Вы находитесь на странице: 1из 2

Kiblat Akhlak Yang Ter abaikan

Dalam perkembangan manusia modern pada saat ini, terdapat pertukaran nilai budaya
yang turut serta memengaruhi tingkah laku anak bangsa, tak terkecuali umat muslim. Hal itu
menyebabkan, pola dan tingkah laku umat Islam tidak lagi bersandar kepada ajaran agama,
namun sesuatu yang dicipta dengan ragam kombinasi sehingga bertolak belakang dari apa­
apa yang diajarkan dan dituntut oleh syariat dan akidah Islam.

Tak jarang di menara­menara masjid, rumah­rumah pengajian, dan mushola, kita


selalu diingatkan agar setiap tindakan yang kita (muslim/muslimah) lakukan selalu bersandar
penuh pada ajaran islam.

Tak jarang di pengajian­pengajian itu pula, hadir pimpinan dan pejabat negara yang
memikul jabatan pemerintahan. Ada dari mereka yang mendengar sambil mengangggukan
kepala seolah mengerti keseluruhan yang disampaikan oleh pembicara di atas mimbar majelis
ilmu agama itu. Namun semua yang didengar ditanggalkannya tepat ketika ia memulai
melangkahkan kakinya keluar dari pengajian tersebut dan kembali bersenggama dengan
praktik amoral yang tidak sesuai dengan yang disyariatkan islam. Hal ini dibuktikan dengan
adanya praktik korupsi dan kolusi dalam banyaknya lembaga. Dan parahnya lagi ialah,
kebanyakan kader­kader yang melakukan tindak pidana tersebut berasal dari umat Islam
sendiri. Nauudzubillah.

Jika kita menilik sejenak untuk mengigat, melihat, dan mempelajari bagaimana
rasulullah Muhammad SAW menerapkan kebijakan­kebijakan serta sistem yang begitu
strategis dan disusun dengan sebuah kedisiplinan, sehingga yang terbentuk dalam masyarakat
Madinah adalah terciptanya mayarakat madani yang berasaskan apa yang dicita­citakan
islam, sehingga tonggak sejarah peradaban Islam pernah terukir di dinding­dinding rumah­
rumah, di lorong­lorong, di sepanjang jalan­jalan, dan menghias indah langit madinah. Hal itu
tak lain karena terpatri didalamnya sifat­sifat mulia seorang rasul.

Dibawah panji sifat yang dipercaya (Amanah), jujur (Sshiddiq) dan berdasar pada
risalah kenabian yang diwahyukan kepada beliau(Muhammad SAW) yang diteruskan dengan
menyampaikannya (Tabligh) serta kecerdasan (Fathonah) sebagai rahmat sempurna dalam
dirinya. Sehingga segala yang beliau ucap begitu indah jika dipuitikkan, agung jika hendak
dipujikan, dan laksana sebuah menara ucapannya begitu tinggi layaknya seorang yang
berilmu dan tidak menampakan kebodohan dibaliknya.
Rasulullah SAW sebagaimana dalam sejarah perjalanan agama islam, telah membawa
perubahan begitu besar terhadap apa yang kebanyakan orang katakan sebagai revolusi,
terutama dalam memperbaiki akhlak manusia di seluruh dunia dengan sebuah amanat yang
disebut rahmat kepada seluruh alam (rahmatan lil’alamin). (Q.s Al­Anbiya:107)

Tak terelakan dari berbagai macam hadis yang riwayatkan oleh para perawi hadis,
tentang betapa terdapat banyak kebajikan dalam sikap Rasulullah yang patut dijadikan kiblat
bagi setiap yang mengaku muslim. Selain itu, Allah SWT juga telah mengatakan dalam
kitabnya Al quran, bahwa telah ada dalam diri Rasulullah SAW sebuah panutan/suri teladan
yang baik untuk dimaknai dan diikuti. (Q.s Al­Ahzaab: 21).

Nyataannya saat ini, generasi muda islam tidak sedikit yang beralih kiblat akhlak.
yatu sandaran berperilaku dan bersikap tidaklah kepada rasulullah SAW, hal ini memicu
kemunduran secara impresif terhadap umat islam sendiri. Sehingga di panggung
pemerintahan, masyarakat, bahkan dalam lingkungan keluarga pun sering di dapati atmosfir
ketimpangan.

Tak lain dari sebuah cita­cita agama, memang pada dasarnya kita punya sandaran
tersendiri dalam berinteraksi dan hal lain sebagainya, dan pada rasulullah SAW lah kiblat
sandaran, sikap dan sifat kita sebagai umat islam.

Вам также может понравиться