Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tujuan:
o Mampu mendiagnosis dan memberikan terapi pada kasus Kejang Demam
o Mampu memberikan edukasi kepadapasien yang mengalami kasus atau Riwayat kejang
Data pasien: Nama: Razila Saputra 2 tahun 5 bulan Nomor Registrasi: 054666
Namaklinik: RSUD Sabang Telp: - Terdaftar sejak: 19 April 2015
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / gambaran klinis:
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 15 menit yang lalu SMRS, kejang terjadi selama 5 menit, frekuensi 3 x dirumah, kejang
terjadi seluruh tubuh, setelah kejang pasien tidak ada penurunan kesadaran dan tidak ada kelemahan anggota gerak. Sejak 1 hari yang
lalu pasien mengalami demam, menggigil (-), demam naik turun, turun dengan obat penurun panas. Mual (+) muntah (+) frekuensi 5 x
muntah berisi makanan yang dimakan dan air. Nafsu makan kurang, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Riwayat kejang yang
didahului oleh demam (+), riwayat kejang tampa demam (-).
2. Riwayat Pengobatan: selama demam pasien hanya diberi parasetamol sirup
3. Riwayat Kesehatan/ penyakit:
Pernah dirawat dengan kejang demam usia satu tahun
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kejang demam
5. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos mentis
BB : 10 kg
TB : 84 cm
Vital sign:
N : 116 kali/menit
RR : 24 kali/ menit
T : 39.3oC
Kepala : Normosepali, rambut hitam lebat.
Wajah : Simetris, tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva inferior pucat (-/-) Sklerai kterik (-/-)
TH : Dalam batas normal
Mulut : Mukosa basah, hipermis, Tonsil T 1 –T1, lidah beslaq (-)
Leher : Dalam batas normal
Thorax:
pulmo : I : simetris, bentuk normal, retraksiinterkostal (-/-)
P : pergerakan dinding dada simetris, Stem Fremitus dekstra dan sinistra normal
P : sonor pada semua lapangan paru
A : Vesikuler (+/+) pada seluruh parenkim paru Ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS V 2 cm lateral linea midclavicula Sinistra
P : Batas atas : ICS III mid clavicula sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dekstra
Batas Kiri : ICS V 2 cm linea mid clavicula sinistra
A : HR 116 x/menit, regular, bising (-), BJ I > BJ II
Abdomen : Soepel, peristaltik (+) nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Renal tidak teraba, turgor kembali cepat.
Extremitas : Superior dan Inferior : Petechee (-/-), pucat dan dingin (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglabin 10.6
Leukosit 9300
Hematokrit 38.8
Trombosit 310000
Widal Test -
DIAGNOSA KERJA
Kejang Demam Simpleks ec vomitus
PLANNING
Observasi demam
Observasi vomitus
Obsevasi kejang berulang.
Pemeriksaan laboratorium Darah Rutin, Elektrolit, KGDS
PENATALAKSANAAN
IVFD 2:1 250 cc loading selanjutnya 40 tts/menit (mikro)
Inj. Ceftriaxon 350 mg/12 jam ( skin test )
Inj. Norages 150 mg/8jam bila T ≥ 38.5 0C
Inj. Ranitidin ¼ amp/ 12 jam
Inj. Ondancetron 1 mg/ 8 jam
Inj. Fenobarbital 75 mg IM Extra
Paracetamol syr 4-6 x 1 cth
Domperidon sirup 3 x 1 cth
Pulvis (diazepam 3 mg dan vit. B6 5 mg) 3 x 1
Jika kejang berulang masukkan stesolid supp 10 mg
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
THM : dbn
Leher : dbn
Thorax : Pulmo : simetris, pergerakan dinding dada simetris, sonor, Vesikuler,
Rh (-/-), wh (-/-)
Cor : BJ I > BJ II, bising (-)
Abdomen : simetris, soepel, nyeri tekan (-), H/L/R tidak teraba, peristaltik dbn
Extremitas superior/inferior: petechee (-/-), akral hangat.
A/ Kejang Demam Simpleks ec Vomitus
P/ IVFD 2:1 40 tts/menit (mikro)
Inj. Ceftriaxon 350 mg/12 jam ( skin test )
Inj. Norages 150 mg/8jam bila T ≥ 38.5 0C
Inj. Ranitidin ¼ amp/ 12 jam
Inj. Ondancetron 1 mg/ 8 jam
Inj. Fenobarbital 75 mg IM Extra
Paracetamol syr 4-6 x 1 cth
Domperidon sirup 3 x 1 cth
Pulvis (diazepam 3 mg dan vit. B6 5 mg) 3 x 1
Jika kejang berulang masukkan stesolid supp 10 mg
16 Februari 2015 S/ Panas (+) berkurang, kejang (-), mual (-) muntah (-), nafsu makan kurang, BAB dan
BAK baik.
O/ Kes = CM
VS TD : 120/70 mmHg
N : 92 kali/menit
RR : 22 kali/menit
T : 37oC
Mata : Conjunctiva inferior pucat (-/-), Skleraikterik (-/-)
THM : dbn
Leher : dbn
Thorax : pulmo : simetris, pergerakan dinding dada simetris, sonor, Vesikuler,
Rh (-/-), wh (-/-)
Cor : BJ I > BJ II, bising (-)
Abdomen : simetris, soepel, nyeri tekan (-), H/L/R tidak teraba, peristaltik dbn
Extremitas superior/inferior : petechee (-/-), akral hangat.
A/ Kejang Demam Simpleks ec Tonsilofaringitis Akut
P/ Stesolid supp 10 mg (K/P)
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Domperidon 3 x 1 cth
Pulvis (omeprazole, vit B6 ) 3 x 1
DAFTAR PUSTAKA:
a. Pusponegoro HD dkk., 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia 2006. IDAI.
Hasil pembelajaran:
1. Definisi danEtiologi
2. Diagnosis kejang demam
3. Langkah penatalaksanaan kejang demam
4. Edukasi dan Pencegahan
Rangkuman
1. Subjektif:
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun 5 bulan datang dengan keluhan kejang ± 15 menit SMRS, kejang terjadi 3 kali selama 5 menit
dirumah, kejang terjadi seluruh tubuh, setelah kejang pasien tidak ada penurunan kesadaran dan tidak ada kelemahan anggota gerak.
Demam (+), turun dengan obat penurun panas. Mual (+) muntah (+) frekuensi 5 x muntah berisi makanan yang dimakan dan air. Nafsu
makan kurang. Riwayat kejang yang didahului oleh demam (+), riwayat kejang tanpa demam (-).
2. Objektif:
Dari hasil pemeriksaan Vital sign: Nadi:116 kali/menit, RR:24 kali/ menit, T : 39.3 oC, dan dari pemeriksaan fisik:
Kepala : dbn
Wajah, Mata : dbn
Mulut : Mukosa basah, hipermis, Tonsil T1 – T1, lidah beslaq (-)
Thorax : dbn
Abdomen : soepel, peristaltik (+) nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Renal tidak teraba, turgor kembali cepat.
Extremitas : Superior dan Inferior : Petechee (-/-), pucat dan dingin (-/-)
3. Asessment (penalaran klinis):
Kejang demam (KD) adalah kasus kejang yang sering dialami anak-anak. KD berulang terjadi pada sepertiga anak yang mengalami KD
pertama. Sekitar 9% dari penderita KD mengalami tiga atau lebih kejadian berulang. Hanya sedikit yang diketahui tentang prediktor
berulangnya KD.
A. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak diatas umur 1 bulan (6 bulan – 5 tahun). Kejang
disertai demam pada bayi kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Kejang demam pada anak kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun harus difikirkan sebab lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam
B. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-8% pada usia di bawah 6 tahun. Sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6 hingga 36 bulan. Insiden
tertinggi pada usia 18 bulan. Anak laki-laki > perempuan. Angka kejadian KD bervariasi di berbagai negara. Daerah Eropa Barat dan
Amerika tercatat 2-4% angka kejadian KD per tahunnya. Sedangkan di India sebesar 5-10% dan di Jepang 8,8%.Hampir 80% kasus adalah
KD sederhana (kejang <15 menit, umum, tonik atau klonik, akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam).
Sedangkan 20% kasus merupakan KD komplikata (kejang >15 menit, fokal atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih
dari satu kali dalam 24 jam).
C. Etiologi
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar
susunan syaraf pusat. Demam sering disebabkan oleh :
• Infeksi saluran pernafasan atas
• Otitis media
• Gastroenteritis
Secara umum penyebab tersering terjadinya kejang pada anak yaitu:
Kejang demam
Infeksi: meningitis, ensefalitis
Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia, gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal
ginjal,
gagal hati, gangguan metabolik bawaan
Trauma kepala
Keracunan: alkohol, teofilin
Penghentian obat anti epilepsi
Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intrakranial,
Idiopatik
D. Faktor resiko
Suhu badan
Umur
Jenis kelamin
Faktor keturunan: Riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
Perkembangan terlambat,
Problem pada masa neonatus
Kadar natrium rendah.
E. Patofisiologi
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi,
motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Mekanisme dasar
terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel
neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh; kemampuan membran sel sebagai
pacemaker neuron untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan, berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino butirat
[GABA]; atau meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang.
F. Klasifikasi
Saat ini klasifikasi kejang yang umum digunakan adalah berdasarkan Klasifikasi International League Against Epilepsy of Epileptic
Seizure [ILAE] 1981.
I. Kejang parsial (fokal, lokal)
o Kejang fokal sederhana
o Kejang parsial kompleks
o Kejang parsial yang menjadi umum
II. Kejang umum
o Absens
o Mioklonik
o Klonik
o Tonik
o Tonik-klonik
o Atonik
III. Tidak dapat diklasifikasi
G. Diagnosis
Anamnesis: Kejang yang didahului oleh demam yang tinggi, frekuensi dan lama kejang, kapan terjadinya, pertama kali atau sudah
pernah, bila sudah pernah umur berapa?, sifat kejang, gejala penyerta (muntah), kesadaran sebelum, selama dan pasca
kejang.
Pemeriksaan fisik: Pada kejang demam tanda rangsangan meningeal negatif (-) dan tidak didapatkan kaku kuduk, tanda brudzinki I dan
II serta tanda kernig.
Diagnosis kejang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang, sangat penting membedakan apakah serangan yang
terjadi adalah kejang atau serangan yang menyerupai kejang. Perbedaan diantara keduanya adalah
Keaadaan Kejang Menyerupai kejang
Onset Tiba-tiba Mungkin gradual
Lama serangan Detik/menit Beberapa menit
Kesadaran Sering terganggu Jarang terganggu
Sianosis Sering Jarang
Gerakan ekstremitas Sinkron Asinkron
Stereotipik serangan Selalu Jarang
Lidah tergigit atau luka lain Sering Sangat jarang
Gerakan abnormal bola mata Selalu Jarang
Fleksi pasif ekstremitas Gerakan tetap ada Gerakan hilang
Dapat diprovokasi Jarang Hampir selalu
Tahanan terhadap gerakan pasif Jarang Selalu
Bingung pasca serangan Hampir selalu Tidak pernah
Iktal EEG abnormal Selalu Hampir tidak pernah
Pasca iktal EEG abnormal Selalu Jarang
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan
misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah. Pungsi lumbal dilakukan untuk menyingkirkan meningitis.
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed
tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, hanya atas indikasi seperti:
Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
Paresis nervus VI
Papiledema
I. Diagnosis Banding
J. Komplikasi
Kerusakan otak
Retardasi mental
Biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat, hipotensi artrial, suhu tubuh makin meningkat.
K. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosis baik. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. kelainan Neurologis biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Usia kurang dari 12 bulan
Temperatur yang rendah saat kejang
Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut
kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :
Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
Kejang demam kompleks
Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
4. Plan:
Diagnosis: Kejang Demam Simpleks ec Vomitus
Pengobatan:
1. Pengobatan fase akut
Anti Piretik : Paracetamol 10-15 mg/kgbb/kali atau
Ibuprofen 5-10 mg/kgbb/kali
Anti konvulsan : Diazepam oral 0,3-0,5 mg/kgbb
Diazepam rektal 0,5 mg/kgbb
BB < 10 kg : 5 mg, BB > 10 kg : 10 mg
Jika kejang tidak teratasi dapat diulang dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit dan diberikan diazepam intravena
0,3-0,5 mg/kgbb
Bila kejang belum berhenti diberikan fenitoin 10-20 mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1 mg/kgbb/menit atau kurang dari 50
mg/menit
Kejang belum berhenti rawat diruang intensif.
2. Mencari dan mengobati penyebab
Mencari etiologi penyebab demam, yang paling sering : infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, gastroenteritis. Pemeriksaan cairan
serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam :
Diazepam oral 0,3- 0,5 mg/kg/hari tiap 8 jam jika suhu diatas 38ºC atau
Diazepam rektal 0,5 mg/kg setiap 8 jam.
Pemberian obat saat demam
Para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan pada saat demam, Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 –
15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari. Pemakaian diazepam oral
dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam
rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C.
Rumatan
Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi
mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang
Fenobarbital 3- 4 mg/kgbb/hari > dibagi 2 dosis. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar pada 40-50% kasus.
Asam Valproat 15-40 mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis
Pengobatan profilaksis/rumatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.
EDUKASI
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui keadaan dari penyakitnya dan penjelasan mengenai perjalanan penyakit dan
perlu dukungan dari keluarga: