Вы находитесь на странице: 1из 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan realiti, bisnis baik sebagai aktivitas maupun sebagai
entitas, telah ada dalam sistem dan strukturnya yang “baku”. Bisnis berjalan sebagai
proses yang telah menjadi kegiatan manusia sebagai individu atau masyarakat
untuk mencari keuntungan dan memenuhi keinginan dan kebutuhan hidupnya.
Sementara itu, etika telah dipahami sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan
karenanya terpisah dari bisnis.
Etika adalah ilmu yang berisi patokan-patokan mengenai apa-apa yang
benar atau yang salah, yang baik atau buruk, yang bermanfaat atau tidak. Dalam
kenyataan itu bisnis dan etika dipahami sebagai dua hal yang terpisah bahkan tidak
ada kaitannya. Jika pun ada malah dipandang sebagai hubungan negatif dimana,
praktek bisnis merupakan kegiatan yang bertujuan mencapai laba sebesar-besarnya
dalam situasi persaingan bebas. Sebaliknya etika bila diterapkan dalam dunia bisnis
dianggap dapat mengganggu upaya mencapai tujuan bisnis. Dengan demikian
hubunan antara bisnis dan etika telah melahirkan hal yang problematis.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan etika, bisnis, dan etika bisnis dalam
Islam ?
2. Bagaimana tauladan Nabi dalam aktivitas bisnis?
3. Apa saja hal-hal yang diperbolehkan agama dalam berbisnis?
4. Apa saja hal-hal yang dilarang agama dalam berbisnis?
5. Bagaimana membangun etika dalam bisnis?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari etika, bisnis, dan etika bisnis dalam
islam.
2. Untuk mengetahui tauladan Nabi dalam aktivitas berbisnis.
3. Untuk memahami hal-hal yang diperbolehkan agama dalam berbisnis.
4. Untuk memahami hal-hal yang dilarang agama dalam berbisnis.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara membangun etika dalam bisnis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Bisnis, dan Etika Bisnis dalam Islam


Secara etimologi, Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos
mempunyai beragam arti: pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa
yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab
dan lain-lain. Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan
moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan yang baik secara moral.
Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’,
tadayantum, dan isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan
dalam bahasa arab tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata,
yang bermakna berdagang atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan,
perniagaan (menurut kamus al-munawwir). Dalam hal ini, ada dua definisi tentang
pengertian perdagangan, dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu menurut
mufassir dan ilmu fikih.
1. Menurut Mufassir, Bisnis adalah pengelolaan modal untuk mendapatkan
keuntungan.
2. Menurut Tinjauan Ahli Fikih, Bisnis adalah saling menukarkan harta
dengan harta secara suka sama suka, atau pemindahan hak milik dengan
adanya penggantian.
Menurut cara yang diperbolehkan penjelasan dari pengertian diatas :
a. Perdagangan adalah suatu bagian muamalat yang berbentuk transaksi
antara seorang dengan orang lain.
b. Transaksi perdagangan itu dilaksanakan dalam bentuk jual beli yang
diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul.
c. Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau dengan motif untuk
mencari keuntungan.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat
prinsip moral yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah, sedangkan

3
bisnis adalah suatu serangkaian peristiwa yang melibatkan pelaku bisnis, maka
etika diperlukan dalam bisnis.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, etika bisnis adalah norma-norma
atau kaidah etik yang dianut oleh bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi,
maupun dalam interaksi bisnisnya dengan “stakeholders”nya. Etika bisnis
merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita tentang
apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan
usaha yang kita sebut bisnis.

B. Tauladan Nabi dalam Aktivitas Bisnis


Rasulullah SAW adalah seorang pebisnis dan pedagang yang handal. Visi
beliau dalam berdagang hanya satu, yaitu Bahwa transaksi bisnis sama sekali tidak
ditujukan untuk memupuk kekayaan pribadi, namun justru untuk membangun
kehormatan dan kemuliaan bisnis dengan etika yg tinggi. Adapun hasil yang
didapat harus didistribusikan ke sebanyak mungkin umat. Prinsip yang beliau
pegang cukup 3 hal saja, yaitu Jujur, Saling menguntungkan kedua pihak, Hanya
menjual produk yang bermutu tinggi.
Tiga prinsip di atas menjiwai cara bisnis beliau. Berikut adalah teladan beliau
sebagai seorang pedagang/penjual:
 Tidak boleh berbohong dan menipu pembeli mengenai barang yang dijual
 Carilah keuntungan yang wajar. Jika pembeli bertanya, sebutkan harga
modalnya kepada para pelanggan yang tidak mampu membayar kontan
(tunai), berikanlah waktu untuk melunasinya. Bila dia betul-betul tidak
mampu membayar setelah masa tenggat pengunduran itu, padahal dia telah
berusaha, maka ikhlaskanlah
 Hindari sumpah yang berlebihan, apalagi sumpah palsu untuk mengelabui
konsumen
 Lakukan transaksi jika telah ada kata sepakat antara penjual dan pembeli
 Lakukan penimbangan dan penakaran dengan benar dan setepat mungkin

4
 Camkan pada pembeli bahwa yang membayar di muka bahwa ia tidak boleh
menjualnya sebelum barang tersebut benar-benar menjadi miliknya
(terbayar lunas terlebih dahulu)
 Jangan melakukan transaksi monopoli dalam perdagangan, berikan
kesempatan yang lain untuk berdagang juga.

C. Hal –hal yang Diperbolehkan dan Dilarang Agama dalam Berbisnis


1. Hal-hal yang Dilarang dalam Berbisnis
a. Bisnis yang mengandung Modus Penipuan
Pada akhir-akhir ini banyak sekali dijumpai bisnis Investasi maupun
MLM (Multi Level Marketing) yang mengeluarkan penawaran atau
promosi dengan janji yang menggiurkan. Tentu saja sebagai pelanggan akan
lebih tertarik dengan penawaran-penawaran yang sangat Menggiurkan.
Akan tetapi dalam penawaran itu hanya kedok untuk menipu pelanggan
yang tidak tau betul akan penawaran tersebut. Bagi pelaku penipuan tidak
hanya dijatuhi hukuman penjara oleh pemerintah karena melanggar undang-
undang akan tetapi juga akan mendapatkan siksa diakhirat nantinya karena
melanggar aturan Agama.
b. Bisnis yang mengandung Unsur Riba
Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli
maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip
muamalat dalam Islam. Aturan Riba ini sudah diterangkan dalam Al-Hadist
dan Al-Qur'an sehingga sebagai umat beragama kita menjauhi hal-hal yang
berbau riba. Contoh nyata perbuatan riba dalam kehidupan sehari-hari yaitu
:

 Produk perbankan yang berbasis tabungan/pinjaman berbunga


adalah riba qardh yang haram.
 Kartu kredit yg mensyaratkan punishment berupa tambahan
uang juga merupakan akad ribawi.
 Gadai jika disyaratkan pengembalian yang lebih tinggi juga riba.

5
Dalam bisnis yang mengandung unsur riba, yang dianggap
pelakunya adalah semua yang bersangkutan termasuk pembelinya. Seperti
dalam HR.Bukhari fathul bari/V:4/H:394/bab:24, yang berbunyi :
“Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan
riba, juru tulis transaksi riba, dua orang saksinya, semuanya sama saja.”
Untuk menghindari perbuatan Riba, sekarang ini sudah ada Instansi
perbankan yang dalam sistem kerjanya sesuai syari'at islam, yang dikenal
dengan Bank Syariah. Selain itu kita hendaknya juga berhati-hati dalam
sebuah penawaran simpan-pinjam yang mungkin saja masih terdapat unsur
Riba.

c. Bisnis yang mempejual-belikan Barang Haram


Bisnis yang bergerak dalam penjualan barang/jasa yang Haram
adalah larangan dari Agama juga Pemerintah. Sebagai contoh Perdagangan
Narkoba, Penyelundupan Barang, Perdagangan Satwa Langka, dan masih
banyak lagi. Hukum bagi pelakunya akan mendapat hukuman penjara sesuai
pelangaranya. Akan tetapi dalam ajaran Agama Allah akan melaknati setiap
orang yang menkonsumsi barang haram juga yang memperjual belikanya.
d. Bisnis yang barang daganganya Belum Pasti
Bisnis yang dilarang berikutnya adalah jika kita melakukan suatu
transaksi akan tetapi bayang yang ditawarkan belum ada kepastian.
Misalnya Kebun Mangga yang luas akan dibeli buahnya oleh pemborong
denganharga sekian, akan tetapi kebun itu sedang berbunga dan belum
muncul buah yang layak jual. Bisnis seperti inilah yang dilarang dalam
agama, karena dapat merugikan si pemilik maupun Pemborongnya.
Contoh lain adalah membeli ternak yang masih ada dalam
kandungan induknya, dam masih banyak contoh yang lain. Hukum bagi
pelaku bisnis ini oleh pemerintah memang belum begitu diperhatikan, akan
tetapi dalam syari'at agama akan mendapatkan laknat dan siksa yang berat
dineraka.

6
e. Bisnis yang begerak dalam Perjudian
Minuman Keras, Narkoba, Judi adalah perbuatan yang dilarang oleh
pemerintah dan juga Agama. Bisnis yang bergerak dalam bidang ini
memang menghasilkan profit yang menggiurkan, akan tetapi apa gunanya
bila besok di Akhirat akan mendapat siksa dari Allah. Contoh nyata Bisnis
perjudian adalah Bisnis Tebak Nomor (Togel), Lotre, serta taruhan-taruhan
dalam balapan,dll. Pemerintah memberikan sanksi tegas bagi pelanggar
aturan ini.
f. Bisnis yang bergerak dalam Perdagangan Manusia & Seksual
Bisnis yang satu ini marak terjadi di pada Akhir Zaman ini.
Bagaimana tidak sekarang ini banyak sekali tempat-tempat lokalisasi dan
Hiburan Malam yang didalamnya penuh dengan wanita-wanita cantik nan
seksi, akan tetapi Bisnis yang satu ini harus anda hindari sejauh mungkin,
sebab jika anda menjalankan bisnis usaha ini, sama saja anda melancarkan
perzinaan dan mempercepat terjadinya Kiamat. Dan Hukuman yang akan
diterima sudah jelas, yaitu di dunia akan dikenakan hukuman pidana, dan di
Akhirat akan mendapatkan siksa Neraka.

2. Hal-hal yang Dianjurkan dalam Berbisnis


a. Menggunakan Niat yang Tulus
Niat tulus dalam berbisnis adalah beribadah kepada Allah. Seperti
didalam Alquran QS. Al Ankabuut ayat 17 telah dijelaskan, “Sesungguhnya
yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki
kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan
dikembalikan.”
Dari Umar bin Khattab, RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal itu dinilai bila disertai denan niat. Dan sesungguhnya
masing-masing orang mendapatkan balasan dari perbuatannya sesuai
dengan niatnya. (Bukhari dan Muslim).

7
b. Alquran dan Hadist Sebagai Pedoman
Alquran sebagai pedoman manusia, termasuk dlam melakukan
bisnis. Didalam Alquran QS. Al Jaatsiyah ayat 20 dijelaskan: “Al Quran ini
adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.”
c. Meneladani Akhlak Rasulullah
Allah SWT memberikan pujian tentang budi pekerti kepada
Rasulullah SAW, di dalam Alquran Qs. Al Qalam ayat 4 dijelaskan: “Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dan di dalam sebuah riwayat tentang Rasulullah juga dijelaskan,
Said bin Hisyam berkata, “Aku datang menemui Aisyah ra., lalu aku
bertanya kepadanya tentang Akhlak Rasulullah SAW.” Maka Aisyah
menjawab, “Tidakkah engkau membaca Alquran?” Aku menjawab, “Ya.”
Aisyah berkata, “Akhlak Rasululah SAW adalah Alquran”.
d. Melakukan jual-beli yang halal
Allah telah melarang segala bentuk kegiatan yang mengandung
unsur haram, contohnya adalah riba. Didalam Alquran Allah menjelaskan:
“orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Jadi riba itu haram hukumnya,
dan Allah dan Rasul-Nya telah melarang riba. Karena riba hanya akan
mendatangkan kerugian bagi kedua belah pihak pelaku ekonomi.

8
D. Membangun Etika dalam Bisnis Islam
Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai
tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang
(produksi). Dalam terminologi bahasan ini, pembiayaan merupakan pendanaan,
baik aktif maupun pasif, yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan kepada nasabah.
Sedangkan bisnis merupakan aktivitas berupa jasa, perdagangan dan industri guna
memaksimalkan nilai keuntungan.
Islam menempatkan aktivitas bisnis dalam posisi yang amat dihargai di
tengah kegiatan manusia mencari rezeki dalam penghidupan. Hal tersebut dapat
dilihat dari hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh perawi hadis :
“perhatikanlah olehmu sekalian, sesungguhnya di dunia perdagangan itu
ada sembilan dari sepuluh pintu rezeki” (H.R. Ahmad).
“pedagang (pebisnis) yang jujur dan amanah akan tinggal bersama para Nabi,
Shiddiqin, dan para syuhada di hari kiamat” (H.R. Turmuji dan Ibnu Majah).
Dari hadis-hadis tersebut jelas sekali Islam memberikan penghargaan yang
sangat tinggi bagi para pedagang. Terkait dengan penghargaan yang tinggi ini agar
aktivitas pedagang itu berjalan dengan baik, tidak dikotori oleh praktek
perdagangan yang merugikan, Islam juga mengatur etika perdagangan (bisnis) bagi
mereka yang menggelutinya. Dalam garis besarnya Islam memberikan bimbingan
dalam bentuk etika mencari keuntungan dan etika profesi.

Etika Mencari Keuntungan


Dalam al-Qur’an dijelaskan paling tidak ada empat sifat yang bersemi
dalam diri seseorang yang berhak mendapat keuntungan dalam berbisnis. Pertama,
mewajibkan aktivitas perdagangan dengan landasan keimanan dan ketaqwaan.
Kedua, memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan zikir dan bersyukur.
Ketiga, berjiwa bersih dan mau bertobat. Keempat, memiliki antusiasme yang
tinggi dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.

9
Etika Profesi
Menjadi pebisnis syariah merupakan suatu profesi yang memerlukan etika
secara khusus sebagai way of life yang selaras dengan kayakinan agama Islam.
Manusia yang memilih keyakinan agama Islam selain mendapat bimbingan melalui
kalamullah (ayat-ayat Al-Qur’an), ia juga mendapat bimbingan dalam bentuk alam
(filullah). Perpaduan antara bimbingan kalamullah dan filullah inilah yang
membentuk etika profesi.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenal moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral, sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Standar etika bisnis tersebut
diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada
orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Manusia adalah makhluk berbudi, oleh karena itu segala kegiatan yang
bebas nilai memerlukan budi nurani manusia yang disebut kata hati. Maka istilah
etika bisnis mengandung arti memberi nilai pada kegiatan bisnis. Contohnya hasil
produksi tertentu harus melalui perjalanan panjang sebelum sampai ke konsumen.
Pada sistem ekonomi tradisional, perjalanan itu dibuat singkat karena ada hubungan
langsung antara konsumen dan produsen.
Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan dalam membangun etika
dalam bisnis, yaitu :
1. Pertama, mulailah dari diri Anda sendiri. Mulailah mengenal diri Anda dan
sangat baik kalau sampai bisa Anda menanyakan untuk apa Anda hidup dan
merumuskan apa tujuan hidup Anda. Kalau Anda jawab ini dengan serius,
Anda paling tidak bisa menemukan jalan yang akan Anda tempuh. Pikiran dan
hati nurani Anda juga akan memberikan signal-signal kepada Anda. Ibarat,
lampu lalu lintas di persimpangan jalan, ada lampu merah, lampu hijau dan
lampu kuning. Hati nurani akan menuntun Anda untuk memberikan mana jalan
yang berbahaya, mana jalan yang harus Anda tempuh dan jalan mana yang
Anda perlu bersikap hati-hati.

10
2. Kedua, mulailah mendeteksi etika apa yang paling sering Anda abaikan. Kalau
Anda misalnya tidak tahan akan godaan uang ‘siluman’, ada baiknya Anda
membuat studi tentang uang sebab uang merupakan topik yang begitu
mempengaruhi siapapun di dunia ini. Begitu kuatnya pengaruh uang dalam
hidup seseorang, para nabi menyandingkannya dengan Tuhan. Bagi manusia,
hanya ada dua pilihan- uang atau Tuhan.
3. Organisasi juga harus mengerjakan sesuatu. Tidak cukup hanya memberikan
pelatihan etika bisnis kepada pekerja sementara organisasi sendiri tidak
memberikan wadah bagaimana‘menumbuhkan’etika yang baik.

E. Review Jurnal Terkait Prinsip-Prinsip etis Profesi Akuntan


a. Etika Bisnis Islam: Konsep Dan Implementasi Pada Pelaku Usaha Kecil
Fitri Amalia
Jurnal FEB UIN SyarifHidayatullah Jakarta, Halaman 116-125
1) Latar Belakang
Perkembangan ilmu ekonomi dewasa ini semakin marak dengan
penerapan system perekonomian yang berbeda pada setiap negara. Pada
pelaksanaan dan penerapan perekonomian ini hendaknya memberikan
tanggung jawab dan kewajiban yang seimbang pada kelestarian dan kesetaraan
seluruh manusia. Penerapan etika dalam pelaksanaan perekonomian pun
dirasakan perlu lebih ditingkatkan.
Islam tidak membiarkan begitu saja seseorang bekerja sesuka hati untuk
mencapai tujuan dan keinginannya dengan menghalalkan segala cara seperti
melakukan penipuan, kecurangan, sumpah palsu, riba, menyuap dan perbuatan
batil lainnya. Tetapi dalam Islam diberikan suatu batasan atau garis pemisah
antara yang boleh dan yang tidak boleh, yang benar dan salah serta yang halal
dan yang haram. Batasan atau garis pemisah inilah yang dikenal dengan istilah
etika.

11
2) Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan suatu resume dari hasil
penelitian yang penah dilakukan sebelumnya sehingga nantinya konsep
etika bisnis Islam ini dapat menjadi sebuahframework bagi pelaku usaha
lainnya.
3) Metode penelitian
Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif. Tujuan dari
penelitian deskriptif ialah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara
sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-s fat serta
hubungan antar-fenomena yang diselidiki
4) Hasil penelitian
Hasilnya menunjukkan bahwa Kampoeng Kreati, Bazar Madinah dan
Usaha Kecil di Lingkungan UIN Jakarta telah menerapkan etika bisnis
Islam, baik oleh pengusaha maupun karyawannya. Dalam menjalankan
usaha dan kegiatan, para pelaku usaha telah memahami dan
mengimplementasikan prinsip atau nilai-nilai Islam dengan berlandaskan
pada Al Qur’an dan Hadits. Implementasi etika bisnis Islam ini meliputi
empat aspek: prinsip, manajemen, marketing/iklan dan produk/harga.
5) Kelebihan jurnal
a. Penelitian menggunakan beberapa hasil-hasil riset sebelumnya sebagai
penguat riset saat ini
6) Kekurangan jurnal
a. Pada judul jurnal peneliti tidak menyebutkan secara langsung lokasi
dari objek penelitiannya
b. Responden tidak disebutkan secara langsung
c. Masih terdapat beberapa referensi yang menggunakan referensi lama
(lebih dari 10 tahun)

12
b. Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Industri Perbankan Syariah
(The Application Of Islamic Business Ethics In Islamic Banking)
Afrida Putritama
Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
aputritama@uny.ac.id
Jurnal Nominal / Volume Vii Nomor 1 / Tahun 2018 Hal. 1- 20
1) Latar Belakang
Perbankan syariah dikembangkan sebagai sebuah alternatif bagi
praktik perbankan konvensional. Kritik terhadap bank konvensional oleh
konsep perbankan syariah bukanlah menolak bank dalam
fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan melainkan dalam
karakteristik kegiatan bank konvensional masih terdapat unsur riba.
Dengan dilarangnya riba, maysir, gharar, dan bathil dalam transaksi
perbankan maka sebagai gantinya dapat menerapkan akad-akad yang sesuai
dengan etika bisnis Islam. Setidaknya ada lima hal yang
membedakan perbankan syariah dengan perbankan konvensional yaitu
(Haniffa, Hudaib, 2007): (1) filosofi dan nilai dasar
organisasi; (2) provisi produk dan jasa bebas bunga; (3) pembatasan pada
perjanjian yang diperbolehkan menurut syariat Islam; (4) fokus pada
pengembangan dan tujuan sosial; (5) adanya review tambahan dari dewan
pengawas syariah.
Angka pertumbuhan perbankan syariah menunjukkan hal yang
menggembirakan akan tetapi perkembangan dari sisi kelembagaan dan
produk keuangan syariah tersebut belum diimbangi dengan ketaatan
terhadap etika bisnis syariah padahal penerapan prinsip
etika bisnis syariah dalam operasional perbankan syariah mutlak diperlukan
untuk mendukung kelangsungan usaha perbankan syariah di masa depan.
Muhammad Rizal Ismail, seorang Chairman Mudharabah Institute,
menyatakan bahwa penerapan prinsip etika bisnis Islam dalam bisnis
keuangan dan perbankan syariah hanya sebesar 50% karena lebih berfokus
pada produknya dan belum menjangkau perilaku sumber daya

13
manusianya (www.sebi.ac.id). Tantangan perbankan Syariah secara umum
adalah menjaga keseimbangan antara ketentuan Syariah dan hukum bisnis
yang berlaku, yang mana kontrak keuangan bank Syariah harus sesuai
dengan hukum nasional maupun pengadilan syariah (Ahmad dan
Hassan, 2007)
2) Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencoba merumuskan
pengawasan penerapan etika bisnis Islam dalam industry perbankan
syariah, tantangan penerapan etika bisnis Islam dalam industry perbankan
syariah, dan tindakan untuk mengatasi tantangan tersebut
3) Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini adalah
sebuah penelitian studi pustaka dengan objek penelitian industri perbankan
syariah. Teknik pengumpulan data dengan studi dokumen, dan analisis
data menggunakan metode kualitatif. Waktu penelitian yaitu November-
Desember 2017.
4) Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
Masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam penerapan
prinsip etika bisnis Islam dalam perbankan syariah sehingga dibutuhkan
sinergi para pemangku kepentingan (stakeholder) baik eksternal maupun
internal dalam mengatasi berbagai tantangan tersebut.
Tantangan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Tidak adanya pengadilan syariah di negara berpenduduk mayoritas
nonmuslim sehingga otorisasi dan implementasi prinsip etika bisnis Islam
menjadi lemah (Noor dan Ahmad, 2012).
b. Kekurangpahaman mengenai istilah penting dalam etika bisnis Islam,
misalnya gharar dan riba. Bunga sering disamakan dengan riba padahal
dalam situasi tertentu tidak termasuk riba (Noor dan Ahmad, 2012).
c. Etika bisnis Islam tidak memperbolehkan perdagangan produk non-Halal
seperti pornografi, persenjataan, rokok, minuman keras,

14
babi, dan perjudian sehingga dianggap membatasi cakupan bisnis perbankan
syariah (Noor dan Ahmad, 2012).
d. Etika bisnis Islam mengajarkan bahwa kepentingan semua pihak dalam
transaksi perbankan syariah (baik pembeli, penjual, rekan bisnis, maupun
komunitas masyarakat) harus dilindungi
yang mana hal ini sulit untuk dicapai terutama selama masih ada
permasalahan etika dalam organisasi (Noor dan Ahmad, 2012)
e. Kepatuhan industri perbankan Syariah terhadap prinsip etika bisnis Islam
(terutama etika umum bank, sikap dan perilaku pegawai bank, treatment
pegawai, kode etik, tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab sosial)
masih harus ditingkatkan (Musa, 2015). Kepatuhan terhadap etika bisnis
Islam hanya berdasarkan jaminan Dewan Pengawas Syariah padahal
seharusnya juga meliputi aktivitas sosial dan pengungkapan sosial (Farook
et al. 2011).
f. Masih kurangnya integrasi etika bisnis Islam dengan strategi operasional
manajemen perbankan syariah (Gilani, 2015).
5) Kelebihan jurnal
a. Penelitian menggunakan beberapa hasil-hasil riset sebelumnya sebagai
penguat riset saat ini
6) Kekurangan jurnal
a. Lokasi penelitian tidak disebutkan dalam judul jurnal
b. Tidak dijelaskan teknik penarikan sampel penelitian
c. Masih terdapat beberapa referensi yang menggunakan referensi lama
(lebih dari 10 tahun)

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika bisnis adalah norma-norma atau kaidah etik yang dianut oleh
bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi, maupun dalam interaksi
bisnisnya dengan “stakeholders”nya. Prinsip Rasulullah dalam
berniaga/berbisnis ada 3 hal, yaitu jujur, saling menguntungkan kedua
pihak, hanya menjual produk yang bermutu tinggi.

Hal-hal yang Dilarang dalam Berbisnis antaralain: Bisnis yang


mengandung modus penipuan, mengandung unsur Riba, mempejual-
belikan barang haram, Bisnis yang barang daganganya belum pasti, begerak
dalam perjudian, bergerak dalam perdagangan manusia & seksual. Hal-hal
yang Dianjurkan dalam Berbisnis antaralain: menggunakan niat yang tulus,
Alquran dan Hadist sebagai pedoman berbisnis, meneladani akhlak
Rasulullah, melakukan jual-beli yang halal.

Membangun Etika dalam Bisnis dapat kita lakukan dengan cara-cara


berikut, yaitu mengenal diri untuk merumuskan tujuan, mendeteksi etika
apa yang paling sering Anda abaikan, pelatihan etika bisnis pada diri sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://bisnisi.com/pengertian-definisi-tujuan-dan-fungsi-etika-bisnis/ diakses
tanggal 23 April 2019
http://cara-muhammad.com/perilaku/cara-berdagang-rasulullah-saw/ diakses
tanggal 23 April 2019
http://ikutizaman.blogspot.co.id/2014/06/beberapa-hal-yang-dilarang-dalam.html
diakses tanggal 24 April 2019
https://windaswarpandhani.wordpress.com/2015/11/01/indikator-prinsip-dan-cara-
membangun-etika-bisnis-dalam-organisasi/ diakses tanggal 23 April 2019
https://www.academia.edu/9805789/Etika_bisnis_islam diakses tanggal 24 April
2019

17

Вам также может понравиться