Вы находитесь на странице: 1из 5

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN PADA OLIGOHIDRAMNION


DI BANGSAL KEBIDANAN RSUP M. JAMIL PADANG

Oleh:
DENI FITRI SARI
NIM: 16211826

PROGRAM STUDY DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2019
OLIGOHIDRAMNION

1. Defenisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal
yaitu kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion
bila pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau
kurang.5 Sedangkan menurut Norwitz (2001) mendefinisikan oligohidramnion bila
pada pemeriksaan ultrasonografi diketahui total volume cairan amnion <300 mL,
hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI <5cm pada
kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan.
2. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Namun,
oligohidramnion bisa terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti
pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada :
kelainan ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta,
infeksi kongenital, NSAIDs). Sejumlah faktor predisposisi telah dikaitkan dengan
berkurangnya cairan amnionik, dan lainnya. Beberapa keadaan yang berhubungan
dengan oligohidramnion, antaranya:
a. Pada janin: kelainan kromosom, hambatan pertumbuhan, kematian, kehamilan
postterm.
b. Pada placenta : solusio plasenta
c. Pada ibu : hipertensi, preeklamsi, diabetes dalam kehamilan
d. Pengaruh obat : NSAIDs, ACE inhibitor
3. Patofiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion. Namun,
karena cairan ketuban terutama adalah urine janin di paruh kedua kehamilan, tidak
adanya produksi urin janin atau penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga
menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi secara
fisiologis , juga mengurangi jumlah cairan.
Masalah pada klinik ialah pecahnya ketuban berkaitan dengan kekuatan selaput.
Pada perokok dan saat terjadi infeksi terjadi perlemahan pada ketahanan selaput hingga
pecah. Pada kehamilan normal hanya ada sedikit makrofag. Pada saat kelahiran leukosit
akan masuk ke dalam cairan amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada
kehamilan normal tidak ada IL-1B, tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan
ditemukan. Hal ini berkaitan dengan terjadinya infeksi.
Pada insufisiensi plasenta dapat terjadi hipoksia janin. Hipoksia janin yng
berlangsung kronis akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya
adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadilah
oligohidramnion.
4. Tanda dan Gejala Oligohidarmnion
Air ketuban yang sedikit bisa menunjukkan tanda dan gejala ataupun juga tidak. Pada
saat kantong amnion bocor, ibu hamil bisa merasa basah (seperti mengompol) karena
bocornya cairan lewat vagina. Perut juga terlihat lebih kecil daripada usia kehamilan
seharusnya. Oligohidramnion yang terjadi selama trimester satu dan dua lebih sering
menyebabkan komplikasi serius daripada ketika terjadi di trimester tiga.

a. Cacat Lahir: Malformasi atau tidak komplitnya organ luar atau dalam pada bayi
baru lahir (displasia panggul, club foot)

b. Lahir Prematur: Persalinan sebelum genap usia kehamilan 37 minggu

c. Keguguran: Kematian bayi yang masih dalam rahim sebelum usia kehamilan 20
minggu.

d. Lahir Meninggal: Kelahiran bayi dalam uterus setelah usia kehamilan 20 minggu
dalam keadaan mati.

e. Kematian bayi segera setelah lahir

f. Oligohidramnion bisa menyebabkan masalah berikut ketika terjadi selama


trimester tiga:
g. Pertumbuhan janin terganggu.

h. Komplikasi seperti penekanan tali pusat selama persalinan (tali pusat berfungsi
untuk mengangkut oksigen dan makanan ke janin, jadi penekanan tali pusat bisa
mencegah bayi dari kecukupan nutrisi dan oksigen)

i. Lahir sesar

5. Penegakan Diagnosis
Dokter bisa menganjurkan serangkaian tes untuk mendeteksi ketidaknormalan
fetus dan ibu ditanyai seputar masalah kesehatan kronik yang dialaminya. USG. USG
membantu mengkonfirmasi diagnosis dan menyingkirkan diagnosis bandingnya.
Pemeriksaan ini sering digunakan untuk mengamati ginjal janin dan kandung kemihnya
guna menyingkirkan kemungkinan terjadinya agenesis ginjal dan obstruksi ureter. Tes
ini juga berfungsi untuk memeriksa pertumbuhan janin untuk mengeliminasi
kemungkinan IUGR (intrauterine growth restriction) yang menyebabkan oligouria.
USG Doppler bisa digunakan untuk menilai insufisiensi plasenta. Kriteria diagnosisnya
meliputi:

a. Kadar cairan amnion kurang dari 5 cm

b. Tidak adanya kantong cairan dengan kedalaman 2-3 cm

c. Jumlah total cairan amnion di bawah 500mL antara kehamilan minggu 32 hingga
36

6. Pengobatan Oligohidramnion

Wanita dengan kehamilan sehat yang mengalami oligohidramion ringan pada tahap
akhir kehamilan tidak perlu pengobatan. Pada beberapa kasus, dokter memonitor
denyut jantung janin, perkembangan paru dan juga pergerakan bayi. Persalinan adalah
pilihan terapi paling tepat jika oligohidramnion terjadi selama tahap akhir kehamilan.
Beberapa kasus berat dengan oligohidramnion preterm butuh beberapa terapi berikut:

a. Amnioinfusion. Yakni memberikan infus cairan NaCl ke rongga amnion


menggunakan kateter intrauterin guna menjaga kadar normal cairan amnion.

b. Vesico-Amniotic Shunts. Pengobatn ini dilakukan dengan mengalihkan urine janin


ke rahim ibu dengan fetal obstructive uropathy yang menyebabkan
oligohidramnion.

c. Injeksi Cairan. Injeksi cairan melalui amniosentesis sebelum persalinan.


Meskipun, kondisi ini cenderung terjadi lagi dalam beberapa minggu
setelah pemberian injeksi.

d. Rehidrasi Ibu Hamil. Penggunaan cairan oral dan cairan intravena untuk
merehidrasi ibu bisa membantu meningkatkan kadar cairan amnion. Oleh karena
itu dokter sering menyarankan ibu untuk banyak minum.

e. Bed Rest. Istirahat yang cukup disertai pemberian cairan bisa membantu
meningkatkan cairan amnion
7. Pemeriksaan Penunjang
Wanita hamil yang dicurigai mengalami oligohidramnion, harus dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi untuk memperkirakan jumlah cairan amnion, dan
memastikan diagnosis oligohidramnion.
Oligohidramnion dapat dicurigai bila terdapat kantong amnion yang kurang dari
2x2 cm, atau indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5 cm. setelah 38 minggu volume
akan berkurang, tetapi pada postterm oligohidramnion merupakan penanda serius
apalagi bila bercampur mekonium.
Amnionic fluid index (AFI) diukur pertama dengan membagi uterus menjadi empat
kuadran dengan menggunakan linea nigra sebagai divisi kanan dan kiri, umbilikus
untuk kuadran atas dan bawah. Diameter maksimum vertikal kantong amnion di setiap
kuadran yang tidak mengandung tali pusat atau ekstremitas janin diukur dalam
sentimeter; jumlah pengukuran ini adalah AFI. Sebuah AFI normal adalah 5,1-25 cm,
dengan oligohidramnion didefinisikan sebagai kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion
karena lebih dari 25 cm.

Вам также может понравиться