Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Etiologi
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dali otitis
media. pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius tergannggu,
sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu
juga Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang
paling sering- Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti
Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae (10-52%).
Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (27-52%),
Pneumococcus, Moraxella flatanhalis (2-15%)' Haemophilus Influenzae
adalah bakteri patogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia
lima tahun, meskipun juga patogen pada orang Dewasa.
B. PATOGENESIS
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat
saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat
menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih
untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri
dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah
nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga
tengah terkumpul di belakang gendang telinga Jika lendir dan nanah
bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga
dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan
pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).
Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu
telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu
banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.
Otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, yang
mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani.
Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada
mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya
dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi
telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat
dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan
terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya
faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan
progresivitas penyakit.
D. KLASIFIKASI
4. Stadium Perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang
tinggi, dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.
Gambar 1.5 Stadium Perforasi Otitis Media Akut
5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal
kembali. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan
mengering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah,
maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.
Gambar 1.6 Stadium Resolusi Otitis Media Akut
E. PENATALAKSANAAN
Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pengobatan pada
stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan
pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
1) Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka
kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin
0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin
1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau
dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan
memberikan antibiotik.
2) Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung,
dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus,
sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah
penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi
awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam
darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak
diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40
mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
3) Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus
dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih
utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat
berkurang.
4) Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3%
selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri
dalam 7-10 hari.
5) Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar.
Pada keadaan ini dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu,
namun bila masih keluar sekret diduga telah terjadi mastoiditis.
F. KOMPLIKASI
A. Komplikasi intrakranial meliputi:
1. Meningitis
Meningitis dapat terjadi disetiap saat dalam perjalanan komplikasi
infeksi telinga. Jalan penyebaran yang biasa terjadi yaitu melalui
penyebaran langsung, jarang melalui tromboflebitis. Pada waktu
kuman menyerang biasanya streptokokkus, pneumokokkus, atau
stafilokokkus atau kuman yang lebih jarang H. Influenza, koliform,
atau piokokus, menginvasi ruang sub arachnoid, pia-arachnoid
bereaksi dengan mengadakan eksudasi cairan serosa yang
menyebabkan peningkatan ringan tekanan cairan spinal.
2. Abses subdural
Abses subdural merupakan stadium supurasi dari pekimeningitis
interna. Sekarang sudah jarang ditemukan. Bila terjadi harus
dianggap keadaan gawat darurat bedah saraf, karena harus
mendapatkan pembedahan segera untuk mencegah kematian.
3. Abses ekstradural
Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah diantara durameter
dan tulang yang menutupi rongga mastoid atau telinga tengah.
Abses ekstradural jika tidak tertangani dengan baik dapat
menyebabkan meningitis, trombosis sinus sigmoid dan abses otak
(lobus temporal atau serebelar, tergantung pada sisi yang terkena.
4. Trombosis sinus lateralis
Sejalan dengan progresifitas infeksi, trombus mengalami perlusan
retrograd kedaerah vena jugular, melintasi sinus petrosus hingga ke
daerah sinus cavernosus. Komplikasi ini sering ditemukan pada
zaman pra-antibiotik, tetapi kini sudah jarang terjadi.
5. Abses otak
Sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis, abses otak dapat
timbul di serebellum di fossa kranii posterior, atau pada lobus
temporal di fossa kranii media. Abses otak biasanya terbentuk
sebagai perluasan langsung infeksi telinga atau tromboflebitis.
6. Hidrosefalus otitis
Kelainan ini berupa peningkatan tekanan intrakranial dengan
temuan cairan serebrospinal yang normal. Pada pemeriksaan
terdapat edema papil. Keadaan ini dapat menyertai otitis media
akut atau kronis.