Вы находитесь на странице: 1из 12

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSTENSIBILITAS DAN ELASTISITAS OTOT

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dan Manusia


yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Ghofur, M.Si

Oleh :

Kelompok 1/ Offering B 2017

1. Amirah Nadiah V.I 170341615106


2. Binazir Tuza Qiyah 170341615065
3. Nurdiyah Arifianti 170341615094
4. Rif’atul Chusnul K. 170341615047
5. Vega Putri A. 170341615022
6. Via Agustina 170341615085

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2018
A. Topik
Elastisitas dan Ekstensibilitas Otot.

B. Tujuan
Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sifat ekstensibilitas dan elastisitas otot
polos dan otot lurik, serta mampu mengembangkan lewat penelitian.

C. Dasar Teori
Otot merupakan suatu jaringan terbesar dalam tubuh yang dapat dieksitasi
dimana kegiatannya berupa kontraksi. Secara fisiologis otot dibagi menjadi 3 jenis
yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos. Dalam tubuh manusia terdapat lebih
dari 500 otot skleletal dan merupakan otot yang membentuk 40% tubuh. Otot ini
terdiri dari serabut otot (muscle fiber) yang berdiameter sekitar 10-80 mikron dan
panjang meliputi hampir seluruh panjang otot serta dipersarafi oleh satu saraf
(Lesmana, 2013)
Kontraksi otot terjadi setelah otot menerima rangsangan pada saraf
motoris atau rangsangan langsung pada otot tersebut. Pada keadaan fisiologis
rangsangan melalui saraf motoris yang berasal dari susunan saraf pusat atau sum-sum
tulang belakang melalui saraf eferen. Impuls tersebut dipindahkan dari saraf ke saraf
lain yang akhirnya mencapai neuromuscular junction yang akhirnya mengeluarkan
neurontransmitter yaitu acetylcholin. Acetylcholin akan meningkatkan elastisitas
membran muscle fiber (Sulistyo, 2010)
Sel-sel otot memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh sel-sel lain yaitu
sifat ekstensibilitas, elastisitas, dan kontraktilitas. Ekstensibilitas artinya sel-sel dapat
meregang (memanjang) sampai batas tertentu apabila kepadanya diberikan gaya
(beban/tarikan). Elastisitas artinya sel-sel otot dapat kembali pada bentuk semula
apabila gaya yang diberikan kepadanya dihilangkan.
Perbedaan struktur jaringan otot polos dengan otot lurik berpengaruh terhadap
sifat elastisitas dan ekstensibilitasnya. Adanya sifat elastisitas dan ekstensibilitas ini
memungkinkan sel-sel otot tidak mudah rusak apabila dikenai gaya. Misalnya pada
jantung, bila serambi atau bilik jantung berisi darah, sel-sel ototnya meregang,
memungkinkan serambi dan bilik jantung mampu menampung darah cukup banyak
tanpa mengalami kerusakan. Bila jantung berkontraksi akan menghasilkan kontraksi
yang lebih kuat. Contoh lain misalnya pada pembuluh dan alat pencernaan makanan,
semuanya menunjukan sifat ekstensibilitas dan elastisitas otot.

Alat dan Bahan

- Papan dan alat seksi


- Gelas arloji
- Tiang penggantung
- Benang besar
- Larutan Ringer untuk katak
- Katak hijau
- Beban logam atau anak timbangan @10 gram
- Plastik
- Statif

Prosedur
1. Membuat sediaan otot lurik

Merusak otot katak dengan single pith

Memisahkan dengan hati-hati kulit pada daerah abdomen

Menetesi otot dengan larutan Ringer

Membuat potongan longitudinal pada otot rektus abdominis dengan


panjang 3 cmdan lebar sama dengan lebar ususnya (membuat 2-3
pototngan)

Merendam potongan-potongan otot dalam larutan Ringer pada


gelas arloji
Mengistirahatkan otot selama 2-3 menit

2. Membuat sediaan otot polos

Dari katak yang sama, mengeluarkan usus katak dari dalam


rongga abdomennya

Membersihkan usus katak dengan mengeluarkan kotorannya


secara hati-hati

Membuat potongan-potongan usus sepanjang 3 cm


(membuat 2-3 potongan)

Memasukkan potongan-potongan usus ke dalam larutan


Ringer pada gelas arloji

Mengistirahatkan otot selama 2-3 menit

3. Mengukur Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot Lurik

Mengikat kedua ujung potongan otot rektus abdominis dengan seutas


tali, mengusahakan ikatan tidak terlalu kuat atau terlalu longgar

Mengikat benang yang satu pada penggantung sedang benang


yang lian pada tempat beban

Mengukur panjang otot antara dua ikatan sebelum diberi


beban (memberi kode P01)
Menambahkan berturut-turut 10 gr beban sampai 50 gr
(memberi kode P050)

Mengukur panjang otot pada setiap kali penambahan beban 10


gr dan mencatat hasilnya pada tabel

Setelah selesai melakukam kegiatan di atas, mengurangi beban secara


berturut-turut 10 gram sampai akhirnya tanpa bebab (memberi kode P02)

Mengukur panjang usus pada setiap kali pengurangan beban


10 gram dan mencatat hasilnya pada tabel

4. Mengukur Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot Polos

Mengikat kedua ujung potongan usus dengan seutas tali,


mengusahakan ikatan tidak terlalu kuat atau terlalu longgar

Mengikat benang yang satu pada penggantung sedang benang


yang lian pada tempat beban

Mengukur panjang usus antara dua ikatan sebelum diberi


beban (memberi kode P01)

Mengukur panjang usus pada setiap kali penambahan beban


10 gr dan mencatat hasilnya pada tabel

Menambahkan berturut-turut 10 gr beban sampai 50 gr


(memberi kode P050)
Setelah selesai melakukam kegiatan di atas, mengurangi beban secara
berturut-turut 10 gram sampai akhirnya tanpa bebab (memberi kode P02)

Mengukur panjang usus pada setiap kali pengurangan beban


10 gram dan mencatat hasilnya pada tabel

HASIL PENGAMATAN

PANJANG OTOT
BEBAN
OTOT POLOS (cm) OTOT LURIK (cm)

0 g (P 01) Panjang awal: 3cm Panjang awal: 2cm

10 g 4,2 cm 2,5cm

20g 4,7cm 2,6cm

30 g 5cm 2,8cm

40 g 5,3cm 3cm

50 g 5,6cm 3,1cm

40 g 5,4cm 3cm

30 g 5,3cm 3cm

20 g 5,3cm 3cm

10 g 5,3cm 3cm

0 g (P 02) 5cm 2,8

Panjang tali: 8cm


ANALISIS
Pada praktikum elastis dan ekstensibilitas otot dilakukan dengan cara
menggunakan potongan dari otot polos dan otot lurik. Kedua otot dipotong dengan
ukuran panjang yang sama, pada otot polos dipotong sepanjang 3cm dan otot lurik
sepanjang 2cm. Untuk melakukan perlakuan otot polos kami menggunakan saluran
pencernaan katak, yaitu usus dengan panjang awal otot 3cm (p01), ketika
penambahan beban 10gr pertama, panjang otot bertambah menjadi 4,2cm (p10).
Penambahan beban 10gr kedua, panjang otot bertambah menjadi 4,7cm (p20).
Penambahan beban 10gr ketiga, panjang otot bertambah menjadi 5cm (p30).
Penambahan beban 10gr keempat, panjang otot bertambah menjadi 5,3cm (p40).
Penambahan beban 10gr kelima, panjang otot bertambah menjadi 5,6cm (p50).
Setelah melakukan perlakuan dengan menambah beban sebesar 10gr pada setiap
perlakuan, selanjutnya melakukan perlakuan dengan pengurangan beban sebesar 10gr
di setiap perlakuannya. Pengurangan beban 10gr pertama, panjang otot berkurang
menjadi 5,4cm (p40). Pengurangan beban 10gr kedua, panjang otot berkurang
menjadi 5,3cm (p30). Penguran beban 10gr ketiga, panjang otot tetap seperti
perlakuan sebelumnya yaitu 5,3 cm (p20). Pengurangan beban 10gr keempat, panjang
otot tetap seperti dua perlakuan sebelumnya 5,3cm (p10). Pengurangan beban 10gr
terakhir, yaitu ketika otot tidak diberi beban sama sekali memiliki panjang 5cm. Pada
kegiatan penambahan beban, dapat disimpulkan dari hasil pengamatan menunjukkan
adanya pertambahan panjang otot setiap kali dilakukan penambahan beban, namun
tidak semua pertambahan panjang otot tersebut konstan. Ketika perlakuan
pengurangan beban dari hasil pengamatan menunjukkan pengurangan panjang otot.

Selanjutnya melakukan perlakuan pada otot lurik yang diambil dari otot rectus
abdominalis dengan panjang awal otot 2cm (p01), ketika penambahan beban 10gr
pertama, panjang otot bertambah menjadi 2,5cm (p10). Penambahan beban 10gr
kedua, panjang otot bertambah menjadi 2,6cm (p20). Penambahan beban 10gr ketiga,
panjang otot bertambah menjadi 2,8cm (p30). Penambahan beban 10gr keempat,
panjang otot bertambah menjadi 3cm (p40). Penambahan beban 10gr kelima, panjang
otot bertambah menjadi 3,1cm (p50). Setelah melakukan perlakuan dengan
menambah beban sebesar 10gr pada setiap perlakuan, selanjutnya melakukan
perlakuan dengan pengurangan beban sebesar 10gr di setiap perlakuannya.
Pengurangan beban 10gr pertama, panjang otot berkurang menjadi 3cm (p40).
Pengurangan beban 10gr kedua, panjang otot berkurang menjadi 3cm (p30). Penguran
beban 10gr ketiga, panjang otot tetap seperti perlakuan sebelumnya yaitu 3 cm (p20).
Pengurangan beban 10gr terakhir, yaitu otot sudah tidak diberi beban sama sekali
panjang otot tetap seperti dua perlakuan sebelumnya 3cm (p10). ). Pengurangan beban
10gr terakhir, yaitu ketika otot tidak diberi beban sama sekali memiliki panjang 2cm.
Pada kegiatan penambahan beban, dapat disimpulkan dari hasil pengamatan
menunjukkan adanya pertambahan panjang otot setiap kali dilakukan penambahan
beban, namun tidak semua pertambahan panjang otot tersebut konstan. Ketika
perlakuan pengurangan beban dari hasil pengamatan menunjukkan pengurangan
panjang otot.

A. Hitung Elastisitas Otot polos dan Otot Lurik Menggunakan Rumus di bawah ini

𝑃 50−𝑃 02
Elastisitas = x 100%
𝑃 50−𝑃 01
0,6
1. Otot Polos = x 100% = 23%
2,6
0,3
2. Otot Lurik = x 100% = 27%
1,1
Bandingkan mana yang lebih elastis otot polos atau otot lurik ?
Jawab: Otot Lurik
B. Hitung Ekstensibilitas Otot Polos dan Lurik Menggunakan Rumus dibawah ini

𝑃 50−𝑃 01
Ekstansibilitas = x 100 %
𝑃 01

2,6
1. Otot Polos = x 100% = 86%
3

1,1
2. Otot Lurik = x 100% = 55%
2
Bandingkan mana yang lebih ekstan otot polos atau otot lurik ?
Jawab: Otot Polos

PEMBAHASAN

Ekstansibilitas Otot Polos

Otot polos merupakan otot yang tidak menunjukkan adanya garis melintang. Otot
polos dapat disebut dengan otot viseral karena banyak menyusun organ dalam tubuh
manusia. Otot polos pada manusia dijumpai pada dinding organ dalam dan pembuluh
darah, saluran pencernaan makanan, uterus, kandung kencing, urter, arteri, dan arteriol.
Sel otot polos berbentuk gelendong dengan satu inti di tengah sel. Sel otot polos
dihubungkan secara kelistrikan dengan gap junction sehingga sel pada suatu area dapat
berkontraksi sebagai unit fungsional tunggal. Retikulum sarkoplasma tidak berkembang
dengan baik, dan tubulus T tidak ada. Susunan filamen tebal dan filamen tipis dalam otot
polos nampak hampir acak, organisasi sarkomerik dan pita Z tidak ditemukan. Rasio
filamen tebal dan tipis pada otot polos sebesar 1:16 (Otot rangka 1:2). Filamen tebal
mengandung miosin, sedangkan filamen tipis mengandung aktin dan tropomiosin tanpa
troponin. Serabut otot polos mengandung filamen intermediate yang bersifat non-
kontraktil, yang melekat pada dense bodies dan sarkolema. Filamen intermediate berfungsi
sebagai suatu rangka internal. Dense bodies juga sebagai tempat melekatnya filamen tipis
(sebagai pengganti garis tipis).

Berdasarkan hasil pengamatan yang di peroleh, diketahui bahwa panjang awal usus
sebelum diberi beban (P01) adalah 4 cm. Setelah diberi beban kelipatan 10 gram dalam 5
kali, panjang usus berturut turut adalah 4,2; 4,7; 5; 5,3; 5,6. Setelah melakukan analisis
untuk menentukan ekstensibilitas otot, diperoleh ekstensibilitas otot polos sebesar 86%.
JIka dibandingkan dengan otot lurik, maka dapat dikatakan ekstensibilitas otot polos
jauh lebih besar daripada otot lurik yang ekstensibilitasnya sebesar 55%. Hal ini
dikarenakan otot polos tidak memiliki sarkomer seperti otot lurik.
Sarkomer adalah unit kontraksi terkecil dari otot yang terletak diantara 2 garis Z.
Setiap miofibril terbentuk dari filamen yang berjalan sejajar, yang terdiri dari filamen tebal
dan filamen tipis dan membentuk pita gelap (Pita A) dan pita terang (Pita I) berselang
seling. Pada bagian tengah pita gelap terdapat pita terang (Pita H) dan di tengahnya
terdapat garis M. Bagian tengah pita terang terdapat garis Z (Krause membrane).
Jumlahnya sekitar 10.000 sarkomer pada setiap miofibril dengan panjang ±2 μm.
Distribusi filamen tebal dan tipis mengakibatkan serat otot tampak berlurik.

Elastisitas Otot Polos

Elastisitas otot merupakan kemampuan otot untuk kembali pada bentuk dan ukuran
semula apabila gaya atau beban yang diberikan kepada otot dihilangkan (Soewolo, 2000).
Berdasarkan hasil percobaan pengurangan beban dari percobaan diatas dengan kelipatan
10 gram dalam 5 kali. Ketika beban diambil secara berkala, terjadi pengurangan panjang
dari otot tersebut. Pengurangan panjang berkisar antara 0 - 0,2 cm dari panjang awal dan
panjang akhir dari otot usus setelah beban terangkat adalah 5 cm.

Nilai elastisitas otot polos adalah 23%. Jika dibandingkan dengan tingkat elastitas
otot lurik yang sebesar 27% maka Otot polos sedikit lebih elastis daripada otot lurik.
Dikatakan sedikit karena pada pengambilan beban 10 gram kedua sampai keempat,
panjang otot usus tidak berkurang, yang awalnya 5,4 gram pada pengambilan beban
pertama dan 5,3 gram untuk pengambilan beban kedua menjadi tetap seberat 5,3 gram
sampai pengambilan beban keempat. Hal ini kemungkinan disebabkan kelelahan otot.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan
dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.

Ekstansibilitas otot lurik

Ekstansibilitas adalah kemampuan bertambahnya atau meningkatnya pemanjangan


otot. Sifat ekstensibilitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan biologis, seperti pada
otot lurik dan juga otot polos. Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan, kami
mendapatkan ekstansbilitas otot rectus abdominis dari katak sebesar 55 %. Pertambahan
panjang dari otot lurik katak ini tidak konstan meskipun beban yang diberikan itu sama
sebesar 10 gram. Pertambahan 10 gram mulai dari yang pertama dengan panjang awal
2cm adalah sepanjang 2,5 cm – 2,6 cm – 2,8 cm -3 cm – 3,1 cm. Sedangkan untuk setiap
pengurangan beban yang sebesar 10 gram adalah memiliki panjang sebesar 3 cm, panjang
3 cm ini tetap sampai pengurangan 40 gram akan tetapi saat pengurangan 10 gram terakhir
panjangnya berkurang menjadi 2,8 cm.

Penambahan beban yang diberikan pada otot rectus abdominis memiliki pengaruh
yang akan terjadi pada komponen elastin yaitu aktin dan miosin, tegangan dalam otot
meningkat serta sarkomer memanjang. Apabila dilakukan terus menerus otot akan
beradaptasi untuk merenggang atau memanjang dalam waktu sementara, karena ketika
beban dikurangi atau dilepaskan otot akan kembali kepada kondisi awa atau elastis.
Respon mekanik otot terhadap perenggangan bergantung pada myofibril dan sarkomer
otot. Setiap otot tersusun dari beberapa serabut otot. Satu serabut otot terdiri atas beberapa
myofibril. Serabut myofibril terdiri atas sarkomer yang terletak sejajar dengan serabut
otot. Sarkomer memberikan kemampuan otot untuk berkontraksi dan relaksasi serta
mempunyai kemampuan elastisitas. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa otot lurik
tidak mengalami pemanjangan konstan meskipun penambahan beban sama dikarenakan
aktin dan miosin dan tegangan dalam otot meningkat serta sarkomernya juga memanjang.
Sehingga ketika beban terus di tambahkan otot akan beradaptasi merenggang dan
memanjang akan tetapi pertamnahan panjang tersebut tidak bersifat permanen melainkan
hanya sementara (Tim pembina MK fisiologi hewan. 2012).

Elastisitas Otot Lurik

Elastisitas merupakan kemampuan otot untuk kembali kepada bentuk dan ukuran
semula, apabila gaya atau beban yang diberikan kepadanya dihilangkan (Soewolo, 2000).
Pada percobaan elastisitas otot lurik, pengurangan beban sebanyak lima kali dan disetai
dengan pengurangan panjang pada sebagian pengurangan beban. Pengurangan beban yang
dimulai dari ddengan pengurangan 10 gram menimbulkan panjang mulai sebesar 3,1
menjadi 3 cm, pengurangan beban sampai pada pengurangan ke 4 dengan beban yang
sama 10 gram panjangnya tetap 3 cm akan tetapi pada pengurangan terakhir berubah
menjadi 2,8 cm. Sedangkan untuk nilai elastisitasnya dari otot sebesar 27 %.

Diketahui bahwa elastisitas merupakan kemampuan yang dimiliki otot


untukkembali ke ukurannya yang semula, pada saat terjadi kembalinya otot ke ukuran
semula makadipastikan otot dalam keadaan relaksasi. Otot dapat menyelasaikan kerja
secara fisika, hanya bila obyek dipindahkan. Gaya dapat disamakan dengan tegangan otot
untuk memindahkan beban. Jumlah kerja yang dapat diselesaikan oleh suatu kontraksi otot
tergantung pada besarnya berat benda dan jauhnya benda dipindahkan. Ketika pada otot
rektus abdominis diberikan perlakuan yakni pengurangan jumlah beban yang
secara beraturan dikurangi 10 gram setiap pengukurannya menunjukkan adanya relaksasi
pada ototnya, tetapi relaksasi yang terjadi terhadap katak yang kelompok kami amati,
relaksasi tidak terjadi secara maksimum, karena dapat dilihat pada hasil pengamatan
kembalinya ukuran pada otot rektus abdominis relatif tidak konstan, hal ini dimungkinkan
terjadi karena dari kelompok kami terlalu lama menaruh beban pada otot sehingga
keelastisannya berkurang dan mengakibatkan relaksasi terjadi sesuai dengan teori yakni
makin tinggi berat beban, maka kecepatan memendek semakin rendah dan begitupun
sebaliknya. Kecepatan memendek adalah maksimum apabila tidak ada beban eksternal
(beban nol), dan kecepatan memendek menjadi nol (tidak ada pemendekan-kontraksi
isometrik) bila beban nya terlalu besar maka beban tidak akan terangkat (Soewolo. 2005).

KESIMPULAN
Dari praktikum yang sudah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa ekstensibilitas
otot polos sebesar 86%. Bisa dikatakan ekstensibilitas otot polos jauh lebih besar daripada
otot lurik yang ekstensibilitasnya sebesar 55%. Hal ini dikarenakan otot polos tidak
memiliki sarkomer seperti otot lurik. Sedangkan nilai elastisitas otot polos adalah 23%.
Bisa dikatakan Otot polos sedikit lebih elastis daripada otot lurik yang sebesar 27%.

SARAN
Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah agar praktikan dapat lebih aktif
lagi mengikuti kegiatan praktikum.

DAFTAR RUJUKAN
Lesmana, S. I., 2013, Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Terhadap Kekuatan dan Daya
Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau dari Perbedaan Gender, Jurnal Fisioterapi
Indonusa, V (2), 1

Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.


Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sulistyo, W., 2010, Pengaruh Latihan Half Squat dan Latihan Quarter Squat pada
Kecepatan Tendangan dan Daya Ledak Otot Tungkai, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.

Tim pembina MK fisiologihewan. 2012. Praktikum Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot. Pdf

Вам также может понравиться