Вы находитесь на странице: 1из 9

1

HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN SELF EFFICACY DAN


SELF CARE PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU
(Makhfudli, Tiyas Kusumaningrum, Firda Dwi Yuliana)*
*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Jl. Mulyorejo Surabaya, Telp. 031 5913754,
email: firda.dwi.yuliana-2017@fkp.unair.ac.id
ABSTRAK
Pengantar : Pasien tuberkulosis paru memiliki banyak stressor yang dapat
menghambat kesembuhan. Self efficacy dan self care merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kesembuhan dan kualitas hidup pasien tuberkulosis paru. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara strategi koping dengan self
efficacy dan self care. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik
dengan pendekatan cross-sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
strategi koping, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah self efficacy dan
self care. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 105 responden dengan tekhnik sampling
purposive sampling. Data diperoleh dengan instrumen kuesioner dan dianalisis dengan
menggunakan Spearman Rho dengan signifikansi α < 0,05. Hasil: Hasil menunjukkan
bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara strategi koping dengan self efficacy
(p=0,015), ada hubungan strategi koping dengan self care (p=0,018). Diskusi: strategi
koping yang berfokus pada problem focused coping dapat meningkatkan self efficacy dan
self care pada pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Perak Timur.
Kata kunci: Koping, efficacy, self - care, tuberkulosis.

PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru adalah penyakit efficacy atau keyakinan akan
menular yang masih menjadi masalah keberhasilan diri (Egwaga et al, 2009).
kesehatan global, termasuk Indonesia. Self efficacy yang tinggi pada pasien
(Kemenkes, 2011). Perawatan mandiri tuberkulosis paru dapat mendorong
atau self care sangat penting dilakukan individu untuk berusaha dalam
oleh penderita tuberkulosis paru dalam mencapai kesembuhannya (Bandura &
rangka penatalaksanaan penyakit secara Nancy, 1977). Oleh karena itu self
komprehensif (Egwaga et al, 2009). efficacy menjadi hal yang penting pada
Beberapa aspek dalam perawatan penderita tuberkulosis paru.
mandiri yaitu kepatuhan minum obat,
aspek nutrisi, latihan fisik, kontrol World Health Organization
pernafasan dan menghindari rokok serta (WHO) melaporkan pada tahun 2016
asap rokok (Alberto, 1993). Berdasarkan terdapat 10,4 juta orang menderita
penelitian Mulyanto (2014), masih tuberkulosis, dimana lebih dari
ditemukan pasien yang tidak setengahnya berada di lima negara
mengonsumsi makanan yang bergizi dan berkembang (WHO, 2017). Indonesia
tidak berolah raga. Penelitian lain yang menempati urutan ketiga negara dengan
dilakukan Sartika (2017) menunjukkan jumlah penderita tuberkulosis terbanyak.
bahwa data sepertiga dari 110 pasien Jumlah penderita tuberkulosis paru di
tuberkulosis tidak patuh pada Indonesia diperkirakan terdapat lebih
pengobatan. Selain itu, survei dari dari 1 juta penduduk (WHO, 2018).
Kemenkes (2018), didapatkan data Pada tahun 2016 berdasarkan Kemenkes
bahwa banyak penderita tuberkulosis (2017) ditemukan kasus tuberkulosis
yang merupakan perokok aktif. sebanyak 351.893 kasus. Data tersebut
menunjukkan peningkatan jumlah kasus
Perawatan mandiri pasien tuberkulosis yang ditemukan pada tahun
tuberkulosis paru dalam menjalani sebelumnya yaitu sebanyak 330.729
pengobatan dapat dipengaruhi oleh kasus.
beberapa faktor, salah satunya self
2

Provinsi Jawa Timur merupakan Pasien tuberkulosis paru dapat


provinsi dengan penderita tuberkulosis mengalami stress karena banyanya
terbanyak di Indonesia (Kemenkes, stressor yang didapatkannya. Hal
2017). Pasien tuberkulosis di Provinsi tersebut dikarenakan penyakit
Jawa Timur pada tahun 2016 yaitu tuberkulosis tidak hanya berdampak
tercatat sebanyak 48.323 orang. Salah negatif pada fisik individu tersebut,
satu kota penyumbang tingginya jumlah tetapi juga berdampak negatif pada
penderita tuberkulosis di Jawa Timur aspek lain seperti psikologi, sosial, serta
adalah Kota Surabaya (Dinkes Jatim, ekonominya. Keadaan emosional yang
2017). Puskesmas di Surabaya yang semakin tidak stabil dapat memperburuk
menempati urutan pertama dengan kondisi pasien (Smeltzer, 2004). Selain
tuberkulosis terbanyak adalah mempengaruhi self efficacy, stress
Puskesmas Perak Timur (198 kasus, 81 secara tidak langsung juga dapat
diantaranya yaitu BTA positif). berpengaruh terhadap self care. Hal
tersebut dikarenakan self efficacy
Berdasarkan hasil wawancara merupakan salah satu faktor yang
dengan petugas tuberkulosis di mempengaruhi self care (Riegel, 2012).
Puskesmas Perak Timur pada bulan
November 2018, didapatkan data bahwa Stuart & Sundeen (1998)
faktor – faktor yang menghambat mengatakan bahwa salah satu respon
kesembuhan pasien tuberkulosis paru individu untuk menghilangkan atau
diantaranya yaitu putus pengobatan, menurunkan stress adalah dengan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan, mekanisme koping yang positif dan
minimnya motivasi untuk sembuh, dan efektif. Mekanisme koping positif dapat
masih terdapat penderita tuberkulosis dicapai bergantung pada strategi koping
paru yang kurang dalam melaksanakan individu. Akan tetapi belum ada
perilaku pencegahan penularan. penelitian mengenai hubungan antara
strategi koping dengan self efficacy dan
Pasien tuberkulosis paru self care pada pasien tuberkulosis paru.
memerlukan self care untuk Maka identifikasi hubungan strategi
keberhasilan manajemen serta kontrol koping dengan self efficacy dan self care
dari penyakit kronik (Riegel, 2012). pada pasien tuberkulosis paru perlu
Berdasarkan penelitian dari Park (2017) dilakukan.
ada hubungan yang positif antara
perilaku perawatan diri dengan depresi. BAHAN DAN METODE
Menurut Riegel (2012), salah satu faktor
yang mempengaruhi self care adalah self Penelitian ini menggunakan
efficacy. Pasien yang memiliki rasa desain penelitian korelational. Penelitian
percaya diri akan lebih mungkin untuk korelational bertujuan untuk
berperilaku sehat (Magfiret & Alberto, mengungkapkan hubungan korelatif
2007). Berdasarkan penelitian Arias antar variabel (Nursalam, 2016).
(2010), penderita tuberkulosis paru self Penelitian korelational yang digunakan
efficacy yang tinggi dapat memiliki menggunakan pendekatan cross
keyakinan dalam mengelola perilaku sectional. Penelitian dilakukan di
tertentu untuk mencapai Puskesmas Perak Timur pada bulan
kesembuhannya. Self efficacy yang Januari 2019. Variabel independen
rendah akan berdampak pada rusaknya dalam penelitian ini adalah strategi
motivasi, menurunkan aspirasi, koping. Kemudian variabel dependen
mengganggu kemampuan kognitif, dan penelitian ini adalah self care, dan self
secara tidak langsung akan efficacy. Populasi pada penelitian ini
mempengaruhi kesehatan fisik adalah pasien tuberkulosis paru di
(Bandura, 1994). wilayah kerja Puskesmas Perak Timur.
Jumlah sampel sebanyak 105 responden
Salah satu faktor yang dapat dan dipilih secara purposive sampling.
mempengaruhi self efficacy adalah Instrumen yang digunakan adalah
kondisi emosional (Bandura, 1978). kuesioner. Hasil penelitian diuji dengan
Emosi yang dimaksudkan adalah emosi menggunakan uji analisis spearman
yang kuat seperti stress (Bandura, 1978). rho’dengan p value < 0,05. Hasil uji etik
3

di KEPK Fakultas Keperawatan UNAIR


adalah dengan nomor etik 1247 – KEPK

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Karakteristik responden
Persentase
Data Demografi Karakteristik Frekuensi
(%)
Jenis Kelamin Laki – laki 59 56,2 %
Perempuan 46 43.8 %
Usia 18 – 40 48 45,7 %
41 – 60 57 54,3 %
Pendidikan Terakhir Tidak tamat SD 9 8,6 %
SD 21 20 %
SMP 27 25,7 %
SMA / SLTA 42 40 %
Perguruan tinggi 6 5,7 %
Pekerjaan Tidak bekerja / IRT 57 54,3 %
Swasta 43 41 %
Wiraswasta / pedagang 5 4,7 %
PNS / TNI / POLRI 0 0%
Status Pernikahan Sudah menikah 83 79 %
Belum menikah 22 21 %
Lama Pengobatan 1 – 2 bulan 23 21,9 %
3 – 6 bulan 82 78,1 %

Dilihat dari tabel 1 menunjukan data bahwa dari distribusi jenis kelamin, sebanyak 59
responden (56,2 %) berjenis kelamin laki – laki. Berdasarkan distribusi usia, 57
responden (54,3 %) merupakan kelompok usia dewasa akhir (41 sampai 60 tahun, 42
responden (40 %) responden memiliki pendidikan terakhir SMA atau SLTA, 57
responden (54,3%) tidak memiliki pekerjaan atau ibu rumah tangga (IRT), 83 responden
(79%) sudah menikah, sedangkan berdasarkan disribusi lama pengobatan yang telah
dilalui, 82 responden (78,1%) responden sedang menjalani pengobatan lanjutan (3 – 6
bulan).

Tabel 2. Strategi Koping, Self Care, Self Efficacy Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Perak
Timur Surabaya pada Januari 2019
Variabel ∑ %
Strategi Koping
Emotion Focused Coping 63 60 %
Problem Focused Coping 42 40 %
Total 105 100 %
Self Care
Kurang 21 20 %
Cukup 46 43,8 %
Baik 38 36,2 %
Total 105 100 %
4

Self Efficacy
Kurang 20 19 %
Cukup 53 50,5 %
Baik 32 30,5 %
Total 105 100 %

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki strategi koping yang
condong ke emotion focused coping. Self efficacy dan self care pasien tuberkulosis pada
Januari 2019 di Puskesmas Perak Timur Surabaya sebagian besar ada pada kategori
cukup.

Tabel 3. Hubungan Strategi Koping denggan Self Efficacy dan Self Care Pasien
Tuberkulosis di Puskesmas Perak Timur Surabaya pada Januari 2019
Variabel
Dependen
Independen
Self Efficacy Self Care
Strategi Koping p value : 0,015 p value : 0,018
r : 0,236 r : 0,230

Pada tabel 3 didapatkan hasil yaitu strategi koping memililki hubungan yang positif
dengan self efficacy dengan kekuatan korelasi lemah. Hasil lain yang didapat yaitu
strategi koping memililki hubungan yang positif dengan self care dengan kekuatan
korelasi lemah.

PEMBAHASAN efficacy, salah satu faktor yang


mempengaruhi self efficacy yaitu verbal
1. Hubungan Strategi Koping dengan persuasion, dimana faktor tersebut dapat
Self Efficacy diperoleh dari dukungan orang lain
Strategi koping memiliki (Bandura, 1978). Ciri dari individu
hubungan yang positif dengan self yang memiliki self efficacy yang tinggi
efficacy dengan kekuatan lemah. Hasil adalah terlibat langsung dalam
tersebut memiliki makna bahwa strategi mengerjakan suatu tugas (Bandura,
koping yang condong ke problem 1994). Faktor dan ciri dari tingginya self
focused coping dapat meningkatkan self efficacy yang telah disebutkan diatas,
efficacy pada pasien tuberkulosis paru di dapat ditemukan dalam jenis – jenis
Puskesmas Perak Timur Surabaya pada strategi koping problem focused coping.
Januari 2019. Strategi koping yang terdiri dari mencari
dukungan sosial, keaktifan diri,
Hasil penelitian ini sejalan dengan perencanaan, dan kontrol diri adalah
penelitian Fauziannisa (2013) yang strategi koping problem focused coping
menunjukkan adanya korelasi antara (Lazaruz dan Folkman, 1984;
variabel strategi koping dan self efficacy Schoenmakers & Theo, 2015).
pada penyalahguna narkoba pada masa
pemulihan. Strategi koping aktif yang Tabel 2 menunjukkan sebagian
sering digunakan oleh individu dengan besar responden menggunakan strategi
self-efficacy yang tinggi adalah strategi koping yang condong ke emotion
koping problem focused coping (Hesieh focused coping. Hasil ini sejalan dengan
et al. 2012). Strategi koping yang fokus penelitian Kusumo, (2016), sebagian
pada problem focused coping dapat besar responden dengan penyakit kronis
meningkatkan self efficacy pada pasien (diabetes melitus) memiliki strategi
tuberkulosis paru. koping emotion focused coping. Strategi
koping emotion focused coping sering
Strategi koping aktif yang sering digunakan pada orang yang menderita
digunakan oleh individu dengan self- penyakit kronis (Foyle dalam Kusumo,
efficacy yang tinggi adalah strategi 2016). Strategi koping yang lebih fokus
koping problem focused coping (Hesieh pada emotion focused coping akan lebih
et al. 2012). Berdasarkan teori self efektif saat digunakan untuk mengatasi
5

situasi yang menekan dan tidak dapat mendampingi disaat menghadapi


diselesaikan dengan sebuah tindakan masalah terkait kondisi kesehatanya
(Kristofferzon, 2018). Strategi koping (Sesaria 2016). Dukungan dapat
emotion focused coping dapat meningkatkan self efficacy seseorang
berdampak positif jika digunakan oleh (Minarti, 2017).
individu yang baru saja didiagnosa
menderita tuberkulosis paru. Akan tetapi Hasil penelitian juga
apabila strategi koping tersebut terus menunjukkan terdapat responden dengan
digunakan selama pengobatan strategi koping yang condong pada
tuberkulosis paru maka dapat problem focused coping tetapi memiliki
berdampak pada hasil pengobatan yang self efficacy yang kurang. Strategi
tidak memuaskan. Hal ini dikarenakan koping yang sering digunakan
penyakit tuberkulosis paru merupakan responden dengan strategi koping yang
penyakit yang memerlukan perhatian fokus pada emotion focused coping
khusus dalam pengobatannya, seperti adalah confrontive coping. Pada
minum obat secara teratur selama 6 indikator confrontive coping sebagian
bulan. Apabila seseorang menggunakan besar responden memilih sering atau
strategi koping emotion focused coping, selalu berfikir bahwa melakukan usaha
maka individu dapat terus menghindar yang menurut mereka tidak akan
dari penyakit yang sedang dialaminya. berhasil. Individu dengan tingkat self
efficacy yang rendah lebih meyakinkan
Hasil penelitian menunjukkan diri mereka sendiri tentang kesia-siaan
terdapat responden dengan strategi upaya (Zlatanovic, 2016). Keyakinan
koping emotion focused coping tetapi akan usaha yang dilakukan dapat
memiliki self efficacy yang baik. Hasil mempengaruhi self efficacy.
penelitian menunjukkan strategi koping
emotion focused coping yang paling Sebagian besar responden dengan
sering digunakan oleh responden adalah strategi koping yang condong pada
positive reappriasal (penilaian positif). problem focused coping dan memiliki
Strategi koping yang paling sering self efficacy yang kurang berjenis
digunakan oleh responden dengan kelamin laki - laki. Hasil ini sejalan
strategi koping emotion focused coping dengan penelitian lain yang
adalah positive reappriasal. Penelitian menunjukkan bahwa laki – laki lebih
Nawlan (2016) menunjukkan bahwa sering menggunakan problem focused
positive reappriasal berhubungan coping dari perempuan (Sarid et al,
negatif dengan emosi negatif seperti 2017). Perempuan biasanya cenderung
kecemasan dan depresi. Penelitian lain lebih menggunakan strategi koping
menunjukkan bahwa individu yang emotion focused coping, sedangkan laki
memiliki gangguan psikologis seperti – laki lebih berorientasi pada tugas
depresi akan memiliki tingkat self dalam mengatasi masalah (Tajrishi et al,
efficacy yang rendah (Buck et al, 2011). 2015).
Berdasarkan teori self efficacy, emosi Self efficacy pada pasien
yang kuat seperti takut, stress, dan tuberkulosis paru akan meningkat jika
cemas dapat menurunkan self efficacy pasien memiliki strategi koping yang
seseorang (Bandura, 1978). condong pada problem focused coping.
Pengendalian emosi dengan tidak terlalu Akantetapi apabila pasien terlalu
memikirkan masalah diperlukan oleh memikirkan masalah yang dihadapinya,
orang dengan penyakit tuberkulosis akan berakibat pada munculnya depresi
paru. yang selanjutnya dapat menurunkan self
Sebagian besar responden dengan efficacy. Oleh karena itu, perlu adanya
strategi koping emotion focused coping faktor pendukung untuk mengukung
yang memiliki self efficacy yang baik pasien menghadapi stressor seperti
mempunyai status perkawinan sudah keyakinan akan usaha yang dilakukan,
menikah. Seseorang yang memiliki konseling, motivasi, penghasilan dan
pasangan akan memiliki seseorang yang lain – lain.
dapat mendukung dan selalu
6

2. Hubungan Strategi Koping dengan salah satu faktor yang mempengaruhi


Self Care self care adalah dukungan dari berbagai
pihak (Riegel, 2012).
Strategi koping memiliki
hubungan yang positif dengan self care Hasil penelitian menunjukkan
dengan kekuatan lemah. Hasil tersebut terdapat responden dengan strategi
memiliki makna bahwa strategi koping koping yang fokus pada emotional
yang condong ke problem focused focused coping tetapi memiliki self
coping dapat meningkatkan self efficacy care yang baik.
pada pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Perak Timur Surabaya pada Sebagian besar responden
Januari 2019. memiliki skor yang tinggi pada sub
distancing dan sub accepting
Hasil penelitian ini sejalan dengan responsibility. Kedua sub tersebut
dari Li & Shiow, (2015) bahwa strategi merupakan bagian dari kuesioner
koping yang berfokus pada problem strategi koping emotion focused coping.
focused coping berhubungan positif Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
dengan perawatan fisik dan psikologis penelitian Li & Shiow (2015), strategi
yang lebih baik. Berdasarkan teori koping yang berfokus pada emosi
strategi koping, individu dengan strategi (penerimaan dan penolakan)
koping yang fokus pada problem berhubungan secara positif dengan
focused coping akan mengubah perawatan fisik dan psikologis yang
hubungan orang dan lingkungan yang lebih baik. Sedangkan pendekatan
bermasalah dengan memodifikasi atau emosional dengan penghindaran diri
menghilangkannya melalui perilaku (escape avoidance) berhubungan negatif
(Lazaruz dan Folkman, 1984; dengan perawatan diri adaptif. Motivasi
Schoenmakers & Theo, 2015). Self care yang mendorong mencapai tujuan
mempunyai keterkaitan yang erat merupakan salah satu faktor yang dapat
dengan perilaku. Self care merupakan mempengaruhi self care (Riegel, 2012).
proses pengambilan keputusan terhadap
pemilihan tingkah laku untuk Sebagian besar responden dengan
mempertahankan stabilitas fisiologis dan strategi koping yang fokus pada
respon terhadap gejala yang dialami emotional focused coping tetapi
(Riegel, 2012). Individu dengan strategi memiliki self care yang baik sedang
koping yang fokus pada problem menjalani pengobatan selanjutnya (3
focused coping akan berusaha mencari sampai 6 bulan). Penelitian lain
alternatif, mengambil tindakan spesifik menunjukkan terdapat hubungan yang
dan mempelajari keahlian baru untuk positif antara perilaku perawatan diri
memahami masalah dan melakukan dengan lama terkena penyakit (Park,
usaha untuk menyelesaiannya (Folkman, 2017). Teori self care menyebutkan
1984). Self care pasien tuberkulosis bahwa pengalaman sangat berkontribusi
paru dapat ditingkatkan apabila mereka terhadap pengembangan ketrampilan
memiliki strategi koping problem self care seseorang. Pengalaman
focused coping terhadap masalah yang digunakan untuk mengidentifikasi
dihadapi. dengan cepat pola pandangan yang
relevan, dan mengarahkan pada tujuan
Tabel 2 menunjukan bahwa yang sesuai dengan tindakan dalam
sebagian besar responden memiliki situasi tertentu (Riegel, 2012). Penderita
tingkat self care yang cukup.Sebagian tubrekulosis paru dengan pengobatan
besar responden menjawab bahwa lanjutan (3 sampai 6 bulan) akan
petugas Pengawas Minum Obat (PMO) memiliki pengalaman yang lebih banyak
sering atau selalu mengingatkan untuk daripada penderita tubrekulosis paru
menelan obat secara teratur. Hasil dengan pengobatan intensif (1 sampai 2
penelitian ini sejalan dengan penelitian bulan). Individu dengan pengalaman
Mansouriyeh (2018), bahwa terdapat yang banyak akan lebih mampu
hubungan yang negatif antara dukungan melakukan self care.
sosial dengan kurangnya perawatan diri.
Teori self care menyebutkan bahwa
7

Hasil penelitian menunjukkan coping dapat meningkatkan self


terdapat responden dengan strategi efficacy pada pasien tuberkulosis
koping yang fokus pada problem paru.
focused coping tetapi memiliki self care 2. Strategi koping memiliki hubungan
yang kurang. Sebagian besar dari yang positif dengan self care pada
responden tersebut tidak yakin akan pasien tuberkulosis paru di wilayah
keberhasilan usaha yang mereka kerja Puskesmas Perak Timur pada
lakukan. Menurut Riegel (2012), salah bulan Januari 2019. Strategi koping
satu faktor yang mempengaruhi self care yang fokus pada problem focused
adalah self efficacy. Pasien yang coping dapat meningkatkan self care
memiliki rasa percaya diri akan lebih pada pasien tuberkulosis paru.
mungkin untuk berperilaku sehat
(Magfiret & Alberto, 2007). SARAN
Berdasarkan penelitian Arias (2010), 1. Bagi responden diharapkan dapat
penderita tuberkulosis paru dengan self meningkatkan keyakinan dalam
efficacy yang tinggi dapat memiliki mengatasi masalah atau self efficacy
keyakinan dalam mengelola perilaku dan mempertahankan perilaku self
tertentu untuk mencapai care guna mendukung kesembuhan
kesembuhannya. Akantetapi jika pasien dengan cara mengatasi dan
memiliki self efficacy yang rendah maka menanggulangi stress yang muncul.
pada akhirnya akan terbentuk perilaku 2. Bagi puskesmas diharapkan dapat
kesehatan yang negatif (tidak sehat). mengadakan kunjungan rumah pada
Perubahan tingkah laku hanya akan pasien tuberkulosis paru dengan self
terjadi apabila ada peningkatan self care atau self efficacy yang rendah,
efficacy pada individu yang terutama pada pasien yang tinggal
bersangkutan (Bandura, 1994). Self sendiri. Hal ini bertujuan untuk
efficacy yang rendah akan berdampak memantau perilaku self care seperti
pada rusaknya motivasi, menurunkan kepatuhan perawatan diri seperti
aspirasi, mengganggu kemampuan minum obat dan lain sebagainya
kognitif, dan secara tidak langsung akan 3. Bagi penelitian selanjutnya,
mempengaruhi kesehatan fisik penelitian ini bisa dikembangkan
(Bandura, 1994). lebih lanjut dengan dilakukan
penelitian mengenai intervensi
Self care pada pasien tuberkulosis peningkatan strategi koping yang
paru dapat meningkat jika pasien condong ke problem focused coping.
memiliki strategi koping yang condong
pada problem focused coping. DAFTAR PUSTAKA
Akantetapi apabila pasien tidak terlalu
yakin dengan tindakan atau usaha yang Alberto, J. (1993). The Reliability and
dilakukannya maka akan mempengaruhi Validity of the COPDSC: A Tool
hasil akhir dari self care yang that Measures Self Care Behavior
dilakukannya. Oleh karena itu, perlu of Persons with Chronic
adanya keyakinan pada pasien Obstructive Pulmonaru Disease.
tuberkulosis paru pada saat menjalani Perspective in Respiratory
pengobatan. Nursing, 4(5), 3–4.
Arias, M. S. (2010). Determinants of
Self Efficacy to Seek Care for
SIMPULAN DAN SARAN Tuberculosis and Complete
SIMPULAN Tuberculosis Treatment Among
HIV-Positive Individuals Attending
1. Strategi koping memiliki hubungan HIV/AIDS Clinics in Honduras.
yang positif dengan self efficacy pada Dissertation Abstracts
pasien tuberkulosis paru di wilayah International: Section B: The
kerja Puskesmas Perak Timur pada Sciences and Engineering, 71(6–
bulan Januari 2019. Strategi koping B), 3624.
yang fokus pada problem focused
Bandura. (1978). Self-Efficacy: Towards
8

a Unifying Theory of Behavioural Indonesia Tahun 2016. Jakarta:


Change. Psychological Review, 1, Kementerian Kesehatan RI.
139–161. https://doi.org/10.1111/evo.12990
Bandura & Nancy. (1977). Analysis of Kemenkes. (2018). Tuberkulosis.
Self - Efficacy Theory of InfoDATIN 2018 Kementerian
Behavioral Change. Cognitive Kesehatan Republik Indonesia.
Therapy and Research, 1(4), 287– Jakarta. https://doi.org/2442-7659
310.
https://doi.org/10.1016/S1081- Kristofferzon, M. L., Engström, M., &
602X(01)00088-4 Nilsson, A. (2018). Coping
mediates the relationship between
Bandura, A. (1994). Self-Efficacy, 4, sense of coherence and mental
71–81. quality of life in patients with
https://doi.org/10.1002/978047047 chronic illness: a cross-sectional
9216.corpsy0836 study. Quality of Life Research,
27(7), 1855–1863.
Buck et al. (2011). NIH Public Access. https://doi.org/10.1007/s11136-
Musculoskeletal Care, 8(4), 197– 018-1845-0
203.
https://doi.org/10.1002/msc.181.Fa Kusumo. (2016). Hubungan Strategi
ctors Koping dengan Kualitas Hidup
Penderita DM Tipe 2 Di Wilayah
Chia-Chien, Li., Shun, S.-C. (2015). Kerja Puskesmas Mulyorejo
Understanding self care coping Surabaya. Universitas Airlangga.
styles in patients with chronic heart UNAIR.
failure: A systematic review. SAGE
Journals. Retrieved from Magfiret & Alberto. (2007). Family
https://journals.sagepub.com Support, Perceived Self-Efficacy
and Self-Care Behaviour of
Dinkes Jatim. (2017). Profil Kesehatan Turkish Patients with Chronic
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016. Obstructive Pulmonary Disease.
Egwaga et al. (2009). Patient-Centred https://doi.org/10.1111/j.1365-
Tuberculosis Treatment Delivery 2702.2006.01782.x
Under Programmatic Conditions in Minarti, I. (2017). Hubungan Dukungan
Tanzania: A Cohort Study. BMC Keluarga dengan Self Efficacy,
Medicine, 7. Motivasi dan Kepatuhan Berobat
https://doi.org/10.1186/1741-7015- pada Pasien Tuberculosis
7-80 Multidrug Resistant (TB MDR).
Fauziannisa Maindra, M. M. W. T. Universitas Airlangga. Retrieved
(2013). Hubungan antara Strategi from https://osf.io/nf5me
Coping dengan Self-efficacy pada %0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.tre
Penyalahguna Narkoba pada e.2015.01.012%0Ahttps://www.tan
Masa Pemulihan. Jurnal Psikologi dfonline.com/doi/full/10.1080/104
Kepribadian dan Sosial. UNAIR. 7840X.2017.1373546%0Ahttp://dx
.doi.org/10.1016/j.lindif.2016.07.0
Folkman, S. (1984). Personal Control 11%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.
and Stress and Coping Processes : paid.2017.06.011%0Ahttp://progra
A Theoritical Analysis. Journal of mme.exo
Personality and Social Psychology,
46(40), 839–858. Mulyanto, H. (2014). Relationship Five
Behavioral Indicators and Healthy
Kemenkes. (2011). Pedoman nasional Living with Tuberculosis
pengendalian tuberkulosis. Jurnal Multidrug-Resistant. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 2011. Berkala Epidemiologi, 2(3), 355–
https://doi.org/614.542 Ind p 367.
Kemenkes. (2017). Profil Kesehatan Nursalam. (2016). Metodologi
9

Penelitian Ilmu Keperawatan. https://doi.org/10.1007/s10433-


Jakarta: Salemba Medika. 015-0336-1
Park, S. K. (2017). Factors Affecting Smeltzer, S. C. (2004). Buku Ajar
Self - Care Behavior in Koreans Keperawatan Medikal Bedah
with COPD. Organic and Burnner & Suddart (8th ed.).
Biomolecular Chemistry, 15(13), Jakarta: EGC.
2721–2724.
https://doi.org/10.1016/j.apnr.2017. Stuart & Sundeen. (1998). Principles
09.003 and Practice of Psychiatric
Nursing. (Gail Wiscarz et al, Ed.)
Riegel, B. et al. (2012). A Middle-Range (6th ed.). St. Louis: Mosby.
Theory of Self-Care of Chronic
Illness. Advances in Nursing Tajrishi et al. (2015). The Effect of
Sciences, 3(35), 194–204. Problem-Focused Coping Strategy
https://doi.org/10.1097/ANS.0b013 Training on Psychological
e318261b1ba Symptoms of Mothers of Children
with Down Syndrome. Iran J
Sarid et al. (2017). Coping Strategies, Public Health, 44(2), 254–262.
Satisfaction with Life, and Quality
of Life in Crohn’s Disease: A WHO. (2017). Global Tuberculosis
Gender Perspective Using Report 2017. Jama (Vol. 312).
Structural Equation Modeling https://doi.org/10.1001/jama.2014.
Analysis. PLoS ONE, 12(2), 1–15. 11450
https://doi.org/10.1371/journal.pon WHO. (2018). TB Comorbidities and
e.0172779 Risk Factors. Retrieved October
Sartika, R. (2017). Hubungan 26, 2018, from
Pengetahuan dan Sikap Keluarga https://www.who.int
dengan Kepatuhan Minum Obat Zlatanovic, L. (2016). Self-efficacy and
Pasien Tb Paru di Puskesmas Perak Health Behaviour: Some
Timur. Implications for Medical
Schoenmakers & Theo. (2015). Anthropology. Glasnik
Problem-focused and emotion- Antropoloskog Drustva Srbije,
focused coping options and 51(51), 17–25.
loneliness: how are they related? https://doi.org/10.5937/gads51-
European Journal of Ageing, 12156
12(2), 153–161.

Вам также может понравиться