Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru adalah penyakit efficacy atau keyakinan akan
menular yang masih menjadi masalah keberhasilan diri (Egwaga et al, 2009).
kesehatan global, termasuk Indonesia. Self efficacy yang tinggi pada pasien
(Kemenkes, 2011). Perawatan mandiri tuberkulosis paru dapat mendorong
atau self care sangat penting dilakukan individu untuk berusaha dalam
oleh penderita tuberkulosis paru dalam mencapai kesembuhannya (Bandura &
rangka penatalaksanaan penyakit secara Nancy, 1977). Oleh karena itu self
komprehensif (Egwaga et al, 2009). efficacy menjadi hal yang penting pada
Beberapa aspek dalam perawatan penderita tuberkulosis paru.
mandiri yaitu kepatuhan minum obat,
aspek nutrisi, latihan fisik, kontrol World Health Organization
pernafasan dan menghindari rokok serta (WHO) melaporkan pada tahun 2016
asap rokok (Alberto, 1993). Berdasarkan terdapat 10,4 juta orang menderita
penelitian Mulyanto (2014), masih tuberkulosis, dimana lebih dari
ditemukan pasien yang tidak setengahnya berada di lima negara
mengonsumsi makanan yang bergizi dan berkembang (WHO, 2017). Indonesia
tidak berolah raga. Penelitian lain yang menempati urutan ketiga negara dengan
dilakukan Sartika (2017) menunjukkan jumlah penderita tuberkulosis terbanyak.
bahwa data sepertiga dari 110 pasien Jumlah penderita tuberkulosis paru di
tuberkulosis tidak patuh pada Indonesia diperkirakan terdapat lebih
pengobatan. Selain itu, survei dari dari 1 juta penduduk (WHO, 2018).
Kemenkes (2018), didapatkan data Pada tahun 2016 berdasarkan Kemenkes
bahwa banyak penderita tuberkulosis (2017) ditemukan kasus tuberkulosis
yang merupakan perokok aktif. sebanyak 351.893 kasus. Data tersebut
menunjukkan peningkatan jumlah kasus
Perawatan mandiri pasien tuberkulosis yang ditemukan pada tahun
tuberkulosis paru dalam menjalani sebelumnya yaitu sebanyak 330.729
pengobatan dapat dipengaruhi oleh kasus.
beberapa faktor, salah satunya self
2
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Karakteristik responden
Persentase
Data Demografi Karakteristik Frekuensi
(%)
Jenis Kelamin Laki – laki 59 56,2 %
Perempuan 46 43.8 %
Usia 18 – 40 48 45,7 %
41 – 60 57 54,3 %
Pendidikan Terakhir Tidak tamat SD 9 8,6 %
SD 21 20 %
SMP 27 25,7 %
SMA / SLTA 42 40 %
Perguruan tinggi 6 5,7 %
Pekerjaan Tidak bekerja / IRT 57 54,3 %
Swasta 43 41 %
Wiraswasta / pedagang 5 4,7 %
PNS / TNI / POLRI 0 0%
Status Pernikahan Sudah menikah 83 79 %
Belum menikah 22 21 %
Lama Pengobatan 1 – 2 bulan 23 21,9 %
3 – 6 bulan 82 78,1 %
Dilihat dari tabel 1 menunjukan data bahwa dari distribusi jenis kelamin, sebanyak 59
responden (56,2 %) berjenis kelamin laki – laki. Berdasarkan distribusi usia, 57
responden (54,3 %) merupakan kelompok usia dewasa akhir (41 sampai 60 tahun, 42
responden (40 %) responden memiliki pendidikan terakhir SMA atau SLTA, 57
responden (54,3%) tidak memiliki pekerjaan atau ibu rumah tangga (IRT), 83 responden
(79%) sudah menikah, sedangkan berdasarkan disribusi lama pengobatan yang telah
dilalui, 82 responden (78,1%) responden sedang menjalani pengobatan lanjutan (3 – 6
bulan).
Tabel 2. Strategi Koping, Self Care, Self Efficacy Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Perak
Timur Surabaya pada Januari 2019
Variabel ∑ %
Strategi Koping
Emotion Focused Coping 63 60 %
Problem Focused Coping 42 40 %
Total 105 100 %
Self Care
Kurang 21 20 %
Cukup 46 43,8 %
Baik 38 36,2 %
Total 105 100 %
4
Self Efficacy
Kurang 20 19 %
Cukup 53 50,5 %
Baik 32 30,5 %
Total 105 100 %
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki strategi koping yang
condong ke emotion focused coping. Self efficacy dan self care pasien tuberkulosis pada
Januari 2019 di Puskesmas Perak Timur Surabaya sebagian besar ada pada kategori
cukup.
Tabel 3. Hubungan Strategi Koping denggan Self Efficacy dan Self Care Pasien
Tuberkulosis di Puskesmas Perak Timur Surabaya pada Januari 2019
Variabel
Dependen
Independen
Self Efficacy Self Care
Strategi Koping p value : 0,015 p value : 0,018
r : 0,236 r : 0,230
Pada tabel 3 didapatkan hasil yaitu strategi koping memililki hubungan yang positif
dengan self efficacy dengan kekuatan korelasi lemah. Hasil lain yang didapat yaitu
strategi koping memililki hubungan yang positif dengan self care dengan kekuatan
korelasi lemah.