Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I

KETENTUAN JALAN

1.1 Pengertian Jalan dan Trase


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah No.34/2006 Tentang Jalan).
Dalam merencanakan jalan baru, trase jalan sangat dibutuhkan untuk
menentukan bentuk jalan yang akan dirancang. Jalan dikatakan baik jika
direncanakan sedemikian rupa sehingga unsur keselamatan dan kenyamanan
pengguna jalan dapat terjamin dengan baik. Oleh sebab itu, setiap akan melakukan
pembangunan jalan perlu terlebih dahulu dilakukan studi yang berkaitan dengan
rencana pembangunan jalan serta memperhatikan dasar-dasar pertimbangan yang
mempengaruhi perencanaan jalan agar dapat mengantisipasi dampak yang timbul
akibat adanya pembangunan jalan.
Trase adalah gambaran alinemen horisontal terdiri yang terdiri dari bagian
lurus dan bagian lengkung (disebut juga tikungan) (Peraturan Bina Marga No. 038-
TBM-1997).
1.1.1 Bagian Jalan
Menurut Pasal 11 UU no.38 tahun 2004 tentang jalan, bagian-bagian jalan
dibedakan seperti berikut ini.
a. Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan seperti pada Gambar 1.1.
b. Ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan jalan,
saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya seperti pada Gambar 1.1.
c. Ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melliputi ruang manfaat
jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan seperti pada Gambar
1.1.
d. Ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ruang
tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara
jalan.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan
ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) diatur dalam peraturan pemerintah.

Sumber : PP No 34 Tahun 2006


Gambar 1.1 Bagian-bagian penampang melintang jalan

1.1.2 Fungsi Hirarki dan Kelas Jalan


Fungsi hirarki adalah pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan,
berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang
menyangkut dimensi dan berat kendaraan.
a. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Undang Undang Nomor 38 Tahun 2004 pasal 9
Tentang Jalan, sebagai berikut :
1) Jalan Nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
2) Jalan Provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3) Jalan Kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer,
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4) Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
5) Jalan Desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan
b. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Peraturan Bina Marga No 038/TBM/1997 tentang
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, sebagai berikut :
1) Klasifikasi menurut fungsi jalan
a) Jalan Arteri merupakan jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara efisien.
b) Jalan Kolektor merupakan jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c) Jalan Lokal merupakan jalan yang melayani angkutan setempat dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi
2) Klasifikasi menurut kelas jalan
a) Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, yang dinyatakan dalam muatan sumbu
terserat (MST) dalam satuan ton.
b) Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan
klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 1.1 (Pasal 11,
PP. No.43/1993).
Tabel 1.1 Klasifikasi menurut kelas jalan (TPGJAK 1997)

Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat MST (Ton)

I >10
Arteri II 10
IIIA 8
IIIA
Kolektor 8
IIIB

3) Klasifikasi menurut medan jalan


Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan
medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan
untuk perencanaan geometric dapat dilihat dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Klasifikasi menurut medan jalan (TPGJAK 1997)

No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

1 Datar D <3
2 Perbukitan B Mar-25
3 Pegunungan G >25

4) Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan


Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No.26/1985
adalah jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan Desa,
dan Jalan Khusus (Peraturan Bina marga No 038/TBM/1997 tentang tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota).
1.2 Bagan Alir

START

Lokasi Proyek, Kelas dan Fungsi Jalan,


Kontur Tanah, Stasioning Koordinat titik
awal

Desain trase Desain trase Desain trase Desain trase


1 2 3 4

Analisis Multi Kriteria

Desasin Trase Terpilih

FINISH

Gambar 1.2 Bagan alir pemilihan trase


1.3 Pengertian Tiap Kriteria
a. Kriteria teknis merupakan persyaratan untuk menentukan trase jalan yang
meliputi topografi, geologi, desain trase, dan rekayasa teknologi.
1) Kondisi topografi
Memenuhi aturan alinyemen horizontal dan vertikal yang baik.
Perancangan antara belokan dengan tanjakan atau turunan yang
berurutan didesain agar antara keduanya memiliki jarak yang cukup,
untuk menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan.
2) Kondisi geologi
Terletak pada kondisi tanah stabil/tidak mudah longsor, tidak
terdapat banyak patahan ataupun sesar, dan diupayakan melewati tanah
keras yang mengandung sedikit air agar besar kembang susut tanah tidak
mudah merusak jalan dan juga memudahkan pelaksanaan konstruksi.
3) Desain trase
Desain trase yang dirancang telah memenuhi persyaratan dan
kriteria desain (geometri, lalulintas, perkerasan) yang baik. Desain trase
yang baik ditinjau dari berbagai aspek yaitu perpotongan jalan dengan
sungai maupun jalan rel harus tegak lurus, lintasan sependek mungkin,
jumlah maupun volume galian dan timbunan, memiliki pekerjaan tanah
yang paling sedikit dan memiliki jumlah dan panjang jembatan paling
pendek atau murah.
4) Rekayasa teknologi
Trase yang baik semaksimal mungkin akan terhindar dari
kendala pekerjaan di lapangan (teknis maupun non teknis) sehingga
metode pekerjaan dan teknologi yang digunakan pun tidak sulit.
b. Kriteria non teknis merupakan persyaratan untuk menentukan trase jalan
seperti adanya bangunan atau cagar alam yang dilewati trase. Kriteria non
teknis meliputi berikut ini :
1) Trase jalan tidak menerobos (tidak melewati batas jarak minimal
gangguan/kebisingan dan getaran) cagar alam, cagar budaya, sumber
mata air, dan hutan, agar tidak mengganggu habitat asli dalam suatu
ekosistem sehingga pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan
jalan tidak merusak tatanan hidup yang berakibat fatal pada lingkungan
sekitar jalan raya di masa yang akan datang.
2) Pembangunan jalan sebisa mungkin tidak dibangun di daerah padat yang
sudah dibangun (built up area) maupun lahan-lahan produktif tinggi
seperti pertanian, perkebunan, dan industri agar mudah dalam proses
pembebasan tanah atau lahan agar tidak berdampak pada pengurangan
pasokan yang nantinya berakibat pada berkurangnya pendapatan
masyarakat sehingga tidak terjadi konflik masyarakat.
c. Kriteria ekonomi merupakan persyaratan berdasarkan dampak ekonomi
yang akan terjadi setelah adanya jalan baru. Kriteria ekonomi meliputi
berikut ini :
1) Kebutuhan dana
Jalan harus dibuat dengan lintasan sependek mungkin sehingga
biaya yang diperlukan tidak terlalu besar. Menghindari adanya pekerjaan
galian timbunan yang terlalu banyak dengan mempertimbangkan
kemiringan memanjang dan panjang landai kritis.
2) Manfaat ekonomi
Trase jalan nantinya akan dapat memenuhi dan memuaskan
kebutuhan masyarakat.
d. Kriteria tata ruang merupakan persyaratan yang ditinjau dari ketersediaan
lahan dan dampak perkembangan untuk wilayah lain.
1) Ketersediaan lahan
Lahan yang dibutuhkan dalam pembuatan trase jalan harus
diperhitungkan agar jalan dapat dibangun. Oleh karena itu, tersediannya
lahan yang cukup sangat berpengaruh dalam kemudahan pelaksanaan.
2) Dampak perkembangan terhadap wilayah lain
Trase jalan yang direncanakan juga harus mendukung pusat
pengembangan wilayah sesuai rencana umum tata ruang wilayah dan
menunjang arah potensi pengembangan kota di masa yang akan datang,
namun tetap mengedepankan aspek lingkungan.
1.3.1 Pembobotan Tiap Kriteria
Untuk pembobotan tiap kriteria pada trase yang direncanakan dapat dilihat
pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Kriteria pemilihan trase
Simbol Kriteria Interval Penilaian Sub Kriteria
A. Teknis
1. Variasi kondisi topografi sangat tinggi
mencakup perbukitan, bergelombang dan
dataran rendah.
2. Variasi kondisi topografi tinggi mencakup
perbukitan, bergelombang dan dataran
rendah.
Kondisi
A1 3. Variasi kondisi topografi cukup tinggi
Topografi
mencakup perbukitan, bergelombang dan
dataran rendah.
4. Kondisi topografi sebagian besar berada
pada daerah cenderung datar.
5. Kondisi topografi berada pada kondisi
topografi yang datar.
1. Seluruh trase jalan baru melewati daerah
rawan bencana termasuk sesar, patahan,
banjir dan rob, dan memiliki daya dukung
tanah sangat rendah.
2. Sebagian besar trase jalan baru melewati
daerah rawan bencana termasuk sesar,
patahan, banjir dan rob, dan memiliki daya
dukung tanah rendah.
3. Beberapa segmen trase baru memiliki
A2 Kondisi Geologi
potensi salah satu tipe bencana sesar,
patahan, banjir atau rob, dan memiliki daya
dukung tanah yang sedang.
4. Hanya sebagian kecil trase baru melewati
daerah rawan bencana, memiliki daya
dukung tanah yang cukup tinggi.
5. Seluruh trase baru tidak melewati daerah
rawan bencana, memiliki daya dukung tanah
yang tinggi.
1. Desain trase jalan baru terdapat banyak
tikungan dan sangat tajam.
2. Desain trase jalan baru terdapat banyak
tikungan dan cukup tajam.
3. Desain trase jalan baru cukup banyak
A3 Desain Trase
tikungan dan sedikit tajam.
4. Desain trase jalan baru sedikit tikungan dan
sedikit tajam.
5. Desain trase jalan baru sedikit tikungan dan
tidak terlalu tajam.
Tabel 1.3 Kriteria pemilihan trase (Lanjutan)
Simbol Kriteria Interval Penilaian Sub Kriteria
1. Desain trase jalan baru terlalu banyak galian
dan timbunan.
2. Desain trase jalan baru banyak galian dan
timbunan.
Kemudahan 3. Desain trase jalan baru cukup banyak galian
A4
Pelaksanaan dan sedikit timbunan.
4. Desain trase jalan baru sedikit galian dan
banyak timbunan.
5. Desain trase jalan baru memiliki galian dan
timbunan yang seimbang.
B. Ekonomi
1. Trase jalan baru memiliki lintasan yang
sangat panjang.
2. Trase jalan baru memiliki lintasan yang
panjang.
3. Trase jalan baru memiliki lintasan yang
B1 Panjang Trase
cukup panjang.
4. Trase jalan baru memiliki lintasan yang
cukup pendek.
5. Trase jalan baru memiliki lintasan yang
pendek.
1. Trase jalan baru merugikan perekonomian
masyarakat.
2. Trase jalan baru tidak memberi dampak
perekonomian bagi masyarakat.
Manfaat 3. Trase jalan baru cukup memberi dampak
B2
Ekonomi perekonomian bagi masyarakat.
4. Trase jalan baru memberi manfaat bagi
sebagian masyarakat.
5. Trase jalan baru dapat membangkitkan
perekonomian masyarakat daerah tersebut.
C. Non Teknis
1. Trase jalan baru berada pada lingkungan
yang sangat padat dan harus pembebasan
lahan secara luas.
2. Trase jalan baru berada pada lingkungan
yang padat dan harus melakukan
pembebasan lahan.
Konflik Sosial
3. Trase jalan baru berada pada lingkungan
C1 dan
yang cukup padat dan harus melakukan
Masyarakat
pembebasan lahan.
4. Trase jalan baru berada pada pemukiman
yang sedikit padat dan dilakukan
pembebasan sebagian.
5. Trase jalan baru berada pada pemukiman
yang tidak padat dan tidak melakukan
pembebasan lahan.

Tabel 1.3 Kriteria pemilihan trase (Lanjutan)


Simbol Kriteria Interval Penilaian Sub Kriteria
1. Seluruh bangunan di sekitar trase jalan baru
harus digusur.
2. Bangunan di sekitar trase jalan baru harus
digusur sebagian.
Bangunan dan 3. Bangunan di sekitar trase jalan baru harus
C2
Cagar Alam dipindahkan sebagian.
4. Bangunan di sekitar trase jalan baru tidak
perlu dipindahkan.
5. Tidak ada bangunan di sekitar trase jalan
baru.
D. Tata Ruang
1. Lahan untuk trase jalan sangat terbatas dan
harus dilakukan pembebasan lahan.
2. Lahan untuk trase jalan terbatas dan dilakukan
pembebasan lahan.
3. Lahan untuk trase jalan cukup terbatas dan
Ketersediaan
D1 pembebasan pada sebagian lahan.
Lahan
4. Lahan untuk trase jalan tersedia dan hanya
melakukan sedikit pembebasan lahan.
5. Lahan untuk trase jalan tersedia dan tidak
melakukan pembebasan lahan.

1. Trase jalan baru sangat tidak mendukung


perkembangan wilayah lain.
2. Trase jalan baru tidak mendukung
Dampak perkembangan wilayah lain.
Perkembangan 3. Trase jalan baru sedikit mendukung
D2
Terhadap perkembangan wilayah lain.
Wilayah Lain 4. Trase jalan baru mendukung perkembangan
wilayah lain.
5. Trase jalan baru sangat mendukung
perkembangan wilayah lain.

1.3.2 Pemilihan trase


Pembobotan dilakukan pada empat alternatif trase pada Gambar 1.3, Gambar
1.4, Gambar 1.5, dan Gambar 1.6 dengan hasil pada Table 1.4. Hasil yang di dapat
dari Tabel 1.4 menjadikan trase jalan alternatif ketiga adalah trase jalan yang paling
tepat untuk digunakan pada wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan desain trase
alternatif 3 memiliki panjang terpendek, jumlah tikungan sedikit, desain yang
sederhana, jarak tikungan dengan jalan dan hambatan yang memenuhi syarat, serta
biaya yang dikeluarkan lebih ekonomis.
Tabel 1.4 Penilaian pada setiap alternatif trase jalan

Nilai Nilai x Bobot


Kriteria Alt 1 Alt 2 Alt 3 Alt 4 Bobot Alt 1 Alt 2 Alt 3 Alt
4
A. Teknis
Kondisi Tofografi 2 4 5 3 10% 0,2 0,4 0,5 0,3
Kondisi Geologi 4 4 4 4 10% 0,4 0,4 0,4 0,4
Desain Trase 3 4 4 3 10% 0,3 0,4 0,4 0,3
Kemudahan
4 3 4 3 10% 0,4 0,3 0,4 0,3
Pelaksanaan
B. Ekonomi
Panjang Trase 3 4 4 3 10% 0,3 0,4 0,4 0,3
Manfaat Ekonomi 4 4 4 4 10% 0,4 0,4 0,4 0,4
C. Non-Teknis
Konflik sosial dan
3 4 4 3 10% 0,3 0,4 0,4 0,3
masyarakat
Bangunan dan Cagar
4 5 5 4 10% 0,4 0,5 0,5 0,4
alam
D. Tata Ruang
Ketersediaan lahan 3 4 4 3 10% 0,3 0,4 0,4 0,3
Dampak
perkembangan 4 4 4 4 10% 0,4 0,4 0,4 0,4
terhadap wilayah lain
Total 100% 3,4 4 4,2 3,4

Gambar 1.3 Desain trase alternatif 1


Gambar 1.4 Desain trase alternatif 2

Gambar 1.5 Desain trase alternatif 3

Gambar 1.6 Desain trase alternatif 4

Вам также может понравиться