Вы находитесь на странице: 1из 6

PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN SALAK

DI PT. AGRINA DESA PARSALAKAN KECAMATAN ANGKOLA


BARAT KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TAHUN 2013

Yuli Arisyah Siregar1; Surya Dharma2; Wirsal Hasan³


¹Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Departemen Kesehatan Lingkungan
²Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
E-mail : yuliarisyahsiregar@gmail.com

Abstract

Operation Of Hygiene Sanitation Salak Processing At PT. Agrina Parsalakan Village


West Angkola Subdistrict South Tapanuli District In 2013. Efforts to control dietary factors,
people, places and equipment that may or may cause illness or health problems, it is necessary
hygiene sanitation in any food processing in order to avoid contamination. Salak (Salacca edulis) is
a plant which its stalk close by midrib leaves, prickly on midrib and stems leaves, fleshy white fruit,
blackish brown hard seeds. The manufacturing process of all kinds of processed salak using white
sugar/sakarosa. Application of hygiene sanitation on food processing can make a better quality
food product. The purpose of this research was to determine the implementation hygiene sanitation
on salak manufacturing and analysis of artificial sweetener which are produced by PT. Agrina
Parsalakan Village, West Angkola Subdistrict, South Tapanuli District in 2013. The research was
descriptive survey to see the implementation of hygiene sanitation and laboratory analysis for
determine the presence of artificial sweetener on salak manufacturing. The samples taken from
types of processed salak which are produced by PT. Agrina Parsalakan Village, West Angkola
Subdistrict, South Tapanuli District. The results showed that the principles of hygiene sanitation on
salak manufacturing which qualified is the selection of raw materials, storage of raw materials,
food storage and food transport. Whereas the food processing and food serving are not eligible, this
refers to Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. There are no artificial sweeteners in
processed salak on six samples tested in the laboratory. Health Department need to make a
comprehensive counseling and supervision by the relevant agencies (Health Department) about the
importance of hygiene sanitation on snack, and development to the producer about the use of
sweetener in food.

Keywords: Salak, Sanitation Hygiene, Artificial Sweeteners

Pendahuluan konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan


Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain
yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap yang digunakan dalam proses penyiapan,
rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber pengolahan, dan atau pembuatan makanan
daya manusia yang berkualitas untuk atau minuman (UU No 7, 1996).
melaksanakan pembangunan nasional. Pangan Bahan pangan adalah bahan yang
adalah segala sesuatu yang berasal dari memungkinkan manusia tumbuh dan
sumber hayati dan air baik yang diolah berkembang serta mampu beraktifitas dan
maupun tidak diolah, yang diperuntukan memelihara kondisi tubuhnya. Untuk itu
sebagai makanan atau minuman bagi bahan pangan atau biasa kita sebut dengan

1
“makanan” perlu diperhatikan jenis dan Menurut Kusmayadi, dkk (2007), terdapat 4
mutunya agar aman dikonsumsi. Makanan (empat) hal penting yang menjadi prinsip
pada umumnya terdiri atas air, protein, hygiene dan sanitasi makanan meliputi
karbohidrat, lemak, vitamin, serat dan perilaku sehat dan bersih orang yang
mineral. Komponen makanan tersebut sangat mengelola makanan, sanitasi makanan,
berperan penting dalam memberikan karakter sanitasi peralatan dan sanitasi tempat
terhadap makanan baik sifat fisik, kimia pengolahan makanan dapat terkontaminasi
maupun fungsinya. Dengan kemajuan ilmu mikroba karena beberapa hal, diantaranya
dan teknologi di bidang pangan, berbagai adalah menggunakan kain kotor untuk
jenis makanan dapat dibuat lebih awet, lebih membersihkan meja, perabotan bersih dan
menarik, lebih aman, lebih enak serta praktis lain-lain serta makanan disimpan tanpa
bagi konsumen (Nur’an, 2011). menggunakan penutup sehingga serangga dan
Menurut Depkes RI (2003), Hygiene sanitasi tikus dapat menjangkaunya.
adalah upaya untuk mengendalikan faktor Suatu penelitian yang dilakukan oleh Arisman
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya (2000), bahwa dikota palembang didapatkan
yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan hasil sebanyak 6,6 % penjamah makanan
penyakit atau gangguan kesehatan. yang tidak menggunakan celemek pada saat
Persyaratan hygiene sanitasi adalah bekerja dan ditemukansebanyak 11,1 %
ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan penjamah makanan yang mempunyai perilaku
produk rumah makan dan restoran, personal suka menggaruk kepala dan hidung pada saat
dan perlengkapannya yang meliputi sedang bekerja.
persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu
Pemanis buatan adalah bahan tambahan diperhatikan tentang masalah hygiene sanitasi
makanan buatan yang ditambahkan pada pengolahan salak dan analisis pemanis buatan
makanan atau minuman untuk menciptakan pada hasil olahan salak di PT. Agrina Desa
rasa manis. Bahan pemanis buatan ini sama Parsalakan Kecamatan Angkola Barat
sekali tidak mempunyai nilai gizi. Contoh Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013.
pemanis buatan antara lain sakarin, siklamat, Tujuan penelitian ini adalah Untuk
dan aspartame. (Diana, 2012). mengetahui hygiene sanitasi pemilihan bahan
Penggunaan Bahan Tambahan Makanan olahan salak, untuk mengetahui hygiene
(BTM) yang tidak memenuhi syarat adalah sanitasi penyimpanan bahan olahan salak,
termasuk bahan tambahan yang memang untuk mengetahui hygiene sanitasi cara
jelas-jelas dilarang, seperti; pewarna, pengolahan salak, untuk mengetahui hygiene
pemanis, dan bahan pengawet. Pelarangan sanitasi penyimpanan olahan salak, untuk
juga menyangkut dosis penggunaan bahan mengetahui hygiene sanitasi pengangkutan
tambahan makanan yang melampaui ambang olahan salak, untuk mengetahui hygiene
batas maksimum yang telah ditentukan sanitasi pengemasan olahan salak, untuk
(Effendi, 2004). mengetahui ada tidaknya jenis zat pemanis
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) buatan yang terkandung pada olahan salak.
makanan jajanan di Indonesia tidak
menerapkan standar yang direkomendasikan. Metode Penelitian
Pernyataan WHO juga didukung dengan Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat
hasil penelitian BPOM terhadap 163 sampel deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran
jajanan makanan dan minuman dari 10 penyelenggaraan hygiene sanitasi pengolahan
propinsi dan sebanyak 80 sampel (80%) tidak salak dan analisis laboratorium untuk
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan mengetahui kandungan zat pemanis pada
produk. Dari produk makanan jajanan itu olahan salak di PT.AGRINA Desa Parsalakan
banyak ditemukan penggunaan bahan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
pengawet dan pemanis yang dapat Tapanuli Selatan Tahun 2013.
mengganggu kesehatan anak sekolah seperti Penelitian ini dilakukan di PT.Agrina Desa
penyakit kanker dan ginjal. Parsalakan Kecamatan Angkola Barat
Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu untuk
2
mengetahui gambaran penyelenggaraan syarat (100%), pengolahan makanan dodol
hygiene sanitasi pada dan melakukan dan minuman nagogo drink tidak memenuhi
pemeriksaan zat pemanis pada olahan salak. syarat, penyimpanan makanan jadi dodol dan
Waktu penelitian dilakukan pada bulan minuman nagogo drink memenuhi syarat
Desember 2012 sampai dengan April 2013. (100%), pengangkutan makanan jadi dodol
Obyek pada penelitian ini adalah olahan salak dan minuman nagogo drink memenuhi syarat,
yang dihasilkan oleh PT.Agrina Desa penyajian makanan dodol dan minuman
Parsalakan Kecamatan Angkola Barat nagogo drink tidak memenuhi syarat (100%).
Kabupaten Tapanuli Selatan yang meliputi : Berdasarkan hasil pemeriksaan di
Dodol salak, madu salak,nagogo drink, sirup Laboratorium, dari 6 sampel jenis olahan
salak, kurma salak, agar-agar salak. Pada salak yang diperiksa yaitu dodol salak, kurma
penelitian ini hanya dua jenis olahan salak salak, minuman salak, sirup salak, madu
(dodol salak dan minuman nagogo drink) salak, dan agar-agar salak, diperoleh bahwa
yang diperiksa hygiene sanitasinya. tidak ada satupun jenis olahan salak yang
menggunakan pemanis buatan. Hasil analisa
Hasil dan Pembahasan pemanis buatan yang peneliti lakukan di
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera
peneliti terhadap dua olahan salak di Desa Utara, disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut
Parsalakan Kecamatan Angkola Barat :
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013 Tabel 2. Hasil Analisis Pemanis Buatan Pada
dapat diketahui sudah memenuhi syarat atau Olahan Salak Di PT.Agrina Desa
tidak memenuhi syarat sesuai dengan Parsalakan Kecamatan Angkola Barat
ketentuan yang berlaku, yang dapat dilihat Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
pada tabel 1 sebagai berikut : 2013

N Kode Hasil Pemeriksaan Zat Pemanis Buatan


Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Hygiene Sanitasi o Sampel
Pengolahan Salak Yang Diproduksi Sakarin Siklamat Aspa Sakar
Oleh PT.Agrina Desa Parsalakan rtam osa
KecamatanAngkola Barat Kabupaten 1 A (dodol Negatif ( Negatif ( - Negat Positif
salak) -) ) if ( - ) (+)
Tapanuli Selatan Tahun 2013 2 B (madu Negatif ( Negatif ( - Negat Positif
salak) -) ) if ( - ) (+)
No Prinsip Hygiene Kode % % 3 C (nagogo Negatif ( Negatif ( - Negat Positif
Sanitasi Sampel MS TMS drink) -) ) if ( - ) (+)
I II 4 D (sirup Negatif ( Negatif ( - Negat Positif
salak) -) ) if ( - ) (+)
1. Pemilihan Bahan MS MS 100 0
5 E (kurma Negatif ( Negatif ( - Negat Positif
Baku
salak) -) ) if ( - ) (+)
2. Penyimpanan MS MS 100 0
6 F (agar- Negatif ( Negatif ( - Negat Positif
Bahan Baku
agar salak) -) ) if ( - ) (+)
3. Pengolahan TMS TMS 0 0
Makanan
4. Penyimpanan MS MS 100 0
Makanan Jadi
5. Pengangkutan MS MS 100 0
Berdasarkan hasil analisis kualitatif di
Makanan Jadi Laboratorium, dari 6 sampel jenis olahan
6. Penyajian TMS TMS 0 0 salak yang diperiksa yaitu dodol salak, madu
Makanan
salak, nagogo drink, sirup salak, kurma salak,
dan agar-agar salak, diperoleh bahwa tidak
Keterangan : MS : memenuhi syarat ada satupun jenis olahan salak yang
TMS :tidak memenuhi syarat menggunakan pemanis buatan. Semua jenis
olahan salak menggunakan gula pasir
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa pada /sakarosa (+).
prinsip hygiene sanitasi makanan yaitu Pada umumnya buah salak berbentuk bulat
pemilihan bahan baku dodol dan minuman atau bulat telur terbalik dengan bagian ujung
nagogo drink memenuhi persyaratan runcing dan terangkat rapat dalam tandan
kesehatan (100%), penyimpanan bahan baku buah yang muncul dari ketiak pelepah daun.
dodol dan minuman nagogo drink memenuhi
3
Kulit buah tersususun seperti sisik-sisik baku makanan terpisah dari makanan jadi.
berwarna coklat kekuningan sampai coklat Wadah penyimpanan bahan baku dodol dan
kehitaman. Daging buah tidak berserat minuman nagogo drink menggunakan ember
berwarna putih kekuningan, kuning plastik yang tertutup.
kecoklatan, atau merah tergantung Tempat penyimpanan khusus harus tersedia
varietasnya. Rasa buah manis,manis agak untuk menyimpan bahan-bahan bukan pangan
asam, manis agak sepet atau manis bercampur seperti bahan pencuci, pelumas dan oil.
asam dan sepat. Dalam 1 buah salak Tempat penyimpanan harus mudah
mengandung 1-3 biji. Bijinya berwarna coklat dibersihkan dan bebas dari hama seperti
berbentuk persegi dan berkeping satu serangga, binatang pengerat seperti tikus,
(Nazarudiin danKristiawati, 1992). burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara
Buah salak terdiri atas kulit buah, daging (BPOM, 2002).
buah dan biji. Sisik kulit buah menjadi satu Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
dengan kulit buahnya. Kulit buah sangat tipis, olahan dodol salak dan minuman nagogo
tebalnya sekitar 0,3 mm. Sedangkan kulit luar drink diperoleh bahwa pengolahannya tidak
buah salak berfungsi sebagai pelindung alami memenuhi syarat. Ditemukan penjamah
terhadap daging buah yang dibungkusya makanan yang berjenis kelamin laki-laki dan
terhadap pengaruh keadaan lingkungan. Jika perempuan tidak menggunakan baju seragam,
kulit sudah terkupas maka terlihatlah bagian tidak memakai celemek, sarung tangan, tutup
dalam buah (Aulia, 2010). kepala pada waktu melakukan pengolahan
Menurut Aulia (2010) buah salak yang sudah salak sehingga terjadinya kontaminasi
masak umumnya mempunyai ciri-ciri seperti: terhadap makanan. Pada tempat pengolahan
Kulit buah bersih mengkilap dan susunan makanan ditemukan bahwa lantainya tidak
sisiknya tampak lebih renggang, bila buah mudah dibersihkan, terlihat pada dinding
dipetik, mudah sekali terlepas dari tandan dapur kerak hitam yang mungkin sudah susah
buah, biji salak berwarna coklat gelap untuk dibersihkan, tidak tersedianya tempat
kehitaman, bila dipijit dibagian ujungnya, mencuci tangan. Pada peralatan pengolahan
telah terasa lembut dan empuk, bila dicium makanan tidak dikeringkan dengan alat
menyebar aroma salak dan bila dimasukan pengering. Peralatan yang sudah dicuci hanya
kedalam air akan terapung. diletakkan ditempat yang bersih tanpa
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti penutup. Dan pada pengolahan makanan
lakukan pada prinsip pemilihan bahan baku bahan baku salak tidak dicuci dengan air
pada dodol salak maka diperoleh bahan baku panas, tetapi dicuci dengan air mengalir. Pada
dalam kondisi baik, buah salak dalam keadaan proses pengolahan makanan kemungkinan
matang, segar dan tidak busuk, tepung ketan bisa terjadi kerusakan pada olahan salak.
tidak berbau dan kelapa yang dipih sudah Menurut Depkes RI (2006) penjamah
cukup tingkat ketuaannya dan tidak busuk, makanan adalah orang yang secara langsung
gula pasir dan gula aren dalam keadaan berhubungan dengan makanan dan peralatan.
bersih. Sedangkan pemilihan bahan baku pada Penjamah makanan ini mempunyai peluang
minuman nagogo drink diperoleh buah salak untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi
dalam keadaan matang, segar, dan tidak yang ditularkan melalui penjamah makanan,
busuk, ragi yang digunakan dalam keadaan antara lain staphylococcus areus, ditularkan
baik dan tidak kadaluarsa dan sudah melalui hidung dan tenggorokan, kuman
memenuhi syarat. Clostridium perfringens, Streptococcus,
Berdasarkan hasil penelitian pada proses Salmonella dapat ditularkan melalui kulit.
penyimpanan bahan baku makanan olahan Oleh sebab itu penjamah makanan harus
salak di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola selalu dalam keadaan sehat dan terampil.
Barat Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu Berdasarkan hasil observasi pada
memenuhi syarat, semua jenis olahan salak penyimpanan makanan olahan salak sudah
menyimpan bahan baku ditempat yang memenuhi syarat. Tersedianya tempat khusus
tertutup, bersih, kedap air, dan tertutup, serta untuk menyimpan makanan yang sudah jadi
menggunakan tempat penyimpanan bahan
4
dalam keadaan yang bersih, tertutup sehingga kandungan sakarosa. Berarti semua jenis
jauh dari sumber pencemaran. olahan salak hanya menggunakan gula putih
Berdasarkan hasil observasi yang telah dalam olahannya. Penggunaan gula pasir /
peneliti lakukan pada olahan salak sudah putih pada makanan olahan salak lebih terjaga
memenuhi syarat. Dimana tersedianya tempat kualitasnya dari segi rasa. Gula pasir / putih
khusus untuk mengangkut makanan seperti adalah butiran menyerupai kristal yang
keranjang yang terbuat dari bahan plastik, merupakan hasil pemanasan dan pengeringan
dalam keadaan bersih dan tertutup. sari tebu, bentuk gula pasir / putih, yaitu
Pengangkutan olahan salak yang dijual keluar butiran berwarna putih yang tersusun atas
daerah menggunakan jasa pengangkutan 99.9% sakarosa murni.Fungsi gula pasir
khusus barang yang belum terjamin biasanya ditambahkan ke dalam makanan dan
kebersihannya. Jika pengangkutan olahan minuman untuk memberikan rasa manis.
salak menggunakan angkutan khusus barang Namun selain memberikan rasa, gula pasir
bisa menyebabkan kerusakan pada makanan. juga berfungsi sebagai pengawet. Sama
Hal ini terjadi karena alat angkutan yang halnya dengan garam, sifat gula pasir adalah
digunakan bukan khusus untuk jenis olahan higroskopis atau menyerap air sehingga sel-
salak saja, melainkan semua barang yang sel bakteri akan dehidrasi dan akhirnya mati.
akan dikirim tercampur dengan barang lain Penggunaan gula sebagai pengawet, lazim
sehingga jenis olahan salak yang diangkut disebut dengan istilah penggulaan.
sering terjadi kerusakan seperti perubahan Penggunaanya bisa ditaburkan atau dicampur
pada aroma makanan dan kerusakan bentuk. dan dilarutkan dengan bahan makanan atau
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan minuman yang akan diawetkan (anonimous,
No. 942 Tahun 2003, makanan yang diangkut, 2007).
harus dalam keadaan yang tertutup atau
terbungkus dan dalam wadah yang bersih dan Kesimpulan dan Saran
harus dalam wadah yang terpisah dengan Pemilihan bahan baku olahan dodol dan
bahan mentah sehingga terlindung dari minuman nagogo drink di Desa Parsalakan
pencemaran. Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Tapanuli Selatan memenuhi syarat,
pada tahap pengemasan tidak memenuhi penyimpanan bahan baku olahan dodol dan
syarat. Hal ini terlihat pada saat pengemasan minuman nagogo drink di Desa Parsalakan
makanan, tangan penyaji tidak menggunakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
sarung tangan atau penjepit/sendok/plastik. Tapanuli Selatan memenuhi syarat,
Pengemasan olahan salak yang dilakukan pengolahan dodol dan minuman nagogo drink
dengan kontak lansung akan memperbesar di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat
kemungkinan terjadi kontaminasi ulang pada Kabupaten Tapanuli Selatan tidak memenuhi
produk olahan salak yang dihasilkan. syarat, penyimpanan makanan dodol dan
Dalam penyajian makanan harus diperhatikan minuman nagogo drink yang sudah di Desa
tempat penyajian, alat penyajian, dan tenaga Parsalakan Kecamatan Angkola Barat
penyaji. Makanan disajikan di tempat yang Kabupaten Tapanuli Selatan memenuhi
bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, syarat, pengangkutan makanan dodol dan
peralatan yang digunakan bersih, dan orang minuman nagogo drink yang sudah di Desa
yang menyajikan makanan harus Parsalakan Kecamatan Angkola Barat
menggunakan celemek, tutup kepala, sarung Kabupaten memenuhi syarat, penyajian
tangan/penjepit makanan/sendok/plastik makanan dodol dan minuman nagogo drink
(Slamet, 2009). di Desa Parsalakan Kecamatan Angkol Barat
Berdasarkan hasil pemeriksaan Kabupaten tidak memenuhi syarat,
Laboratorium secara kualitatif menunjukkan berdasarkan dari 6 sampel jenis olahan yang
bahwa dari 6 sampel jenis olahan salak tidak diperiksa tidak ada yang mengandung
terdapat pemanis buatan / sintesis dalam pemanis buatan baik siklamat, sakarin, dan
proses pengolahannya. Dari hasil pemeriksaan aspartam. Tetapi semua sampel mengandung
jenis olahan salak hanya ditemukan gula putih (sakarosa).
5
Bagi penjamah makanan:sebaiknya mencuci Depkes RI, 2003. KepMenkes RI
tangan terlebih dahulu dengan air dan sabun No.942/Menkes/SK/VII/2003
saat mau mengolah makanan dan menyajikan tentang Persyaratan Higiene
makanan, menggunakan alat pelindung diri Sanitasi Makanan Jajanan. DepKes
secara lengkap (celemek, tutup kepala, RI, Jakarta.
penutup mulut, sarung tangan) saat mau ___________, 1988. Permenkes RI No.
mengolah makanan dan menyajikan makanan, 722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang
lebih memperhatikan kebersihan dapur, Bahan Tambahan Makanan, Jakarta.
terutama lantai dan dinding selalu dibersihkan __________, 1996. Undang-Undang RI
sebelum dan sesudah mengolah makanan. No.7 Tahun1996 Tentang Pangan.
Bagi Dinas Kesehatan Tapanuli Selatan agar Jakarta.
mengadakan pengawasan dan pemantauan Effendi, 2004. Ilmu Kesehatan
hygiene sanitasi pengolahan makanan dan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti,
minuman khususnya di PT. Agrina Desa Bandung.
Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kusmayadi, Ayi dan Dadang Sukandar. 2007.
Kabupaten Tapanuli Selatan. Cara Memilih dan Mengolah
Makanan Untuk Perbaikan Gizi
Daftar Pustaka Masyarakat (on line).Special
Aninomous, 2007. Mengawetkan Makanan Programme For Food Security: Asia
Secara Alami. Indonesia, dari
https://www.sahabatnestle.co.id. webmaster@deptan.go.id diakses 27
Diakses tanggal 06 April 2013. Februari 2013.
Arisman, 2000, Identifikasi Perilaku Nazarudiin dan Kritiawati, 1992. Dalam
Penjamah Makanan yang Berisiko Skripsi Pendugaan Umur Keripik
Sebagai Sumber Keracunan Salak. Fakhri maulana. Fakultas
Makanan, Laporan Hasil Penelitian teknologi pertanian bogor IPB. Bogor.
Lembaga Penelitian Universitas Nur’an, 2011. Amankah Makanan Yang
Sriwijaya, Palembang. Anda Konsumsi?. Arya Pustaka.
Aulia, 2010. Pedoman Budi Daya Buah Slamet, JS. 2009. Kesehatan Lingkungan.
Salak. CV.Nuansa Aulia, Bandung. Gadjah Mada University Press.
BPOM, 2002. Panduan Pengolahan Pangan Yogyakarta.
Yang Baik Bagi Industri Rumah
Tangga. Deput Bidang Pengawasan
Keamanan Pangan dan Bahan
Berbahaya. Direktotat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan.
Diana, F. 2012. Analisa Kualitatif Kuantitatif.
http://chemistry analyst. blogspot.com.
diakses 2 April 2013.

Вам также может понравиться