Вы находитесь на странице: 1из 24

2.

2 Model-Model Diskusi Kelompok

2.2.1 Metode Brainstotming Group (Curah Pendapat)


1. Pengertian Metode Brainstorming Group Atau Curah Pendapat
Metode Brainstorming Group adalah suatu teknik atau mengajar yang dilaksanakan oleh
guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian
siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah
tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satiu cara
untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat
(Roestiyah 2001: 73).

2. Langkah-Langkah Metode Brainstorming Group


Tugas guru dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan masalah yang mampu
merangsang pikiran siswa, sehingga mereka menanggapi, dan guru tidak boleh
mengomentari bahwa pendapat siswa itu benar/ salah, juga tidak perlu disimpulkan, guru
hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam kelas
mendapat giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi. Siswa bertugas menanggapi masalah
dengan mengemukakan pendapat, komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah
baru, mereka belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang
baik. Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut
berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya.

Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode brainstorming


1. Pemberian informasi dan motivasi
Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak
peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya.
2. Identifikasi
Pada tahap ini peserta didik diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran
sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik.
Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini
agar kreativitas peserta didik tidak terhambat.
3. Klasifikasi
Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan
berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa
berdasarkan struktur/ faktor-faktor lain.
4. Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan.
Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahannya. Apabila terdapat
sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan
bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.
5. Konklusi (Penyepakatan)
Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir
alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil
kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

3. Keunggulan Metode Brainstorming


a) Anak-anak berfikir untuk menyatakan pendapat.
b) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.
c) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah
yang diberikan oleh guru.
d) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.
e) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang sudah pandai atau dari
guru.
f) Terjadi persaingan yang sehat.
g) Anak merasa bebas dan gembira.
h) Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan.

4. Kekurangan Metode Brainstorming


Berbagai kekurangan tersebut dapat diatasi apabila seorang guru atau pimpinan dalam kelas
bisa membaca situasi dan menguasai kelas dengan baik untuk mencari solusi. Guru harus
bisa menjadi penengah dan mengatur situasi dalam kelas sebaik mungkin. Caranya yaitu
dengan menguasai betul-betul materi yang akan disampaikan dan membuat perencanaan
proses belajar mengajar dengan matang.
5. Implikasi
Metode pembelajaran ini cocok beberapa materi pada mata pelajaran fisika, misalnya materi
tentang energi karena siswa dituntut untuk berpikir misalnya tentang apa yang ditanyakan
gurunya itu siswa mengerti dan mampu menjelaskannya berdasarkan argumen dan
pengetahuan siswa, sebelum materi tersebut dijelaskan oleh guru, jadi siswa dituntut untuk
mengemukakan gagasan dari pertanyaan yang diajukan oleh guru.

2.2.2 Pengertian Pembelajaran Buzz Group


Menurut Roestiyah (2001:9) Pembelajaran Buzz Group adalah suatu kelompok besar yang
dibagi menjadi 2 (dua) sampai 8 (delapan) kelompok yang lebih kecil sehingga jika
diperlukan kelompok kecil ini diminta untuk melaporkan hasil diskusi yang mereka lakukan
kepada kelompok besar.
Menurut Surjadi (1989:34) kelompok Buzz (Buzz Groups) adalah suatu kelompok yang
dibagi kedalam beberapa kelompok kecil (sub-groups) masing-masing terdiri dari 3-6 siswa
dalam tempo yang singkat untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu
masalah. Kelompok yang kecil itu akan melaporkan hasil dari kelompok mereka kepada
kelompok besar dan kemudian pada diskusi kelas.

1. Langkah-langkah Dalam Metode Buzz Group


a. Presentasi Pengajar
Pada tahap ini pembelajaran diawali dengan presentasi kelas yang dilaksanakan oleh
pengajar. Pengajar memberikan apersepsi awal yang ada dalam kehidupan sehari-hari
tentang topik atau pokok bahasan yang akan dipelajari. Kemudian guru menyampaikan
konsep-konsep dasar pokok bahasan.Setelah itu pengajar membentuk siswa dalam
kelompok besar dan memilih satu pemimpin kelompok adalah: Pemimpin kelompok
dibantu pengajar memecah anggota kelompoknya menjadi 3-4 kelompok kecil yang
terdiri dari 2 atau 3 orang.Pemimpin mengkoordinir anggota kelompoknya agar diskusi
kelompok kecil dan besar berjalan baik dan tepat waktu Pemimpin juga ikut membantu
setiap kelompok kecil dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pengajar.
b. Tahap Diskusi Kelompok Kecil
Setelah pemimpin kelompok dibantu guru membagi kelompok besar menjadi kelompok
kecil, kemudian guru memberikan tugas berupa LKS kepada setiap kelompok kecil. Pada
tahap ini setiap kelompok kecil berkewajiban menyelesaikan LKS sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dan berkewajiban melaporkan hasil diskusi pada kelompok besar.
c. Tahap Diskusi Kelompok Besar
Pada tahap ini pemimpin kelompok meminta setiap kelompok kecil untuk bergabung
kembali menjadi kelompok besar. Pemimpin kelompok memimpin jalannya diskusi
kelompok besar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Setiap kelompok kecil
menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok besar dan pemimpin kelompok
mempersilahkan anggota kelompok lainnya untuk memberikan tanggapan. Pemimpin
kelompok merangkum hasil diskusi kelompoknya untuk dikumpulkan dan
dipresentasikan dalam diskusi kelas.
d. Tahap Diskusi Kelas
Guru mengecek pemahaman siswa dengan mempersilahkan salah satu anggota kelompok
besar untuk mempersentasikan hasil diskusi. Jawaban anggota kelompok tersebut
merupakan perwakilan jawaban dari kelompok. Pada saat salah satu perwakilan dari
kelompok besar mempersentasikan hasil diskusi, guru mempersilahkan kelompok lain
untuk memberikan tanggapan.

2. Keunggulan Pada Jenis Diskusi Buzz Group adalah:


a. Dapat Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi
b. Diskusi kelompok Buzz yang membagi kelompok besar menjadi beberapa kelompok
kecil membuat siswa lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya dan lebih
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepada mereka
c. Diskusi yang dilakukan dalam beberapa tahap membuat siswa lebih mengingat dan
memahami apa yang telah mereka diskusikan.

3. Kelemahan pada diskusi Buzz adalah:


a. Keberhasilan metode ini bergantung pada kemapuan siswa untuk memimpin kelompok
b. Dibutuhkan waktu yang lebih banyak dalam metode kelompok Buzz.
4. Tujuan dan Manfaat Metode Diskusi
Kegiatan diskusi dalam pembelajaran dilakukan untuk memberi kesempatan kepada siswa
membahas suatu permasalahan atau topik dengan cara setiap siswa menagjukan pendapat,
saling tukar pemikiran untuk diperoleh kesimpulan bersama dari diskusi yang dilakukannya.
Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara lain :
a. Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap pendapat yang
dikemukakan oleh setiap peserta didik.
b. Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung jawab
terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
c. Memndorong pembelajaran secara aktif; yaitu siswa dalam membahas suatu topik
pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui kerjasama dalam
kelompok diskusi siswa belajar mengembangkan kemmapuan berfikirnya.
d. Menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi yang
dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong keberanian
dan rasa percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi pemecahan.

2.2.3 Model Studi Kasus (Case Study)


Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menyajikan gambaran yang lengkap
mengenai seting sosial dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam penelitian. Salah satu
jenis penelitian deskriptif adalah studi kasus (case study).
Beberapa pengertian mengenai studi kasus (case study) adalah pertama, studi kasus
(case study) adalah penelitian terinci yang dilakukan peneliti tentang seseorang atau suatu
unit selama kurun waktu tertentu.1Kedua, penelitian yang dilakukan secara intensif,
terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu
dengan daerah atau subjek yang sempit.2 Ketiga, studi kasus adalah suatu pendekatan untuk
mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara
natural tanpa adanya intervensi pihak luar.Biasanya metode studi kasus melibatkan kita
peneliti dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh
terhadap tingkah laku seorang individu. Selain itu kita peneliti juga akan memperhatikan
bagaimana tingkah laku individu yang mengalami perubahan karena menyesuaikan diri dan
memberikan reaksi pada lingkungannya. Kita peneliti akan menemukan dan
mengidentifikasi semua variabel penting yang mempunyai sumbangan terhadap riwayat atau
pengembangan subjek termasuk pengalaman-pengalaman masa lampau dan lingkungan
subyek. Terkadang, studi kasus melibatkan kita peneliti dengan unit sosial yang terkecil
seperti perkumpulan, keluarga, sekolah, atau kelompok remaja. Dalam mencari pemecahan
masalah penting, kita akan membutuhkan unti tersebut.
Penelitian di bidang bimbingan menggambarkan manfaat studi kasus untuk
memecahkan masalah kepribadian individu. Penelitian studi kasus (case study) dimaksudkan
untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu
peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu
yang bersifat apa adanya. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau
masyarakat. Penelitian studi kasus (case study) merupakan studi mendalam mengenai unit
sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam
mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel
dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya. Yang membedakan studi kasus (case study)
dengan metode penelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang
lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu).

1. Adapun Kelebihan Dan Kekurangan Dari Studi Kasus Adalah Sebagai Berikut:
a. Kelebihannya, Dengan melakukan studi kasus, maka kita dapat melakukan penelitian
lebih mendalam. Dengan menggali lebih dalam seluruh kepribadian seseorang seperti
keadaannya sekarang, pengalamannya masa lampau, latar belakang dan lingkungannya
memungkinkan kita megetahui megapa seseorang bertindak seperti itu?. Selain tiu kita
juga mendapatkan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep
dasar tingkah laku manusia, dengan melakukan penyelidikan secara intensif, kita dapat
menemukan hubungan-hubungan yang tidak diharapkan sebelumnya.
b. Kekurangannya, karena studi yang terlalu mendalam, maka kajiannya kurang luas.
Penemuan-penemuan dari studi kasus juga sulit untuk digeneralisasikan dengan keadaan
yang berlaku umum, karena hasil penemuan hanya diperoleh dari satu keadaan tertentu
saja.
2.2.4 Croosover Groups (Kelompok Berpindah Silang)
1. Metode pembelajaran crossover group
Metode pembelajaran crossover groups (kelompok berpindah silang) ialah metode
dimana anggota-anggota kelompok berpindah dari satu kelompok ke kelompok lainnya
secara bergantian selama diskusi berlangsung.[1]
Metode crossover groups merupakan teknik dari diskusi kelompok kecil yang
didasarkan pada prinsip-prinsip perwakilan dan pemfungsian yang demokratis. Metode ini
memberikan kepada semua peserta suatu kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka,
gagasan mereka, mengajukan pertanyaan, mengkritik isu-isu semuanya yang tidak mungkin
dilakukan dalam satu kelompok yang besar. Saling berdiskusi, membantu
mengklasifikasi dan memahami sudut-sudut pandang yang berbeda.
Diskusi kelompok kecil mempunyai beberapa keuntungan diantaranya :
a. Membantu para anggota mengenali apa yang mereka lakukan dan tidak mengetahui
dalam hubungan dengan anggota lain dim dalam kelompok tersebut.
b. Membantu mereka mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka
hadapi melalui pengalaman wawasan anggota yang lain.
c. Memberikan kesempatan bagi anggota-anggota yang diam, malu dan terhambat untuk
terbuka secara lambat dan berhubungan dengan anggota-anggota yang lain.
d. Membantu membangun kohesivitas kelompok, meningkatkan keterlibatan para anggota
dalam tugas dan proses kelompok.
e. Para peserta mengalami suatu pemahaman akan kepemilikan dan kreativitas.
f. Jangkauan pengalaman yang beragam memungkinkan kelompok tersebut untuk
menantang pengalaman-pengalaman yang dominan dan berpikir mengenai gagasan
yang baru ideal, dengan demikianlah perrumusan-perumusan yang lebih baru.[2]

2. Dengan menggunakan metode pembelajaran croosovergroups siswa diajarkan empat


strategi :
a. Menyampaikan pendapat yaitu siswa menyampaikan pendapat, ide gagasan dalam
forum diskusi kelompok sendiri.
b. Mengajukan pertanyaan yaitu siswa mengajukan satu atau dua pertanyaan kepada
anggota kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi.
c. Menjawab pertanyaan yaitu anggota kelompok menjawab pertanyaan dari anggota
kelompok lain.
d. Merangkum dan mencatat informasi-informasi penting.

3. Prosedur Pelaksanaan Metode Pembelajaran Croosover Groups (Kelompok Berpindah


Silang)
a. Guru membagi materi menjadi beberapa sub tema.
b. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, yakni A, B, C, D, masing-masing kelompok berjumlah
5 siswa.
c. Setiap anggota kelompok diberi nomor urut. Nomor anggota kelompok A adalah A1, A2,
A3, A4, A5. kelompok B adalah B1, B2, B3, B4, B5. Kelompok C adalah C1, C2, C3,
C4, C5. Kelompok anggota D adalah D1, D2, D3, D4, D5.
d. Setiap kelompok mendapatkan materi yang berbeda untuk didiskusikan, seluruh anggota
kelompok mencatat apa yang didiskusikan serta hasilnya di masing-masing kelompok.
e. Setelah 10 menit seluruh anggota yang bernomor urut 5 di keempat kelompok itu pindah
ke kelompok lainnya.
f. Diagram proses perpindahan kelompok.
 Pada permulaan diskusi dimulai
Kelompok : A B C D
Anggota : A1 B1 C1 D1
A2 B2 C2 D2
A3 B3 C3 D3
A4 B4 C4 D4
A5 B5 C5 D5
 Pada 10 menit kemudian
Kelompok : A B C D
Anggota : A1 B1 C1 D1
A2 B2 C2 D2
A3 B3 C3 D3
A4 B4 C4 D4
D5 C5 B5 A5
g. Dua puluh menit kemudian berganti anggota yang bernomor urut 4, dan seterusnya
sehingga idealnya seluruh anggota mendapat giliran pindah kelompok lain.
h. Setelah diskusi kelompok selesai dilanjutkan dengan diskusi pleno dan hasil masing-
masing kelompok ditulis di papan tulis atau kertas lebar sehingga terlihat persamaan dan
perbedaan tiap kelompok yang memberikan penjelasan.[3]

4. Teori-Teori Yang Mendukung Metode Pembelajaran Croosover Groups


Diantara teori-teori belajar yang mendukung metode pembelajaran croosover groups adalah
a. Teori Vygostky
Teori Vygostky menekankan tiga ide utama yaitu :
1. Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan
sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui.
2. Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
3. Bahwa peran utama guru adalah bertindak sebagai pembantu dan mediator
pembelajaran siswa.
Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya. Melalui
interaksinya dengan objek dan lingkungan, misalnya dengan melihat, mendengar,
menjamah, membau atau merasakan, seseorang dapat mengetahui sesuatu.[4]
Dalam kegiatan belajar kelompok siswa dituntut untuk berinteraksi langsung
dengan siswa yang lain agar menemukan ide-ide baru yang sebelumnya tidak ada
dalam pengetahuannya. Siswa akan lebih menemukan dan memahami konsep-konsep
yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah
yang komplek.[5]
Siswa harus dapat membangun pengetahuannya di dalam benaknya membangun
arti sendiri dari apa yang mereka pelajari, bertanggung jawab atas hasil belajarnya.
Guru membantu dalam proses ini dengan cara mengajar dan membuat informasi
menjadi sangat bermakna, dan relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa
agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar.
Guru dapat memberi tangga sehingga dapat membantu siswa mencapai tingkat
pemahaman lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat
tangga tersebut, pembelajaran ini menekankan pada siswa sebagai aktif, strategi
konstruktivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa.[6]
b. Teori Honey dan Mumford
Tokoh teori humanistik berpandangan bahwa belajar memiliki tahap-tahap dan
menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat macam golongan yaitu :
1. Kelompok aktivis adalah orang yang senang melibatkan diri berpartisipasi aktif
dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
baru. Orang tipe ini mudah diajak dialog, menghargai pendapat orang lain, dan
mudah percaya kepada orang lain.
2. Kelompok reflektor berlawanan dengan aktivis. Orang-orang reflektor sangat
berhati-hati dan penuh pertimbangan, pertimbangan baik-buruk, untung-rugi, selalu
diperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu.
3. Kelompok teoris adalah mereka yang memiliki kecenderungan yang sangat kritis,
suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
4. Kelompok pragmatis adalah mereka yang mempunyai sifat-sifat praktis tidak suka
panjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil dan sebagainya.[7]
c. Teori belajar Jerome Bruner ”Belajar Penemuan”
Burner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.
Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa
kebaikan yaitu :
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan
pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efektransfer yang lebih baik daripada hasil
belajar lainnya.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas.

2.2.5 Model Diskusi Kelompok Bebas (free Group Discussion)

2.2.6 Model Bermain Peran (Role Play)


1. Pengertian Metode RolePlaying (bermain peran)
Pembelajaran berdasarkan pengalaman yang menyenangkan di antaranya adalah
roleplaying (bermain peran), yakni suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Metode bermain peran atau roleplaying
adalah salah satu proses belajar yang tergolong dalam metode simulasi.10
Metode roleplaying (bermain peran) juga dapat diartikan suatu cara penguasaan
bahan-bahan melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan oleh anak didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Dengan kegiatan memerankan ini akan membuat anak didik lebih meresapi
perolehannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode bermain
peran ini adalah penentuan topik, penentuan anggota pemeran, pembuatan lembar kerja (kalau
perlu), latihan singkat dialog (kalau perlu) dan pelaksanaan permainan peran.11
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi: kemampuan
bekerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran
peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara
memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik
dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan berbagai strategi
pemecahan masalah.12
Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode roleplaying adalah metode
pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang
terlihat atau peniruan situasi dri tokoh-tokoh sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian
metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan
peran/tokoh yang terlibat dalam proses sejarah atau perilaku masyarakat misalnya bagaimana
menggugah masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, dan lain sebagainya.
2. Langkah-langkah Menggunakan Metode RolePlaying (Bermain Peran)
Prosedur teknis dari RolePlaying adalah sebagai berikut:13
a. Buatlah satu permainan peran dimana guru akan mendemonstraikan perilaku yang
diinginkan.
b. Informasikan kepada kelas bahwa guru akan memainkan peran utama dalam bermain
peran ini. Pekerjaan siswa adalah membantu guru berhubungan dengan situasi.
c. Mintalah relevan siswa untuk bermain peran menjadi orang lain dalam situasi ini. Guru
memberi siswa itu catatan pembukaan untuk dibaca guna membantunya atau membawa
masuk pada peran. Mulailah bermain peran, tetapi berhentilah pada interval yang sering
dan mintalah kelas untuk memberi feedback dan arah seperti kemajuan skenario. Jangan
ragu menyuruh siswa untuk memberikan garis khusus bagi guru untuk digunakan.
b. Teruskan bermain peran sampai siswa secara meningkat melatih guru dalam bagaimana
menangani situasi. Hal ini memberikan siswa latihan keterampilan ketika guru melakukan
peran yang sebenarnya untuk mereka. Dalam menyiapkan suatu situasi RolePlaying di
dalam kelas, guru mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:14
1) Persiapan dan instruksi
a. Guru memiliki situasi bermain peran Situasi-situasi masalah yang dipilih harus
menjadi “sosiodrama” yang menitikberatkan pada jenis peran, masalah dan
situasi familier, serta pentingnya bagi siswa. Keseluruhan situasi harus
dijelaskan, yang meliputi deskripsi tentang keadaan peristiwa, individu-individu
yang dilibatkan, dan posisi-posisi dasar yang diambil oleh pelaku khusus. Para
pemeran khusus tidak didasarkan kepada individu nyata di dalam kelas, hindari
tipe yang sama pada waktu merancang pemeran supaya tidak terjadi gangguan
hak pribadi secara psikologis dan merasa aman.
b. Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan pemanasan,
latihan-latihan ini diikuti oleh semua siswa, baik sebagai partisipasi aktif maupun
sebagai para pengamat aktif. Latihan-latihan ini dirancang untuk menyiapkan
siswa, membantu mereka mengembangkan imajinasinya dan untuk membentuk
kekompakan kelompok dan interaksi. Misalnya latihan pantomim.
c. Guru memberikan intruksi khusus kepada peserta bermain peran setelah
memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas. Penjelasan
tersebut meliputi latar belakang dan karakter-karakter dasar melalui tulisan atau
penjelasan lisan. Para peserta (pemeran) dipilih secara sukarela. Siswa diberi
kebebasan untuk menggariskan suatu peran. Apabila siswa telah pernah
mengamati suatu situasi dalam kehidupan nyata maka situasi tersebut dapat
dijadikan sebagai situasi bermain peran. Peserta bersangkutan diberi kesempatan
untuk menunjukkan tindakan /perbuatan ulang pengalaman. Dalam brifing,
kepada pemeran diberikan deskripsisecara rinci tentang kepribadian, perasaan,
dan keyakinan dari para karakter. Hal ini diperlukan guna membangun masa
lampau dari karakter. Dengan demikian dapat dirancang ruangan dan peralatan
yang perlu digunakan dalam bermain peran tersebut.
d. Guru memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan serta memberikan
instruksi-instruksi yang bertalian dengan masing-masing peran kepada audience.
Para audience diupayakan mengambil bagian secara aktif dalam bermain peran
itu. Untuk itu, kelas dibagi dua kelompok, yakni kelompok pengamat dan
kelompok spekulator, masing-masing melaksanakan fungsinya. Kelompok I
bertindak sebagai pengamat yang bertugas mengamati:
1) perasaan individu karakter,
2) karakter-karakter khusus yang diinginkan dalam situasi dan
3) mengapa karakter merespons cara yang mereka lakukan.
2. Kelompok II bertindak sebagai spekulator yang berupaya menanggapi bermain peran
itu dari tujuan dan analisis pendapat. Tugas kelompok ini mengamati garis besar
rangkaian tindakan yang telah dilakukan oleh karakter-karakter khusus.
1. Tindakan Dramatik dan Diskusi
a. Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran,
sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada
pemeran.
b. Bermain peran khusus berhenti pada titik-titik penting atau apabila terdapat
tingkah laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan tersebut.
c. Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat
pada situasi bermain peran. Masing-masing kelompok audience diberi
kesempatan untuk menyampaikan hasil observasi dan reaksi-reaksinya. Para
pemeran juga dilibatkan dalam diskusi tersebut. diskusi dibimbing oleh guru
dengan maksud berkembang pemahaman tentang pelaksanaan bermain peran
serta bermakna langsung bagi hidup siswa, yang pada gilirannya
menumbuhkan pemahaman baru yang berguna untuk mengamati dan
merespons situasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Evaluasi Bermain Peran
1) Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan
diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain
peran. Siswa diperkenankan memberikan komentar evaluative tentang
bermain peran yang telah dilaksanakan, misalnya tentang makna bermain
peran bagi mereka, cara-cara yang telah dilakukan selama bermain peran, dan
cara-cara meningkatkan efektivitas bermain peran selanjutnya.
2) Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermain peran. Dalam melakukan
evaluasi ini, guru dapat menggunakan komentar evaluatifdari siswa, catatan-
catatan yang dibuat oleh guru selama berlangsungnya bermain peran.
Berdasarkan evaluasi tersebut, selanjutnya guru dapat menentukan tingkat
perkembangan pribadi, sosial dan akademik para siswanya.
3) Guru membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah dinilai
tersebut dalam sebuah junal sekolah (kalau ada), atau pada buku catatan guru.
Hal ini penting untuk pelaksanaan bermain peran atau untuk berkaitan
bermain peran selanjutnya.
3. Kelemahan dan Kelebihan Metode Role Playing
Dari pemaparan tahap-tahap penggunaan metode roleplaying di atas dapat dilihat
beberapa kelebihan dan kekurangan metode roleplaying sebagai berikut:15
a. Kelebihan metode roleplaying
1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di samping
menjadi pengalaman yang menyenangkan juga memberipengetahuan yang melekat
dalam memori otak,
2) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan membuat kelas menjadi
dinamis dan antusias
3) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan
sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar.
b. Kekurangan metode roleplaying
1) Roleplaying memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak
2) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun siswa
dan ini tidak semua guru memilikinya.
3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan
suatu adegan tertentu
4) Apabila pelaksanaan roleplaying atau bermain peran mengalami kegagalan, bukan
saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pembelajaran
tidak tercapai.
5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

2.2.7 Model Seminar Group

2.2.8 Model Simulation


1. Model Simulasi
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah satu metode pelatihan
yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan yang
sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai
model statistic atau pemeran.
Udin Syaefudin Sa’ud (2005: 129) simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi
dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada
kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model
yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang
sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana
ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.22) metode simulasi merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran
yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang
sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat
dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
Dalam pembelajaran yang menggunakan metode simulasi, siswa dibina
kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam
kelompok. Di samping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran
beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Karakteristik Metode Simulasi


Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.23) memaparkan tentang karakteristik metode simulasi
sebagai berikut:
Banyak digunakan pada pembelajaran PKn, IPS, pendidikan agama dan pendidikan
apresiasi, Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi merupakan
bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui pembelajaran simulasi, Metode ini
menuntut lebih banyak aktivitas siswa, Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis
kontekstual, bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial,
maupun masalah-masalah sosial.

3. Prosedur Penggunaan Metode Simulasi

Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.23) prosedur yang harus ditempuh dalam penggunaan metode
simulasi adalah:

1. Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh guru,

2. Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas,

3. Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran yang
dimainkan,

4. Proses pengamatan pelaksanaan simulasi dapat dilakukan dengan diskusi,

5. Mengadakan kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan simulasi.

6. Prasyarat Pengoptimalan Pembelajaran dengan Metode Simulasi


Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.24) penggunaan metode simulasi menuntut beberapa
kemampuan guru, antara lain:

1. mampu membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur dan peran yang akan
dilakukan siswa dalam simulasi,

2. mampu memberikan ilustrasi,

3. mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi,

4. mampu mengamati proses simulasi yang dilakukan siswa.

Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan
metode simulasi adalah:

1. kondisi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam bersimulasi,

2. pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan,

3. kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.

4. Keunggulan dan Kelemahan Metode Simulasi

Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.24) mengemukakan tentang keunggulan dan kelemahan
metode simulasi sebagai berikut:

a. Keunggulan Metode Simulasi

1. Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya,

2. Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam
pembelajaran,

3. Dapat membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial (merupakan


implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual),

4. Dapat membina hubungan personal yang positif,


5. Dapat membangkitkan imajinasi,

6. Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok.

b. Kelemahan Metode Simulasi

1. Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak,

2. Sangat bergantung pada aktivitas siswa,

3. Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar,

4. Banyak siswa yang kurang menyenangi sosiodrama sehingga sosiodrama tidak


efektif.

2.2.8 Model Bimbingan Belajar (Tutorial)


1. Model Bimbel
Pengajaran adalah aktivitas kunci sebuah bimbel bisa memuaskan siswanya atau
tidak. Itulah alasan mengapa sistemp pengajaran di sebuah bimbel harus dipersiapkan
secara matang. Berbicara sistem, ada beberapa contoh yang bisa Anda terapkan untuk
bimbel Anda. Berikut ini bagaimana sistemp pengajaran di bimbel dilakukan, termasuk
kelebihan dan kekurangannya.
2. Bimbel Model Kelas
Di banyak bimbel yang kita temukan di sekitar kita, pada umumnya menggunakan
model kelas, dimana tiap kelas mengajar 10 hingga 15 orang. Sistem ini bagus diterapkan
pada sekolah negeri, tetapi jika siswanya berasal dari sekolah Nasional plus atau
Internasional, maka sistem ini tidak cocok diterapkan.
Tentorlah yang paling banyak memperoleh keuntungan dengan model ini karena
bisa mengajar banyak siswa dalam waktu yang sama. Mereka juga bisa fokus pada satu
materi. Bimbel pun mampu meraup omset lebih besar dengan banyaknya siswa yang
diajar.
Namun demikian, model kelas kurang mengakomodasi seluruh siswa.
Pemahaman tiap individu menjadi teabaikan. Materi yang diajarkan pun tidak sama
dengan yang akan dipelajari siswa besok di sekolah.
3. Bimbel Model Semi Privat
Jika bimbel Anda baru saja berdiri, pilihlah model semi privat. Hampir sama
dengan model kelas, tapi model semi privat hanya mengajar 3 hingga 4 murid di tiap
kelasnya. Cocok untuk mengajar siswa sekolah Nasional Plus dan Internasional.
Keuntungannya adalah waktunya yang fleksibel karena bisa menyesuaikan
dengan kegiatan siswa. Dengan pengaturan tempat yang sederhana, sistem penggajian
tentor pun menjadi lebih mudah. Di sisi lain, model semi privat mengharuskan tentor
untuk sangat paham terhadap apa yang diajarkannya. Selain itu, ada kemungkinan siswa
tidak cocok dengan tentor tertentu jika tentor tersebut yang sudah terlanjur dekat dengan
siswa, keluar dari bimbel.
4. Bimbel Model Privat
Sistem pengajaran model privat hamper sama dengan semi privat. Hanya saja,
tiap tentor hanya mengajar satu orang. Diperlukan sebuah tanggung jawab yang besar
dari tentor untuk memahami materi dan mampu mengajarkannya kepada siswanya.
Bimbel yang baru awal berdiri cocok menggunakan sistem ini. Jika siswanya bertambah,
gunakan model semi privat.

2.2.9 Media Pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mediaadalah
suatu alat/ perantara yan Ciri-ciri umum media, yaitu:
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagi hardware
(perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan
panca indera
2. Media pendidikan mempunyai pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software
(perangkat lunak), yaitu kandungan yang terdapat dalam perangkat keras yang
merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio
4. Media pendidikan memiliki alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun diluar
kelas
5. Media pendidikan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru-siswa dalam proses
pembelajaran
6. Media pendidikan dapat digunakan secara massa (mis: radio, televisi), kelompok besar
dan kelompok kecil (mis: film, slide, video, OHP), atau perorangan (mis: modul
computer, radio tape/ kaset, video recorder)
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan
penerapan suatu ilmu.
8. Media pengajaran identik artinya dengan pengertian keperagaan, yang artinya suatu
benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui panca indera
kita.
9. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar.
10. Media pengajaran digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam kegiatan
belajar-mengajar antara guru dan siswa
11. Media pengajaran mengandung aspek sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat
kaitannya dengan metoda mengajar
12. Media pengajaran merupakan perantara yang digunakan dalam rangka pendidikan.
Secara umum, media dapat diartikan sebagai apa saja yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber informasi ke penerima informasi. Media merupakan salah satu
komponen dalam proses komunikasi. Komponen-komponen dimaksud adalah sumber
informasi, informasi, dan penerima informasi, serta komponen keempat adalah media.
Apabila salah satu dari keempat komponen ini tidak ada, maka proses komunikasi tidak
mungkin terjadi. Dengan demikian, media hanya akan bermakna apabila ketiga komponen
lainnya ada.
Pengertian media pembelajaran tidak jauh berbeda dengan pengertian media dalam
proses komunikasi. Menurut Schramm (Prastati, 2001), media pembelajaran dapat diartikan
sebagai teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Sedangkan menurut Briggs (Prastati, 2001) media pembelajaran diartikan
sebagai sarana untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran. Sarana dimaksud dapat berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak. Sarana pembelajaran yang berupa perangkat keras
antara lain adalah papan tulis, penggaris, jangka, timbangan, dan kartu permainan bilangan.
Sedangkan contoh sarana yang dikategorikan sebagai perangkat lunak antara lain adalah
lembar kegiatan siswa (LKS), lembar tugas, petunjuk permainan matematika, dan program-
program komputer.

1. Penggunaan Media Pembelajaran


Penggunaan media pembelajaran tidak terlepas dari penggunaan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah prosedur yang disengaja dirancang untuk membantu siswa
belajar lebih baik dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keterkaitan antara media
pembelajaran dan metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran digambarkan sebagai
berikut.

Sebagai contoh, misalkan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas


menggunakan OHP melalui aktivitas diskusi, maka OHP tersebut adalah media
pembelajaran, sedangkan diskusi adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang
untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

2. Klasifikasi Media Pembelajaran


Terdapat berbagai cara untuk mengklasifikasikan media pembelajaran. Secara umum,
media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu alat-alat produk
teknologi yang digunakan untuk menampilkan pesan/informasi yang disebut perangkat keras
(hardware) seperti OHP, televisi, cassete recorder, dan program/pesan yang ditampilkan
melalui alat tersebut yang disebut perangkat lunak (software), seperti slide, film, video
cassete.
Bletz (1971) membagi media pembelajaran menjadi tiga macam, yaitu media yang
dapat didengar, media yang dapat dilihat, dan media yang dapat bergerak. Dari ketiga
macam media pembelajaran tersebut yang paling lengkap adalah audio-visual gerak (ada
gambar, suara, dan gerak). Sedangkan Schramm (1977) membagi media menurut banyaknya
audiens yang dilayani sebagai berikut:
1. Media untuk audiens besar, seperti televisi, radio, dan internet.
2. Media untuk audiens kecil, seperti film suara, film bisu, video tape, slide, radio,
audiotape, audiodisc, foto, papan tulis, chart, dan OHP.
3. Media untuk individu, seperti media cetak (hand-out), dan computer assisted instruction
(CAI)

3. Fungsi Media Pembelajaran


Media pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat bantu visual dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa antara lain
untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah penyampaian konsep
yang abstrak, dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar siswa. Menurut Basuki
Wibawa dan Farida Mukti (1993: 8-9), media pembelajaran dapat difungsikan sebagai
berikut.
1. Sebagai alat bantu mengajar (dependent media). Efektivitas penggunaan media
tergantung cara dan kemampuan guru dalam menggunakan, misalnya gambar, dan
transparansi.
2. Sebagai media belajar mandiri (independent media). Media dirancang, dikembangkan,
dan diproduksi secara sistematik, serta dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk
mencapai tujuan tertentu, misalnya: radio, televisi, film, dan video. Keuntungan model ini
yaitu guru dapat memberikan waktu banyak bagi siswa yang benar-benar membutuhkan,
siswa menjadi aktif, siswa dapat belajar sesuai kecepatan masing–masing.

4. Manfaat Media
1. Manfaat dan Nilai-nilai praktis dari penggunaan media pengajaran didalam proses belajar
mengajar, yaitu:
2. Memperjelas penyajian pesan dan informasi
3. Meningkatkan dan mengarahkan minat dan perhatian anak
4. Mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu
5. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di
lingkungan mereka
6. Pasar pabrik
7. Mempercepat gerakan yang terlalu lambat (mis: pertumbuhan tanaman), dan
memperlambat gerakan yang terlalu cepat (mis: gerakan kapal, mobil, mesin)
8. Membangkitkan motivasi belajar siswa
9. Dapat mengontrol dan mengatur tempo belajar siswa
10. Memungkinkan siswa berinteraksi dengan lingkungan
11. Bahan belajar dapat diulang sesuai dengan kebutuhan
12. Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka seperti peristiwa gerhana
matahari
13. Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang misalnya mempelajari bakteri
dengan menggunakan mikroskop
14. Meletakkan dasar-dasar befikir secara nyata oleh karenanya dapat mengurangi terjadinya
verbalisme
15. Meningkatkan kegiatan belajar sehingga hasil belajar semakin matap
16. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan belajar mandiri
secara aktif
17. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
18. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain, serta membantu
berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna

2.2.10 Latihan
Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan
bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat
kewajaran dari metode Drill.
1. Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan,
pembuatan, dan lain-lain.
2. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus- rumus, dan
lainlain.
3. Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan
lainlain. Prinsip dan petunjuk menggunakan metode Drill.

Вам также может понравиться

  • Manajemen Perubahan
    Manajemen Perubahan
    Документ17 страниц
    Manajemen Perubahan
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Leadership
    Leadership
    Документ23 страницы
    Leadership
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • PEMBENTUKAN KELOMPOK
    PEMBENTUKAN KELOMPOK
    Документ32 страницы
    PEMBENTUKAN KELOMPOK
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Terapi Reminiscance
    Terapi Reminiscance
    Документ10 страниц
    Terapi Reminiscance
    Anonymous KML7LEQl
    Оценок пока нет
  • Analisis SWOT untuk perencanaan manajemen kesehatan
    Analisis SWOT untuk perencanaan manajemen kesehatan
    Документ26 страниц
    Analisis SWOT untuk perencanaan manajemen kesehatan
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Model Praktik Kepkom
    Model Praktik Kepkom
    Документ19 страниц
    Model Praktik Kepkom
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Proses Kelompok
    Proses Kelompok
    Документ23 страницы
    Proses Kelompok
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Kerangka Manajemen Perubahan
    Kerangka Manajemen Perubahan
    Документ7 страниц
    Kerangka Manajemen Perubahan
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Change Theory
    Change Theory
    Документ11 страниц
    Change Theory
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Buku Kerja Kelompok SHG
    Buku Kerja Kelompok SHG
    Документ1 страница
    Buku Kerja Kelompok SHG
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Model Konseptual Betty Newman New - Print PDF
    Model Konseptual Betty Newman New - Print PDF
    Документ14 страниц
    Model Konseptual Betty Newman New - Print PDF
    ratna
    Оценок пока нет
  • PBM Komunitas
    PBM Komunitas
    Документ15 страниц
    PBM Komunitas
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Konsep Askep Komunitas-Cap
    Konsep Askep Komunitas-Cap
    Документ62 страницы
    Konsep Askep Komunitas-Cap
    Alya Lieya
    67% (3)
  • Trigger Kom 2014
    Trigger Kom 2014
    Документ7 страниц
    Trigger Kom 2014
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas: Proses Kelompok
    Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas: Proses Kelompok
    Документ24 страницы
    Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas: Proses Kelompok
    Rizka Putrii
    Оценок пока нет
  • Proses Konseling
    Proses Konseling
    Документ16 страниц
    Proses Konseling
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Trauma Persalinan
    Trauma Persalinan
    Документ45 страниц
    Trauma Persalinan
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Askep Kom Pada Populasi Risiko & Rentan Ok
    Askep Kom Pada Populasi Risiko & Rentan Ok
    Документ20 страниц
    Askep Kom Pada Populasi Risiko & Rentan Ok
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Pers Bant
    Pers Bant
    Документ28 страниц
    Pers Bant
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Mastitis Dan Depresi Postpratum
    Mastitis Dan Depresi Postpratum
    Документ56 страниц
    Mastitis Dan Depresi Postpratum
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • PENELUSURAN
    PENELUSURAN
    Документ86 страниц
    PENELUSURAN
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Konseling Dan Tes Sukarela
    Konseling Dan Tes Sukarela
    Документ17 страниц
    Konseling Dan Tes Sukarela
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Makalah TI
    Makalah TI
    Документ42 страницы
    Makalah TI
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • HIV
    HIV
    Документ44 страницы
    HIV
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Paliatif Translate
    Paliatif Translate
    Документ8 страниц
    Paliatif Translate
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Makalah Promosi Kesehatan
    Makalah Promosi Kesehatan
    Документ49 страниц
    Makalah Promosi Kesehatan
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Agama
    Agama
    Документ14 страниц
    Agama
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Nursing Resume
    Nursing Resume
    Документ15 страниц
    Nursing Resume
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • Makalah Komunikasi Kozier
    Makalah Komunikasi Kozier
    Документ49 страниц
    Makalah Komunikasi Kozier
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет
  • AROMATERAPI PEPPERMINT
    AROMATERAPI PEPPERMINT
    Документ29 страниц
    AROMATERAPI PEPPERMINT
    Putri Mayangsari
    Оценок пока нет