafik Hubungan KT dengan LB/Lo
maka grafik KT pun meningkat. untuk d = 7.5 cm pada HB = 7 cm
HB 5 cm kondisi d = 12,5 cm Gambar 25. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung menurun akibat berkurangnya panjang
gelombang (Lo), dimana panjang pemecah
gelombang adalah konstan.
Dengan semakin menurunnya nilai KT menunjukan
bahwa cukup pemecah mempengaruhi nilai
transmisi gelombang pada gelombang yang
memiliki nilai panjang gelombang cukup kecil. Dan
dapat dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT
Gambar 23. Grafik Hubungan KT dengan LB/Lo dan LB/Lo pada saat kedalaman air (d) bertambah,
untuk d = 12.5 cm pada HB = 5 cm maka grafik KT pun meningkat.
Gambar 23. menunjukkan bahwa grafik KT HB 7 cm kondisi d = 10 cm
cenderung menurun akibat berkurangnya panjang
gelombang (Lo), dimana panjang pemecah
gelombang adalah konstan.
Dengan semakin menurunnya nilai KT menunjukan
bahwa cukup pemecah mempengaruhi nilai
transmisi gelombang pada gelombang yang
memiliki nilai panjang gelombang cukup kecil. Dan
dapat dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT Gambar 26. Grafik Hubungan KT dengan LB/Lo
dan LB/Lo pada saat kedalaman air (d) bertambah, untuk d = 10 cm pada HB = 7 cm
maka grafik KT pun meningkat. Gambar 26. menunjukkan bahwa grafik KT
HB 5 cm kondisi d = 15 cm cenderung menurun akibat berkurangnya panjang
gelombang (Lo), dimana panjang pemecah
gelombang adalah konstan.
Dengan semakin menurunnya nilai KT menunjukan
bahwa cukup pemecah mempengaruhi nilai
transmisi gelombang pada gelombang yang
memiliki nilai panjang gelombang cukup kecil. Dan
dapat dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT
Gambar 24. Grafik Hubungan KT dengan LB/Lo dan LB/Lo pada saat kedalaman air (d) bertambah,
untuk d = 15 cm pada HB = 5 cm maka grafik KT pun meningkat.
Gambar 24. menunjukkan bahwa grafik KT HB 7 cm kondisi d = 12,5 cm
cenderung menurun akibat berkurangnya panjang
gelombang (Lo), dimana panjang pemecah
gelombang adalah konstan.
Dengan semakin menurunnya nilai KT menunjukan
bahwa cukup pemecah mempengaruhi nilai
transmisi gelombang pada gelombang yang
memiliki nilai panjang gelombang cukup kecil. Dan
dapat dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT
dan LB/Lo pada saat kedalaman air (d) bertambah,
maka grafik KT pun meningkat.
10
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

Gambar 27. Grafik Hubungan KT dengan LB/Lo


untuk d = 12.5 cm pada HB = 7 cm
Gambar 27. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung menurun akibat berkurangnya panjang
gelombang (Lo), dimana panjang pemecah
gelombang adalah konstan.
Dengan semakin menurunnya nilai KT menunjukan
bahwa cukup pemecah mempengaruhi nilai
transmisi gelombang pada gelombang yang Gambar 29. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
memiliki nilai panjang gelombang cukup kecil. Dan = 6 cm pada model 1 dan model 2 dengan m
dapat dilihat pada setiap grafik hubungan antara KT belakang = 1:1 (θb = 45°)
dan LB/Lo pada saat kedalaman air (d) bertambah, Gambar 29. menunjukkan bahwa grafik KT
maka grafik KT pun meningkat. cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m.
HB 7 cm kondisi d = 15 cm Sehingga untuk kedalaman air (d) = 6 cm dapat
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
semakin besar.
HB 5 cm kondisi d = 7,5 cm

Gambar 28. Grafik Hubungan KT dengan


LB/Lo untuk d = 15 cm pada HB = 7 cm
Gambar 28. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung menurun akibat berkurangnya
panjang gelombang (Lo), dimana panjang Gambar 30. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
pemecah gelombang adalah konstan. = 7.5 pada model 1 dan model 2 dengan m
Dengan semakin menurunnya nilai KT belakang = 1:1 (θb = 45°)
menunjukan bahwa cukup pemecah Gambar 30. menunjukkan bahwa grafik KT
mempengaruhi nilai transmisi gelombang pada cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m.
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 7.5 cm dapat
gelombang yang memiliki nilai panjang
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
gelombang cukup kecil. Dan dapat dilihat pada Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
setiap grafik hubungan antara KT dan Lb/Lo semakin besar.
pada saat kedalaman air (d) bertambah, maka HB 5 cm kondisi d = 10 cm
grafik KT pun meningkat.
iv. Hubungan Parameter KT dengan m
(kemiringan) Untuk Setiap Tinggi Mukai Air
Diam
Dengan menggunakan data hasil kemiringan
(m) dengan koefisien transmisi (KT)
digambarkan dalam bentuk grafik hubungan
antara m sebagai variabel sumbu X dan KT Gambar 31. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
sebagai variabel sumbu Y. Untuk setiap jenis = 10 cm pada model 1 dan model 2 dengan m
model maka dihasilkan grafik seperti gambar belakang = 1:1 (θb = 45°)
berikut. Gambar 31. menunjukkan bahwa grafik KT
1. Kondisi HB = 5 cm pada Model dengan m cenderung menurun akibat bertambahnya nilai m.
belakang = 1:1 (θb = 45°) Sehingga untuk kedalaman air (d) = 10 cm dapat
HB 5 cm kondisi d = 6 cm disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
semakin kecil.
HB 5 cm kondisi d = 12,5 cm

11
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan


semakin besar.
HB 5 cm kondisi d = 7,5 cm

Gambar 32. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d


= 12.5 cm pada model 1 dan model 2 dengan m
belakang = 1:1 (θb = 45°)
Gambar 32. menunjukkan bahwa grafik KT Gambar 35. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m, = 7.5 cm pada model 3 dan model 4 dengan m
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 12.5 cm dapat belakang = 1:0.5 (θb = 63°)
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka Gambar 35. menunjukkan bahwa grafik KT
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m,
semakin besar. Sehingga untuk kedalaman air (d) = 7.5 cm dapat
HB 5 cm kondisi d = 15 cm disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
semakin besar.
HB 5 cm kondisi d = 10 cm

Gambar 33. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d


= 15 cm pada model 1 dan model 2 dengan m
belakang = 1:1 (θb = 45°)
Gambar 33. menunjukkan bahwa grafik KT Gambar 36. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m, = 10 cm pada model 3 dan model 4 dengan m
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 15 cm dapat belakang = 1:0.5 (θb = 63°)
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka Gambar 36. menunjukkan bahwa grafik KT
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m,
semakin besar. Sehingga untuk kedalaman air (d) = 10 cm dapat
2. Kondisi HB = 5 cm pada Model dengan m disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
belakang = 1:0.5 (θb = 63°) Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
HB 5 cm kondisi d = 6 cm semakin besar.
HB 5 cm kondisi d = 12,5 cm

Gambar 34. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d


= 6 cm pada model 3 dan model 4 dengan m Gambar 37. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
belakang = 1:0.5 (θb = 63°) = 12.5 cm pada model 3 dan model 4 dengan m
Gambar 34. menunjukkan bahwa grafik KT belakang = 1:0.5 (θb = 63°)
cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m, Gambar 37. menunjukkan bahwa grafik KT
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 6 cm dapat cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m.
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka Sehingga untuk kedalaman air (d) = 12.5 cm dapat
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
12
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan Gambar 40. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
semakin besar. = 10 cm pada model 5 dan model 6 dengan m
HB 5 cm kondisi d = 15 cm belakang = 1:1 (θb = 45°)
Gambar 40. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m,
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 10 cm dapat
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
semakin besar.
HB 7 cm kondisi d = 12,5 cm

Gambar 38. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d


= 12.5 cm pada model 3 dan model 4 dengan m
belakang = 1:0.5 (θb = 63°)
Gambar 38. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m,
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 15 cm dapat
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan Gambar 41. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
semakin besar. = 12.5 cm pada model 5 dan model 6 dengan m
3. Kondisi HB = 7 cm pada Model dengan m belakang = 1:1 (θb = 45°)
belakang = 1:1 (θb = 45°) Gambar 41. menunjukkan bahwa grafik KT
HB 7 cm kondisi d = 7.5 cm cenderung menurun akibat bertambahnya nilai m,
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 12.5 cm dapat
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
semakin kecil.
HB 7 cm kondisi d = 15 cm

Gambar 39. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d


= 7.5 cm pada model 5 dan model 6 dengan m
belakang = 1:1 (θb = 45°)
Gambar 39. menunjukkan bahwa grafik KT
cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m, Gambar 42. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 7.5 cm dapat = 15 cm pada model 5 dan model 6 dengan m
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka belakang = 1:1 (θb = 45°)
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan Gambar 42. menunjukkan bahwa grafik KT
semakin besar. cenderung menurun akibat bertambahnya nilai m,
HB 7 cm kondisi d = 10 cm Sehingga untuk kedalaman air (d) = 15 cm dapat
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
semakin kecil.
4. Kondisi HB = 7 cm pada Model dengan m
belakang = 1:0.5 (θb = 63°)
HB 7 cm kondisi d = 7.5 cm

13
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

HB 7 cm kondisi d = 15 cm

Gambar 46. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d


Gambar 43. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d = 15 cm pada model 7 dan model 8 dengan m
= 7.5 cm pada model 7 dan model 8 dengan m belakang = 1: 0.5 (θb = 63°)
belakang = 1:0.5 (θb = 63°) Gambar 46. menunjukkan bahwa grafik KT
Gambar 43. menunjukkan bahwa grafik KT cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m,
cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m, Sehingga untuk kedalaman air (d) = 15 cm dapat
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 7.5 cm dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan semakin besar.
semakin besar. KESIMPULAN DAN SARAN
HB 7 cm kondisi d = 10 cm a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
1. Parameter yang mempengaruhi transmisi
gelombang adalah tinggi pemecah gelombang
(HB), periode gelombang (T), kemiringan
pemecah gelombang (m), panjang pemecah
gelombang (Lb), dan panjang gelombang (Lo).
2. Pemecah gelombang yang bisa dikatakan efektif
Gambar 44. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d meredam gelombang yaitu pemecah gelombang
= 10 cm pada model 7 dan model 8 dengan m dengan nilai koefisien transmisi (KT) terkecil
belakang = 1: 0.5 (θb = 63°) yaitu model I dengan tinggi pemecah
Gambar 44. menunjukkan bahwa grafik KT gelombang (HB) = 5 cm dan variasi kemiringan
cenderung menurun akibat bertambahnya nilai m, depan sebesar 1:1.5 dengan sudut 27° dan
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 10 cm dapat kemiringan belakang sebesar 1:1 dengan sudut
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka 45° dengan interval nilai KT 0.118 – 1.911.
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan 3. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa
semakin kecil. pengaruh variasi kemiringan talud tidak simetris
HB 7 cm kondisi d = 12,5 cm pada pemecah gelombang tipe tenggelam
terhadap koefisien transmisi gelombang
memperlihatkan hasil pada kondisi f = 4 Hz, f =
5 Hz dan f = 6 Hz adalah semakin kecil
kemiringan pada bagian depan dan belakang
pemecah gelombang, maka nilai koefisien
transmisi gelombang (KT) atau energi yang
diteruskan akan semakin kecil.
b. Saran
Gambar 45. Grafik Hubungan KT dengan m untuk d
Penelitian ini jauh dari sempurna, masih banyak
= 12.5 cm pada model 7 dan model 8 dengan m
komponen yang belum termasuk dalam kajian
belakang = 1: 0.5 (θb = 63°)
penelitian ini. Oleh karena itu disarankan pada
Gambar 45. menunjukkan bahwa grafik KT
penelitian berikutnya mengkaji lebih lanjut
cenderung meningkat akibat bertambahnya nilai m,
beberapa kondisi berikut :
Sehingga untuk kedalaman air (d) = 12.5 cm dapat
1. Diharapkan ada peneliti lain yang mengkaji
disimpulkan bahwa semakin besar nilai m maka
lebih lanjut dengan variasi perletakkan model,
Koefisien yang ditransmisi atau diteruskan akan
variasi arah gelombang, dan variasi kerapatan
semakin besar.
model.
14
Pengaruh Variasi Kemiringan Talud Tidak Simetris Terhadap Koefisien
Transmisi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Tipe Tenggelam.
(Anissa Novriyana Dewi, Andi Rusdin, Vera Wim Andiesse)

2. Pembacaan gelombang sebaiknya menggunakan


pembacaan secara otomatis, hal ini dikarenakan
pada pembacaan manual cenderung memiliki
banyak kesalahan pembacaan mistar pada
flume.
DAFTAR PUSTAKA

[1] CEM, (2003). Coastal Engineering


Manual Part II. US Army Coastal
Engineering Reaserch Center,
Wahington
[2] CERC, (1984). Shore Proection Manual
First Edition. US Army Coastal
Engineering Research Centre,
Wahington
[3] Horikawa, K. (1978). Coastal Engineering.
[4] University Of Tokyo Press. Tokyo.
[5] Hughes, S.A. (1993). Physical Models and
Laboratory Techniques in Coastal
Engineering. Coastal Engineering
Research Center USA.
[6] Hughes, S.A dkk, (2008). Physical Model
Study of Wave Action in New Thomson
Harbor. Sitka. Alaska.
[7] Pratikto, W. A, Armono, H. D, Suntoyo.
(1997). Perencanaan Fasilitas Pantai
dan Laut, Yogyakarta.
[8] Sorensen, R. (2006). Basic Coastel
Engineering. Spinger. New York.
[9] Triatmodjo, B. (1999), Teknik Pantai, Beta
Offset. Yogyakarta
[10] Triatmodjo, B. (2011). Perencanaan
bangunan pantai, Beta offset.
Yogyakarta
[11] Van der Meer, J.W. (1994) & I.F.R
Daement. (1994), Stability and wave
transmission at low Crested Rubble –
Mound Structures. J. Waterway, Port,
Coastal, and Ocean Engineering, 120
(1) :1-19
[12] Van der Meer, J. W. (1995), Conceptual
Design of Rubble Mound Breakwaters
[13] Warnock, J.E, (1950). Hydraulic
Similitude, In Engineering Hydraulics,
editing by H. Rouse, Jhon Wiley &
Sons, New York.
[14] CERC, (1993). Shore Proection Manual
Second Edition. US Army Coastal
Engineering Research Centre,
Wahington

15

Вам также может понравиться