Вы находитесь на странице: 1из 52

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pasar Modal
2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendifinisikan
pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Menurut
Tandelilin (2010:26) menyebutkan bahwa pasar modal adalah sebagai berikut :
"Pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan
sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham
dan obligasi."
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:1) menyebutkan bahwa pasar
modal adalah sebagai berikut :
Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan tempat
diperjualbelikannya instrumen keungan jangka panjang, seperti utang,
ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya.
Menurut Widoatmodjo (2012:15) menyebutkan bahwa pasar modal adalah
sebagai berikut :
“Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan
adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam
investasi lebih dari satu tahun.”
Menurut Fahmi (2012:52) menyebutkan bahwa pasar modal adalah
sebagai berikut :
"Pada dasaranya pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya
perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond), dengan tujuan dari
hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan
dana atau untuk memperkuat modal perusahaan."

13
14

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan


menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah.
Investor merupakan pihak yang memiliki kelebihan dana, sedangkan perusahaan
atau institusi pemerintah memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyek
yang dimiliki. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian
negara. Adanya pasar modal (capital market), membuat investor sebagai pihak
yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai
sekuritas dengan harapan memperoleh imbalan (return).

2.1.1.2 Fungsi Ekonomi Pasar Modal


Menurut Martalena dan Malinda (2011:3) menyebutkan bahwa pasar
modal memiliki peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara karena
memiliki 4 fungsi yaitu :
1. Fungsi Saving
Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin
menghindari penurunan mata uang karena inflasi.
2. Fungsi Kekayaan
Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dengan berinvestasi
dalam beberapa instrumen pasar modal yang tidak akan mengalami
penyusutan nilai sebagaimana yang terjadi pada investasi nyata.
3. Fungsi Likuiditas
Instrumen pasar modal pada umumnya mudah untuk dicairkan sehingga
memudahkan masyarakat memperoleh kembali dananya dibandingkan
rumah dan tanah.
4. Fungsi Pinjaman
Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi pemerintah maupun
perusahaan membiayai kegiatannya.
15

2.1.1.3 Manfaat Pasar Modal


Menurut Jusuf (2010:121) menyebutkan bahwa manfaat dari keberadaan
pasar modal diantaranya :
1. Memperbaiki struktur permodalan perusahaan
2. Meningkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana
3. Menunjang terciptanya perekonomian yang sehat
4. Meningkatkan penerimaan negara
5. Mengurangi hutang luar negeri pihak pemrintah maupun swasta
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
7. Pasar modal sebagai alternative pembiayaan pemerintah

2.1.1.4 Jenis-Jenis Pasar Modal


Menurut Tandelilin (2010:1) pasar modal di Indonesia terbagi dalam dua
jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Pasar Perdana
Dalam pasar perdana inilah untuk pertama kali perusahaan menjual
sekuritasnya,dan proses itu disebut dengan istilah Initial Public Offering
(IPO) atau penawaran umum, atau dapat juga dikatakan pasar perdana
terjadi pada perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor
umum untuk pertama kalinya.
2. Pasar Sekunder
Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, selanjutnya sekuritas
emiten tersebut kemudian bisa diperjualbelikan oleh dan antara investor di
pasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan
perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu,
pasar sekunder memberikan likuiditas kepada investor, bukan kepada
perusahaan. Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan di dua jenis
pasar, yaitu:
a. Pasar Lelang (auction market)
16

Pasar sekunder yang merupakan pasar lelang adalah pasar sekuritas


yang melibatkan proses pelelangan (penawaran) pada sebuah lokasi
fisik. Transaksi antara pembeli dan penjual menggunakan perantara
(broker) yang mewakili masing-masing pihak pembeli dan penjual.
b. Pasar Negosiasi (negosiasi market)
Pasar negosiasi terdiri dari jaringan berbagai dealer yang menciptakan
pasar tersendiri di luar lantai bursa bagi sekuritas dengan cara membeli
dari investor dan menjual ke investor.

Menurut Sunariyah (2011:4) menyebutkan bahwa jenis-jenis pasar modal


ada 4, yaitu sebagai berikut :
1. Pasar Perdana
Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-
saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertamma kalinya
(penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa. Harga
saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang
go public (emiten), peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain
menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada
masyarakat sebagai calon pemodal.
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah pasar dimana saham dan sekuritas lain diperjual-
belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana.
Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran
antara pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Faktor internal perusahaan, yang berhubungan dengan kebijakan
internal pada suatu perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai.
b. Faktor eksternal perusahaan, yaitu hal-hal di luar kemampuan
perusahaan atau di luar keampuan manajemen untuk mengendalikan.
3. Pasar Ketiga
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar
bursa. Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang
17

terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang
diatur dan dilaksanakan oleh perserikatan pengawas pasar modal lembaga
keuangan, jadi dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi pusat
lokasi perdagangan.
4. Pasar Keempat
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau
dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke
pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
2.1.2 Investasi
2.1.2.1 Pengertian Investasi
Menurut Tandelilin (2010:2) menyebutkan bahwa pengertian investasi
adalah sebagai beriktu :
"Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan di masa mendatang."
Menurut Azis et al (2012:229) menyebutkan bahwa pengertian investasi
adalah sebagai beriktu :
“Investasi adalah suatu kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari
suatu asset selama periode tahun tertentu dengan harapan memeroleh
penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi.”
Menurut Fahmi (2012:3) menyebutkan bahwa pengertian investasi adalah
sebagai beriktu :
"Investasi adalah bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan
dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan
akan memberikan tambahan keuntungan. Umumnya investasi dibagi
menjadi dua yaitu investasi nyata seperti tanah, mesin atau pabrik dan
investasi keuangan seperti saham dan obligasi."

2.1.2.2 Tujuan Investasi


Menurut Tandelilin (2010:8) ada beberapa alasan mengapa seseorang
melakukan investasi, yaitu sebagai berikut :
18

1. Dalam meraih masa depan yang layak, seseorang akan berpikir, berusaha
dengan keras dan bertindak dengan bijaksana untuk dapat
mempertahankan apa yang dimilikinya sekarang dan meningkatkan
pendapatan di masa mendatang.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Bagi sebagian orang dan perusahaan,
investasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari
diri dari risiko yang mampu menurunkan nilai kekayaan yang diakibatkan
dari pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Di beberapa negara, terdapat kebijakan
yang dapat mendorong pertumbuhan investasi di masyarakat melalui
pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan
investasi pada bidang-bidang tertentu.

Menurut Azis et al (2012:229) menyebutkan bahwa tujuan investasi


adalah sebagai berikut :
“Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor, baik
sekarang maupun dimasa yang akan datang.”
Menurut Fahmi (2012:3) menyebutkan bahwa tujuan investasi yaitu
sebagai berikut :
1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut
2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(profit actual)
3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham
4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa

2.1.2.3 Jenis-Jenis Investasi


Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) menyebutkan bahwa investor
dapat melakukan investasi dalam berbagai jenis asset, yaitu sebagai berikut :
1. Real Assets
Investasi dalam bentuk nyata (dapat dilihat, diukur, disentuh). Contoh:
tanah, bangunan, emas, dan lain-lain.
2. Financial Assets
19

Investasi dalam bentuk surat berharga. Financial assets yang bersifat


jangka pendek diperdagangkan di pasar uang, sedangkan yang bersifat
jangka panjang diperdagangkan di pasar modal. Contoh: commercial
paper, sertifikat deposito, saham, obiligasi, reksadana.
Menurut Azis et al (2015:235) menyebutkan bahwa jenis-jenis investasi
yaitu sebagai berikut :
1. Investasi Kekayaan Riil (Real Property)
Investasi yang dilakukan terhadap aset yang bersifat nyata seperti tanah
dan bangunan yang secara permanen melekat pada tanah.
2. Investasi Kekayaan Pribadi yang Tampak (Tangible Personal Property)
Investasi yang dilakukan terhadap benda seperti emas, berlian, barang
antik atau benda-benda seni seperti lukisan dan lain-lain.
3. Investasi Keuangan (Financial Investment)
Investasi yang dilakukan terhadap surat berharga baik yang terdapat di
pasar uang (money market) seperti deposito, SBI, SBPU maupun surat
berharga yang terdapat di pasar modal (capital market) seperti saham,
obligasi, dan berbagai bentuk surat berharga pasar modal lainnya.
4. Investasi Komoditas (Commodity Investment)
Investasi yang dilakukan terhadap komoditas atau biasa disebut sebagai
perdagangan berjangka. Contoh investasi komoditas seperti investasi yang
dilakukan terhadap barang misalnya kopi, kelapa sawit dan lain-lain.

2.1.3 Saham
2.1.3.1 Pengertian Saham
Menurut Martalena dan Malinda (2011:12) menyebutkan bahwa saham
adalah sebagai berikut :
"Saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas."
Menurut Fahmi (2012:81) menyebutkan bahwa saham adalah sebagai
berikut :
20

"Saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama
perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang telah dijelaskan
kepada setiap pemegangnya."

Menurut Azis et al (2012:76) menyebutkan bahwa saham adalah sebagai


berikut :
“Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan investor
individual atau investor institusional atau trader atas investasi mereka atau
sejumlah dana yang diinvestasikan dalam suatu perusahaan.”
Menurut Widoatmodjo (2012:55) menyebutkan bahwa saham adalah
sebagai berikut :
“Tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari
suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut, sesuai porsi
kepemilikannya yang tertera pada saham.”

Menurut Syahyunan (2013:200)menyebutkan bahwa saham adalah sebagai


berikut :
“Saham (stock) merupakan surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan.”
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan, dimana dengan
dimilikinya saham tersebut maka investor akan mendapatkan keuntungan.

2.1.3.2 Jenis-Jenis Saham


Menurut Fahmi (2012:86) menyebutkan bahwa jenis-jenis saham yang
umum dikenal publik yaitu sebagai berikut :
1. Saham Biasa
21

Saham biasa (Common Stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu
perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dollar, yen, dan
sebagainnya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat
Umum Pemegang Saham (RUSP) dan Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk menentukan membeli right issue
(penjualan saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini diakhir tahun
akan mendapatkan dividen.

2. Saham preferen
Saham istimewa (preferen stock) adalah surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominalnya (rupiah, dollar, yen,
dan sebagainnya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan
tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (3 bulan).
Menurut Azis et al (2012:77) menyebutkan bahwa jenis-jenis saham yang
umum dikenal publik yaitu sebagai berikut :
1. Saham biasa (common stock)
Saham biasa merupakan jenis saham yang memiliki hak klaim berdasarkan
laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Apabila terjadi likuidasi
terhadap perusahaan, maka para pemegang saham biasa akan mendapatkan
prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dari penjualan asset
perusahaan. Ciri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:
a. Dividen dibayarkan adalah dividen yang diperoleh dari laba
perusahaan.
b. Memiliki hak suara (one share one vote).
c. Para pemegang saham dapat memperoleh kekayaan perusahaan
apabila semua kewajiban perusahaan telah dilunasi.
2. Saham preferen (preffered stock)
Saham preferen merupakan jenis saham yang sifat pembagian hasilnya
tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham
22

preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas


penjualan asset. Adapun ciri-ciri dari saham preferen adalah :
a. Memiliki hak utama dalam perolehan dividen.
b. Tidak memiliki hak suara.
c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam
pencalonan pengurus.
d. Apabila perusahaan dilikuidasi, maka para pemegang saham memiliki
hak prioritas dalam memperoleh pembayaran sesuai nominal saham
setelah kreditur.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:6) menyebutkan bahwa ada
beberapa sudut pandang untuk membedakan saham yaitu sebagai berikut :
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham
terbagi atas :
a. Saham biasa (common stock)
Merupakan saham yang mewakili klaim kepemilikan terhadap
penghasilan dan kekayaan yang dimiliki perusahaan. Para pemegang
saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas, artinya apabila
perusahaan mengalami kebangkrutan, maka kerugian maksimum yang
ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada
saham tersebut.
b. Saham preferen (preferred stocks)
Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa, karena bisa pendapatan yang dihasilkan
tetap (seperti bunga obligasi). Saham preferen memiliki kesamaan
dengan saham biasa karena sahamnya dapat mewakili kepemilikan
ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas
lembaran saham tersebut dan membayar dividen.
2. Ditinjau dari cara peralihannya saham dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu:
a. Saham atas unjuk (bearer stocks)
23

Merupakan saham yang tidak menulis siapa nama pemiliknya, agar


mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.
Secara hukum, bagi yang memegang saham tersebut, maka akan
diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b. Saham atas nama (registered stocks)
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya,
dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu
dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat
dalam buku perusahaan yang khusus memuat nama pemegang saham.
Apabila sertifikat ini hilang, maka pemilik dapat meminta
penggantian.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Blue-chip stocks
Saham biasa dari suatu emiten yang memiliki reputasi tinggi, sebagai
leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar dividen.
b. Income stocks
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan dalam membayar
dividen yang lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen
secara tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak
mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
c. Growth stocks (well-known)
Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan
yang tinggi dan sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai
reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known),
yaitu saham dari emiten yang tidak menjadi leader dalam industri
namun memiliki ciri-ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal
dari daerah yang kurang popular di kalangan emiten.
24

d. Speculative stocks
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa memperoleh penghasilan
secara konsisten dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan untuk memberikan penghasilan yang tinggi di masa
mendatang meskipun belum pasti.
e. Counter cyclical stocks
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun
situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini
tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang
tinggi sebagai dampak dari emiten yang memberikan penghasilan
tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam
poduk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok
dan barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods).

2.1.3.3 Karakteristik Saham


Menurut Martalena dan Malinda (2011:12) menyebutkan bahwa saham
memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut:
1. Saham biasa memiliki karakteristik
a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi.
b. Hak suara proposional pada pemilihan direksi serta keputusan lain
yang ditetapkan pada rapat umum pemegang saham.
c. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam
rapat umum pemegang saham.
d. Hak memesan efek terlebih dulu sebelum efek tersebut ditawarkan
kepada masyarakat.
2. Saham preferen memiliki karakteristik
a. Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap.
b. Hak klaim lebih dahulu dibandingka saham biasa jika perusahaan
dilikuidasi.
c. Dapat dikonversikan menjadi saham biasa.

2.1.4 Harga Saham


25

2.1.4.1 Pengertian Harga Saham


Menurut Brigham dan Houston (2010:7) menyebutkan bahwa harga saham
adalah sebagai berikut:
“Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi
kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga
saham perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung
pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor
“ratarata” jika investor membeli saham”.

Menurut Takarini dan Hendrarini (2011:93) menyebutkan bahwa harga


saham adalah sebagai berikut:
"Harga saham merupakan salah satu indikator suatu perusahaan dalam
mencapai keberhasilan."
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:102) menyebutkan bahwa harga
saham adalah sebagai berikut:
“Harga saham merupakan harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu.
Harga saham bisa berubah naik ataupun turun dalam hitungan waktu yang
begitu cepat. Ia dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah
dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung
dengan permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual
saham”.

Menurut Hadi (2013:179) menyebutkan bahwa harga saham adalah


sebagai berikut:
“Harga saham adalah nilai saham dalam rupiah yang terbentuk akibat
terjadinya aksi pembelian dan penawaran saham di bursa efek oleh sesama
anggota bursa.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga


saham merupakan harga jual beli yang sedang berlaku dipasar bursa yang
ditentukan kekuatan pasar artinya ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
26

2.1.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham


Menurut Fahmi (2012:87) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi naik turunnya harga saham yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi mikro dan makro ekonomi.
2. Keputusan perusahaan untuk memperluas usaha seperti membuka kantor
cabang, kantor cabang pembantu baik yang dibuka di dalam negeri
maupun yang di luar negeri.
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4. Adanya pihak komisaris atau direksi yang terlibat dalam tindak pidana dan
kasusnya sudah masuk ke pengadilan.
5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya.
6. Risko sistematis, yaitu risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut
menyebabkan perusahaan terlibat.
7. Efek psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual
beli saham.
Menurut Brigham dan Houston (2010:33) menyebutkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham yaitu sebagai
berikut :
1. Faktor internal
a. Pengumuman tentang pemasaran produksi penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan, dan laporan penjualan.
b. Pengumuman pendanaan, seperti pengumuman yang berhubungan
dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director
ann nouncements) seperti perubahan dan pergantian direktur,
manajemen dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diverifikasi seperti laporan merger
investasi, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan
diakuisisi, laporan investasi dan lainnya.
27

e. Pengumuman investasi seperti melakukan ekspansi pabrik


pengembangan riset dan penutupan usah lainnya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negosiasi baru, kotrak baru, pemogokan dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalaba
sebelum akhir tahun viscal dan setelah akhir tahun vicscal earning per
share, dividen per shere, price earning ratio, net profit margin, return
on assets dan lain-lain.
2. Faktor eksternal
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
regulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Penguman hukum seperti tuntutan terhadap perusahaan atau terhadap
manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan
insider trading, volume atau harga saham perdagangan pembatasan atau
penundaan trading.

2.1.4.3 Jenis-Jenis Harga Saham


Menurut Widoatmojo (2011:164) Adapun jenis-jenis harga saham adalah
sebagai berikut:
1. Harga Nominal
Harga yang tecantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten
untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga
nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya
ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2. Harga Perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat dibursa
efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa
28

harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untk
menentukan harga perdana.
3. Harga Pasar
Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada
investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu
dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat
dibursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi
harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah
yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada
transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor
dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat
kabar atau media lain adalah harga pasar.

4. Harga pembukaan
Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli
pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat dimulainya hari
nursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan harga sesuai dengan
yang diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam keadaan demikian, harga
pembukuan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar
mungkin juga akan menjadi harga pembukaan. Namun tidak selalu terjadi.
5. Harga Penutupan
Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli
pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja terjadi pada
saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham, karena ada
kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga
penutupan itu telah menjadi harga pasar. Namun demikian, harga ini tetap
menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut.
6. Harga Tertinggi
29

Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang terjadi
pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu saham lebih
dari satu kali tidak pada harga yang sama.
7. Harga Terendah
Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah yang terjadi
pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi atas suatu
saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama. Dengan kata lain,
harga terendah merupakan lawan dari harga tertiggi.
8. Harga Rata-Rata
Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan terendah.

2.1.4.4 Analasis Harga Saham


Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:149) menyebutkan bahwa
analisis harga saham terdiri dari analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis fundamental memiliki pengertian yaitu salah satu cara untuk melakukan
penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang
terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan
hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan. Analisis
fundamental ini menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan
untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat.
Data-data dalam laporan keuangan yang mendukung untuk melihat pergerakan
harga saham ini dapat dicerminkan dalam rasio-rasio keuangan (Darmadji dan
Fakhruddin, 2012:149).
Analisis teknikal adalah salah satu metode yang digunakan untuk penilaian
saham, dimana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis
pada datadata statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti
harga saham dan volume transaksi. Analisis teknikal merupakan jenis analisis
yang lebih mengutamakan pada perilaku pasar, perubahan harga saham di waktu
lalu, volume perdagangan, dan indeks harga saham gabungan dari saham tersebut
(Darmadji dan Fakhruddin, 2012:160).

2.1.5 Return Saham


30

2.1.5.1 Pengertian Return Sahamn


Konsep risiko selalu berkaitan dengan return karena investor selalu
mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang
dihadapinya. Menurut Hartono (2010:205) menyebutkan bahwa return saham
adalah sebagai berikut :
"Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasian yang sudah terjadi atau return ekspektasian yang
belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa yang
mendatang."

Menurut Brigham dan Houston (2011:215) menyebutkan bahwa return


saham adalah sebagai berikut :
"Return merupakan tingkat pengembalian merupakan selisih antara jumlah
yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang
diinvestasikan."
Menurut Fahmi (2012:189) menyebutkan bahwa return saham adalah
sebagai berikut :
"Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu, dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya."

Menurut Horne dan Wachowicz (2012:116) menyebutkan bahwa return


saham adalah sebagai berikut :
"Return merupakan penghasilan yang diterima dari suatu investasi
ditambah dengan perubahan harga pasar yang biasanya."
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa return
saham adalah tingkat pengembalian atas suatu saham biasa yang secara aktual
diterima oleh pemegang saham dalam periode di masa lalu.

2.1.5.2 Jenis-Jenis Return Saham


Menurut Jogiyanto (2010:205) menyebutkan bahwa return saham dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
1. Return realisasian
Return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis
merupakan return realisasian. Dalam hal ini return realisasian (realized
31

return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasian penting


karena digunakan sebagai salah sau pengukur kinerja perusahaan.
2. Return ekspektasian
Return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang.
Berbeda dengan return realisasian yang sifatnya sudah terjadi, return
ekspektasian sifatnya belum terjadi. Return merupakan selisih antara harga
jual dengan harga beli (dalam persentase) ditambah kas lain (misalnya
dividen).

2.1.5.3 Bentuk Return Saham


Menurut Simatupang (2010:39) terdapat dua bentuk return yang diterima
oleh investor dari kegiatan investasi saham, yaitu :

1. Dividen
Dividen adalah keutungan bersih setelah dikurangi pajak yang diberikan
perusahaan penerbit saham kepada para pemegang saham. Sering dijumpai
perusahaan tidak membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya.
Hal ini didasarkan pada pertimbangan kebutuhan dana untuk pengembangan
usaha, memprioritaskan pembayaran utang perusahaan, dan pertimbangan
lainnya. Oleh sebab itu, investor harus dapat mengamati dan
mempertimbangkannya sebelum melakukan investasi
2. Capital Gain
Capital gain merupakan keutungan yang diperoleh oleh para investor di
pasar modal, yang berasal dari selisih antara harga beli dan harga jual.
Data-data transaksi di Bursa Efek menunjukkan bahwa banyak para
investor di pasar modalmelakukan investasi saham lebih memprioritaskan
mendapatkan capital gain daripada dividen. Hal ini ditunjukkan oleh
banyaknya investor melakukan investasi bersifat jangka pendek dengan
membeli saham pada pagi hari dan kemudian akan menjualnya lagi pada
sore hari atau satu dua hari kemudian setelah harganya naik.
32

Menurut Riadi (2013:21) investor yang memilih untuk berinvestasi di


pasar modal dalam bentuk sekuritas saham akan memperoleh keutungan (return)
atas kepelilikannya terhadap sekuritas dalam hal berikut ini:
1. Memperoleh deviden, selama mereka tetap memegang saham
2. Memperoleh capital gain, jika harga jual melebihi harga beli saham
tersebut. Di samping mendapatkan keuntungan para investor juga di
hadapkan oleh resiko yaitu:
a. Tidak ada pembagian dividen
b. Capital loss, jika harga beli saham lebih besar daripada harga jual
saham
c. Risiko likuidasi, jika emiten bangkrut atau dilikuidasi
d. Saham delisting dari Bursa jika saham dihapus pencatatannya di Bursa

2.1.5.4 Pengukuran Return Saham


Menurut Horne dan Wachowicz (2012:116) menyebutkan bahwa return
saham dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
Rt = (Pt - Pt-1)
Pt-1
Keterangan :
Rt = Return saham periode t
Pt = Return saham periode t
Pt-1 = Return saham periode t

2.1.6 Inflasi
2.1.6.1 Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum yang
disebabkan oleh turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Menurut
Sukirno (2012:314) menyebutkan bahwa inflasi adalah sebagai berikut :
"Inflasi sebagai proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian."
33

Menurut Nopirin (2012:25) menyebutkan bahwa inflasi adalah sebagai


berikut :
"Inflasi adalah sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus-menerus."
Menurut Prasetyo (2012:195) menyebutkan bahwa inflasi adalah sebagai
berikut :
"Inflasi secara umum dapat diartikan sebagai kenaikan harga-harga umum
secara terus menerus selama dalam suatu periode tertentu."
Menurut Prasetyo (2012:195) beberapa unsur dalam pengertian inflasi
perlu diketahui bahwa :
1. Inflasi merupakan proses kecenderungan kenaikan harga-harga umum
barang-barang dan jasa secara terus menerus.
2. Kenaikan harga-harga ini tidak berarti harus naik dengan presentase yang
sama, yang penting terdapat kenaikan harga-harga umum barang secara
terus menerus selama periode tertentu (satu bulan atau satu tahun).
3. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya sekali saja dan bersifat sementara
atau secara temporer (sekalipun dalam presentase yang besar) tetapi, tidak
berdampak meluas bukanlah merupakan inflasi.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka inflasi adalah kecenderungan
dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus, akan tetapi bila
kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali
bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari
harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan
persentase yang sama.

2.1.6.2 Jenis-Jenis Inflasi


Menurut Prasetyo (2012:198) menyebutkan bahwa Jenis-jenis inflasi dapat
dikategorikan berdasarkan tingkat keparahan, sebab, menurut sifatnya, dan
lainnya sebagaimana diterangkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tingkat keparahan penggolongan inflasi berdasarkan tingkat
parah dan tidaknya dapat dilihat dari berbagai tingkatan berikut :
34

a. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)


b. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% per tahun)
c. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% per tahun)
d. Hiperinflasi atau hyperinflation (lebih dari 100% per tahun)
2. Berdasarkan penyebabnya
a. Daya tarik permintaan (demand pull inflation)
Demand pull inflation, atau sering disebut sebagai (demand-side
inflation) atau goncangan permintaan (demand shock inflation), yaitu
inflasi yang disebabkan karena adanya daya tarik dari permintaan
masyarakat akan berbagai barang yang terlalu kuat. Inflasi jenis ini
biasa dikenal juga sebagai philips curve inflation, yaitu merupakan
inflasi yang dipicu oleh interaksi permintaan dan penawaran akan
barang dan jasa domestik dalam jangka panjang yang banyak
dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Daya dorong penawaran (cost push inflation)
Cost push inflation, atau (supply-side inflation) atau sering disebut
juga sebagai goncangan penawaran (supply shock inflation), yaitu
inflasi yang disebabkan karena adanya goncangan atau dorongan
kenaikan biaya faktorfaktor produksi secara terus menerus dalam
kurun waktu tertentu.
c. Inflasi campuran (mixed inflation)
Inflasi campuran yang dimaksud dalam hal ini adalah jenis inflasi
yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan permintaan dan
kenaikan penawaran. Inflasi ini sering terjadi karena ketika para
pelaku permintaan dan penawaran tidak seimbang, yaitu jika
permintaan akan barang bertambah banyak, menyebabkan faktor-
faktor produksi dan penyediaan barang menjadi berkurang, padahal
substitusi barang tersebut lemah, akibatnya harga faktor produksi naik,
yang selanjutnya harga barang juga ikut naik. Inflasi jenis ini akan
semakin parah dan sulit untuk diatasi, jika kenaikan dari sisi supply
lebih tinggi sama dengan kenaikan dari sisi demand.
35

d. Ekspektasi inflasi (expected inflation)


Inflasi jenis ini disebabkan adanya perilaku masyarakat secara umum
yang bersifat adaptif atau forward looking, karena masyarakat melihat
harapan di masa datang akan semakin lebih baik dari masa
sebelumnya. Harapan masyarakat di masa datang yang lebih baik ini
dapat menyebabkan demand pull inflation maupun cost push inflation
tergantung dari harapan masyarakat yang mana yang lebih baik dan
bagaimana kondisi persediaan barang dan faktor produksi di saat itu
dan di masa datang.
3. Menurut asalnya
a. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation)
Domestic inflation, yaitu jenis inflasi yang berasal dari dalam negeri
di suatu negara itu sendiri. Inflasi jenis ini terjadi dapat disebabkan
karena perilaku konsumtif masyarakat atau “shock” pamer kekayaan,
sehingga harga-harga barang menjadi naik.
b. Inflasi dari luar negeri (imported inflation)
Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri ini pada
umumnya dapat terjadi karena adanya kelangkaan sumber daya secara
umum di luar negeri (di berbagai negara, misalnya kelangkaan minyak
bumi di tahun 2007-2008 kemarin) sehingga menimbulkan permintaan
pasar terhadap barang tersebut meningkat hingga sampai ke beberapa
negeri seberang, akibatnya secara umum harga barang-barang tersebut
meningkat.
4. Jenis inflasi menurut sifatnya
Jenis inflasi menurut sifatnya sebenarnya sulit untuk dikategorikan sebagai
jenis inflasi yang benar-benar dapat diukur dengan pasti. Karena sifat dari
inflasi ini dapat melekat pada jenis inflasi yang lain. Pada umumnya jenis
inflasi menurut sifatnya ini dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,
yaitu :
a. Jenis inflasi merayap (creeping inflation) atau sering disebut inflasi
jenis ringan, karena kenaikan harga-harga barang bersifat sangat
36

lambat dan sifat besarannya tergolong ringan yakni kurang dari 10


persen.
b. Jenis inflasi menengah atau sedang (moderate inflation), jenis inflasi
ini dikatakan bersifat moderat atau sedang karena kenaikan harga-
harga barang bersifat masih lambat, sehingga tidak menimbulkan
distorsi pada pendapatan, dan kenaikan harga masih bersifat relatif
ringan yakni sekitar 10-30 persen.
c. Jenis inflasi ganas (galloping inflation), inflasi ini dikatakan ganas
karena dampaknya sudah semakin meluas dan semakin sulit untuk
dikendalikan. Besaran inflasi jenis ini umumnya sekitar 30 persen–
100 persen atau bahkan besarannya sering dapat dikatakan sudah
mencapai dua sampai tiga digit.
d. Jenis sangat parah (hyperinflation), yaitu jenis inflasi yang sifatnya
sangat berat dan sangat parah, sehingga besarannya dapat mencapai
ratusan bahkan ribuan persen atau milyaran persen per tahun, dan
inflasi jenis ini sifatnya sangat mematikan.
5. Jenis inflasi lainnya
Jenis-jenis inflasi lainnya yang dimaksud dalam pembahasan ini
sebenarnya merupakan derivative atau merupakan disagregasi dari
berbagai jenis dan akibat terjadinya inflasi yang telah dijelaskan di atas.
Beberapa jenis inflasi yang perlu dikenali tersebut adalah sebagai berikut:
a. Inflasi inti (core inflation)
Inflasi inti yaitu jenis inflasi yang dipengaruhi oleh perkembangan
faktorfaktor fundamental dalam perekonomian suatu negara seperti;
interaksi permintaan dan penawaran, lingkungan eksternal (nilai tukar,
harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang), dan ekspektasi
inflasi dri perdagangan dan konsumen, yang akan berdampak pada
perubahan hargaharga secara umum dan lebih bersifat permanen dan
persistent, yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara
umum dan lebih bersifat permanen dan persistent.
b. Inflasi struktural (structural inflation)
37

Inflasi jenis ini terjadi sebagai akibat dari adanya berbagai kendala
atau kekauan struktural yang menyebabkan penawaran di dalam suatu
perekonomian menjadi kurang responsif terhadap permintaan yang
meningkat.
c. Target inflasi (targeting inflation)
Target inflasi, inflasi administrasi, dan inflasi bergejolak serta
seigniorage sebenarnya bukan merupakan jenis inflasi inti, tetapi
tergolong jenis inflasi non inti atau merupakan disagregasi inflasi. Jadi
targeting inflation adalah tingkat inflasi yang ditargetkan pemerintah
melalui kebijakan moneter.

d. Inflasi administrasi (administered price inflation)


Administered price inflation, yaitu jenis inflasi yang banyak
dipengaruhi oleh shocks yang berupa kebijakan dalam mengatur harga
seperti pada harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, SPP mahasiswa,
dan sebagainya. Dimana, administered prices merupakan harga atau
biaya administrasi yang sering ditentukan sepihak oleh pemerintah
atau oleh BUMN, sehingga biaya atau harga tersebut sering memicu
inflasi di masyarakat.
e. Inflasi bergejolak (volatile goods prices inflation)
Inflasi bergejolak adalah inflasi barang/jasa yang perkembangan
harganya sangat bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh shocks yang
bersifat temporer seperti musim panen, gangguan alam, gangguan
penyakit, dan gangguan distribusi. Jadi inflasi ini merupakan inflasi
turunan (disagregasi inflasi) dan tidak bersifat inti.
f. Pajak inflasi (tax inflation)
Ketika masalah inflasi ditandai dengan banyaknya jumlah uang
beredar (JUB), maka inflasi ini terjadi karena disebabkan pemerintah
mencetak uang terlalu banyak untuk membiayai kegiatan
perekonomiannya. Karena masalah perekonomian yang sangat
38

kompleks seperti: defisit neraca pembayaran, defisit APBN,


pembiayaan kredit yang terlalu bnaya melalui bank pemerintah
sehingga permasalahan tersebut harus dapat diatasi, dan salah satu
cara termudah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
mencetak uang baru.
g. Inersia inflasi (inflation inertia)
Inflasi inersia, terjadi karena adanya inflasi di masa lalu yang
mempengaruhi ekspektasi inflasi masa depan, sebab ekspektasi ini
mempengaruhi upah serta harga yang ditetapkan.

Menurut Sukirno (2012:333) menjelaskan terdapat tiga bentuk inflasi


berdasarkan sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, yaitu
sebagai berikut :
1. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan biaya ini biasanya terjadi pada negara yang mengalami
kemajuan perekonomian yang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi akan
menambah pendapatan masyarakat sehingga menimbulkan pengeluaran
yang melebihi kemampuan ekonomi untuk memproduksi suatu barang dan
jasa, pengeluaran yang berlebihan inilah yang menyebabkan terjadinya
inflasi. Selain terjadi pada masa kemajuan perekonomian yang pesat,
inflasi tarikan permintaan juga dapat terjadi pada masa perang dan
ketidakstabilan politik.
2. Inflasi Desakan Biaya
Inflasi ini juga terjadi pada perekonomian yang mengalami kemajuan yang
pesat ketika pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan mengalami
kenaikan permintaan yang berkelanjutan maka perusahaan tersebut akan
menambah produksinya dan mengeluarkan banyak biaya produksi untuk
bayaran tenaga kerja tambahan demi pemenuhan permintaan, langkah ini
menyebabkan kenaikan harga-harga di berbagai barang.
3. Inflasi Impor
39

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan barang-barang impor yang


mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-
perusahaan salah satunya adalah kenaikan minyak impor yang merupakan
faktor produksi disuatu perusahaan. Kenaikan minyak impor akan
menyebabkan biaya produksi suatu perusahaan akan mengalami
peningkatan, dan menyebabkan harga-harga produk juga mengalami
kenaikan.

2.1.6.3 Teori Inflasi


Dalam ilmu ekonomi pembangunan teori inflasi dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yakni teori monetaris dan non-monetaris karena pada
dasarnya inflasi adalah masalah moneter. Menurut Prasetyo (2012:215)
menyebutkan bahwa kajian teori inflasi dilihat dari sudut pandang teori Kuantitas,
teori Keynes, teori Strukturalis yaitu sebagai berikut :
1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas ini merupakan teori inflasi yang paling tua, dan merupakan
teori yang mendekati inflasi dari segi permintaan, teori ini kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh kelompok ekonom dari Universitas
Chicago yang juga dikenal sebagai kelompok monetaris. Menurut para
ekonom dari Chicago ini, inflasi hanya dapat terjadi jika ada kenaikan
dalam jumlah uang beredar. Menurut teori kuantitas, penyebab utama
terjadinya inflasi adalah masalah penambahan jumlah uang beredar dan
faktor “psikologi” masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa
datang. Menurut teori Kuantitas ini, nilai uang ditentukan oleh permintaan
dan penawaran akan uang di pasar uang, dan JUB ditentukan oleh bank
sentral.
2. Teori Keynes
Menurut pandangan teori Keynes, JUB (MS) hanyalah sebagai salah satu
faktor penentu tingkat harga (inflasi). Inflasi terjadi karena masyarakat
40

hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti


bagaimana perebutan rizki antara golongan-golongan masyarakat bisa
menimbulkan permintaan agregatif yang lebih besar daripada jumlah
barang yang tersedia (yaitu jika terjadi inflationary gap).
3. Teori Strukturalis
Menurut teori strukturalis (structural inflation) inflasi jenis ini terjadi
sebagai akibat dari adanya berbagai kendala atau kekakuan struktural yang
menyebabkan kekakuan penawaran dalam perekonomian suatu negara,
sehingga kurva penawaran menjadi kurang atau tidak responsif terhadap
permintaan yang meningkat. Menurut pandangan kelompok strukturalis
ini, sebab-sebab kekakuan struktural terjadi karena adanya kendala
penawaran bagan pangan yang bersifat inelastic, kendala devisa yang
terbatas, dan kendala fiskal.

2.1.6.4 Dampak Inflasi


Inflasi sebenarnya mengandung dampak negatif dan positif, namun sering
menimbulkan dampak negatif. Secara umum dampak inflasi dapat mempengaruhi
distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi, dan produk nasional. Menurut
Prasetyo (2012:221) menyebutkan bahwa dampak positif dapat meningkatkan
gairah produksi dan kesempatan kerja baru. Adapun dampak negatif dari inflasi
yang dimaksud secara umum yaitu sebagai berikut :
1. Inflasi menurunkan daya beli, terutama terhadap masyarakat miskin atau
masyarakat yang berpendapatan tetap atau rendah.
2. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, termasuk masyarakat
menjadi tidak suka menabung, sehingga investasi tetap rendah dan pada
gilirannya menghambat pertumbuhan perekonomian baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
3. Semakin melebarkan kesenjangan pendapatan antara si miskin dan kaya.
4. Inflasi yang tinggi menghambat investasi produktif karena tingginya
ketidakpastian.
41

5. Bagi pemerintah, inflasi sering menyulitkan karena kebijakan pemerintah


menjadi tidak efektif dan dapat menimbulkan biaya sosial inflasi yang
makin besar.
2.1.6.5 Pengukuran Inflasi
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka
indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang dibeli konsumen
dalam suatu periode tertentu. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat
inflasi, yaitu :
It = (IHKt - IHKt-1)
IHKt-1
Keterangan :
It = Tingkat inflasi periode t
IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1
2.1.7 Nilai Tukar
2.1.7.1 Pengertian Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs merupakan sejumlah uang dari suatu mata uang
tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satuan unit mata uang negara lain.
Menurut Peraturan Mentri Keuangan No 114/PMK.04/2007 Pasal 1 yang
dimaksud dengan nilai tukar adalah Sebagai berikut :
“Harga mata uang rupiah terhadap mata uang asing.”
Menurut Arifin dan Hadi (2009:82) menyebutkan bahwa pengertian nilai
tukar adalah sebagai berikut :
"Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya."
Menurut Manurung (2009:95) menyebutkan bahwa pengertian nilai tukar
adalah sebagai berikut :
"Nilai tukar merupakan harga satu mata uang dalam satuan mata uang lain
yang ditentukan dalam pasar valuta asing."
Menurut Hasibuan (2009:14) menyebutkan bahwa pengertian nilai tukar
adalah sebagai berikut :
42

"Kurs adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan
mata uang negara asing atau perbandingan nilai tukar valuta antarnegara."
Berdasarkan pengertian-poengertian di atas bahwa nilai tukar adalah suatu
mata uang sebenarnya adalah ‘harga’ mata uang suatu negara terhadap negara
asing lainnya, sedangkan nilai tukar Rupiah adalah harga Rupiah terhadap mata
uang negara lain.

2.1.7.2 Jenis-Jenis Nilai Tukar


Menurut Dornbusch, et.al (2008:46) menyebutkan bahwa nilai tukar atau
lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta
asing, dikenal ada empat jenis yakni :
1. Selling Rate (kurs jual) yakni kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2. Middle Rate (kurs tengah) adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh bank
sentral pada suatu saat tertentu.
3. Buying Rate (kurs beli) adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4. Flat Rate (kurs flat) adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli
bank notes dan traveller chaque, dimana dalam kurs tersebut sudah
diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainya.

2.1.7.3 Manfaat Nilai Tukar


Menurut Hasibuan (2009:14) nilai tukar atau kurs memeiliki manfaat yang
penting yaitu sebagai berikut :
1. Dengan adanya kurs maka perdagangan internasional (ekspor-impor)
dapat dilakukan
2. Dengan adanya kurs maka pembayaran transaksi komersial dan finansial
antar negara dapat terlaksana
3. Dengan adanya kurs maka kerjasama lalu lintas pembayaran (LLP)
antarbank devisa di dunia dapat terlaksana
43

4. Dengan adanya kurs maka transaksi jual beli valuta asing (valas) dapat
dilakukan
5. Dengan adanya kurs maka uang kartal berfungsi juga sebagai barang
komoditi yang dapat diperjual belikan
6. Dengan adanya kurs maka cek perjalanan valas dapat diterbitkan dan
diedarkan oleh bank-bank devisa di dunia.
7. Dengan adanya kurs, orang dapat berpergian antar Negara.

2.1.7.4 FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar


Menurut Arifin dan Hadi (2009:84) menyebutkan bahwa ada dua faktor
penyebab perubahan nilai tukar yaitu sebagai berikut :
1. Faktor penyebab nilai tukar secara langsung sebagai berikut :
a. Pemintaan valas akan ditentukan oleh impor barang dan jasa yang
memerlukan dolar atau valas dan ekspor modal dari dalam ke luar
negeri.
b. Penawaran valas ditentukan oleh ekspor barang dan jasa yang
menghasilkan dollar atau valas dan impor modal dari luar negeri ke
dalam negeri.
2. Faktor penyebab nilai tukar secara tidak langsung sebagai berikut:
a. Posisi neraca pembayaran
Saldo neraca pembayaran memiliki konsekuensi terhadap nilai tukar
rupiah. Jika saldo neraca pembayaran defisit, permintaan terhadap
valas akan meningkat.Hal ini menyebabkan nilai tukar melemah
(depresiasi). Sebaliknya jika saldo neraca pembayaran surplus,
permintaan terhadap valas akan menurun, dan hal ini menyebabkan
nilai rupiah menguat (terapresiasi)
b. Tingkat inflasi
Dengan asumsi faktor lainnya tetap (ceteris paribus), kenaikan harga
akan mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara. Sesuai
dengan teori paritas daya beli (purchasing power parity) atau PPP,
yang mengartikan bahwa pergerakan kurs antara mata uang dua
44

negara berasal dari tingkat harga di kedua negara itu sendiri. Dengan
demikian, menurut teori ini penurunan daya beli mata uang (yang
ditunjukan oleh kenaikan harga di negara yang berkaitan) akan diikuti
dengan depresiasi mata uang secara proporsional dalam pasar valuta
asing. Sebaliknya, kenaikan daya beli mata uang domestik (misalnya
rupiah) akan mengakibatkan apresiasi (penguatan mata uang) secara
proporsional.
c. Tingkat bunga
Dengan asumsi ceteris paribus adanya kenaikan suku bunga dari
simpanan mata uang domestik, akan mengakibatkan mata uang
domestik itu mengalami apresiasi (penguatan) terhadap nilai mata
uang negara lain. Hal ini mudah dimengerti karena peningkatkan suku
bunga deposito, misalnya orang yang menyimpan aset di lembaga
perbankan dalam bentuk rupiah akan mendapatkan pendapatan bunga
yang lebih besar sehingga mengakibatkan nilai rupiah terapresiasi.
d. Tingkat pendapatan nasional
Seperti pada tingkat bunga, tingkat pendapatan nasional hanya
mempengaruhi nilai tukar melalui tingkat permintaan dolar atau valas
lainnya. Kenaikan pendapatan nasional( yang identik dengan
meningkatnya kegiatan transaksi ekonomi) melalui kenaikan impor
akan menigkatkan permintaan terhadap dolar atau valas lainnya
sehingga menyebabkan nilai rupiah terdepresiasi dibandingkan dengan
valas lainnya.
e. Kebijakan Moneter
Kebijakan dari pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi
kegiatan ekonomi dapat mempengaruhi suatu pergerakan kurs.
Misalnya, kebijakan Bank Indonesia yang besifat ekspansif (dengan
menambah jumlah uang beredar) kemudian mendorong kenaikan
harga atau inflasi. Kemudian menyebabkan rupiah mengalami
depresiasi karena menurunkan daya beli rupiah terhadap barang dan
jasa dibandingkan dolar atau valas lainnya.
45

f. Ekspektasi dan Spekulasi


Untuk sistem nilai tukar yang diberikan kepada mekanisme pasar
secara bebas, seperti halnya rupiah dan sebagian besar nilai mata uang
negara di dunia, perubahan nilai tukar rupiah dapat disebabkan oleh
faktor non-ekonomi (misalnya karena ledakan bom atau gangguan
keamanan) akan berpengaruh kepada kondisi perekonomian di dalam
negeri.
Menurut Madura (2009:128) menyebutkan bahwa ada faktor penyebab
perubahan nilai tukar yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat Inflasi Relatif
Perubahan pada tingkat inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan
internasional yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu
mata uang dan karenanya mempengaruhi kurs nilai tukar.
2. Suku Bunga Relatif
Perubahan pada suku bunga dapat mempengaruhi investasi pada sekuritas
asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu mata
uang dan karenanya mempengaruhi kurs nilai tukar.
3. Tingkat Pendapatan Relatif
Pendapatan mempengaruhi jumlah permintaan barang impor, maka
pendapatan dapat mempengaruhi kurs mata uang.
4. Pengendalian Pemerintah
Pemerintah negara asing dapat mempengaruhi kurs keseimbangan dengan
berbagai cara yaitu mengenakan batasan atas pertukaran mata uang asing,
mengenakan batasan perdagangan asing, mencampuri pasar uang asing
(dengan membeli dan menjual mata uang) dan mempengaruhi variabel
makro seperti inflasi, suku bunga, dan tingkat pendapatan.
5. Predikasi Pasar
Harapan pasar mengenai kurs mata uang di masa depan. Seperti pasar
keuangan lain, pasar mata uang asing juga bereaksi terhadap berita yang
memiliki dampak di masa depan.
46

2.1.7.5 Sistem Nilai Tukar


Menurut Sukirno (2011:403) menyebutkan bahwa sistem nilai tukar atau
kurs yang biasa diterapkan oleh negara-negara di dunia adalah sebagai berikut:
1. Sistem nilai tukar tetap (Fixed Exchange Rate System)
Yaitu sistem kurs yang mematok nilai kurs mata uang asing terhadap mata
uang negara yang bersangkutan dengan nilai tertentu yang selalu sama
dalam periode tertentu.
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Freely Floating Exchange Rate
System)
Merupakan nilai satu mata uang yang ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran pada bursa valuta asing.
3. Sistem nilai tukar mengambang terendali (Managed Floating Exchange
Rate System)
Dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali, peran pemerintah sangat
dibutuhkan dalam mempertahankan nilai mata uangnya.
4. Sistem nilai tukar terkait (Pegged Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar terkait dilakukan dengan mengaitkan nilai mata uang
satu negara dengan nilai mata

2.1.7.6 Pengkuran Nilai tukar


Nilai tukar yang dibahas pada penelitian ini adalah nilai tukar rupiah
terhadap nilai tukar negara Amerika Serikat (US$) yang dinyatakan dengan
IDR/USD (Indonesia Rupiah/Dollar AS). Data yang digunakan adalah kurs tengah
yaitu kurs yang didapatkan berdasarkan hasil data rata-rata kurs beli dan kurs jual
per tahun dalam perdagangan valuta asing (Simi dkk, 2015). Data yang diambil
dari Bank Indonesia dengan satuan rupiah per dollar.

2.1.8 Tingkat Suku Bunga


2.1.8.1 Pengertian Suku Bunga
Suku bunga adalah jumlah tertentu yang harus dibayarkan peminjam
kepada pemberi pinjaman atas sejumlah uang tertentu untuk membiayai konsumsi
dan investasi. suku bunga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran
47

dana di pasar uang. Menurut Tandelilin (2010:213) menyebutkan bahwa


pengertian suku bunga adalah sebagai berikut :
“Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor ekonomi makro yang
secara empiris telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
investasi di beberapa negara.”
Menurut Brigham dan Houston yang dialih bahasakan oleh Ali Akbar
Yulianto (2010:164) menyebutkan bahwa pengertian suku bunga adalah sebagai
berikut :
“Suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk meminjam modal
utang.”
Menurut Sunariyah (2011:82) menyebutkan bahwa pengertian suku bunga
adalah sebagai berikut :
"Suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai
persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran
harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan
kepada kreditur."

Menurut Kasmir (2012:154) menyebutkan bahwa pengertian suku bunga


adalah sebagai berikut :
"Suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh
bank berdasarkan prinsip konversial kepada nasabah yang membeli atau
menjual produknya."
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, suku bunga adalah harga yang
harus dibayar atas penggunaan suatu dana tertentu. Kemudian yang dimaksud
suku bunga di sini adalah suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia (BI)
selaku bank sentral.

2.1.8.2 Jenis-Jenis Suku Bunga


Menurut Kasmir (2012:154) menyebutkan bahwa dalam kegiatan
perbankan konvensional ada dua macam bunga yang diberikan bank kepada
nasabahnya yaitu sebagai berikut :
1. Bunga simpanan
48

Bunga simpanan merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada
nasabah pemilik simpanan. Bunga simpanan ini diberikan sebagai
rangsangan atau balas jasa kepada nasabah yang menyimpan uangnya di
bank.
2. Bunga pinjaman
Bunga pinjaman merupakan bunga yang dibebankan kepada peminjam
(debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam
kepada bank.
Menurut Prasetiantono (2008:101) menyebutkan bahwa suku bunga dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut :
1. Suku bunga nominal
Suku bunga niminal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini
mnerupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini
menunjukan sejumlah rupihak untuk setiap satu rupiah yang
diinvestasikan.
2. Suku bunga riil
Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat
inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju
inflasi, disebutkan bahwa interest (bunga, kepentingan, hak) merupakan :
a. Beban atas penggunaan uang dalam satu periode.
b. Suatu pemilikan atau bagian kekayaan dalam suatu perusahaan, usaha
dagang, atau sumber daya.

2.1.8.3 Fungsi Suku Bunga


Menurut Sunariyah (2011:83) menyebutkan bahwa fungsi suku bunga
yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, institusi atau
lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diivestasikan.
2. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah
terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi.
49

3. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka


mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan
produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk
mengontrol tingkat inflasi. Ini berarti, pemrintah dapat mengatur sirkulasi
uang dalam suatu perekonomian.

2.1.8.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga


Menurut Kasmir (2012:155) menyebutkan bahwa besar kecilnya
penetapan suku bunga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan dana Apabila bank mengalami kekurangan dana sedangkan
permintaan pinjaman meningkat maka bank akan meningkatkan suku
bunga simpanan untuk dapat memenuhi dana tersebut. Dengan kenaikan
suku bunga simpanan maka akan suku bunga pinjaman juga akan naik.
Namun, apabila dana yang tersedia banyak dan permintaan pinjaman
sedikit maka bunga simpanan akan turun.
2. Persaingan Dalam penetapan suku bunga, bank harus memperhatikan
pesaing. Untuk mendapatkan dana cepat maka suku bunga simpanan harus
di atas suku bunga yang ditetapkan pesaing sedangkan suku bunga
pinjaman harus di bawah suku bunga pinjaman yang ditetapkan pesaing.
3. Kebijakan pemerintah Meskipun dalam penetapan suku bunga masing-
masing bank berbeda tetapi dalam penetapan suku bunga tersebut tidak
boleh melebihi suku bunga yang telah ditetapkan pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan Untuk memenuhi target laba yang dinginkan
yaitu jika laba yang diinginkan bank besar maka bunga pinjaman juga
harus besar.
5. Jangka waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka akan
semakin tinggi bunga yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan besarnya
kemungkinan resiko di masa mendatang.
50

6. Kualitas jaminan Semakin likuid jaminan yang diberikan maka akan


semakin rendah bunga pinjaman yang dibebankan.
7. Reputasi perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan akan berpengaruh
terhadap besar kecilnya tingkat suku bunga yang akan diberikan karena
perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa
mendatang relatif kecil.
8. Produk yang kompetitif Untuk pemberian bunga pinjaman, produk yang
kompetitif relatif lebih rendah dibandingkan dengan produk yang kurang
kompetitif.
9. Hubungan baik Penentuan suku bunga antara nasabah utama dengan
nasabah biasa berbeda. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan
yang baik dengan pihak bank sehingga penentuan bunganya pun berbeda.
10. Jaminan pihak ketiga Ketika pihak yang memberikan jaminan bonafid
maka bunga yang akan dibebankan berbeda dibandingkan dengan
perusahaan kurang bonafit.

2.1.8.5 Teori Tentang Bunga


Menurut Rahmat dan Maya (2011:101) menyebutkan bahwa terdapat
beberapa teori yang menjelaskan tentang bunga tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Teori klasik (classical theory of interest)
Menurut teori klasik, tingkat suku bunga ditetukan oleh dua faktor yaitu
sebagai berikut :
a. Permintaan atas modal (demand for capital)
Permintaan atas modal ini timbul karena adanya keinginan dari
sebagian anggota masyarakat untuk berinvestasi/menanamkan
modalnya dalam suatu usaha atau membeli saham sehingga timbul
permintaan atas uang.
b. Penawaran atas modal (supply of capital)
Penawaran atas modal ini datang dari sebagian anggota masyarakat
yang mengadakan tabungan (saving) dan kemudian menawarkannya
untuk dijadikan modal. Dari pendapat di atas maka teori ini
51

menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat suku bunga akan


ditentukan oleh pertemuan/perpotongan kurva investasi dengan kurva
saving.
2. Teori non klasik (the loanable fund theory)
Menurut teori ini tingkat suku bunga tidak ditentukan oleh permintaan dan
penawaran tabungan (demand and supply of saving). Menurut teori ini
tingkat suku bunga merupakan harga dari kredit (loan) yang akan
ditentukan oleh demand and supply of credit. Permintaan atas loanable
fund datang dari adanya keinginan untuk investasi serta adanya keinginan
untuk menyimpan kekayaan dalam bentuk uang sedangkan penawaran
loanable fund datang dari adanya keinginan sebagian masyarakat untuk
menabung (saving) yang kemudian ditawarkan untuk modal, adanya
penciptaan uang baru dan mengaktifkan uang yang menganggur
(dishoarding idle money). Jadi menurut teori ini tinggi rendahnya suku
bunga yang berlaku di masyarakat ditentukan oleh keseimbangan antara
permintaan dan penawaran loanable fund.
3. Teori modern (J.M. Keynes)
Teori ini dikenal sebagai monetary theory of interest atau liquidity
preference yaitu keinginan atau hasrat untuk memegang/menahan uang
tunai. Hal ini didasarkan pada tiga motif yaitu motif transaksi (transaction
motive), motif berjaga-jaga (precautionary motive) dan motif spekulasi
(speculative motive). Dari teori ini disimpulkan bahwa suku bunga
dibayarkan karena adanya kesediaan untuk melepaskan kekayaan dalam
bentuk uang tuna. Oleh karena itu, dalam teori ini menyebutkan bahwa
bunga adalah harga dari uang (interest is the price of money).
4. Teori Hicks
Dalam teori ini Hicks berpendapat bahwa tinggi rendahnya tingkat suku
bunga ditentukan oleh tabungan (saving), investasi (investment), uang
tunai (liquidity preference) dan jumlah uang yang beredar (money supply).
Jadi teori ini merupakan gabungan antar teori klasik dengan teori Keynes.
52

2.1.8.6 Pengukuran Tingkat Suku Bunga


Pengukuran tingkat suku bunga di dasarkan pada BI rate. Menurut Bank
Indonesia menyebutkan BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan
sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik (Bank Indonesia, 2016). Dalam penelitian ini tingkat
suku bunga diukur berdasarkan rata-rata BI rate per tahun Bank Indoensia.

2.1.9 Pertumbuhan Ekonomi


2.1.9.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Prasetyo (2009:237) menyebutkan bahwa pengertian
pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
"Pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat
diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan
nasional agregat dalam kurun waktu tertentu misalkan satu tahun."
Menurut Arsyad (2010:12) menyebutkan bahwa pengertian pertumbuhan
ekonomi adalah sebagai berikut :
"Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi
atau tidak."
Menurut Sukirno (2011:9) menyebutkan bahwa pengertian pertumbuhan
ekonomi adalah sebagai berikut :
"Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah."
Berdaarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan Produk Domestik
Bruto riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi
pertumbuhan output riil.
53

2.1.9.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Arsyad (2010:270) menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yaitu sebagai berikut :
1. Akumulasi Modal
Akumulasi Modal adalah seluruh investasi baru yang masuk berwujud
tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumber daya manusia, akan terjadi bila
ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan selanjutnya
dinvestasikan yang bertujuan untuk memperbesar output pada masa yang
akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumber daya baru dan
meningkatkan sumber daya yang telah ada.
2. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan seluruh hal yang berkaitan dengan
peningkatan jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor positif dalam
memacu pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan tersebut tergantung
pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan
memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.
3. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi adalah faktor yang paling penting dalam pertumbuhan
ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi
dipengaruhi oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang dibenahi dalam
melakukan pekerjaan tradisional.
2.1.9.3 Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut Tandelilin (2010:342) menyebutkan bahwa produk domestik
bruto adalah sebagai berikut :
"Produk domestik bruto adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu
negera."
Menurut Sukirno (2011:35) menyebutkan bahwa produk domestik bruto
adalah sebagai berikut :
“Produk domestik bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara
yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara
tersebut dan negara asing.”
54

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa


produk domestik bruto adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas
output barang dan jasa dalam periode tertentu. Produk domestik bruto ini dapat
mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi produk domestik bruto
sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara
tersebut.

2.1.9.4 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Imamul dan Gina (2009:11) menyebutkan bahwa indikator yang
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah tingkat
produk domestik bruto. Beberapa alasan digunakannya Produk domestik bruto
(bukan PNB) sebagai indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai
berikut :
a. Produk domestik bruto dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value
added) yang dihasilkan seluruh aktivitas produksi di dalam
perekonomian. Hal ini, peningkatan produk domestik bruto
mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi.
b. Produk domestik bruto dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circulair
flow concept). Artinya, perhitungan produk domestik bruto mencakup
nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. perhitungan ini
tidak mencakup perhitungan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan
konsep aliran dalam menghitung produk domestik bruto memungkinkan
seseorang untuk membandingkan jumlah output pada tahun ini dengan
tahun sebelumnya.
c. Batas wilayah perhitungan produk domestik bruto adalah negara
(perekonomian domestik). Hal ini memungkinkan untuk mengukur
sampai sejauh mana kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah
maupun mendorong aktivitas perekonomian domestik.
55

Berikut ini adalah rumus untuk menghitung laju pertumbuhan ekonomi


sutau negara yaitu :
Laju Pertumbuhan = (PDBt - PDBt-1) X 100%
PDBt-1
2.2 Kerangka Pemikiran
Pada dasaranya pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya
perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond), dengan tujuan dari hasil
penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk
memperkuat modal perusahaan (Fahmi, 2012:52). Pasar modal akan
mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak
yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini
perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa
harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Para investor perlu
mengadakan analisa yang cermat sebelum mengambil keputusan investasi baru
(Darmadji dan Fakhrudin, 2012:1). Investasi adalah bentuk pengelolaan dana
guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada
alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan. Umumnya
investasi dibagi menjadi dua yaitu investasi nyata seperti tanah, mesin atau pabrik
dan investasi keuangan seperti saham dan obligasi (Fahmi, 2012:3).
Saham merupakan salah satu instrument pasar modal yang paling banyak
diminati oleh investor, karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang
menarik. Saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama
perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang telah dijelaskan kepada
setiap pemegangnya (Fahmi, 2012:81). Sedangkan harga saham juga
mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. Harga saham adalah nilai saham dalam
rupiah yang terbentuk akibat terjadinya aksi pembelian dan penawaran saham di
bursa efek oleh sesama anggota bursa (Hadi, 2013:179). Di dalam konteks
investasi, return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor
berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko
56

yang dihadapinya (Tandelilin, 2010:102). Return merupakan tingkat


pengembalian merupakan selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang
diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan (Brigham dan Houston,
2011:215). Return dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu return realisasi
(realized return) dan return ekspektasi (expected return).
Secara garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham di
masa mendatang dibagi menjadi dua cara, yakni analisis teknikal (technical
analysis) dan analisis fundamental (fundamental analysis). Analisis fundamental,
merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari
atau mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi
dan kondisi industri suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan
manajemen perusahaan. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan
analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau
memproyeksi nilai suatu saham. Beberapa data atau indikator yang umum
digunakan, antara lain: pendapatan laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau
pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan
data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan
potensi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (Darmadji dan
Fakhrudin, 2012:149).
Analisis teknikal, merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
penilaian saham, dimana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi
saham berbasis pada data yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham,
seperti harga saham dan volume transaksi. Dengan berbagai grafik yang ada serta
pola-pola grafik yang terbentuk, analisis teknikal mencoba memprediksi arah
pergerakan harga saham ke depan. Analisis teknikal atau sering disebut chartist
percaya bahwa perkembangan atau kinerja saham dan pasar di masa lalu
merupakan cerminan kinerja ke depan (Darmadji dan Fakhrudin, 2012:160). Hal
ini juga sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Tandelilin (2010:341)
bahwa harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-
faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang
mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro
57

suatu negara serta kondisi ekonomi global. Tidak hanya faktor internal, kondisi
ekonomi makro sebagai faktor eksternal juga dapat mempengaruhi kinerja dan
nilai perusahaan.
Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum yang
disebabkan oleh turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Laju inflasi
yang tinggi akan mendorong kenaikan harga bahan baku dan meningkatkan
berbagai biaya operasi perusahaan, menyebabkan harga jual barang meningkat
dan menurunkan daya beli masyarakat. Hal ini berdampak pada turunnya
penjualan perusahaan, sehingga keuntungan dan kinerja keuangan perusahaan
mengalami penurunan. Inflasi adalah sebagai proses kenaikan harga-harga umum
barang-barang secara terus-menerus (Nopirin, 2012:25).
Melemahnya nilai tukar nilai tukar mata uang domestik terhadap mata
uang asing dan ekspektasi harga (teori ekspektasi) menyebabkan meningkatnya
harga bahan-bahan baku impor, yang pada gilirannya akan menaikkan biaya
produksi. Selanjutnya, kenaikan biaya produksi ini mendorong meningkatnya
harga jual di tingkat produsen dan harga di tingkat konsumen (inflasi). Nilai tukar
merupakan sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan
dengan satuan unit mata uang negara lain. Nilai tukar rupiah memiliki pengaruh
utama terhadap perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor. Pada dasarnya
nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya (Arifin dan
Hadi, 2009:82).
Tingkat suku bunga merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia
dalam menstabilkan nilai rupiah. Suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas
jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konversial kepada nasabah
yang membeli atau menjual produknya (Kasmir, 2012:154). Penentuan tingkat
suku bunga mengacu pada BI rate. Menurut Bank Indonesia menyebutkan BI rate
adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik
(Bank Indonesia, 2016). BI rate yang semakin tinggi, menyebabkan investor akan
beralih investasi dari sektor pasar modal ke investasi sektor perbankan.
58

Menurunnya minat investor untuk berinvestasi di pasar modal akan berdampak


pada penurunan harga saham dan menyebabkan return untuk investor menurun.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah (Sukirno, 2011:9). Indikator yang
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah tingkat
produk domestik bruto (PDB) (Imamul dan Gina, 2009:11). Produk domestik
bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh
faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing (Sukirno,
2011:35). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud menggambarkan
skema kerangka pemikiran dan paradigma pemikiran sebagai bentuk alur
pemikiran peneliti, yaitu sebagai berikut :
59

Pasar Modal

Investasi

Informasi kinerja
Perusahaan

Analisis Harga Saham

Analisis Fundamental Analisis Teknikal

Faktor Makro Ekonomi

Inflasi Tingkat Suku Bunga Pertumbuhan Ekonomi


Nilai Tukar

Harga Saham

Return Saham

Gambar 2.1
Paradigma Pemikiran
Inflasi
(X1)

NIlai Tukar Rupiah


(X2)
Return Saham
(Y)
Tingkat Suku Bunga
(X3)

Pertumbuhan
Ekonomi
(X4)

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
60

2.2.1 Penelitian Terdahulu

Di bawah ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan
Peneliti
1. Dwialesi dan Pengaruh faktor- Hasil penelitiannya Persamaannya adalah sama-
faktor fundamental menunjukan bahwa DER, sama menggunakan variabel
Darmayanti
terhadap return ROA dan tingkat suku bunga independen yaitu tingkat
(2016) saham Indeks SBI berpengaruh tidak suku bunga. Sedangkan
Kompas 100 signifikan terhadap return variabel depeden yaitu return
saham, sedangkan variabel saham.
PBV dan ukuran perusahaan Perbedaannya adalah pada
berpengaruh signifikan penelitian sebelumnya
terhadap return saham. menggunakan variabel
independen lain yaitu DER,
ROA, PBV dan ukuran
perusahaan. Sedangkan
dalam penelitian ini
menggunakan variabel
independen lain yaitu ifnlasi,
nilai tukar, dan pertumbuhan
ekonomi.
2 Halim Pengaruh makro Hasil penelitiannya Persamaannya adalah sama-
ekonomi terhadap menunjukan bahwa inflasi dan sama menggunakan variabel
(2013)
return saham BI rate tidak berpengaruh independen yaitu inflasi, nilai
kapitalisasi besar di terhadap return saham tukar, dan BI rate.
Bursa Efek kapitalisasi besar, sedangkan Sedangkan variabel depeden
Indonesia jumlah uang beredar dan nilai yaitu return saham.
tukar berpengaruh signifikan Perbedaannya adalah pada
terhadap return saham penelitian sebelumnya
kapitalisasi besar. menggunakan variabel
independen lain yaitu jumlah
uang beredar. Sedangkan
dalam penelitian ini
menggunakan variabel
independen lain yaitu
pertumbuhan ekonomi.
3 Artaya, Pengaruh faktor Hasil penelitiannya Persamaannya adalah sama-
ekonomi makro, menunjukan bahwa tingkat sama menggunakan variabel
Purbawangsa
risiko investasi dan suku bunga, EPS, PER, independen yaitu tingkat
, dan Artini kinerja keuangan berpengaruh positif signifikan suku bunga dan kurs rupiah.
terhadap return terhadap return saham dan Sedangkan variabel depeden
(2014)
saham perusahaan kurs rupiah tidak berpengaruh yaitu return saham.
di Bursa Efek signifikan terhadap return Perbedaannya adalah pada
Indonesia (BEI) saham, risiko investasi penelitian sebelumnya
berpengaruh negatif tidak menggunakan variabel
signifikan terhadap return independen lain yaitu EPS,
61

saham. PER, risiko investasi,


Sedangkan dalam penelitian
ini menggunakan variabel
independen lain yaitu inflasi
dan pertumbuhan ekonomi.
4 Mahilo dan Dampak risiko Hasil penelitiannya Persamaannya adalah sama-
suku bunga, inflasi, menunjukan bahwa risiko sama menggunakan variabel
Parengkuan
dan kurs terhadap suku bunga, inflasi, dan kurs independen yaitu suku
(2015) return saham tidak berpengaruh signifikan bunga, inflasi, dan kurs.
perusahaan terhadap return saham. Sedangkan variabel depeden
makanan dan yaitu return saham.
minuman yang go Perbedaannya adalah pada
public di Bursa penelitian sebelumnya
Efek Indonesia menggunakan tidak
menggunakan variabel
independen lain yaitu
pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan dalam penelitian
ini menggunakan variabel
independen lain yaitu
pertumbuhan ekonomi.
5 Luthvi Pengaruh suku Hasil penelitiannya Persamaannya adalah sama-
bunga sbi, inflasi, menunjukan bahwa suku sama menggunakan variabel
(2014)
pertumbuhan bunga berpengaruh positif independen yaitu suku
ekonomi, terhadap return saham syariah, bunga, inflasi, dan
dan size terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi.
return saham dan size berpengaruh negatif Sedangkan variabel depeden
syariah di Jakarta terhadap return saham syariah. yaitu return saham.
Islamic Index (JII) Perbedaannya adalah pada
penelitian sebelumnya
menggunakan variabel
independen lain yaitu size.
Sedangkan dalam penelitian
ini menggunakan variabel
independen lain yaitu nilai
tukar.

2.3 Hipotesis Penelitian


2.3.1 Pengaruh Inflasi Terhadap Return Saham
Inflasi adalah sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus-menerus (Nopirin, 2012:25). Naiknya harga barang produksi menjadi
masalah tersendiri bagi perusahaan. Naiknya harga barang produksi menyebabkan
meningkatnya biaya operasional sehingga akan menurunkan laba perusahaan.
Menurunnya laba tersebut berpengaruh terhadap dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham. Dividen merupakan salah satu aspek yang diperhitungkan
dalam pembelian saham. Jika dividen yang dibagikan menurun, harga saham juga
akan cenderung menurun (Laila dkk, 2014).
62

Hal ini sejalan dengan penyataan menurut Tandelilin (2010:343) yang


mengatakan bahwa secara relatif inflasi berpengaruh negatif terhadap return
saham. Inflasi yang tinggi mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Inflasi
yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan penurunan pendapatan riil investor
dari investasinya. Peningkatan inflasi berdampak pada peningkatan harga jual dan
biaya produksi perusahaan. Apabila biaya produksi mengalami peningkatan lebih
tinggi daripada peningkatan penjualan perusahan, maka profitabilitas perusahaan
mengalami penurunan yang berakibat terhadap penurunan tingkat return saham.
Jadi semakin tinggi inflasi, maka semakin rendah return saham.
H1 : Tingkat inflasi berpengaruh terhadap return saham.

2.3.2 Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Return Saham


Nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi indeks harga
saham. Naik turunya harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiahh terhadap
mata uang asing yang menyebabkan naik turunya permintaan asaham di masar
modal. Nilai tukar merupakan harga satu mata uang dalam satuan mata uang lain
yang ditentukan dalam pasar valuta asing (Manurung, 2009:95).
Apabila kurs rupiah meningkat artinya rupiah mengalami depresiasi
(melemah), sedangkan jika kurs rupiah menurun artinya rupiah mengalami
apresiasi (menguat) (Syarif dan Asandimitra, 2015). Menguatnya kurs mata uang
domestik terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian
yang sedang mengalami inflasi. Menguatnya kurs mata uang domestik terhadap
mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan
akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini akan mengakibatkan
investor untuk membeli saham yang berakibat pada peningkatan harga saham dan
return saham (Tandelilin, 2010:344). Jadi semakin tinggi nilai tukar, maka
semakin rendah return saham.
H2 : Tingkat nilai tukar berpengaruh terhadap return saham.
63

2.3.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Return Saham


Suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh
bank berdasarkan prinsip konversial kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya (Kasmir, 2012:154). Kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki
dampak yang negatif terhadap setiap emiten, karena meningkatkan beban bunga
kredit serta menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan
menurunnya harga saham di pasar (Samsul, 2006:201).
Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham.
Perubahan tingkat suku bunga menyebabkan perubahan pada tingkat suku bunga
yang diisyaratkan pada suatu sekuritas. Meningkatnya tingkat suku bunga
mengakibatkan investor dapat menarik investasinya di pasar modal dan
memindahkan investasinya pada tabungan atau deposito (Tandelilin, 2010:343).
Tingkat suku bunga yang tinggi mengurangi nilai kas sekarang dari arus kas masa
depan, sehingga mengurangi daya tarik peluang investasi (Bodie dkk, 2014:178).
Jadi semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin rendah return saham.
H3 : Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap return saham.

2.3.4 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Return Saham


Pertumbuhan ekonomi terjadi ditandai dengan proses kenaikan produk
nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Pertumbuhan ekonomi
merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah (Sukirno,
2011:9) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan merubah pola investasi suatu
negara. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan
masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi akan
memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan
perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih
banyak investasi. Dengan kata lain, dalam jangka panjang-apabila pendapatan
nasional bertambah tinggi,maka investasi akan bertambah tinggi pula
(Sukirno,2011:130).
64

Produk domestik bruto adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu
negera. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli
masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-
perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan
perusahaan, maka perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin
meningkat (Tandelilin, 2010:342).
Selain itu jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka kepercayaan
investor untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham menjadi
meningkat. Peningkatan kepercayaan ini menjadikan saham jadi investasi yang
menarik dan hal ini akan meningkatkan permintaan akan saham. Permintaan yang
tinggi membuat harga saham menjadi naik, kenaikan harga saham akan
memberikan nilai positif bagi investor yaitu dengan meningkatnya return saham
yang akan diterima oleh investor (Luthvi, 2014). Jadi semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi, maka semakin tinggi pula return saham.
H4 : Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap return saham.
H5: Inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi,
berpengaruh terhadap return saham.

Вам также может понравиться

  • CV Muhammad Reza Andrianto
    CV Muhammad Reza Andrianto
    Документ1 страница
    CV Muhammad Reza Andrianto
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Data Pemesan & Booking
    Data Pemesan & Booking
    Документ2 страницы
    Data Pemesan & Booking
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Menurut Munawir
    Menurut Munawir
    Документ2 страницы
    Menurut Munawir
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi M Reza
    Daftar Isi M Reza
    Документ5 страниц
    Daftar Isi M Reza
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Interpretasi SPSS M Reza Andrianto 0115101438
    Interpretasi SPSS M Reza Andrianto 0115101438
    Документ5 страниц
    Interpretasi SPSS M Reza Andrianto 0115101438
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Akuntansi Murabahah
    Akuntansi Murabahah
    Документ6 страниц
    Akuntansi Murabahah
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Bab 4 Akl
    Bab 4 Akl
    Документ1 страница
    Bab 4 Akl
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Data Pemesan & Booking PDF
    Data Pemesan & Booking PDF
    Документ1 страница
    Data Pemesan & Booking PDF
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL
    ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL
    Документ22 страницы
    ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • TEORI PROPERTI
    TEORI PROPERTI
    Документ9 страниц
    TEORI PROPERTI
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • List Penjualan
    List Penjualan
    Документ1 страница
    List Penjualan
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • AUDIT EVIDENCE AND WORKING PAPER
    AUDIT EVIDENCE AND WORKING PAPER
    Документ6 страниц
    AUDIT EVIDENCE AND WORKING PAPER
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Bab7 Akad Salam
    Bab7 Akad Salam
    Документ11 страниц
    Bab7 Akad Salam
    Karlina
    Оценок пока нет
  • Jurnal Kelompok 3 All
    Jurnal Kelompok 3 All
    Документ14 страниц
    Jurnal Kelompok 3 All
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • ELIMINASI PERSEDIAAN ANTAR PERUSAHAAN
    ELIMINASI PERSEDIAAN ANTAR PERUSAHAAN
    Документ17 страниц
    ELIMINASI PERSEDIAAN ANTAR PERUSAHAAN
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Kertas Kerja HOBO
    Kertas Kerja HOBO
    Документ1 страница
    Kertas Kerja HOBO
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Rencana Desain
    Rencana Desain
    Документ2 страницы
    Rencana Desain
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Audit Atas Siklus Persediaan Dan Pergudangan
    Audit Atas Siklus Persediaan Dan Pergudangan
    Документ25 страниц
    Audit Atas Siklus Persediaan Dan Pergudangan
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Latihan HOBO
    Latihan HOBO
    Документ1 страница
    Latihan HOBO
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Soal Latkoreksi Fiskal 2012
    Soal Latkoreksi Fiskal 2012
    Документ8 страниц
    Soal Latkoreksi Fiskal 2012
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Makalah Manajemen Modal Kerja
    Makalah Manajemen Modal Kerja
    Документ13 страниц
    Makalah Manajemen Modal Kerja
    muhammad emil nur rahim
    Оценок пока нет
  • Audit
    Audit
    Документ3 страницы
    Audit
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • LIKUIDASI PERSEKUTUAN ABC
    LIKUIDASI PERSEKUTUAN ABC
    Документ17 страниц
    LIKUIDASI PERSEKUTUAN ABC
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Silahken Bosq
    Silahken Bosq
    Документ4 страницы
    Silahken Bosq
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Komunikasi Nonverbal
    Komunikasi Nonverbal
    Документ14 страниц
    Komunikasi Nonverbal
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • e-SPT PPN Mudah
    e-SPT PPN Mudah
    Документ5 страниц
    e-SPT PPN Mudah
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • 7.7 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan PPH Pasal 25
    7.7 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan PPH Pasal 25
    Документ1 страница
    7.7 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan PPH Pasal 25
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Keputusan Materialitas Audit
    Keputusan Materialitas Audit
    Документ13 страниц
    Keputusan Materialitas Audit
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет
  • Sia Rangkuman
    Sia Rangkuman
    Документ10 страниц
    Sia Rangkuman
    Muhammad Reza Andrianto
    Оценок пока нет