Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pembimbing
Hari/Tanggal :
Tanda tangan :
PROGRAM PROFESI NERS FK UNSRI
Keperawatan Kritis dan Gawat Darurat
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
DWI ASTUTI
040648812814057
A. Definisi
Berdasarkan spektrum SKA, NSTEMI didefinisikan sebagai gambaran EKG depresi
segmen ST atau inversi gelombang T prominen dengan biomarker nekrosis yang positif
(mis, troponin) dengan tidak dijumpainya elevasi segmen ST pada gambaran EKG dan
sesuai dengan gambaran klinis (rasa tidak nyaman pada dada atau sesuai dengan angina).
NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh
ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG (Hamm, C.,
2011).
B. Etiologi
NSTEMI biasanya disebabkan oleh penyempitan arteri koroner yang berat,
sumbatan arteri koroner sementara, atau mikroemboli dari trombus dan atau materi-
materi atheromatous. Dikatakan NSTEMI bila dijumpai peningkatan biomarkers jantung
tanpa adanya gambaran ST elevasi pada EKG, apabila tidak didapati peningkatan enzim-
enzim jantung kondisi ini disebut dengan unstable angina (UA) (Hamm, Heeschen, E, &
Fox, 2014)
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko yaitu faktor
resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah.
1. Faktor yang tidak dapat dirubah :
a) Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang progresif,
biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai lesi mencapai ambang
kritis dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah maupun usia
lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden infark miokard
pada pria meningkat lima kali lipat (Kumar, et al., 2007).
b) Jenis kelamin
Infark miokard jarag ditemukan pada wanita premenopause kecuali jika terdapat
diabetes, hiperlipidemia, dan hipertensi berat.Setelah menopause, insiden
penyakit yang berhubungan dengan atherosclerosis meningkat bahkan lebih
besar jika dibandingkan dengan pria. Hal ini diperkirakan merupakan pengaruh
dari hormon estrogen (Kumar, et al., 2007).
c) Ras
Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit putih.
d) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (saudara, orang
tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun)
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada NSTEMI bisa saja normal. Setiap pasien dengan IMA
harus diukur tanda-tanda vital nya (tekanan darah dikedua lengan jika disangkakan
diseksi, frekuensi detak jantung, dan suhu) dan selanjutnya harus menjalani pemeriksaan
fisik jantung dan dada yang lengkap.Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk
menyingkirkan penyebab nyeri dada non kardiak dan kelainan jantung non iskemik
(emboli paru, diseksi aorta, perikarditis, penyakit jantung katup) atau kemungkinan
penyebab diluar jantung seperti penyakit paru akut (pneumothoraks, pneumonia, efusi
pleura).(Hamm et al., 2014)
Pemeriksaan fisik seperti diaphoresis, pucat, kulit dingin, sinus takikardia, suara
jantung ketiga atau keempat, ronkhi basah basal, dan hipotensi menunjukkan
kemungkinan area iskemik yang luas dan beresiko tinggi.5 Pemeriksaan fisik lain seperti
pucat, banyak keringat dan tremor dapat mengarahkan ke kondisi-kondisi pencetus
seperti anemia dan tirotoksikosis.(Hamm et al., 2011)
Perbedaan tekanan darah pada anggota gerak atas dan bawah, nadi yang iregular,
murmur jantung, friction rub, nyeri saat palpitasi dan massa regio abdomen adalah
pemeriksaan fisik yang mungkin didapati pada kondisi selain NSTEMI.
E. Patofisiologi
Ciri khas patofisiologi kondisi NSTEMI adalah akibat ketidakseimbangan antara
suplai dan demand oksigen miokard. Mekanisme yang paling sering terlibat dalam
ketidakseimbangan tersebut disebabkan oleh menurunnya suplai oksigen ke miokard,
melalui lima mekanisme dibawah ini:
1. Paling sering disebabkan oleh menyempitnya arteri koroner yang disebabkan oleh
trombus yang terdapat pada plak ateroskelotik yang terganggu dan biasanya
nonoklusif. Mikroemboli dari agregat trombosit dan komponen-komponen dari
plak yang terganggu tersebut diyakini bertanggung jawab terhadap keluarnya
markers miokard pada pasien-pasien NSTEMI. Trombus/plak oklusif juga dapat
menyebabkan sindroma ini namun dengan suplai darah dari pembuluh darah
kolateral. Patofisiologi molekuler dan seluler paling sering yang menyebabkan
plak aterosklerotik terganggu adalah inflamasi arterial yang disebabkan oleh
proses non infeksi (mis, lipid teroksidasi), dapat pula oleh stimulus proses infeksi
yang menyebabkan ekspansi dan destabilisasi plak, ruptur atau erosi, dan
trombogenesis. Makrofag yang teraktivasi dan limfosit T yang berada pada plak
meningkatkan ekspresi enzim-enzim seperti metalloproteinase yang menyebabkan
penipisan dan disrupsi plak yang dapat menyebabkan NSTEMI.
2. Penyebab lain yang juga sering adalah obstruksi dinamis, yang dapat dipicu oleh
spasme fokal terus menerus dari segmen arteri koroner epicardial (Prinzmetal’s
angina). Spasme lokal ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos vaskular
dan atau disfungsi endotel. Spasme pembuluh darah besar dapat terjadi pada
puncak obstruksi atau plak, yang mengakibatkan angina yang berasal dari
campuran kondisi tersebut atau NSTEMI/UA. Obstruksi koroner dinamik dapat
pula disebabkan oleh disfungsi mikrovaskular difus, sebagai contoh akibat
disfungsi endotel atau konstriksi abnormal dari pembuluh darah kecil intramural.
3. Penyempitan pembuluh darah tanpa spasme atau trombus. Kondisi ini terjadi pada
pasien dengan atherosklerosis progresif atau akibat restenosis setelah
percutaneous coronary intervention (PCI).
4. Diseksi arteri koroner (dapat terjadi sebagai penyebab IMA pada wanita-wanita
peripartum).
5. UA sekunder, yang kondisi pencetus nya terdapat diluar arteri koroner. Pasien
dengan UA sekunder biasanya, namun tidak selalu, memiliki penyempitan
atherosklerotik koroner yang membatasi perfusi miokard dan sering memiliki
angina kronik stabil. UA sekunder dapat dipresipitasi oleh kondisi-kondisi seperti
peningkatan kebutuhan oksigen miokard (demam, takikardia, tirotoksikosis),
penurunan aliran darah koroner (hipotensi) atau penurunan pasokan oksigen
miokard (anemia atau hipoksemia).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
EKG 12 leadsaat istirahat merupakan alat diagnostik lini pertama dalam
penilaian pasien-pasien yang disangkakan NSTEMI. EKG harus didapat dalam 10
menit setelah kontak medis pertama dan secepatnya diinterpretasikan oleh
dokter.Karakteristik abnormalitas gambaran EKG yang ditemui pada NSTEMI
adalah depresi segmen ST atau elevasi transient dan atau perubahan pada
gelombang T (inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T
pseudo-normal).
Jumlah lead yang menunjukkan depresi segmen ST dan derajat depresi
segmen ST mengindikasikan luas dan keparahan iskemia dan berkorelasi dengan
prognosis. Deviasi segmen ST yang baru, bahkan hanya 0,05 mV merupakan hal
yang penting dan spesifik dalam hal iskemik dan prognosis. Depresi segmen ST >
2 mm meningkatkan resiko mortalitas.Inversi gelombang T juga sensitif untuk
iskemik namun kurang spesifik, kecuali bila ≥ 0,3mV baru dinyatakan bermakna.
Jika terjadi iskemia, gelombang T menjaditerbalik (inversi), simetris, dan
biasanyabersifat sementara (saat pasien simptomatik).Bila pada kasus ini tidak
didapatkan kerusakanmiokardium, sesuai dengan pemeriksaanCK-MB (creatine
kinase-myoglobin)maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnyaadalah angina
tidak stabil. Namun,jika inversi gelombang T menetap, biasanyadidapatkan
kenaikan kadar troponin, dandiagnosisnya menjadi NSTEMI. Angina tidakstabil
dan NSTEMI disebabkan oleh thrombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat
mengalamireperfusi spontan), atau oklusi yang dapatdikompensasi oleh sirkulasi
kolateral yang baik.
Gambar deperesi segmen ST
Jika EKG inisial normal atau inkonklusif, perekaman EKG ulangan sebaiknya
dilakukan saat pasien mengalami gejala dan gambaran EKG ini dibandingkan
dengan gambaran EKG saat pasien dalam kondisi asimtomatis. Perbandingan
dengan EKG sebelumnya akan sangat bernilai pada pasien-pasien dengan
kelainan jantung terdahulu, seperti hipertropi ventrikel kiri atau infark miokard
sebelumnya. Perekaman EKG sebaiknya diulangi setidaknya pada 3 jam (6-9
jam) dan 24 jam setelah masuk ke rumah sakit. Pada kondisi dimana terjadi nyeri
dada berulang atau muncul gejala-gejala lainnya, pemeriksaan EKG dapat
diulangi secepatnya.
Harus diingat bahwa gambaran EKG normal tidak menyingkirkan kemungkinan
NSTEMI. Terutama iskemik pada daerah arteri sirkumfleks atau iskemik
ventrikel kanan terisolasi dapat luput dari gambaran EKG 12 lead, namun dapat
terdeteksi pada lead V7-V9 dan pada lead V3R dan V4R
2. Biomarker
Kardiak troponin (TnT dan TnI) memegang peranan penting dalam diagnosis
dan stratifikasi resiko, dan dapat membedakan NSTEMI dengan UA. Troponin
lebih spesifik dan sensitif dibandingkan enzim jantung tradisional lainnya seperti
creatine kinase (CK), isoenzim CK yaitu CKMB dan mioglobin.Peningkatan
troponin jantung menggambarkan kerusakan selular miokard yang mungkin
disebabkan oleh embolisasi distal oleh trombus kaya platelet dari plak yang
ruptur atau mengalami erosi.Pada kondisi iskemik miokard (nyeri dada,
perubahan EKG, atau abnormalitas gerakan dinding jantung yang baru),
peningkatan troponin mengindikasikan adanya infark miokard.
G. Pemeriksaan Imaging
1. Foto thoraks biasanya dilaksanakan pada saat awal pasien masuk ke rumah sakit,
sehingga dapat dievaluasi kemungkinan lain penyebab nyeri dada dan sekaligus
sebagai skrining kongesti paru yang akan mempengaruhi prognosis.
2. Pemeriksaan ekokardiografi dan Doppler
sebaiknya dilakukan setelah hospitalisasi untuk menilai fungsi global ventrikel
kiri dan abnormalitas gerakan dinding regional. Ekokardiografi juga diperlukan
untuk menyingkirkan penyebab lain dari nyeri dada.
3. Cardiac magnetic resonance (CMR)
dapat menilai fungsi dan perfusi jantung IMAligus mendeteksi bekas luka pada
jaringan, namun teknik imaging ini belum secara luas tersedia. Begitu pula dengan
nuclear myocardial perfusion tampaknya akan sangat bermanfaat, namun tidak
tersedia dalam layanan 24 jam. Myokard skintigrafi juga dapat digunakan pada
pasien dengan nyeri dada tanpa perubahan gambaran EKG atau bukti adanya
iskemik yang sedang berlangsung ataupun infark miokard.Multidetector computed
tomography (CT) tidak digunakan untuk mendeteksi iskemia, namun menawarkan
kemungkinan untuk menyingkirkan adanya PJK. CT angiography, jika tersedia
dapat digunakan untuk menyingkirkan IMA dari etiologi nyeri dada lainnya.
4. Angiografi koroner
merupakan pemeriksaan baku emas untuk mengetahui dan menilai keparahan
penyakit arteri koroner. Angiografi urgent dilakukan untuk tindakan diagnostik
pada pasien-pasien dengan resiko tinggi dan dengan diagnosis banding yang tidak
jelas.
H. Penatalasanaan
Terdapat empat komponen utama terapi pada NSTEMI yaitu terapi antiiskemia,
antiplatelet/antikoagulan, terapi invasif (kateterisasi dini/revaskularisasi), dan
perawatan sebelum meninggalkan RS dan sesudah perawatan RS.
1. Terapi suprotif
a. Pemberian oksigen dilakukan bila saturasi oksigen <90%, distres pernafasan,
atau memiliki resiko tinggi untuk terjadi hipoksemia.
b. Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan nitrogliserin sublingual atau buccal
spray (0.4mg). Nitrogliserin dapat diberikan setiap 5 menit dengan total 3
dosis pemberian. Jika nyeri masih menetap atau pasien dengan hipertensi
ataupun gagal jantung , nitrogliserin intra vena dapat diberikan (dosis inisial 5-
10 ug/menit dengan peningkatan 10 ug/menit sampai tekanan darah sistolik
turun dibawah 100 mmHg). Pemberian nitrogliserin dikontraindikasikan pada
pasien yang mengkonsumsi sildenafil dalam 24 jam sebelum masuk rumah
sakit atau 48 jam untuk tadalafil.
c. Morfin dapat digunakan untuk mengatasi nyeri, walaupun terdapat beberapa
observasi yang mengindikasikan adanya peningkatan mortalitas pada IMA
dengan penggunaan nya. Sedangkan NSAID disarankan untuk dihentikan
pengunaannya pada pasien NSTEMI, karena dijumpai peningkatan resiko
mortalitas, reinfark, hipertensi, gagal jantung dan ruptur miokard sehubungan
dengan penggunaannya.
4. Revaskulerisasi coroner
Kateterisasi jantung diikuti oleh revaskularisasi telah terbukti mencegah iskemik
berulang dan atau memperbaiki hasil akhir jangka pendek dan jangka panjang.
Berdasarkan keakutan resiko, waktu pelaksanaan angiografi dibagi menjadi 4
kategori, yaitu:
a. invasive (< 72 jam)
Pada pasien dengan resiko akut yang lebih sedikit dan tanpa pengulangan
gejala, angiografi dapat dilakukan dalam batas waktu 72 jam. (ESC)
b. urgent invasive (<120 min)
Urgent invasif angiografi sebaiknya dilakukan pada pasien-pasien dengan
resiko sangat tinggi, dengan ciri sebagai berikut:
1) Angina refrakter (mengindikasikan adanya infark miokard yang sedang
berlangsung tanpa adanya abnormalitas ST)
2) Angina berulang meskipun dengan terapi antiangina yang kuat,
berhubungan dengan ST depresi (2mm) atau gelombang T negatif yang
dalam.
3) Gejala klinis gagal jantung atau hemodinamik tidak stabil (syok)
4) Aritmia yang mengancam nyawa (fibrilasi ventrikel atau ventrikular
takikardia)
c. early invasive (<24 h)
Kebanyakan pasien memberi respon terhadap terapi anti angina inisial, namun
resiko semakin meningkat dan membutuhkan angiografi yang diikuti dengan
tindakan revaskularisasi. Pasien-pasien dengan resiko tinggi ditandai dengan
skor resiko GRACE > 140 dan atau dijumpainya setidaknya satu dari kriteria
resiko tinggi primer pada tabel 6 sebaiknya menjalani evaluasi invasif dalam
24 jam.
d. primarily conservative
Pada strategi konservatif dapat dilakukan tindakan angiografi elektif ataupun
tidak sama sekali. Pasien yang memenuhi semua kriteria dibawah ini dapat
dikatakan memiliki resiko rendah dan tidak rutin menjalani evaluasi early
invasif, yaitu:
1) Tidak ada nyeri dada berulang
2) Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
3) Tidak dijumpai abnormalitas pada EKG awal atau EKG kedua (pada 6-9
jam).
5. CABG
CABG biasanya disarankan pada pasien dengan penyakit arteri koroner yang
kompleks yang tidak dapat dilakukan PCI, seperti kelainan koroner left main
dengan triple vessel,oklusi total dan kelainan yang difus. Sangat penting pula
untuk tetap memperhitungkan resiko perdarahan, karena pasien-pasien ini
sedang dalam terapi antiplatelet yang agresif.Keuntungan CABG adalah yang
paling baik setelah beberapa hari stabilisasi dengan terapi medis dan
penghentian terapi antiplatelet (Harahap, 2014)
I. Diagnosa Banding
Berikut dibawah ini adalah kondisi-kondisi yang berasal dari jantung maupun non
jantung yang menyerupai NSTEMI :
J. Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul
1. Nyeri
2. Gangguan Perfusi Jaringan
3. Ketidakefektifan pola napas
4. Penurunan Curah Jantung
5. Kelebihan Volume Cairan
6. Intoleransi aktivitas
K. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Nyeri akut NOC : 1. Beri O2 sesuai terapi 1. Pemberian O2 dapat menambah supplay
berhubungan Pain Level, 2. Beri posisi semifowler O2 miokard dengan tujuan mengurangi
dengan: pain control, 3. Berikan terapi tirah baring nyeri karena hipoksia yang disebabkan
Agen injuri (biologi, comfort level (bedrest) selama 24 jam oleh kuranngnya O2.
kimia, fisik, Setelah dilakukan pertama post serangan. 2. Posisi semifowler dapat meningkatkan
psikologis), tinfakan keperawatan 4. Berikan obat sesuai indikasi, ekspansi dada sehingga mengirangi sesak
kerusakan jaringan selama …. Pasien tidak contoh : napas dan sirkulasi darah meningkat.
mengalami nyeri, a. Antiangina, contoh dengan lancarnya sirkulasi akan
DS: dengan kriteria hasil: nitrogliserin membantu pengantaran oksigen ke seluruh
- Laporan secara Mampu mengontrol b. Penyekat β, contoh tubuh serta mengurangi kerja jantung dan
verbal nyeri (tahu penyebab atenolol (Tenormin), paru.
DO: nyeri, mampu pindolol (visken), 3. Tirah baring dapat mengurangi konsumsi
- Posisi untuk menggunakan tehnik propanolol (inderal) O2 miokard sehingga membantu jantung
menahan nyeri nonfarmakologi untuk 5. Anjurkan dan bimbing pasien tidak bekerja lebih keras.
- Tingkah laku mengurangi nyeri, untuk tarik nafas dalam (teknik 4. obat dibawah ini :
berhati-hati mencari bantuan) relaksasi), telnik distraksi, dan a. Nitrat berguna untuk kontrol nyeri
- Gangguan tidur Melaporkan bahwa bimbingan imajinasi. dengan efek vasodilatasi koroner yang
(mata sayu, nyeri berkurang 6. Lakukan pemeriksaan ECG meningkatkan aliran darah koroner
tampak capek, dengan menggunakan tiap hari dan saat nyeri dada dan perfusi miokardia.
sulit atau gerakan manajemen nyeri timbul. b. Agen penting kedua untuk mengontrol
kacau, Mampu mengenali nyeri melalui efek hambatan rangsang
menyeringai) nyeri (IMAla, simpatis dengan begitu menurunkan
- Terfokus pada diri intensitas, frekuensi FJ, TD sistolik dan kebutuhan oksigen
sendiri dan tanda nyeri) miokard.
- Fokus menyempit Menyatakan rasa 5. Teknik relaksasi dibutuhkan untuk
(penurunan nyaman setelah nyeri meminimalkan konsumsi O2 miokard dan
persepsi waktu, berkurang meningkatkan supply O2jaringan , teknik
kerusakan proses Tanda vital dalam distribusi dan imajinasi membantu
berpikir, rentang normal mengalihkan fokus perhatian dari rasa
penurunan Tidak mengalami nyeri.
interaksi dengan gangguan tidur 6. Pemeriksaan ECG tiap hari dan saat nyeri
orang dan dada timbul berguna untuk mendiagnosa
lingkungan) luasnya infark.
- Tingkah laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan,
menemui orang
lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah
ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis,
waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Anderson JL, Adams CD, Antman EM, Bridges CR, Califf RM, Casey DE, et al. 2012
ACCF/AHA Focused Update Incorporated Into the ACCF/AHA 2007 Guidelines for the
Management of Patients With Unstable Angina/Non–ST-ElevationMyocardial Infarction
A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart
Association Task Force on Practice Guidelines. diunduh dari http://circ.ahajournals.org/
by guest on March 4, 2014
Daga, L., Kaul, U., & Mansoor, A. (2011). Approach to STEMI and NSTEMI.
Hamm, C., Bassand, J., Agewall, S., Bax, J., Boersma, E., & Bueno, H. (2011). ESC
Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting
without persistent ST-segment elevation The Task Force for the management of acute
coronary syndromes (ACS) in patients presenting without persistent ST-segment
elevation. European Heart Journal, 32, 2999–3054.
Hamm, C., Heeschen, C., E, F., & Fox, K. (2014). Acute Coronary Syndromes :
Pathophysiology, Diagnosis and Risk Stratification. Retrieved from
https://www.mst.nl/opleidingcardiologie/.../1405126957_chapter_12.pdf